Anda di halaman 1dari 3

Nabi, Hakim, Raja dalam Sejarah Bangsa Israel

I. Nabi
I.1. Pengertian Nabi
Dalam tradisi Kristen, kata nabi berasal dari bahasa Ibrani “navi” yang memiliki arti orang yang
mengabarkan pesan yang diterimanya dari Roh Ilahi atau pribadi Alllah. Kitab Perjanjian Lama menjelaskan
bahwa nabi disebut mulut Tuhan atau penyambung lidah Tuhan karena pesan kepada manusia yang Tuhan
katakana kepada nabi tersebut. kata nabi sering diartikan juga dengan “mengangkat”, “menunjuk”, atau
“memanggil”.
I.2. Tugas Nabi
Secara teologis, menurut agama Kristen, seseorang menjadi nabi bukanlah atas kemauan sendiri, tetapi
karena dipilih oleh Tuhan. Tradisi Kristen, misalnya, menyebutkan bahwa Yeremia sebelum dia lahir dari
kandungan, Tuhan telah menetapkan dia sebagai nabi.1 Inisiatif datang dari Tuhan bukan dari usaha manusia.
Seorang nabi, dengan demikian, adalah hamba Tuhan, mengucapkan kata-kata demi nama Tuhan, dan hanya
memegang perintah atau perkataan yang diterimanya dari Tuhan, serta bertanggungjawab penuh kepada Tuhan.
Tugas dan peranan pokok panggilan kenabian, yang dapat dipelajari dari tradisi kenabian Perjanjian
Lama, pertamatama adalah untuk mengingatkan bangsanya, khususnya Israel, yang lupa akan perjanjian kasih
dengan Tuhan, dan dari sini lalu menyerukan pertobatan. Selain itu nabi juga menyampaikan ancaman
hukuman atau bencana yang akan terjadi jika bangsanya tidak bertobat, dan sebaliknya mereka akan mendapat
berkat jika bertobat. Peran nabi, selain yang telah disebutkan, juga menubuatkan masa depan, menyampaikan
warta gembira, serta membangkitkan dalam hati umat pengharapan akan Almasih terjanji, yang akan
mendirikan kerajaan baru.
Dalam arti secara umum bagi seorang nabi adalah “juru bicara” Allah yang bertugas untuk meneruskan
berita yang diterimanya dari Allah (Kel.4:14-16; 7:1; 1 Sam. 9:10; Yes. 44:23). Istilah ini untuk menjelaskan
seorang nabi memiliki “hak” untuk menerima sesuatu dari Tuhan dan pada sisi lain juga memiliki arti seseorang
yang memiliki tanggung jawab dari Tuhan untuk menyampaikan sesuatu yang diterimanya dari Tuhan.
Fungsi para nabi terhadap panggilannya dapat dilihat dari satu periode ke periode yang lain, antara lain :2   
a. Pra Monarkhi : Nabi berfungsi sebagi juru bicara, pemimpin yang memberi pesan kepda rakyat. Pesan itu
berisi bimbingan nasional, pemelihara keadilan dan pengawasan rohani.
b. Pre Klasik      : Nabi berfungsi sebagi juru bicara dan penasehat kepada raja dan para pegawai istana.
c. Klasik             : Nabi berfungsi sebagai juru bicara, komentator dalam bidang sosial, rohani    kepada
rakyat. Pesan yang disampaikan bersifat teguran mengenai keadaan yang berlangsung di masyarakat.
I.3. Nabi Besar dan Nabi Kecil
I.3.1. Nabi Besar3
Nabi-nabi besar adalah salah satu pembagian yang termasuk dalam kelompok kitab-kitab
kenabian di Perjanjian Lama Alkitab Kristen, yang tidak digunakan dalam Alkitab Ibrani. Istilah "nabi-nabi
besar" dipakai oleh Alkitab Kristen, karena tidak semua kitab dalam kelompok ini dikategorikan dalam
kelompok yang sama dalam Alkitab Ibrani. Istilah "besar" di sini merujuk pada isi kitab yang lebih tebal atau
panjang daripada kitab-kitab kenabian yang lebih pendek yang dikelompokkan dalam nabi-nabi kecil, bukan
pada nilai kepentingan atau pencapaian dari nabi yang disebutkan oleh kitab tersebut. Urutan nabi-nabi besar
dalam Alkitab Kristen adalah:
 Kitab Yesaya, termasuk dalam Nevi'im di Alkitab Ibrani.
 Kitab Yeremia, termasuk dalam Nevi'im di Alkitab Ibrani.
 Kitab Ratapan, juga disebut "Ratapan Yeremia" dalam beberapa versi; termasuk dalam Ketuvim di Alkitab
Ibrani
 Kitab Barukh, tergolong deuterokanonika; termasuk dalam kanon Alkitab Katolik dan Kekristenan Timur,
dan biasanya ditempatkan sebelum Kitab Ratapan dalam kanon; tidak termasuk dalam Alkitab Ibrani
dan Alkitab Protestan.
 Kitab Yehezkiel, termasuk dalam Nevi'im di Alkitab Ibrani.
 Kitab Daniel, termasuk dalam Ketuvim di Alkitab Ibrani.

1
Leon J. Wood, Nabi-Nabi Israel, terj. Tim Gandum Mas (Malang:
Gandum Mas, 2005), hlm. 13-15.
2
 Jhon Walton, Ancient Israelite Literature, In This Cultural Context  hlm. 207-208
3
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Nabi-nabi_besar
I.3.2. Nabi Kecil 4
Nabi-nabi Kecil adalah suatu anggota dalam Kitab Suci Ibrani atau anggota Perjanjian
Lama di Alkitab Kristen. Dua belas orang dihubungkan namanya dengan kitab-kitab dalam anggota ini yang
dalam bahasa Aram juga dikenal dengan nama Trei Asar (bahasa Ibrani: ‫תרי עשר‬, "dua belas").
Istilah "kecil" di sini merujuk untuk panjang kitab-kitab tersebut, bukan letaknya yang penting atau hak.
Lihat Nabi-nabi Agung sebagai kitab-kitab kenabian yang semakin panjang di dalam Alkitab dan Tanakh.
Dalam Kitab Suci Ibrani tulisan-tulisan para nabi kecil ini diasumsikan sebagai satu kitab, sementara dalam
Alkitab Kristen masing-masing diasumsikan sebagai kitab yang terpisah. Keduabelas kitab yang tergolong
dalam "Nabi-nabi Kecil" dalam Kitab Suci Ibrani dan Kristen Barat adalah sebagai berikut:
 Hosea
 Yoël
 Amos
 Obaja
 Yunus
 Mikha
 Nahum
 Habakuk
 Zefanya
 Hagai
 Zakharia
 Maleakhi
Septuaginta yang dipakai oleh Gereja-gereja Timur (Ortodoks), menyusunnya dalam urutan berikut: Hosea,
Amos, Mikha, Yoël, Obaja, Yunus, dan sisanya seperti di atas. Kitab Nabi-nabi Kecil juga ditaruh
sebelum Nabi-nabi Agung.
II. Hakim
II.1. Latar Belakang Munculnya Hakim Dalam Kehidupan Israel
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja
Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan
perserikatan suku-suku. Catatan kitab Hakim-hakim ini dimulai ketika bangsa Israel sudah menempati tanah
Kanaan, yaitu tanah yang dijanjikan oleh Allah bagi mereka, tetapi mulai menyembah "ilah-ilah asing"
bukannya Yahweh, Allah Israel, dan dengan orang-orang Kanaan yang masih ada di mana-mana di antara
mereka. Pasal 1:1–2:5 merupakan suatu pengakukan kegagalan, sedangkan pasal 2:6–3:6 merupakan suatu
ringkasan serta perenungan penulis.
Pada bagian pembukaan sudah diberikan pola kisah-kisah yang terdapat pada teks berikutnya, yaitu:

1. Israel "melakukan apa yang jahat di mata Yahweh",


2. Umat Israel diserahkan ke dalam tangan musuh-mush mereka dan berseru minta tolong kepada Yahweh,
3. Yahweh membangkitkan seorang pemimpin,
4. "Roh Yahweh" turun atas pemimpin itu,
5. Pemimpin itu mampu mengalahkan musuh, dan
6. Ada damai di tanah itu.
Setelah ada damai, untuk beberapa waktu orang Isreael melakukan apa yang baik dan menerima berkat
Yahweh, tapi kemudian kembali lagi melakukan hal-hal jahat dan mengulangi pola di atas.
Catatan Kitab Hakim-hakim mengikuti catatan Kitab Yosua dan dimulai dengan rujukan pada
kematian Yosua (Hakim-hakim 1:1 merujuk pada Yosua 24:29). Cambridge Bible for Schools and
Colleges mengusulkan bahwa "kematian Yosua dapat dianggap sebagai penandaan pemisahan periode
pendudukan dan periode penghunian" tanah Kanaan, di mana periode penghunian ini merupakan fokus Kitab
Hakim-hakim.[11] Orang-orang Israel berkumpul, kemungkinan besar di tempat suci di Gilgal atau
di Sikhem (mengikuti Yosua 24:1–33) dan bertanya kepada Tuhan siapa yang harus maju terlebih dahulu
(menurut urutan waktu, bukan peringkat) untuk mengamankan tanah yang telah mereka duduki.

4
Sumber: http://p2k.um-surabaya.ac.id/id3/2-3045-2942/Trei-Asar-Dua-Belas-Yaitu-12-Kitab-Nabi-Nabi-Kecil_31033_p2k-um-
surabaya.html
II.2. Pengertian
Hakim (bahasa Ibrani: ‫שופטים‬ shôphatîm atau shoftim) pada zaman Israel kuno adalah istilah untuk
pemimpin bangsa Israel pada periode setelah memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua dan sebelum
zaman kerajaan Israel (kira-kira 1405-1025 SM). Sejarah periode ini dicatat dalam Kitab Hakim-hakim.
Seorang hakim adalah "penguasa atau pemimpin militer, sekaligus orang yang memimpin pengadilan hukum".5
Pada waktu itu, 12 suku Israel menempati tanah yang menjadi bagian mereka dari pembagian oleh Musa
di Kitab Ulangan dan tidak ada pemerintahan pusat, maupun tata hukum masyarakat, selain hukum Taurat.
Ayat terakhir Kitab Hakim-hakim menyimpulkan: "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap
orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." (Hakim-hakim 21:25) Di waktu-waktu
kesusahan, maka muncullah pemimpin-pemimpin yang disebut "hakim".

II.3. Tugas Hakim


Dalam Kitab Hakim-hakim tampak satu pola berputar yang menunjukkan perlunya seorang "hakim":
bangsa Israel meninggalkan ibadah pada TUHAN, kesusahan menimpa sebagai hukuman TUHAN, bangsa
Israel menjerit kepada TUHAN, TUHAN menolong dengan membangkitkan seorang "hakim" untuk suatu
periode tertentu.6 (Hakim-hakim 2:10-23) Sebenarnya tugas hakim ini sudah mulai dijalankan oleh Musa
sewaktu masih di padang gurun.7 "Musa juga meletakkan dasar pemisahan lain, yang kemudian menjadi bagian
tak terpisahkan dalam demokrasi bentuk apapun. Ia membentuk lembaga judisial yang independen".8
Jabatan "hakim" ini tidak diwariskan dari bapa ke putranya, kecuali pada zaman Samuel. Hakim ini
mengadili bangsa Israel atau suku-suku tertentu, meskipun tidak dijelaskan detail. 9 Lebih dikenal sebagai
pemimpin untuk berperang membebaskan bangsanya dari penjajahan bangsa-bangsa asing, biasanya terbatas
pada suku-suku tertentu, bukan pemimpin seluruh Israel, meskipun wibawanya dikenali oleh suku-suku
lainnya. Pada waktu Kerajaan Israel berdiri, hakim-hakim terus berfungsi terpisah dari institusi kerajaan (1
Samuel 10:25).10
III. Raja
III.1. Latar Belakang Pengangkatan Raja
Sebelum adanya pengangkatan para raja, nasib umat dipercayakan Allah kepada para Hakim.  Masa
dimana adanya peralihan pemikiran “bila setiap orang berbuat apa yang banar menurut pandangan sendiri”.
Bukan itu saja, pada masa ini orang-orang dari bangsa Israel ingin agar ditentukan seorang pemimpin yang
mampu mempertahankan keamanan dan mengatur masyarakat ke dalam dengan dukungan. Bangsa Israel
sendiri yang mengemukakan keinginan mereka tersebut (1 Sam 8:5). Disamping itu bangsa ini sebenarnya ingin
agar sama dengan bangsa lain yang mengangkat raja bagi bangsa mereka (Harus ada raja atas kami, maka
kami pun akan sama dengan semua bangsa yang lain, raja kami akan menghakimi/ memerintah kami dan
memimpin kami dalam perang “1 Sam. 8:20; 1 Sam.12:12-17”)
III.2. Tugas Raja di Israel
            Tugas seorang raja di Israel mirip dengan tugas raja-raja lain di Timur Tengah kuno. Di antara mereka
terdapat pemimpin dengan kesadaran dan budi yang luhur. Sama seperti Tuhan mengangkat para hakim untuk
membebaskan bangsa-Nya dari penindasan para musuh, demikian pula Ia mengangkat raja-raja untuk
membebaskan bangsa dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya. Raja diberikan tugas
mempertahankan kemanan terhadap serangan dari luar negerinya. Demi tujuan itu ia memimpin angkatan
perang. Raja juga harus membebaskan atau membela negerinya terhadap serangan bangsa-bangsa dan
menjamin kemerdekaan. Ia pun harus membangun suatu tatanan masyarakat di mana rakyat kecil dan orang
lemah tidak ditindas oleh para pembesar, tetapi menikmati keadilan. Raja diharapkan juga menunjang
kesejahteraan dengan menentukan syarat-syarat di mana ekonomi dan budaya dapat berkembang.

5
Coogan, A Brief Introduction to the Old Testament, Glossary, pg. 426
6
 Boling, Robert G., revised by Richard D. Nelson, Harper Collins Study Bible: The Book of Judges
7
Lewittess Mendell, Jewish law: An Introduction, New Jersey, 1994 pp. 58-59,
8
Diamont Max,Jews, God and History, New York, 1994, p. 45
9
Wolf, C. U., The Interpreters Dictionary of the Bible, pg 1012
10
Barenboim Peter, Biblical Roots of Separation of Powers, Moscow: Letny Sad, 2005

Anda mungkin juga menyukai