Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN

DIABETES MILLITUS DIRUANG KEPIES

RSUD DATU BERU TAKENGON

Disusun Oleh

Asrah, S.Kep

1912230156

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GETSEMPENA LHOKSUKON

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS

1) Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis, termasuk heterogen dengan manifestasi berupa

hilangnya toleransi karbohidrat.

(Price, S.A., 1995, hal: 1111)

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop elektron (Mansjoer, Aa, 1999, hal: 580).

Diabetes Melitus(DM) adalah masalah yang mengancam hidup

(kasus darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau

absolut. (Doenges, 2000, hal: 726).

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang

komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak, berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler

dan neurologis. (Long, B.C, 1996, hal: 4).

Berdasarkan beberapa pengertian Diabetes Melitus diatas maka

penulis menyimpulkan penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit

degeneratif dan merupakan suatu penyakit yang komplek yang


melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,protein, dan lemak

serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin

klarena adanya peningkatan kadar gula dalam darah.

Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus adalah

suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan

pada anggota keluarga yang mengalami Diabetes Melitus.

Klasifikasi Diabetes Melitus

1) Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus,

IDDM)

Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel

langerhans, biasanya berhubungan dengan tipe HLA spesifik,

keadaan defisiensi insulin ini biasanya dikatakan absolut karena

ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen. Penderita

IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih

berat dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada

semua usia, umumnya usia muda.

2) Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus,

NIDDM)

Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif

sebagaimana mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak

banyak protein dan lemak yang dihancurkan, hingga produksi

keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko terkena ketoasidosis

koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah wanita


dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang

lebih lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama (Bilous, R.W.,

1999, hal: 12)

3) Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan

keadaan atau sindrom tertentu)

Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada

pankreas yang menyebabkan sebagian besar kelenjar rusak (Bilous,

RW., 1999, hal: 14)

4) Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi

Masih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas

metabolisme glukosa yaitu:

a) Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG)

Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes

Melitus dapat menjadi normal atau tetap tidak bertambah,

bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut.

b) Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan adalah

intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui

selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi

berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa

(Price dan Wilson, 1995, hal: 1112).


2) Etiologi

Corwin (2000, hal: 543) menyatakan etiologi/penyebab Diabetes

Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya.

a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM

IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan

insulin, pengidap penyakit itu harus mendapat insulin pengganti.

IDDM disebabkan oleh destruksi auto imun, sel-sel beta pulau

langherhans dan terdapat kecenderungan pengaruh genetik.

Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk

berusia kurang dari 30 tahun.

b. Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan

resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan

insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer

dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak

mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis

resisten lebih sering pada orang dewasa, tapi dapat juga terjadi pada

semua umur, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada

kecenderungan familial, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik

selama stress (Long, BC, hal: 6).


c. Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan

keadaan atau sindrom tertentu)

Hiperglikemik terjadi karena penganut lain seperti: kerusakan

pankreas, obat-obatan kimia, kelainan insulin, sindrom genetik tertentu

(Long, BC, hal : 6)

d. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan malnutrisi

1) Kerusakan toleransi glukosa (KTG)

Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dan dapat

menjadi normal atau tetap tidak berubah bahkan dapat melebihi

nilai konsentrasi tersebut.

2) Diabetes Melitus gastosional (DMG)

Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi

glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan

hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai

pengaruh metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan merupakan

keadaan peningkatan metabolik tubuh (Price dan Wilson, 1995,

hal: 1112).

3) Patofisiologi

Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa

sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya parah dan melebihi

ambang ginjal, maka timbul glukosoria. Glukosoria ini akan

mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan kemih


(poliura) harus terstimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam jumlah

banyaj karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami

keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang

semakin besar (polifagra) timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price

and Wilson, 1995, hal: 1114).

Komplikasi Diabetes Melitus bisa terjadi secara akut maupun

kronis. Komplikasi akut Diabetes Melitus adalah ketaasidosis diabetes dan

non asidotik hiperosmolar. Pada ketoasidosis diabetes, kadar glukosa

darah meningkat secara cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan

penilaian lemak yang progresif, maka timbul poliurea dan dehidrasi. Kadar

keton juga meningkat (ketosis). Keton keluar melalui urine (ketouria).

Pada ketosis, pH menurun dibawah 7,3 dan menyebabkan asidosis

metabolik dan merangsang hiperventilasi. Komoplikasi ini terjadi pada

diabetes tipe I. Pada diabetes tipe II komplikasi akut yang terjadi adalah

non asidotik hiperosmolar, dimana pasien mengalami hiperglikemia berat

dengan kadar glukosa darah lebih dari 300 mg per 100 ml. Hal ini

menyebabkan osmolalitas plasma meningkat dan berakibat urine keluar

berliter-liter, rasa haus yang hebat, deficit kalium yang parah sehingga

mengakibatkan terjadinya koma dan kematian. Untuk komplikasi jangka

panjang sebagian besar disebabkan oleh tingginya konsentrasi glukosa

darah yang menyebabkan morbiditas dan mortalitaas penyakit, komplikasi

ini mengenai hampir semua organ tubuh seperti sistem kardiovaskuler,


gangguan penglihatan, kerusakan ginjal dan sistem saraf perifer (Corwin,

2000, hal : 549).

Penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi. Efektivitas kulit

sehingga pertahanan tubuh pertama berkurang. Diabetes yang telah

terkontrol menyebabkan defosit lemak di bawah kulit berkurang,

hilangnya glikogen dan terjadinya katabolisme protein tubuh. Kehilangan

protein yang menghambat proses peradangan dan penyembuhan luka.

Disamping itu fungsi leukosit, yang semuanya terlibat dalam upaya tubuh

untuk mengatasi infeksi, gagal. Menurunnya sirkulasi darah terhadap

bagian yang terinfeksi juga memperlambat penyembuhan (Long, B.C,

1996, hal: 49).

4) Tanda dan Gejala

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak

dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala

yang perlu mendapat perhatian adalah:

a. Keluhan Klasik

1) Banyak Kencing (Poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan

menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam

jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada

waktu malam hari.

2) Banyak Minum (polidipsia)


Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya

cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering

disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas

atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu

penderita banyak minum.

3) Banyak makan (polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita

Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori

negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk

menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.

4) Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif

singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat

yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga

mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat

masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk

menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga

terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.

Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga

menjadi kurus.
b. Keluhan Lain

1) Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama

pada kaki di waktu malam hari, sehingga menggangu tidur.

2) Gangguan Penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan

penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti

kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik.

3) Gatal/Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah

kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah

payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang

lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yang

sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

4) Gangguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena

sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini

terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu

membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau

kejantanan seseorang.

5) Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang

sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala yang dirasakan.

5) PATHWAY
6) Penatalaksanaan Medis

Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu

tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap

tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi

hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.

1) Diet

2) Latihan/ Olah raga

Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam.

Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah

dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar

glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urine

tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin

menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal.

Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi

glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini

membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan

kadar glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah

latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia dan

mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat latihan.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan

kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media

misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan

sebagainya.
4) Obat-Obatan

a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat

Hipoglikemik Oral (OHO)

b. Insulin

Indikasi penggunaan insulin

1. DM tipe I

2. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat

dengan OAD

3. DM kehamilan

4. DM dan gangguan faal hati yang berat

5. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)

6. DM dan TBC paru akut

7. DM dan koma lain pada DM

8. DM operasi

9. DM patah tulang

10. DM dan underweight

11. DM dan penyakit Graves


B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

1) Pengkajian

Menurut (Santosa, Budi. 2008)

1. Identitas klien, meliputi :

Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.

2. Keluhan utama

a. Kondisi hiperglikemi:

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi,

suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b. Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar,

sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya

ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,

penurunan kesadaran.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada

kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa

berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga

mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB

menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,

gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme

pada wanita dan masalah impoten pada pria.

4. Riwayat kesehatan dahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti


glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang

mengandung estrogen.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

6. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas dan Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus

otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas, letargi, disorientasi, koma

b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,

klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada

kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD

postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan

kemerahan, bola mata cekung.

c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang

berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri

terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,

hiperaktif pada diare.


e. Makanan dan cairan

Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,

peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat

badan, haus, penggunaan diuretic

Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton

f. Neurosensori

Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,

parastesia, gangguan penglihatan

Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma,

gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.

g. Kardiovaskuler

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD

postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

h. Pernapasan

Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau

tanpa sputum.

Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

i. Seksualitas

Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita

j. Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,

wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.

k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,

reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.

l. Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,

pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit

rusak, lesi/ulserasi/ulku

C. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.

ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)

 Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan volume

cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan

 Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan


D. Perencanaan

Diagnosa keperawatan NOC NIC

Defisit Volume Cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam Fluid management

berhubungan dengan diharapkan klien dengan diagnosa kelebihan volume Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

Kehilangan volume cairan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Pasang urin kateter jika diperlukan

secara aktif, Kegagalan Fluid balance Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan

mekanisme pengaturan Terbebas dari edema, efusi, anaskara (BUN, Hmt, osmolalitas urin )

Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,


Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler

paru, output jantung dan vital sign dalam batas CVP , edema, distensi vena leher, asites)

normal Kaji lokasi dan luas edema

Monitor status nutrisi


Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau

kebingungan Berikan diuretik sesuai interuksi

Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi


Menjelaskan indikator kelebihan cairan
dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih

muncul memburuk
Nyeri akut Pain Level Pain Management

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

mengurangi nyeri, mencari bantuan) kualitas dan faktor presipitasi

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

menggunakan manajemen nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Tanda vital dalam rentang normal Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil


Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutrition Monitoring

kurang dari kebutuuhan tubuh Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan usia Monitor adanya penurunan berat badan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Monitor lingkungan selama makan

Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Monitor mual dan muntah

Monitor makanan kesukaan

Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva

Monitor kalori dan intake nuntrisi

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oral.

Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet


Circulation status Peripheral Sensation Management
Ketidakefektifan perfusi
TD normal (120/80 mmHg) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
jaringan perifer
Tingkat kesadaran membaik terhadap rangsangan panas atau dingin

Tidak ada gerakan involunter Periksa penyebab perubahan sensasi

Fungsi sensorik dan motorik tidak ada gangguan Ajarkan klien untuk mengobservasi kulit pada

daerah perifer

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

analgetik
E. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat

menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar

manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan

perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,

penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan

lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa

aman, nyaman dan keselamatan klien.

F. Evaluasi

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan

kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai