Anda di halaman 1dari 32

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355164552

PEREMPUAN VOLUME 2 Perempuan dan Media

Chapter · October 2021

CITATIONS READS

0 36

1 author:

Elies Fitriani
Universitas Pertahanan Indonesia
14 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The elastic fiber View project

The Aplication of Topical Leaves Vegetable Fern (Diplazium esculentum) Extract Cream 25% Prevented Amount of Melanin Increase and Amount Of Collagen Decrease
in In Ultraviolet B-Induced Guinea Pigs (Cavia porcelus) Skin View project

All content following this page was uploaded by Elies Fitriani on 09 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEREMPUAN VOLUME 2

Perempuan dan Media

SYIAH KUAL A UNIVERSITY PRESS


PEREMPUAN
PEREMPUAN DAN MEDIA

VOLUME 2
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko-
nomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk peng-
gunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus
juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta seb-
agaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta seb-
agaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa-ling ban-
yak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-
jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
PEREMPUAN
PEREMPUAN DAN MEDIA

VOLUME 2

EDITOR:
PUTRI WAHYUNI
ADE IRMA
SYAMSUL ARIFIN

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS


Judul Buku:
Perempuan: Perempuan dan Media Volume 2

Editor:
Putri Wahyuni, Ade Irma, Syamsul Arifin

Layout:
Haris Mustaqin

Desain Cover:
Iqbal Ridha

ISBN: 978-623-264-424-3 (no.jil.lengkap)


978-623-264-425-0 (jil.1 )
978-623-264-426-7 (jil.2 )

E-ISBN: 978-623-264-427-4 (no.jil.lengkap PDF)


978-623-264-428-1 (jil.1 PDF)
978-623-264-429-8 (jil.2 PDF)

Pracetak dan Produksi:


SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:
Syiah Kuala University Press
Jl. Tgk Chik Pante Kulu No.1 Kopelma Darussalam 23111,
Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh
Telp: 0651 - 8012221
Email: upt.percetakan@unsyiah.ac.id
Website: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Tahun Terbit Digital 2021


Cetakan Pertama, 2021
viii + 439 (15.5 X 23)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014


Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh


buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat


dan karunia-Nya sehingga buku ini telah dapat diselesaikan. Terima kasih
disampaikan kepada Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) yang telah
memberikan dukungan dan mempercayai kami untuk menerbitkan buku ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
atas kontribusi dalam menyelesaikan dan menyempurnakan buku ini.
Buku ini diharapkan mampu memotivasi pembaca dalam segala hal
apapun terutama yang terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini juga
salah satu bentuk kolaborasi yang terjalin antara USK dengan penulis-
penulis dari berbagai pelosok daerah di Indonesia yang diharapkan untuk ke
depannya bukan hanya sekedar dalam menerbitkan buku tetapi juga dalam
bentuk kerjasama lainnya. Terima kasih kepada penulis yang telah bersedia
ikut berkontribusi dalam menuliskan buku untuk menerbitkan di Syiah Kuala
University Press. Besar harapan kami akan ada banyak lagi buku-buku lainnya
yang diterbitkan sehingga para generasi selanjutnya ikut serta termotivasi
untuk menulis dan menerbitkan karya-karyanya. Semoga buku ini juga dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, September 2021

Penerbit

VOLUME 2 v
vi VOLUME 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENERBIT UNSYIAH PRESS................................................ vii


DAFTAR ISI................................................................................................................... ix
PEREMPUAN & CYBERHARRASMENT................................................................... 1
ELOK PERWIRAWATI

KEKERASAN GENDER BERBASIS ONLINE......................................................... 27


YULIANA

PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL, KEHAMILAN TIDAK


DIHARAPKAN, ABORSI, DAN PERAN MEDIA MASSA........................................ 43
INDRA SUPRADEWI

BAGAIMANA PEMBERITAAN MEDIA MASSA MENGENAI


KELUARGA BERENCANA PRIA?........................................................................... 59
PURI KUSUMA DWI PUTRI

JANDA BOLONG DAN LIDAH MERTUA: KOMODIFIKASI, LABELLING,


DAN DISKRIMINASI DI RUANG PUBLIK................................................................ 81
YULIANA RAKHMAWATI

PENINGKATAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL DI MASA


PANDEMI COVID-19.................................................................................................107
ELIES FITRIANI

KEADILAN RESTORATIF PADA KEKERASAN SEKSUAL


DI MEDIA MASSA.....................................................................................................129
MUHAMMAD IKRAM NUR FUADY

CHILD GROOMING..................................................................................................153
NOVITA RINA ANTARSIH

SEBUAH MIMPI BURUK YANG BERNAMA TOXIC RELATIONSHIP................173


DIAN NURAWALIAH SONJAYA

STOP! KEKERASAN PEREMPUAN DI MEDIA MASSA......................................185


NADA ARINA ROMLI, PRIMA YUSTITIA NURUL ISLAMI

PEREMPUAN DAN MEDIA: KEKERASAN SEKSUAL DI MEDIA MASSA........213


LENNY IRMAWATY SIRAIT

PESANTREN DAN PENDIDIKAN GENDER..........................................................233


MOH. TORIQUL CHAER

VOLUME 2 vii
MAJALAH “DJAUHARAH” DAN MANUSKRIP AL MU’ĀSYARAH:
EKSISTENSI GENDER DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU
AWAL ABAD KE-20..................................................................................................255
YULFIRA RIZA

PEREMPUAN DALAM MITOS PERNIKAHAN DI MEDIA SOSIAL


INSTAGRAM: SEBUAH PARADOKSALITAS PEREMPUAN DI RANAH
DOMESTIK DAN PUBLIK........................................................................................285
ARINA RAHMATIK

viii VOLUME 2
PENINGKATAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL
DI MASA PANDEMI COVID-19
Elies Fitriani
Universitas Pertahanan

A. PENDAHULUAN
Covid-19 adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan
oleh virus SARS-COV2. Saat ini Covid 19 sudah ditetapkan menjadi pandemi
global dan merupakan sebuah momok yang menakutkan bagi seluruh Negara
di dunia. Kasus ini awal diidentifikasi di Wuhan pada Desember 2019. Kasus
positif Covid-19 di Indonesia perdana dilaporkan oleh Pemerintah Indonesia
pada 2 Maret 2020. Menurut pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI)
Pandu Riono mengatakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sebenarnya
telah ada di Indonesia pada awal Januari 2020.
Guna membatasi penularan virus tersebut, pemerintah bersama-
sama dengan pihak terkait telah menggalakkan karantina, stay at home,
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dan beragam cara lainnya
untuk mengurangi penyebaran virus. Semakin seringnya masyarakat
berada di rumah telah memicu berbagai problem karena intensnya interaksi
antar anggota keluarga. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan Komnas Perempuan mencatat
ada lonjakan sebesar 75% kasus kekerasan terhadap perempuan semasa
pandemi. Selama tahun 2019 laporan Komnas Perempuan, terdapat 75,4%
kasus kekerasan terhadap perempuan merupakan kekerasan pada ranah
personal, yang berarti paling banyak terjadi di dalam rumah oleh pelaku yang
merupakan orang terdekatnya. Dari kasus kekerasan pada perempuan kasus
kekerasan seksual menempati 4.898 kasus.
Kasus kekerasan seksual terhadap anak juga mengalami lonjakan
sebesar 20% atau sebesar 14 kasus selama periode Januari hingga Juli 2020.
Pemicu hal tersebut di antaranya saat pandemi anak-anak sekolah belajar via
daring di rumah. YouTube juga mencatat bahwa pihaknya semakin banyak
menghapus video selama periode lockdown akibat pandemi virus Corona.
Dari bulan April hingga Juni 2020, tercatat 11,4 juta video telah dihapus. Dari
11,4 juta video yang dihapus, 14,6% dihapus karena alasan konten seksual,
dan 10,6% dihapus karena menampilkan konten kekerasan dan grafik.

107
Dampak psikologis akibat krisis ekonomi dari wabah Covid-19 agaknya
merupakan salah satu pemicu dari fenomena tersebut. Banyak karyawan
yang mengalami PHK secara massal, bahkan tanpa pesangon. Negara
kita menganut sebagian besar kultur patriarki, di mana laki-laki merupakan
sosok yang harus mencari nafkah. Laki-laki akan merasa sangat terpukul
ketika kehilangan acuan kekuasannya, dalam hal ini adalah pekerjaan. Hal
ini memicu siklus toxic masculinity sebagai salah satu pemicu kekerasan
seksual.

B. KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan didefiniskan sebagai tindakan yang menggunakan kekuatan
fisik serta cara-cara tidak pantas dan melanggar hukum yang dilakukan
oleh seseorang, bersifat melukai diri sendiri atau lingkungannya. Kekerasan
merupakan invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis menurut
Mansour Fakih. Kekerasan lahir sebagai akibat dari otoritas kekuasaan.
Korban kekerasan biasanya identik dengan kelompok masyarakat subordinat.
Kekerasan juga didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku baik verbal
maupun nonverbal oleh orang atau sekelompok orang terhadap orang atau
kelompok orang lainnya yang mengakibatkan efek negatif baik secara fisik,
emosional, maupun psikologis menurut Hayati (2000).55
Salah satu jenis kekerasan adalah kekerasan seksual. Kekerasan
seksual merupakan issue crusial sekaligus rumit dari peta seluruh kekerasan
terhadap perempuan. Hal ini kaitannya dengan dimensi yang sangat khas
bagi perempuan. Akar kekerasan seksual yaitu adanya ketimpangan
hubungan kuasa antara pelaku dan korban. Ketimpangan hubungan kuasa
yang dimaksud adalah antara pria dan wanita, yang diperberat ketika salah
satu pihak (pelaku) mempunyai kuasa lebih terhadap korban (perempuan).56
Selain kekerasan seksual, sering juga kita dengar istilah pelecehan
seksual. Pelecehan seksual merupakan salah satu jenis kekerasan seksual.
Pelecehan seksual bisa berupa fisik maupun nonfisik dengan sasaran
organ seksual maupun seksualitas korban. Termasuk ke dalamnya ucapan
bernuansa seksual, bersiul, main mata, mempertontonkan konten pornografi
dan hasrat seksual, meraba, menyentuh, gerakan atau isyarat seksual, yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan
martabat, bahkan terkadang sampai menimbulkan masalah kesehatan dan
keselamatan.
55

Merujuk pada artikel Penelitian Analisis isu Kekerasan Seksual dalam Pemberitaan Media Online (Rossy, Ayu
Erivah, 2015)
56
Merujuk pada artikel Apa Perbedaan Kekerasan dan Pelecehan seksual (MaPPIFHUI, 2018)

108 VOLUME 2
Menurut Komnas Perempuan, ada 15 bentuk kekerasan seksual yaitu:57
1. Perbudakan seksual
2. Penghukuman bernuansa seksual
3. Penyiksaan seksual
4. Pelecehan seksual
5. Eksploitasi seksual
6. Pemaksaan perkawinan
7. Kontrol seksual
8. Pemaksaan aborsi
9. Prostitusi paksa
10. Pemaksaan kontrasepsi
11. Praktik tradisi (sunat perempuan)
12. Pemaksaan kehamilan

Gambar 1.1 Bentuk Kekerasan Seksual Pada Perempuan

Kasus kekerasan seksual berdasarkan laporan dari Komnas perempuan,


berjumlah 93.960 kasus atau sekitar seperempat dari seluruh kekerasan
terhadap perempuan, dalam 13 tahun terakhir. Hal tersebut berarti terdapat
20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual dalam kurun satu
harinya. Kasus perkosaan menempati urutan tertinggi sebesar 50% disusul
perdagangan perempuan 15% dan pelecehan seksual 12%.58

C. KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK


Anak seringkali ditempatkan sebagai sosok lemah karena mempunyai
ketergantungan tinggi dengan individu dewasa di sekitarnya sehingga
menjadi kelompok rentan terhadap kekerasan seksual. Hal ini menjadikan
anak menjadi tidak berdaya ketika diancam oleh orang dewasa. Pada setiap
57
Merujuk pada artikel Apa Perbedaan Kekerasan dan Pelecehan seksual (MaPPIFHUI, 2018)
58
Merujuk pada artikel Apa Perbedaan Kekerasan dan Pelecehan seksual (MaPPIFHUI, 2018)

VOLUME 2 109
kasus kekerasan seksual yang diungkap, hampir semua pelakunya adalah
orang terdekat korban. Pelaku kekerasan seksual terhadap anak dapat oleh
siapapun, karena tidak terdapat ciri khusus atau ciri kepribadian tertentu yang
dapat ditemukan dari seorang pelaku kekerasan seksual terhadap anak.59
Kekerasan seksual terhadap anak dapat didefinisikan sebagai
keterlibatan seorang anak dalam segala bentuk aktivitas seksual yang terjadi
sebelum anak mencapai batasan umur tertentu yang ditetapkan oleh hukum
Negara yang bersangkutan, anak dimanfaatkan untuk kesenangan seksual
atau aktivitas seksual oleh individu dewasa atau anak lain berusia lebih tua atau
individu yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari. Lyness memberikan
pandangan bahwa kekerasan seksual terhadap anak termasuk diantaranya
tindakan meraba atau mencium organ seksual anak, pemerkosaan anak,
menunjukkan benda atau media porno kepada anak, mempertontonkan alat
kelamin kepada anak dan sebagainya. Adapun batasan anak yaitu seseorang
yang belum berumur 18 tahun berdasarkan Undang-Undang perlindungan
Anak.60
Menurut Terry E. Lawson sebagaiamana dikutip oleh Kusumaningtyas,
et al 2013 membagi kekerasan terhadap anak (Child abuse) ke dalam empat
bentuk yaitu physical abuse, emotional abuse, verbal abuse, dan sexual
abuse.61
KPAI mencatat pada tahun 2011 terdapat 2275 kasus kekerasan
terhadap anak, dimana kasus kekerasan seksual anak berjumlah 887 dari
seluruh kasus kekerasan terhadap anak. Tahun 2012, kekerasan terhadap
anak meningkat menjadi 3871 kasus, 1028 dari kasus tersebut merupakan
kasus kekerasan seksual pada anak. Secara fisik mungkin bisa saja tidak ada
kekerasan fisik yang ditemukan, namun dampak psikis tentu saja yang paling
meninggalkan bekas pada kasus kekerasan seksual pada anak. Kekerasan
seksual pada anak akan menimbulkan dampak trauma yang berkepanjangan,
bahkan hingga dia dewasa. Dampak trauma akibat kekerasan seksual pada
anak diantaranya betrayal (hilangnya trust anak terhadap orang dewasa
atau perasaan dikhianati), trauma secara seksual (traumatic sexualizaton),
perasaan tidak berdaya (powerlessness), dan stigma (stigmatization). Selain
itu dampak psikologis lain dari kekerasan dan pelecehan seksual terhadap
anak dapat menimbukan ketagihan, bahkan pembalasan dendam.62

59
Merujuk pada artikel jurnal Kekerasan Seksual Terhadap Anak : Dampak dan Penanganannya (Noviana, 2015)

60
Merujuk pada artikel jurnal Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya (Noviana, 2015)

61
Merujuk pada artikel jurnal “Dampak Kesehatan Mental pada anak Korban Kekerasan Seksual “(Kusumaningtyas
et al, 2013)
62
Merujuk pada buku Bunga rampai COVID-19 (Razi, et al, 2020)

110 VOLUME 2
Gambar 1.3 Stop Kasus Pelecehan dan Kekerasan Seksual Pada Anak

D. PANDEMI COVID-19
COVID-19 merupakan penyakit baru yang saat ini tengah melanda
hampir seluruh Negara dunia, mengakibatkan pandemi global. Virus
penyebab penyakit ini yaitu SARS-CoV 2 (Severe Acute respiratory
Syndrome Corona Virus 2). Gejala klinis yang diakibatkan oleh COVID-19
beragam, diantaranya dari mulai gejala ringan seperti flu, nyeri tenggorokan,
nyeri otot, batuk, nyeri kepala, sampai kepada komplikasi berat pneumonia
(radang paru-paru) dan sepsis (komplikasi sistemik dari infeksi dimana
virus menyebar ke seluruh tubuh). Virus ini dapat menular lewat droplet
atau percikan saat batuk, bersin, atau berbicara. Selain itu virus juga dapat
menular melalui kontak fisik sentuhan dan jabat tangan dengan orang yang
terinfeksi, menyentuh mulut, hidung, mata dengan tangan yang terpapar
virus. Virus SARS COV-2 dapat bertahan di benda-benda selama kurang
lebih 3 hari, sehingga jika seseorang penderita mengeluarkan droplet di
tempat umum, virusnya masih dapat bertahan hidup pada benda-benda
mati seperti besi, tembaga dan alumunium selama beberapa hari dan
potensial mengakibatkan penularan.63
Kasus pertama COVID-19 ditemukan di Tiongkok 31 Desember
2019. Sampai saat ini jumlah kasus terus meningkat dan telah menyebar
ke seluruh Negara di dunia. WHO mengumumkan bahwa COVID-19
menjadi pandemi di dunia pada 11 Maret 2020. Adapun di Indonesia, kasus
COVID-19 diumumkan perdana pada 2 Maret 2020 sebanyak 2 kasus.
Dalam pekembangannya, jumlah penderita terus meningkat. Jumlah
terkonfirmasi positif pada 31 Desember 2020 terdapat 743.196 kasus.64
63
Merujuk pada buku Bunga rampai COVID-19 (Razi, et al , 2020)
64
Merujuk pada buku Panduan Tatalaksana COVID-19 (Burhan et al, 2020)

VOLUME 2 111
Sejalan dengan ditetapkannya COVID-19 sebagai pandemi,
pemerintah Indonesia berupaya keras untuk memutus penularan dan
mencegah penambahan kasus, diantaranya dengan program physical
distancing. Physical distancing yaitu menjaga jarak antar manusia untuk
menghindari keramaian. Salah satu pelaksanaan dari program physical
distancing yaitu dengan stay at home atau tetap berada di rumah dan
tidak pergi keluar rumah kecuali untuk keperluan mendesak. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi keramaian dan kerumunan massa yang bisa
menjadi sumber penularan virus. Sekolah diliburkan dan pembelajaran
dilaksanakan dengan metode daring, tempat kerja juga memberlakukan
work from home. Pusat keramaian diberlakukan pembatasan sosial skala
mikro, dengan pembatasan jumlah orang dan jam operasional.

Gambar 1.2 Physical distancing minimal 1 meter sebagai usaha mencegah penularan COVID-19

Gambar 1.3 Stay at home digalakkan guna mengurangi keramaian dan kerumunan
massa, sumber penularan COVID-19

112 VOLUME 2
E. DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PENINGKATAN KASUS
KEKERASAN SEKSUAL
Dengan adanya pandemi COVID-19, beberapa pemerintah Negara
di dunia menetapkan kebijakan lockdown atau pembatasan sosial demi
memutus rantai penularan penyakit ini. Namun, dalam kenyataanya
dampak dari lockdown, karena aktivitas sehari-hari lebih banyak di rumah,
kontak dengan orang yang tinggal serumah makin sering, justru memicu
peningkatan KDRT, kekerasan maupun pelecehan seksual. Pelaku dari
kekerasan dan pelecehan seksual ini beragam, mulai dari kelurga sendiri,
bahkan sampai kepada penegak hukum.

Gambar 1.4 Lockdown maupun PSBB (pembatasan sosial berskala besar) digalakkan
pemerintah guna menekan penyebaran COVID-19

Peningkatan kasus kekerasan seksual selama pandemi COVID-19


tidak hanya terjadi di Inonesia, melainkan juga secara global. Di
Nigeria, sebuah studi kualitatif yang dilakukan oleh Aborisade (2021),
mewawancarai 46 orang responden melalui deep interview, menemukan
bahwa terdapat 11 orang perempuan terindikasi mengalami pelecehan
seksual oleh petugas kepolisian setempat. Tiga orang di antara mereka
mengalami pelecehan seksual seperti disentuh pada bagian-bagian sensitif
(payudara, pantat). Delapan dari mereka mengaku kejadian itu dilakukan
saat petugas kepolisian sedang melakukan tugasnya menjaga wilayah
saat pemberlakuan lockdown. Kasus yang paling parah dialami oleh
seorang perawat, berusia 24 tahun. Perawat tersebut dalam perjalanan
pulang dari RS, jam 23.00 waktu setempat. Di tengah perjalanan, dicegat
oleh mobil patroli polisi. Perempuan tersebut mengalami pelecehan
seksual diraba pada bagian sensitifnya, dilecehkan secara verbal, bahkan
disobek bajunya.65
65 Merujuk pada artikel Jurnal Accounts odf Unlawful Use of Force and Misconduct of Nigerian Police in The Enforcement
of Covid-19 Measures (Aborisade, 2021)

VOLUME 2 113
Bagaimana dengan kondisi di Indonesia? di Indonesia sendiri,
jumlah kasus COVID-19 semakin meningkat semenjak diumumkan
pandemi COVID pada 2 Maret 2020. Pemerintah mulai memberlakukan
pembatasan sosial berskala besar untuk menekan penularan penyakit ini.
Namun, pembatasan sosial yang dicetuskan oleh pemerintah, berdampak
juga kepada ekonomi dan psikologis masyarakat. Dengan dianjurkannya
masyarakat untuk stay at home dan mengurangi aktivitas fisik di luar
rumah, pusat keramaian diadakan pembatasan jam operasional dan
pemberlakuan protokol kesehatan, geliat ekonomi masyarakat juga ikut
lesu. Tidak jarang ditemukan PHK massal oleh perusahaan sebagai
dampak dari pandemi COVID-19. Kementrian Ketenagakerjaan mencatat
jumlah pekerja yang terdampak PHK akibat COVID-19 naik menjadi 2,1
juta orang. Jumlah ini merupakan jumlah yang terdata di Kemnaker dan
BPJS Ketenagakerjaan. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat
sampai 3,5 juta orang sampai dengan Agustus 2020. Sementara itu
pekerja migran juga mengalami dampak dari Pandemi global COVID-19,
terdapat sekitar 1,4 juta buruh migran yang dipulangkan. Angka
kemiskinan tercatat mengalami kenaikan dari 9,41% menjadi 9,78%
semenjak pandemi COVID-19.66

Gambar 1.5 Pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap kelesuan ekonomi sehingga
memicu PHK massal

Kondisi ekonomi yang memburuk berakibat kepada terjadinya


PHK massal, tentunya berpengaruh juga kepada sisi psikologis dari
masyarakat. Apalagi terhadap kaum pria yang identik sebagai kepala
keluarga. Jika seorang kepala keluarga sebagai pencari nafkah seketika
harus kehilangan pekerjaan, maka akan berdampak secara psikologis.
Kultur masyarakat Indonesia cenderung patriarki sehingga merupakan


66
Merujuk pada artikel “Bicara Imbas Covid Jumlah PHK Meningkat (Herdi, 2020)

114 VOLUME 2
sebuah beban tersendiri bagi kaum pria ketika dia tidak mempunyai
pekerjaan. Dia akan merasa gagal dan tidak berguna. Pria yang merasa
gagal jarang berekspresi dengan mengeluh ataupun menangis. Kultur
Patriarki tidak menerima pria berkeluh kesah maupun menangis. Hal ini
berakibat pria cenderung menyalurkan perasaan tak berdayanya melalui
amarah dan kekerasan terhadap lingkungan sekitarnya, baik dalam
bentuk KDRT, atau kekerasan seksual.
Melalui searching engine pada lama detik.com, dengan keyword
kekerasan seksual dan COVID-19, ditemukan 85 artikel yang terkait.
Dari artikel tersebut kemudian dipilah lagi menjadi 29 artikel terkait
peningkatan kasus kekerasan dan pelecehan seksual baik pada dewasa
maupun anak, selama pandemi COVID-19. Laporan dari Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)
dan Komnas Perempuan, melonjaknya kasus kekerasan terhadap
perempuan semasa pandemi sebesar 75%. Selama 2019 sebesar 75,4%
kasus kekerasan terhadap perempuan berada pada ranah personal
berdasarkan laporan tahunan Komnas Perempuan. Dapat disimpulkan
bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan paling sering terjadi di
dalam rumah dan pelakunya merupakan orang terdekatnya. Dari kasus
kekerasan pada perempuan kasus kekerasan seksual menempati 4.898
kasus.67
Kekerasan seksual pada anak juga tercatat meningkat seperti di
Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Kasus kekerasan seksual terhadap
anak melonjak sebanyak 14 kasus atau sekitar 20% selama periode
Januari sampai Juli 2020. Pemicu hal tersebut diantaranya saat pandemi
anak-anak sekolah belajar via daring di rumah. YouTube juga mencatat
bahwa pihaknya semakin banyak menghapus video selama periode
lockdown akibat pandemi virus Corona. Dari bulan April hingga Juni
2020, tercatat 11,4 juta video telah dihapus. Dari 11,4 juta video yang
dihapus, 14,6% dihapus karena alasan konten seksual, dan 10,6%
dihapus karena menampilkan konten kekerasan dan grafik.68
Beberapa headline terkait peningkatan kasus kekerasan dan
pelecehan seksual yang berhasil penulis rangkum dari laman detik.com
yaitu:

67
Merujuk pada artikel Perempuan Korban Kekerasan dan Karantina Mandiri (Mardiasih, 2020)
68
Merujuk pada artikel Kekerasan Seksual Pada Anak Di Pare-Pare Naik (Hasrul, 2021)

VOLUME 2 115
Tabel 1. Beberapa Headline Terkait Peningkatan Kasus Kekerasan Seksual Selama
COVID-19 Yang Dimuat Pada Media Elektronik

No. Headline Tanggal dimuat Sumber Intisari


1 WHO: sepertiga 10 Maret 2021 Detik.com • Sekitar 736 juta perempuan
Perempuan di Dunia di dunia, pernah mengalami
Alami Kekerasan kekerasan fisik maupun seksual.
Fisik dan Seksual • Kekerasan yang dilakukan oleh
pasangan mereka dialami oleh
satu dari empat wanita berusia
antara 15-24.
• Perempuan di negara-negara
berpenghasilan rendah, seperti
negara di regional Asia selatan
dan sub-Sahara Afrika di
Kepulauan Oceania Fiji, lebih
rentan mengalami kekerasan
fisik dan seksual oleh pasangan
mereka.
• Direktur Eksekutif UN Women,
mengatakan “Sejak pandemi
Covid-19, semua bentuk
kekerasan terhadap perempuan
dan anak perempuan, terutama
kekerasan dalam rumah tangga,
mengalami peningkatan dalam
skala yang kami sebut Pandemi
Bayangan”.

2 Ada 299.911 23 April Detik.com • Selama tahun 2020 tercatat


Kasus Kekerasan 2021 299.911 kasus kekerasan
Perempuan di 2020, terhadap perempuan yang
Ini Kata Lestari dilaporkan ke Komnas
Moerdijat Perempuan.

• Pandangan bahwa perempuan


tidak setara dengan pria
masih melekat di masyarakat.
Perempuan masih dianggap
sebagai objek. Hal ini terlihat
dari jumlah perempuan dan
anak yang menjadi korban
kekerasan, baik fisik hingga
verbal pada saat pandemi
COVID-19.

3 Perkosaan anak: 8 Maret 2021 Bbc.com • Anak-anak sebagai kelompok


Korban pelecehan yang rentan menanggung
seksual dalam kekerasan dalam waktu
keluarga di yang lama sepanjang masa
Indonesia terjebak pembatasan sosial.
di tengah pandemi
Covid-19

116 VOLUME 2
4 Kekerasan Senin, 08 Mar 2021 Detik.com • Selama pandemi, perempuan
Perempuan di Masa semakin rentan terhadap
Pandemi kekerasan karena diam di
rumah dalam waktu yang lama
dengan pelaku orang terdekat
baik relasinya pacaran maupun
rumah tangga.
• Perempuan mendapatkan
beban ganda yang lebih banyak
misal ketika suami WFH atau
suami dirumahkan
• Komisi Nasional Antikekerasan
Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) dan sejumlah
lembaga mitra menerima
laporan 8.234 kasus kekerasan
terhadap perempuan sepanjang
2020. Sebanyak 79% kasus di
antaranya adalah kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT).
5 Kejahatan Keji Timpa 26 Feb 2021 Detik.com • PAI mencatat, kasus anak
4 Pelajar Jabar, KPAI sebagai korban kekerasan
Ungkap Dampak meningkat jauh dibanding tahun
Pandemi sebelumnya, yaitu kekerasan
fisik naik dari jumlah 157 ke
249 dan kekerasan psikis dari
jumlah 32 ke 119 atau hampir
3,7 kali lipat.
• Kekerasan seksual meningkat
dua kali lipat dari jumlah 190 ke
419 kasus.
• Fase pandemi yang tidak
mudah, semua lapisan
masyarakat terdampak secara
psikologis dan finansial
6 Bunuh Diri Melonjak 18 Feb 2021 • Pandemi Covid-19
di Jepang Gegara memperkeruh situasi bagi para
Pandemi, Ke- wanita muda yang mengalami
napa Lebih Banyak pelecehan fisik atau seksual.
Wanita? • Seorang perempuan muda yang
mengaku dia telah dilecehkan
secara seksual oleh bapaknya,
akibat pandemi, bapaknya
sedikit bekerja dan lebih banyak
berada di rumah.
7 Dukung Perlind- 5 Jan 2021 Detik.com • Berdasarkan data yang dirilis
ungan Anak, HNW KemenPPPA pada 2020,
Minta Data Predator kejahatan seksual terhadap
Seksual Dibuka anak di masa pandemi
COVID-19 meningkat.
Ditemukan 4.833 kasus
kekerasan terhadap anak,
sebanyak 2.556nya merupakan
kasus kekerasan seksual.

VOLUME 2 117
8 Libido Tinggi Giring 5 Des 2020 Detik.com • Seorang pria di Denpasar,
Pria di Bali Cabuli Bali, mencabuli serta hendak
4 Wanita Saat Dini memerkosa empat wanita muda
Hari pada dini hari.
• “Tahun 2019 tersangka sudah
pernah ditangkap dengan kasus
yang sama, Dapat asimilasi
COVID-19, sehingga di bulan
Juli 2020 sudah bebas. Lalu
bulan November berulah lagi”

9 Gejala Global Perni- 20 Sep 2020 Detik.com • Pernikahan dini meningkat


kahan Dini Melonjak selama masa pandemi
di Masa Pandemi COVID-19. Meningkatnya
pernikahan dini juga terjadi
padai tingkat global.
• Di Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat (NTB) terdapat
pasangan remaja siswa
Madrasah Tsanawiyah yang
dinikahkan akibat telat pulang
selepas jalan-jalan.
• Pernikahan dini di NTB selama
pandemi Corona cukup sering
terjadi. BKKBN memperoleh
laporan 6 pelajar SMP di NTB
melakukan pernikahan dini pada
akhir Agustus.
• Pernikahan dini tersebut
disebabkan kegiatan chatting
sesama pelajar semasa sekolah
dilakukan via daring akibat
pandemi.
10 YouTube Hapus 11 27 Agustus 2020 Detik.com • Dari 11,4 juta video yang
Juta Video Selama dihapus oleh youtube, 33,5%
Pandemi di antaranya dihapus karena
mengancam keselamatan anak-
anak. 28,3% lainnya dihapus
karena dinilai sebagai spam
atau menyesatkan, 14,6%
dihapus karena alasan konten
seksual, dan 10,6% dihapus
karena menampilkan konten
kekerasan dan grafik.

11 Kasus Kekerasan 24 Jul 2020 Detik.com • Laporan Sistem Informasi


Anak Naik, Ketua Online Perlindungan
MPR: Harus Dir- Perempuan dan Anak (SIMFONI
espons dengan PPA) ada kurang lebih 3.000
Serius kasus kekerasan terhadap
anak selama 1 Januari sampai
19 Juni 2020, dimana 1.848
dari kasus tersebut merupakan
kasus kekerasan seksual.

118 VOLUME 2
12 Pandemi COVID-19, 23 Jul 2020 Detik.com • Selama Pandemi COVID-19
Kasus Kekerasan kasus kekerasan terhadap
Anak Meningkat di anak di bawah umur mengalami
Sukabumi lonjakan. Salah satu factor
pencetusnya adalah banyak
orang tua yang stres karena
harus Work From Home (WFH).

• Faktor pemicunya dapat dari


kebosanan yang memicu stres,
bagi para orang tua yang harus
stay at home dalam jangka
waktu lama. Faktor lainnya
ekonomi dan lalu pola asuh

• Kasus kekerasan anak di bawah


umur mengalami peningkatan
sebesar 20%. Pelakunya
sebagian besar adalah pihak
terdekat korban.

• DP3A melaporkan rekapitulasi


kasus kekerasan pada anak
sebanyak 70 kasus selama awal
Januari hingga akhir Juni 2020,.
Kasus kekerasan seksual atau
kasus paedofil paling banyak
dijumpai dari total kasus.
13 Kekerasan Seksual 23 Jul 2020 Detik.com • Kasus kekerasan seksual
Anak di Parepare pada anak di Kota Parepare,
Naik Saat Pendemi Sulawesi Selatan meningkat
COVID, Ini Sebab- sebesar 20% atau sebanyak 14
nya kasus selama periode Januari
sampai Juli 2020. Peningkatan
kasus paling banyak semasa
pandemi COVID-19, saat
masyarakat dihimbau untuk
stay at home.

• Pemicunya peningkatan kasus


kekerasan seksual pada anak-
anak salah satunya aktivitas
sekolah yang dilakukan via
belajar daring di rumah.

• Dari laporan Pusat Pelayanan


Terpadu Perlindungan
Perempuan dan Anak (P2TP2A)
Parepare, ada 9 anak laki-
laki mengalami kekerasan
seksual yang dilakukan
laki-laki dewasa (Pedofilia).
Terdapat 62 kasus kekerasan
terhadap perempuan, beberapa
diantaranya merupakan anak di
bawah umur.

VOLUME 2 119
14 KDRT Meningkat di 23 Jul 2020 Detik.com • Data ‘Because We Matter’,
Asia Akibat ‘Lock- yang dirilis oleh organisasi
down’ COVID-19, Plan International Australia dan
Termasuk di Indo- Save the Children, terdapat
nesia peningkatan pelecehan via
siber, anak-anak lebih sering
terpapar ‘cyberbullying’,konten
berbahaya, maupun eksploitasi
seksual selama masa
pembatasan sosial.

15 Kasus Kekerasan 10 Jul 2020 Detik.com • Kasus kekerasan terhadap


Perempuan Naik perempuan melonjak
75% Selama semasa pandemi COVID-19.
Pandemi Corona Peningkatan dilaporkan sebesar
75 persen. Berdasarkan data
Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan
Anak (Kemen PPPA) dan
Komnas Perempuan.

16 Situs Pelecehan 30 Mei 2020 Detik.com • Internet Watch Foundation


Anak Diakses Jutaan memblokir salah satu website
Kali oleh Pelaku pada bulan April. Lembaga
Pedofilia Saat Lock- tersebut menemukan orang
down berupaya mengakses situs
pelecehan anak sebanyak
hampir 9 juta kali.

Dari beberapa headline yang dimuat pada media elektronik, dapat


disimpulkan bahwa beberapa penyebab melonjaknya kasus kekerasan
seksual di masa pandemi diantaranya disebabkan oleh:
1. Diberlakukannya pembatasan sosial, sehingga aktivitas masyarakat
lebih banyak di dalam rumah, interkasi antar anggota keluarga menjadi
semakin intens.
2. Pada kasus pelecehan seksual pada anak, di masa pandemi anak
banyak beraktivitas di dalam rumah karena pembelajaran secara
daring sehingga mereka menjadi lebih rentan terhadap kekerasan
maupun pelecehan seksual.
3. Tingginya pernikahan dini di kalangan remaja merupakan salah satu
dampak pelaksanaan belajar lewat daring sehingga para pelajar lebih
banyak di rumah dan menggunakan perangkat gawai untuk ber-
chatting dengan temannya.
4. Faktor psikologis seperti stress akibat bosan terlalu lama di rumah,
beban pekerjaan rumah yang menumpuk, kehilangan pekerjaan turut
serta menjadi pencetus peningkatan kasus kekerasan seksual selama
pandemi COVID-19.
5. Tingginya angka PHK membuat laki-laki yang menjadi sosok pencari
nafkah dalam kultur patriarki rentan mengalami stress.
6. Penyalahgunaan wewenang kekuasaan dari petugas keamanan

120 VOLUME 2
terhadap warga, sebagai cerminan penyalahgunaan otoritas yang
seharusnya mereka mengayomi masyarakat selama pandemi.
7. Keleluasaan dalam mengakses konten seksual dikarenakan
masyarakat mempunyai banyak waktu luang dan lebih sering berada
di rumah.
8. Asimilasi narapidana semasa pandemi yang pada beberapa kasus
narapidana tersebut berulah lagi, terutama dalam hal ini narapidana
kasus kekerasan seksual.

F. PENUTUP
Kekerasan didefiniskan ketika seseorang bertindak menggunakan
kekuatan fisik atau cara-cara yang tidak patut, melanggar hukum dan melukai
diri sendiri atau lingkungannya. Kekerasan lahir sebagai akibat dari otoritas
kekuasaan, kelompok masyarakat subordinat seringkali menjadi korban
kekerasan. Kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kekerasan.
Akar kekerasan seksual yaitu ketimpangan hubungan kuasa antara pelaku
dan korban.
Pandemi COVID-19 sudah berjalan lebih dari 1 tahun sejak ditetapkannya
menjadi pandemi global oleh WHO di bulan Maret 2020, telah berdampak
pada semua lini kehidupan. Pemerintah negara-negara di dunia termasuk
Indonesia menetapkan pembatasan sosial demi memutus rantai penularan
penyakit. Namun, dalam kenyataanya dampak dari lockdown, aktivitas
sehari-hari lebih banyak di rumah, kontak dengan orang yang tinggal serumah
makin sering, justru memicu peningkatan kekerasan seksual. Pelaku dari
kekerasan seksual ini beragam, mulai dari kelurga sendiri, bahkan hingga
penegak hukum.
Faktor pencetus dari melonjaknya kasus kekerasan seksual semasa
pandemipun beragam, mulai dari aktivitas masyarakat lebih banyak di dalam
rumah, pembelajaran secara daring sehingga anak-anak menjadi lebih
rentan terhadap kekerasan seksual, para pelajar lebih banyak di rumah
dan menggunakan perangkat gawai untuk ber-chatting dengan temannya
sehingga memicu pernikahan dini, faktor psikologis seperti stress akibat bosan
terlalu lama di rumah, tingginya angka PHK, penyalahgunaan wewenang
kekuasaan dari petugas keamanan terhadap warga, keleluasaan dalam
mengakses konten seksual, sampai kepada pembebasan narapidana yang
membuat mereka berulah lagi.
Pemerintah diharapkan hadir dalam kondisi ini dengan lebih sigap
terhadap laporan warga. Warga masyarakat juga diharapkan tidak takut

VOLUME 2 121
melaporkan jika mengalami pelecehan maupun kekerasan seksual. Karena
pada kenyataanya, kasus kekerasan seksual ini seperti iceberg phenomen
yang diakibatkan para korban enggan atau malu melapor maupun diancam
jika melapor. Banyak pihak mendesak segera disahkannya RUU PKS
(penghapusan kekerasan seksual). RUU PKS diharapkan dapat menjadi alat
Negara dalam pencegahan terhadap pelecehan dan kekerasan seksual.

122 VOLUME 2
GLOSARIUM

Emotional : Emotional abuse (kekerasan emosional) merupakan


abuse bentuk kekerasan yang memiliki banyak bentuk dan
cenderung bisa lebih “halus” dibandingkan bentuk
kekerasan lainnya. Pelaku menggunakan kata “cinta”
sebagai magic word untuk mengkontrol dan memaksa.
Emotional abuse bisa terjadi pada berbagai tipe
hubungan, termasuk hubungan dengan rekan kerja,
dengan orang tua, dengan pengasuh, atau dengan
teman dekat atau kekasih.
Stay at home : Anjuran pemerintah dalam rangka menekan
penyebaran virus SARS COV2 penyebab COVID-19
dengan cara tinggal lebih banyak di dalam rumah.
Masyarakat masih diperbolehkan pergi untuk
beberapa hal penting atau mendesak seperti bekerja
atau belanja kebutuhan untuk obat dan makanan.
Lockdown : Lockdown merupakan tindakan darurat atau kondisi
saat orang-orang untuk sementara waktu dicegah
memasuki atau meninggalkan area atau bangunan
yang telah ditentukan selama ancaman bahaya
berlangsung.
Toxic : Toxic masculinity merupakan kepercayaan dan
masculinity perilaku sempit terkait peran gender dan sifat laki-
laki. Definisi maskulinitas yang lekat sebagai sifat pria
identik dengan kekerasan, agresif secara seksual,
dan tidak boleh menunjukkan emosi.  
Verbal abuse : kekerasan secara verbal nerupakan salah satu jenis
kekerasan (abuse) yang bisa terjadi dalam sebuah
hubungan. Baik itu hubungan dalam pacaran atau
dalam hubungan pernikahan. Pelaku yang melakukan
verbal abuse ini akan berbicara dengan kata-kata yang
kasar seperti menghina atau mengejek korbannya.
Atau bahkan terkadang pelaku juga memaki dengan
kata-kata yang kasar. 

VOLUME 2 123
Physical : Merupakan tindakan yang disengaja yang
abuse menyebabkan cedera atau trauma pada orang lain
melalui kontak fisik. Korban dapat anak-anak maupun
orang dewasa, semidsl kasus kekerasan dalam rumah
tangga atau agresi di tempat kerja. Istilah alternatif
terkadang digunakan termasuk penyerangan fisik
atau kekerasan fisik, termasuk pelecehan seksual
Pelecehan fisik dapat melibatkan lebih dari satu
pelaku, dan lebih dari satu korban.
Sexual abuse : Merupakan perilaku seksual kasar yang dilakukan
oleh satu orang ke orang lain. Perbuatan dilakukan
menggunakan kekerasan atau dengan mengambil
keuntungan dari orang lain yang cenderung tidak
berdaya atau subordinal.
Traumatic : Trauma secara seksual, korban kekerasan seksual
sexualization cenderung menolak melakukan hubungan seksual
akibat pengalaman tidak menyenangkan yang pernah
dialaminya, dan sebagai konsekuensinya dapat
menjadi korban kekerasan seksual dalam rumah
tangga.
SARS-COV2 : Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan virus yang
menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena
infeksi virus ini dinamakan COVID-19. Virus Corona
dapat menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, sampai dengan infeksi infeksi paru-paru
yang berat yang berujung kematian.
COVID-19 : COVID-19 adalah jenis penyakit baru yang
disebabkan oleh virus severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19
dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan,
mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga
infeksi paru-paru berat, seperti pneumonia.
Social : Social distancing diartikan sebagai menjaga
Distancing jarak antara 1 orang dengan orang lain minimal
1 (satu) meter. Tindakan ini dimaksudkan untuk
meminimalkan kontak atau sentuhan dengan orang
lain sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus
corona

124 VOLUME 2
Physical : Pembatasan kontak fisik unuk menekan penyebaran
Distancing virus SARS-COV-2, dalam konteks ini masyarakat
tidak terisolasi secara sosial dan menjauhi satu sama
lain. Masyarakat tetap dapat melakukan interaksi
sosial seperti biasa, namun dengan cara lain yang
tidak memerlukan kehadiran fisik secara langsung,
sebagai contoh dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan menggunakan media sosial.
Work From : Work From Home merupakan istilah yang digunakan
Home jika perkerja melakukan pekerjaan jarak jauh dan
komunikasi digital guna meminimalisir risiko pada
kesehatan dan keselamatan individu terkait.
Patriarki : Merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan
laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan
mendominasi dalam peran kepemimpinan politik,
otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.
Dalam domain keluarga, sosok yang disebut ayah
memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak
dan harta benda. Beberapa masyarakat patriarkal
juga patrilineal, yang berarti bahwa properti dan
gelar diwariskan kepada keturunan laki-laki. Secara
tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan
hak istimewa laki-laki serta menempatkan posisi
perempuan di bawah laki-laki. Patriarki berasal
dari kata patriarkat yang berarti struktur yang
menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa
tunggal, sentral, dan segala-galanya.

VOLUME 2 125
DAFTAR PUSTAKA

Rossy, Ayu Erivah UW. Analisi Isi Kekerasan Seksual Dalam Pemberitaan
Media Online. J Komun [Internet]. 2015;7(2):152–64. Available from:
https://journal.untar.ac.id/index.php/komunikasi
MaPPIFHUI. Apa sih perbedaan Kekerasan Seksual & Pelecehan Sek-
sual? MappifhuiOrg [Internet]. 2018; Available from: http://mappifhui.
org/2018/10/30/serba-serbi-kekerasan-seksual-terhadap-perem-
puan/
Ivo Noviana. Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak Dan Penanga-
nannya Child Sexual Abuse: Impact And Hendling. Sosio Inf [Inter-
net]. 2015;1(1):14. Available from: http://ejournal.kemsos.go.id/index.
php/Sosioinforma/article/download/87/55
Kusumaningtyas U, Rokhmah D, Nafikadini I. Dampak Kesehatan Mental
Pada Anak Korban Kekerasan Seksual ( Effect of Mental Health on
Children as Victim of Sexual Violence ). 2013;
Fakhrur R, Vetty Y., Syahidah A.A., Jimny H. 2020. Bunga Rampai Co-
vid-19 p 2-4. Depo : Sebi Press
Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo W, Susilo A, et al.
2020. Panduan Tatalaksana COVID-19 Edisi Ke-3. Jakarta : PDPI,
IDAI, PERKI, PAPDI, PERDATIN
Aborisade RA. Accounts of Unlawful Use of Force and Misconduct
of the Nigerian Police in the Enforcement of COVID-19 Measures. J
Police Crim Psychol [Internet]. 2021;(0123456789). Available from:
https://doi.org/10.1007/s11896-021-09431-4
Herdi. A. Bicara Imbas Covid Airlangga Jumlah PHK Meningkat Menjadi
21 Juta. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5130839/
bicara-imbas-covid-airlangga-jumlah-phk-meningkat-jadi-
21-juta(online). Diakses 18 April 2021.
Mardiasih.2020. Artikel Perempuan Korban Kekerasan dan Karantina Man-
diri.https://news.detik.com/kolom/d-4955408/perempuan-korban-ke-
kerasan-dan-karantina-mandiri. (online). Diakses 18 April 2021.
Hasrul Nawir. Artikel Kekerasan Seksual pada Anak di Pare-Pare Naik.
https://news.detik.com/berita/d-5104841/kekerasan-seksual-pada-
anak-di-parepare-naik-20-polisi-tangani-14-kasus. (online). Diakses
18 April 2021.

126 VOLUME 2
BIOGRAFI PENULIS

Elies Fitriani
dr. Elies Fitriani M.biomed (AAM) CIQaR lahir di
Banyumas, 30 Mei 1987, merupakan anak sulung dari
2 bersaudara. Lahir di sebuah desa di kaki pegunungan
Gunung Slamet, Desa Kalisari, Kabupaten Banyumas,
Jawa Tengah. Menempuh pendidikan S1 dan profesi
Dokter Umum pada tahun 2004-2010 di Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto. Pada tahun
2017-2019 penulis mengambil Magister Biomedik
kekhususan Antiaging Medicine pada Universitas
Udayana dan memperoleh gelar Magister Biomedik.
Penulis pernah bekerja sebagai dokter IGD pada RSUD Ajibarang, RS
Islam Purwokerto dari tahun 2010-2012, Dokter konsultan estetika pada Erha
Clinic 2012-2018. Saat ini bergabung dengan Universitas Pertahanan menjadi
staff pengajar pada departemen anatomi dan juga mengajar pada mata kuliah
gizi kesehatan. Penulis aktif dalam berbagai organisasi seperti HMMK, KBMK,
Tim bantuan Medis Avicenna Medical Team. Selain itu juga aktif sebagai
pengurus PERDAWERI (Perhimpunan Dokter Anti aging, Wellness, Estetik
dan Regeneratif Indonesia) Cabang Kalimantan Barat. Gelar non akademis
yang pernah ditempuh diantaranya CIQaR (Certified Quantitative Analityc
Researcher) pada tahun 2021.

VOLUME 2 127
Perempuan dan media merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan lainnya. Saat ini, hampir tidak ada satu jenis media massa
pun yang tidak mengangkat sosok perempuan dalam pemberitaan. Dunia
perempuan memang telah mengalami perubahan yang luar biasa dari
zaman ke zaman. Tetapi, wacana kesetaraan dan relasi gender masih
terus menghiasi media massa hingga detik ini. Berbagai wacana dalam
media massa masih menggambarkan bahwa perempuan adalah kaum
yang lemah hingga materialistik, sehingga ketidakadilan dan kesetaraan
masih jauh dari harapan kaum perempuan.

Buku Perempuan volume 2 adalah lanjutan dari judul buku yang sama.
Mengangkat tema Perempuan dan Media Massa. Tulisan berupa studi
literatur, concept paper, atau hasil workshop yang orisinil dan terkini.

Diterbitkan oleh
Percetakan & Penerbit
ISBN 978-623-264-426-7
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
Jln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1
Kopelma Darussalam
Telp. 0651-812221
email: upt.percetakan@unsyiah.ac.id
unsyiahpress@unsyiah.ac.id

https://unsyiahpress.unsyiah.ac.id ISBN 978-623-264-429-8 (PDF)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai