Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Devina Rahma Ardin 2111311043

Ilhami Putra 2111311040

Agung Galuh Pramudia 2111311046

Fauziah 2111311016

Ririn Octaviani Tri Sandi 2111311013

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Konsep Dasar Pemenuhan
Kebutuhan Aktivitas dan Latihan" ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran
kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu
keperawatan. Disamping itu penulis menyadari bahwa mungkin terdapat banyak kesalahan
baik dari penulisan ataupun dalam penyusunannya yang tidak penulis ketahui.

Penulispun menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil
yang sempurna. oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan.

Padang, 19 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………...……………….…......i

KATA PENGANTAR …………………………………………………...……………………


ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….……………...iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..


……………………...1

A. Latar Belakang …………………………………………….…………………….....1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….…………1

C. Tujuan ……………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………..……


2

A. Istirahat dan
Tidur...........................................................................................................3
1. Pengertiann Tidur dan Istirahat …………………………………………………
3
2. Fisiologi Istirahat dan Tidur …………………………..
………………………..3
3. Ritme Sirkandian
……………………………………………………………….3
4. Jenis Tidur dan Fasenya
………………………………………………………...4
5. Siklus Tidur
…………………………………………………………………….4
6. Faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur…………………………………5
7. Asuhan Keperawatan Istirahat dan Tidur
……………………………………….6
B. Aktivitas dan
Latihan......................................................................................................9
1. Pengertian Aktivitas dan Latihan ………………………………………………9
2. Tujuan Aktifitas dan Latihan …………………………………………………………10
3. Fisiologi Aktifitas dan Latihan
………………………………………………………..10
4. Faktor yang mempengaruhi Aktivitas dan Latihan ……………………………
10
5. Nilai Normal
…………………………………………………………………..11
6. Gangguan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
………………………………….12
7. Asuhan Keperawatan
………………………………………………………….12

BAB III PENUTUP ……………………..


…………………………………………………..17

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..........17

DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………….........18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhul hidup yang tidak terlepas dari


kebutuhan dasarnya.Salah satunya yaitu kebutuhan biofisikal
d i m a n a k e b u t u h a n i s t i r a t d a n b e r a k t i v i t a s . Kebanyakan individu dapat
menilai tingkat kesehatan seseorangberdasarkan kemampuan individu untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kemampuan individu untuk beraktivitas
merupakan kebutuhan dasaryang mutlak diharapkan oleh manusia. Kemampuan
aktivitas seseorangtidak lepas dari kemampuan sistem persarafan dan
muskuloskeletal yangadekuat. (Ni Wayan Dwi R & Kasiati, 2016). Mekanika tubuh
meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot
tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan
secara aman. Dalam menggunakan mekanikatubuh yang tepat perawat perlu
mengerti pengetahuan tentang pergerakan,termasuk bagaimana
mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system
skeletal, otot skelet dan sistem saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang
terutama digunakan untuk pergerakandan kelompok otot lain membentuk
postur/bentuk tubuh (Potter & Perry,2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tidur?
2. Bagaimana fisiologi dari keadaan tidur?
3. Apa itu ritme sirkandian?
4. Bagaimana tahapan menuju kondisi tidur?
5. Apa itu siklus tidur?
6. Apa faktor yang mempengaruhi tidur?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan istirahat?
8. Apa itu aktivitas atau Latihan?
9. Apa tujuan dari aktivitas?
10. Bagaimana fisioogi adari aktivitas?
11. Apa faktor yang mempengaruhi dalam aktivtas?
12. Dampak mobilisan dalam aktifitas?
13. Bagaimana nilai normal?
14. Bagaimana asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan istirahat?

C. Tujuan
15.Mahasiswa mengetahui fisiologi dari istirahat maupun aktivitas.
16.Mahasiswa mengetahui bagaimana tahapan dari istirahat dan aktivitas.
17.Mahasiswa mengetahui ritme sirkandian.
18.Mahasiswa mengetahui siklus tidur.
19.Mahasiswa memahami faktor yang mempengaruhi dalam istirahat dan
aktivitas.
20.Mahasiswa dapat mempraktikan ilmu ini dalam asuhan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Istirahat dan Tidur

1. Pengertian Istirahat dan Tidur


Istirahat adalah kondisi dalam keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional
dan juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Sedangkan tidur adalah dalam
kondisi tidak sadar, yang dimana dapat disadarkan oleh stimulus atau sensorik yang
sesuai.
2. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur adalah pengaturan aktivitas tidur melalui hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan pusat otak untuk dapat tidur dan
bangun. Salah satu aktvitas tidur, diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang
merupakan sistem pengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur ini
terletak dalam mesensefalon (otak tengah) dan bagian atas pons. Selain itu, reticular
activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak
tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Jadi sistem pada
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam
posisi relaks, stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka
aktivasi RAS selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian BSR mengambil alih yang
menyebabkan tidur (Potter&Perry, 2006).

3. Ritme Sirkadian
Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan
perputaran bumi dalam tubuh manusia dengan siklus 24 jam. Irama sirkadian
berfungsi mengatur berbagai irama tubuh antara lain irama bangun tidur, temperatur
tubuh, tekanan darah, dan pola sekresi hormon. Peraturan sirkadian tidur dan
mekanisme terjaga (wakefulness) diregulasi oleh alat pacu yang terletak di
suprachiasmatic nuclei (SCN) yang berfungsi sebagai master clock. nucleus
suprachiasmatic paling aktif di siang hari dan diatur setiap hari berdasarkan masukan
cahaya dari retina dan selama siklus gelap oleh sekresi melatonin dari kelenjar
pineal,serta pada liver, ginjal dan jantung (Guyton, 2010).
Irama sirkadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya rangsangan
cahaya. Cahaya yang diterima oleh retina oleh retina mata akan diteruskan menuju
suatu sistem osilasi SCN pada hipothalamus melalui suatu jalur saraf khusus yaitu
Retinohypothalamic Trac (RHT). Serabut eferen dari suprachiasmatic nuclei SCN
akan memicu sinyal saraf dan humoral yang akan menyeleraskan berbagai irama
sirkadian penting. Contoh pengaruh cahaya terhadap irama sirkadian ditunjukan pada
produksi melatonin. Pada kondisi cahaya gelap, produksi melatonin akan meningkat.
Oleh karena itu akan banyak terjadi konversi dari serotonin menjadi melatonin.jumlah
serotonin yang menekan tidur akan berkurang, oleh karena itu dalam kondisi cahaya
gelap akan terjadi peningkatan tidur, (Ganong, 2015).

4. Jenis Tidur dan Fasenya


Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2.
Tipe Non-Rapid Eye Movement (NREM). Fase awal tidur didahului oleh fase NREM
yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara
fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
1. Tidur stadium Satu. Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur.
Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan
bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali
dibangunkan.
2. Tidur stadium dua. Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot
masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Tahap ini berlangsung
sekitar 10-15 menit.
3. Tidur stadium tiga. Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya dan sulit untuk
dibangunkan.
4. Tidur stadium empat, merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan.
Kondisi dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena
keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit dibangunkan.
Untuk fase tidur NREM, biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya
berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi
atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus
otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat
menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi
penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah
sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili
50% dari waktu total tidur (Potter, Perry, 2009).

5. Siklus Tidur
 NREM 1 : 1. Tahap tidur paling tipis,terjadi dalam beberapa menit
2. Menurut aktivitas psikologis
3. Day dreaming
 NREM 2 : 1. Proses relaksasi,fungsi tubuh melambat
2. Terjadi dala 10 – 20 menit
 NREM 3 :
1. Tahap pertama dalam tidur malam
2. Tidur sulit diganggu,otot dalam kondisi rileks
3. 10 – 30 menit,TTV turun,namun reguler
 NREM4:
1.Tahap tidur paling dalam
2. Tidur sangat sulit untuk terganggu
3. 15 – 30 menit,mengigau atau berkemih bisa terjadi di fase ini
 REM SLEEP :
1. Terjadi mimpi,90 menit setelah tertidur
2. Fase di control oleh autonomic system,kenaikan TTV
3. Kenaikan sekresi gastric

6. Faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur

 Gangguan pernafasan
1. Emphisema,Asma,Bronkhitis,Rhinitis alergi,Batuk demam
2. Posisi tidur,kebutuhan oksigen meningkat,dan kesulitan untuk mencapai
posisi rileks
 CHD,Aritmia, dan Angina
Sering terbagun dalam setiap fase tidur mengakibatkan kesulitan mencapai
kondisi tidur malam.
 Hipotiroid
Menurunkan gelombang tidur dalam tahap REM
 Nokturia
1. Biasa terjadi pada pasien diabetes mellitus,Inkontinensia urin,gangguan
prostat
2. Sering terbangun di malam hari dan kesulitan untuk tidur kembali
 Refluks gastic
Menimbulkan rasa tidak nyaman di ulu hati sampai ke punggung.
 Depresi
1. Sering terbangun dalam setiap tidur dan kesulitan untuk tidur kembali
2. Kecemasan berlebih
 Premenopouse
Terbangun di malam hari,timbulnya hot flashes ( kepanasan, dan berkeringat)
 Nyeri
Meningkatkan aktivitas safar simpatis sehingga meningkatkan denyut
jantung
 Hipertensi
Menurunkan kualitas NREM dan REM.Hal ini mengakibatkan tidur menjadi
sering terganggu oleh hal – hal ringan yang terjadi di lingkungan.

21. Asuhan keperawatan istirahat dan tidur


1. Pengkajian
 Riwayat tidur
i. Kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari
ii. Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya
iii. Kebiasaan/pun saat tidur
iv. Lingkungan tidur
v. Dengan siapa pasien tidur
vi. Obat yang di konsumsi sebelum tidur
vii. Asupan dan stimulan
viii. Perasaan pasien mengenai tidurnya
ix. Apakah ada kesulitan tidur
x. Apakah ada perubahan tidur
 Gejala Klinis
i. Perasaan Lelah
ii. Gelisah
iii. Emosi
iv. Apetis
v. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak
vi. Konjungtin merah dan mata perih
vii. Perhatian tidak fokus
viii. Sakit kepala
2. Diagnosis Keperawatan
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen,
gangguan metabolisme,kerusakan eliminasi,,pengaruh obat,imobilisasi,
nyeri pada kaki, takut operasi, lingkungan yang mengganggu.
 Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk. Tidur, henti nafas
saat tidur,a(sleep apnea) dan keetidak mampuan mengawasi prilaku.
 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
 Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.
 Resiko cidera berhubungan dengan Semnambolisme.
 Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur
hipersomia
3. Perencanaan Keperawatan

Tujuan: Perencanan keperawatan berhubungan dengan cara untuk


mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1) Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.


2) Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat
mengganggu tidur.
3) Tingkatkan aktivitas pada siang hari
4) Coba untuk memicu tidur
5) Kurangi resiko cedera selama tidur
6) Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan.
4. Pelaksanaan keperawatan
Tindakan keperawatan pada orang dewasa:
1) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
Bila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur di hubungkan dengan
lingkungan rumah sakit, maka :
(1) Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas
(2) Berikan obat analgesik sesuai pro
(3) Berikan linngkungan yang suportif
(4) Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas.

Bila faktor insomnia, maka :

(1) Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi sebelum tidur.
(2) Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada waktu
siang dan sore hari.
(3) Anjurkan pasien tidur saat mengantuk.
(4) Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan minat
sebelum tidur.
(5) Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta meditasi
sebelum tidur.

Bila terjadi somnambulisme, maka :

(1) Berikan rasa aman pada diri pasien


(2) Bekerjasama dengan tim medis dalam tindakan pengobatan.
(3) Cegah timbulnya cidera.
Bila terjadi enuresa, maka :

(1) Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur.


(2) Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih sebelum
tidur.
(3) Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.

Bila terjadi Narkolepsi, maka :

(1) Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat hidroklorida


(ritalin) Untuk mengendalikan narkolepsi

Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur :

(1) Tutup pintu kamar pasien

(2) Pasang kelambu/garden tempat tidur


(3) Matikan pesawat telapon
(4) Bunyikan musik yang lembut
(5) Redupkan atau matikan lampu
(6) Kurangi jumlah stimulus
(7) Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok.

Meningkatkan aktivitas pada siang hari :

(1) Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien


(2) Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari.

Membuat Pasien untuk memicu tidur :

(1) Anjurkan pasien mandi sebelum tidur


(2) Anjurkan pasien minum susu hangat.
(3) Anjurkan pasien membaca buku
(4) Anjurkan pasien menonton televisi
(5) Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur
(6) Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur
(7) Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur

Mengurangi potensial cedera sebelum tidur:

(1) Gunakan cahaya lampu malam.


(2) Posisikan tempat tidur yang rendah.
(3) Letakkan bel dekat pasien.
(4) Ajarkan pasien untuk meminta bantuan

Gantungkan selang Drainase di tempat tidur dan cara memindahkannya bila


pasien menggunakannya :
(1) Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan.
(2) Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
(3) Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
(4) Penerangan tentang efek samping obat hipnotik
(5) Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.

Tindakan Keperawatan Pada Anak :

1) Masa Neonatus Dan bayi


 Beri sprai kering dan tebal untuk menutupi perlak.
 Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak.
 Atur suhu ruangan menjadi 18o-21o C pada malam dan 15,5o-18o C pada
siang.
 Berikan cahaya lampu yang lembut
 Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering.
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi.
2) Masa Anak
 Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
 Tempel jadwal tidur
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
 Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
3) Masa Sebelum Sekolah
 Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
 Tempel jadwal tidur
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
 Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita
 Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur
 Berikan rasa aman dan nyaman
 Nyalakan lampu agak terang
4) Masa Sekolah
 Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya banyak
beraktivitas.
5) Masa remaja
 Usia ini sering memerlukan waktu sebelum tidur cukup lama untuk berias
dan membersihkan diri
6) Masa Dewasa (Muda, Paruh Baya, dan Tua)
 Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur.
 Berikan hiburan.
 Kurangi rasa nyeri.
 Bersihkan tempat tidur.
7) Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat.
 Berikan selimut sehingga tidak kedinginan.
 Anjurkan pasien latihan relaksasi.
 Berikan makan ringan atau susu hangnt sebelum tidur.
 Berikan obat sedaktif sesuai program terapi kolaboratif.
 Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman.
B. Aktivitas dan Latihan
1. Pengertian
a) aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja merupakan
salah satu dari tanda kesehatan individu tersebut dimana kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan
pada sistem musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
b) Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan  guna
mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan dan memperlambat proses penyakit –
khusunya proses degeneratif dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra
tubuh). Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur
pada ekstremitas dan sebagainya.

2. Tujuan Aktifitas dan Latihan


 dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas otot
 latihan fisik  dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal
dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan
eliminasinya
 untuk meningkatkan kemampuan fungsional sel, yang dengan sendirinya berarti
juga meningkatkan kemampuan fungsional individu (manusia) yg bersangkutan.
Pelatihan/aktivitas olahraga harus bersifat fisiologis  yaitu: dari sudut pandang
sel tidak menyebabkan gangguan Homeostasis yg melebihi batas-batas
fisiologis. Perubahan kondisi Homeostasis harus sudah pulih dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam.
3. Fisiologi Aktivitas dan Latihan

Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka diperlukan
serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan metabolism dari sel-sel
tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem otot dan sistem rangka.

Glukosa yang dipecah menjadii energi membutuhkan oksigen sebagai suplai


utamanya. Setelah oksigen terpenuhi, glukosa akan melalui katabolisme aerobic. Jika
oksigen tidak terpenuhi maka katabolisme akan dilakukan secara anaerobic dengan
produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. ATP yang dihasilkan pada katabolisme
anaerobic. Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy tubuh, maka aktivitas
dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi,
dan hematologi untuk penyediaan oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap
air.

Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang melibatkan
sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat gerak pasif,
Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot melekat
pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin terutama hormone kalsitonin
dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D. Jaringan otot merupakan sistem
yang berperan sebagai alat gerak aktif.Hal ini karena kemampuan jaringan otot untuk
berontraksi dan relaksasi.

4. Faktor yang mempengaruhi Aktivitas dan Latihan


1) Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan
sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan
oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari
dan lain – lainnya seperti Penyakit terutama yang menyerang Sistema nervosa,
sistema musculoskeletal,Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary
2)  Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang
dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan
otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang
kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3) Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh
yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat,
dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh.
4) Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengangkat
benda-benda berat.
5) Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga
dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang
akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6) Pengetahuan
Pengetahuan yang baik pada tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai akan menjadikan
seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.
7) Usia, jenis Kelamin, budaya juga merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas dan latihan pada manusia.
5. Nilai Normal

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat aktivitas / Kategori


mobilitas

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri


secara penuh
Tingkat 1
Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2
Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain dan
peralatan
Tingkat 4
Sangat tergantung dan tidak
dapat melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya
adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti
kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.

6. Gangguan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan


 Tingkat aktivitas sehari-hari
 Pola aktivitas sehari-hari Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik
 Tingkat kelelahan
 Aktivitas yang membuat Lelah ,Riwayat sesak napas
 Gangguan pergerakan
 Penyebab gangguan pergerakan, Tanda dan gejala, Efek dari gangguan
pergerakan
 Pemeriksaan fisik
 Tingkat kesadaran, Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara
berjalan)
 Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi, Tremor,
Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan, Kemampuan
duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan sendi)
Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d nyeri dan pembatasan pergerakan
2. Gangguan mobilitas fisik b.d imobilisasi dan gangguan neuromuskular
3. Keletihan b.d proses penyakit
4. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
7. ASKEP PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
1.      Pengkajian

 Riwayat Keperawatan

Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi,


antara lain menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan
cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi
ke posisi berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan
dalam mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas, atau saat pasien menglami
pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi. Kemudian, menilai gaya
berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati
apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas
( pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh
jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan diakhiri
dengan mudah atau tidak.

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan


kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan
dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas.

v  Kesejajaran tubuh

Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk,
atau berbaring. Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat


pertumbuhan dan perkembangan.
2. Mengdentifikasi penyimpanan kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur
yang buruk.
3. Memberi kesempatan klien untuk mengopservasi posturnya.
4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan
kejajaran tubuh yang benar.
5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
6. Memperoleh informasi mengenai factor-faktor lain yang mempengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah
psikologis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral,
anterior, dan posterior guna mengamati apakah:

-        Bahu dan pinggul sejajar

-        Jari-jari kaki mengarah ke depan

-        Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain

Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien


pada posisi istirahat sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika
mengkaji kesejajaran tubuh pasien imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal
dan alat penopang di angkat dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi
telentang.

1.      Berdiri

Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang


berdiri sesuai hal – hal berikut :

1. Kepala tegak dan midline


2. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
3. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus
4. Ketika klien dilihat dari arah lateral, Kepala tegak dan garis tulang
belakang digaris dalam pola S terbaik. Tulang belakang servikal pada arah
anterior adalah cembung, tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah
cembung.
5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan
nyaman dan lutut pergelangan kaki agak melengkung. Orang tampak nyaman dan
tidak sadar akan lutut dan pergelangan kaki yang fleksi.
6. Lengan klien nyaman di samping.
7. Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar
penopang, dan jari – jari kaki menghadap ke depan.
8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengah
tubuh, dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik
tengah antara kedua kaki. Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal
dari tengah tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior.
2.      Duduk

Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi


hal – hal sebagai berikut :

1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang
lurus.
2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
3. Paha sejajar dan berada pada potongan horisontal.
4. Kedua kaki  di topang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu
kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
5. Jarak 2 – 4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang
popliteal pada permukaan lutut bagian posterior. Jarak ini menjamin tidak ada
tekanan pada arteri popliteal atau saraf untuk menurunkan sirkulasi atau
mengganggu fungsi saraf.
6. Lengan bawah klien ditopang pada penganan tangan, di pangkuan, atau
di atas meja depan kursi.
Hal penting mengkaji kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang
mempunyai kelemahan otot,  paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena
perubahan ini, klien mengalami pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak
mampu menerima tekanan ataupun penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat
ketika duduk mengurangi risiko kerusakan sistem muskuloskeletal pada klien itu.

3.      Berbaring

Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal
terhadap tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan posisi nyaman ketika
berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada
dalam batas normal, mereka mengubah posisi ketika mereka merasakan
ketengangan otot dan penurunan sirkulasi.Pengkajian kesejajaran tubuh ketika
berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan menggunakan satu
bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang
oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus
tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini memberi data dasar mengenai
kesejajaran tubuh klien.

Penetapan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan
ambulasi, antara lain :

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan


akibat spasme muskulusletal pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi,
atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama.
2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan
tidak stabil, atau penggunaan tongkat yang tidk benar.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara
umum.
Perencanaan

1.      Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh saat melakukan aktivitas


sehari-hari.

2.      Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.

3.      Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.

 Implementasi

LANGKAH RASIONAL

1.     Kaji berat posisi, Menentukan apakah anda


tinggi objek, posisi tubuh, dan dapat melakukanya sendiri atau
berat maksimum. membutuhkan bantuan.

1. Angkat objek
dengan benar dari bawah
pusat gravitasi:
1. Dekatkan pada
objek yang akan dipindahkan.
Memindahkan pusat gravitasi
2. Perbesar dasar lebih dekat ke objek.
dukungan  anda dengan
menempatkan kedua kaki
agak sedikit terbuka.
Mempertahankan
3. Turunkan pusat keseimbangan tubuh lebih baik,
gravitasi anda ke objek yang
sehingga mengurangi risiko jatuh.
akan diangkat.
4. Pertahankan
kesejajaran yang tepat pada
Meningkatkan keseimbangan
kepala dan leher dengan
tubuh dan memungkinkan
veterbrae, jaga tubuh tetap
tegak. kelompok otot-otot bekerja sama
dengan cara yang sinkron.
3.      Angkat objek
dengan benar dari atas pusat Mengurangi risiko cedera
gravitasi tempat tidur: vetebra lumbal dan kelompok otot.

1. Gunakan alat
melangkah yang aman dan
stabil, jangan berdiri diatas
tangga teratas.
2. Berdiri sedekat
mungkin ke tempat tidur.
3. Pindahkan berat Mencapai pusat gravitasi
objek dari tempat tidur lebih dekat ke objek.
dengan cepat pada lengan dan
diatas dasar dukungan.

Meningkatkan keseimbangan
tubuh selama mengangkat.

Mengurangi bahaya jatuh


dengan memindahkan objek yang
diangkat dekat dengan pusat
gravitasi diatas dasar dukungan.

Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah


mekanika tubuh dan ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan
mekanika tubuh dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik
atau turun, dan berjalan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istirahat adalah kondisi dalam keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional
dan juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Sedangkan, tidur adalah dalam
kondisi tidak sadar, yang dimana dapat disadarkan oleh stimulus atau sensorik yang
sesuai. Adapun faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur, yaitu gangguan
pernafasan, CHD, Hipotiroid, Nokutaria, Refluks gastic, depresi, premenopouse,
nyeri, dan hipertensi. tidur, diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang
merupakan sistem pengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur ini
terletak dalam mesensefalon (otak tengah) dan bagian atas pons. Selain itu, reticular
activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir.

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara


bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan  guna
mempertahankan kesehatannya. Sedangkan Imobilitas atau imobilisasi merupakan
keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak
berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Untuk mampu memenuhi
kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka diperlukan serangkaian proses fisiologis
yang kompleks yang melibatkan metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem
lokomotorik yaitu sistem otot dan sistem rangka.
Glukosa yang dipecah menjadii energi membutuhkan oksigen sebagai suplai
utamanya. Setelah oksigen terpenuhi, glukosa akan melalui katabolisme aerobic. Jika
oksigen tidak terpenuhi maka katabolisme akan dilakukan secara anaerobic dengan
produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. ATP yang dihasilkan pada katabolisme
anaerobic. Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy tubuh, maka aktivitas
dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi,
dan hematologi untuk penyediaan oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap
air.

DAFTAR PUSTAKA

Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition.
Houghton Mefflin Company. Boston.

Nurhafizah., Laia, D,. & Pakpahan, D. (2017). TINGKAT PENGETAHUAN PARA


PEKERJA PT YANG BERKERJA PADA SHIFT MALAM TENTANG KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR DI RT 01/RW 01 DORMITORI MUKA KUNING KOTA
BATAM. Zona Kesehatan: Jurnal Ilmu Kesehatan, 11(3), 13.
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Ambarwati, R. (2017). TIDUR, IRAMA SIRKARDIAN DAN METABOLISME


TUBUH. Jurnal Keperawatan, 10(1), 43-44.

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba


Medika. Jakarta.

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta

https://fatchurahman.blogspot.com/2014/06/konsep-kebutuhan-aktivitas-dan-
latihan.html

Anda mungkin juga menyukai