NIM : 20033006
RESUME MATERI
1. Siswa Beresiko
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat diprediksi
adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar. Prediksi ilmiah tidak
selamanya tepat tetapi dapat meningkatkan kewaspadaan orang tua untuk melakukan
usaha yang lebih intensif untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang tidak diinginkan
pada anak di masa datang. Prediksi tentang kemungkinan timbulnya kesulitan belajar di
sekolah biasanya didasarkan atas hasil pemeriksaan terhadap perkembangan, penyakit,
atau situasi traumatik yang dialami oleh anak pada masa prasekolah. Adanya kelambatan
perkembangan motorik, bahasa dan emosi sering dijadikan acuan prediksi bahwa anak
kelak akan mengalami kesulitan belajar di sekolah. Risiko biologis menunjukkan pada
suatu kemungkinan yang didasarkan atas Riwayat medis dan kesehatan yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar di sekolah.
Contoh resiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan belajar.
Tidak semua anak yang lahir premature akan berkesulitan belajar di sekolah. Meskipun
demikian, cukup banyak kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang prematuritas.
Resiko lingkungan terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkungan sosial yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut
mencakup fisik, emosi, kognitif, dan intuisi.
Sesuai dengan arti kata ‘exceptional’, anak luar biasa diartikan sebagai individu-
individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang
dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus, anak luar biasa
menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih
tinggi dari anak normal sebayanya, atau berada di luar standar norma-norma yang berlaku
di masyarakat itu menyimpang ‘ke atas’ maupun ‘ke bawah’ baik dari segi fisik, intelektual
maupun emosional sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi
sosial, personal maupun aktivitas pendidikan. (Tahlib, 2010:245). Elliot (1996)
mengartikan anak berkebutuhan khusus (exceptional) sebagai a term that refers to one or
more kinds of special needs. Menurut definisi ini terlihat exceptional sama artinya dengan
special needs.
Disordered, juga sering digunakan untuk merujuk pada problem belajar atau perilaku
sosial. Handicap, mengacu pada kesulitan merespons atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang disebabkan oleh deviasi fisik, intelektual dan emosional. Namun, istilah
exceptional tampaknya mengandung pengertian yang lebih luas ketimbang istilah-istlah
lainnya, di mana istilah exceptional itu mencakup juga anak yang gifted (cerdas) dan
talented (berbakat).
Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan
spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional
children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan
layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan
hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka
memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan
perkembang yang dialami oleh masing-masing anak.
Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan
khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
1) Tunanetra
2) Tunarungu
3) Tunagrahita
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan
pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas
fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan
motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki
keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
5) Tunalaras
6) Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis
yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang
disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia,
dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas
rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
• Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus dari
kebutuhan belajar peserta didik.
Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan dapat
dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan pembelajaran.
Prinsip ini mengingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas.
Kita bisa mengajar lebih efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta
didik. Dalam kelas yang bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang
dikatakan peserta didik atau menciptakan informasi yang berguna untuk
dipahami peserta didik.
Berbagai hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik untuk menunjukkan apa
yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya, sebuah produk bisa berupa portofolio karya
peserta didik, penampilan solusi dari suatu soal/masalah, laporan akhir, soal-soal
eksplorasi. Hasil belajar yang baik membuat peserta didik memikirkan kembali apa
yang telah dipelajari, menerapkan apa yang dapat dilakukan, dan memperluas
pemahaman dan ketrampilan.