Anda di halaman 1dari 9

NAMA : FADILLA HIZZATIL HATTA

NIM : 20033006

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

MATAKULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN : Dr. NETRAWATI, M.Pd., Kons

RESUME MATERI

PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR (LANJUTAN)

1. Siswa Beresiko

Abdurrahman (2009:284), menjelaskan bahwa istilah beresiko digunakan untuk


menunjukkan bahwa melakukan identifikasi anak berkesulitan belajar pada masa
prasekolah merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Anakanak tersebut belum mengalami
kegagalan di sekolah tetapi mungkin memiliki potensi untuk mengalami kegagalan dalam
menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Anak beresiko adalah anak-anak yang teridentifikasi
memiliki potensi untuk mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Ada tiga alasan untuk menyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk gagal di sekolah
atau memiliki potensi untuk menjadi anak berkesulitan belajar,

(1) hasil pemeriksaan medis,


Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat
diprediksikan bahwa adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar,
meskipun prediksi ilmiah tidak selamanya tepat tetapi dapat digunakan untuk usaha
intensif dalam mencegah terjadinya penyimpangan pada anak di masa datang.
(2) resiko bilogis,
Resiko biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat
medis dan kesehatan yang data menimbullkan kesulitan belajar disekolah. Contoh
resiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan belajar,meskipun
tidak pasti tetapi banyak kasus disekolah bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak-
anak yang memiliki latar belakang prematuritas. Sehingga dapat diwaspadai akan
pertumbuhan dan perkembangannya.
(3) risiko lingkungan.
Terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkukngan sosial yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut
mencakup fisik, emosi, kognitif, dan intuisi. Dari penyebab lingkugan tersebut dapat
diketahui, di prediksikan dan diinterfensi penyebab anak dalam berkesulitan belajar.

Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat diprediksi
adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar. Prediksi ilmiah tidak
selamanya tepat tetapi dapat meningkatkan kewaspadaan orang tua untuk melakukan
usaha yang lebih intensif untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang tidak diinginkan
pada anak di masa datang. Prediksi tentang kemungkinan timbulnya kesulitan belajar di
sekolah biasanya didasarkan atas hasil pemeriksaan terhadap perkembangan, penyakit,
atau situasi traumatik yang dialami oleh anak pada masa prasekolah. Adanya kelambatan
perkembangan motorik, bahasa dan emosi sering dijadikan acuan prediksi bahwa anak
kelak akan mengalami kesulitan belajar di sekolah. Risiko biologis menunjukkan pada
suatu kemungkinan yang didasarkan atas Riwayat medis dan kesehatan yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar di sekolah.

Contoh resiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan belajar.
Tidak semua anak yang lahir premature akan berkesulitan belajar di sekolah. Meskipun
demikian, cukup banyak kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang prematuritas.
Resiko lingkungan terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkungan sosial yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut
mencakup fisik, emosi, kognitif, dan intuisi.

Abdurrahman (2009:286) mengutip pendapat Clark yang menjelaskan bahwa


inteligensi tidak hanya terkait dengan fungsi kognitif tetapi juga fisik, emosi, dan intuisi
dan anak dapat digolongkan berbakat kalau semua fungsi tersebut tumbuh dan
berkembangan secara terintegrasi hingga taraf yang tinggi.

2. Siswa Berkebutuhan Khusus

Sesuai dengan arti kata ‘exceptional’, anak luar biasa diartikan sebagai individu-
individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang
dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus, anak luar biasa
menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih
tinggi dari anak normal sebayanya, atau berada di luar standar norma-norma yang berlaku
di masyarakat itu menyimpang ‘ke atas’ maupun ‘ke bawah’ baik dari segi fisik, intelektual
maupun emosional sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi
sosial, personal maupun aktivitas pendidikan. (Tahlib, 2010:245). Elliot (1996)
mengartikan anak berkebutuhan khusus (exceptional) sebagai a term that refers to one or
more kinds of special needs. Menurut definisi ini terlihat exceptional sama artinya dengan
special needs.

Mclnerney (1998) dalam bukunya exceptional student menggunakan istilah special


needs. Selanjutnya anak berkebutuhan khusus menurut Heward adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjuikkan
pada ketidakmampuan mental, emosi dan fisik. Konsep lain terkait dengan anak
berkebutuhan khusus sebagimana yang dikemukakan oleh Delphie (2006) menjelaskan
bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan
kata Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus yang memiliki
karakter khusus yang memiliki karakter khusus yang memiliki karakteristik berbeda antara
anak yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan oleh Sumantri (2006) dimaknai sebagai
anak berkesulitan belajar dengan ketidakberfungsian otak minimal. Oleh World Health
Organization (WHO) ABK diartikan dengan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Disability : Keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari


impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam
batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
2. Impairment : Kehilangan atau ketidsknormalan dalam hal psikologis, atau struktur
anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ
3. Handicap : Ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau
disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada
individu.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan keluarbiasaan,


yaitu: disabled, impaired, disordered, handicap, atau exsepsionalitas. Disabled secara
umum merujuk pada pribadi yang mengalami gangguan fungsional sebagai akibat dari
deviasi fisik, problem belajar yang serius, atau penyesuaian sosial. Disabled pada
umumnya digunakan untuk menggambarkan deviasi fisik, seperti cacat anggota badanm
kerusakan otak, kelumpuhan, dan cacat fisik lainnya. Impaired biasanya digunakan untuk
menggambarkan deviasi yang berhubungan dengan pancaindra, misalnya gangguan
pendengaran atau penglihatan.

Disordered, juga sering digunakan untuk merujuk pada problem belajar atau perilaku
sosial. Handicap, mengacu pada kesulitan merespons atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang disebabkan oleh deviasi fisik, intelektual dan emosional. Namun, istilah
exceptional tampaknya mengandung pengertian yang lebih luas ketimbang istilah-istlah
lainnya, di mana istilah exceptional itu mencakup juga anak yang gifted (cerdas) dan
talented (berbakat).

-Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus

Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan
spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional
children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan
layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan
hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka
memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan
perkembang yang dialami oleh masing-masing anak.

Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan
khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.

1) Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra


dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.
Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi
memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan
maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan
indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat
taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul,
benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan
peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktifitas di sekolah luar biasa
mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya
mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

2) Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik


permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas
91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara
berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah
dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap
negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang
abstrak.

3) Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada


dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang
muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan
IQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita
berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi
individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
4) Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan
pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas
fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan
motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki
keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

5) Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi


dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang
tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.

6) Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis
yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang
disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia,
dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas
rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

3. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Keberagaman Siswa


Abdurrahman (2009:91) menyatakan ada beberapa implikasi teori behavioral bagi
kesulitan beajar:
1) Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang efektif. Guru perlu dituntut
memahami cara melakukan analisis tugas-tugas dari suatu tujuan pembelajaran dan
cara menyusun tugas-tugas tersebut secara berurutan. Bagi anak berkesulitan belajar
merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh pembelajaran langsung dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Pendekatan pembelajaran langsung dapat digabungkan dengan berbagai pendekatan
lain.Jika guru memiliki pengetahuan tentang kekhasan gaya belajar dan kesulitan
belajar anak, pembelajaran langsung dapat menjadi lebih efektif jika digabungkan
dengan pendekatan yang didasarkan atas gaya belajar anak.
3) Tahapan belajar anak harus dipertimbangkan Dalam merancang pembelajaran, tahapan
belajar anak merupakan konsep yang sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan
oleh guru.
Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja yang
menentukan tetapi juga tim work yang mendukung, berikut ini adalah komponen tim work:
a) Guru pendidikan khusus adalah mereka yang memberikan pembelajaran sehari-hari
dan dukungan lain bagi siswa berkebutuhan khusus.
b) Billingual special educator adalah guru yang memiliki pengetahuan baik di bidang
dwi bahasa maupun pendidikan khusus.
c) Early childhood special educator adaah mereka yang memberikan pelayanan pada
balita, mereka dapat melakukan berkerja sama dengan guru-guru pre sekolah dalam
hal pendidikan umum.
d) speech/ language pathologist adalah mereka yang mendiagnosis anak-anak
berkebutuhan, mendesain tindakan dan layanan yang tepat serta memonitor
kemajuannya.
e) School psychologist adalah mereka yang memiliki kompetensi untuk menentukan
kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.
f) School counselor adalah mereka yang menangani bukan saja siswa biasa tetapi juga
siswa dengan kebutuhan khusus, pada sekolah regular.
g) school social worker adalah mereka yang meng koordinasika usaha-usaha pendidik,
keluarga dan orang-orag lembaga terkait untuk memastikan bahwa siswa dapat
menerima semua pelayanan yang mereka butuhkan.
h) School Nurse adalah mereka yang bertanggung jawab dalam memeriksa dan menjaga
kesehatan siswa, serta mengatur distribusi obat-obatan yang dibutuhkan siswa.
i) Educational interpreter adalah mereka yang membantu siswa yang mengalami
kesulitan mendengar dengan menggunakan bahasa isyarat.
j) General educational teacher adalah guru pada kelas regular yang memiliki
kemampuan untuk untuk memeberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus.
k) Pareducator adalah para profesinal yang bekerja di bawah arahan guru atau
professional dalam memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus.
l) Parents Orang tua siswa yang memberikan kontribusi terhadap sekolah mengenai
perkembangan serta kehidupn anaknya di luar sekolah.
m) Additional High Specialized Service Provider adalah mereka yang memiliki keahlian
spesifik di bidang tertentu guna menangani siswa yang membutuhkan pelayanan
khusus secara unik.
Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau
kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh
kelas agar peserta didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang mendukung
keberagaman.
• Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam.
Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan peserta
didik, cara mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya merupakan alat yang
bisa digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan individu dan
seluruh kelas.

• Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus dari
kebutuhan belajar peserta didik.
Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan dapat
dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan pembelajaran.
Prinsip ini mengingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas.
Kita bisa mengajar lebih efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta
didik. Dalam kelas yang bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang
dikatakan peserta didik atau menciptakan informasi yang berguna untuk
dipahami peserta didik.

• Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai.


Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta didik
merasa tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik atau menyenangkan.

• Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran.


Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan
merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru mempelajari
peserta didiknya dan terus melibatkan mereka untuk membuat keputusan
tentang kelas. Hasilnya peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.

-Pemenuhan Kebutuhan yang Beragam.


Dalam suatu kelas diferensiasi yang baik, fakta penting, materi harus dipahamani dan
keterampilan tetap konstan untuk semua peserta didik. Apa yang biasanya berubah
dalam kelas yang beragam adalah bagaimana peserta didik mendapatkan akses materi
pelajaran yang dipelajari. Beberapa cara guru bisa mendiferensiasi akses terhadap isi
termasuk dalam hal :
• Menggunakan objek dengan beberapa peserta didik untuk membantu temannya
memahami konsep matematika atau IPA;
• Menggunakan teks lebih dari satu sebagai bahan bacaan;
• Menggunakan variasi pengaturan mitra membaca untuk mendukung dan
memberikan tantangan kepada peserta didik yang bekerja dengan materi teks;
• Mengulang kembali pembelajaran untuk peserta didik yang membutuhkan dengan
cara lain; dan
• Menggunakan teks, tape recorder, poster dan video sebagai cara untuk
menyampaikan konsep utama kepada berbagai peserta didik.
• Aktivitas. Suatu kegiatan yang efektif meliputi kemampuan menggunakan
keterampilan untuk memahami ide utama dan mempunyai tujuan pembelajaran.
• Hasil/produk. Guru dapat membedakan hasil belajar yang dicapai peserta didik.\

Berbagai hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik untuk menunjukkan apa
yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya, sebuah produk bisa berupa portofolio karya
peserta didik, penampilan solusi dari suatu soal/masalah, laporan akhir, soal-soal
eksplorasi. Hasil belajar yang baik membuat peserta didik memikirkan kembali apa
yang telah dipelajari, menerapkan apa yang dapat dilakukan, dan memperluas
pemahaman dan ketrampilan.

Anda mungkin juga menyukai