Anda di halaman 1dari 25

MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI

Dipresentasikan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Akidah Akhlak II

Prodi Pendidikan Agama Islam


Kelas E

Dosen Mata Kuliah

Mujtahid, M.Ag.

Disusun Oleh :

Rabiatul Adawiyah ( 19110020)

Yuliana Mardani ( 19110024 )

Faradila Ema Nur Azizah (19110038)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami diberikan kekuatan dan kesempatan
dalam menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah Akidah Akhlak II mengenai
membiasakan Perilaku Terpuji ( Khusnudzan, Raja‟ dan Taubat)

Kami telah berusaha secara optimal untuk menyelesaikan makalah ini,


tetapi tidak dipungkiri bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini kami
mendapati beberapa halangan dan rintangan. Meski demikian ada banyak pihak
yang membantu kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan makalah hasil
diskusi dengan cukup baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak ungkapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dan kepada dosen pembimbing
kami Bapak Mujtahid M, Ag.

Hasil penulisan makalah kami masih jauh dari kata sempurna karena
banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat menghargai kritik
dan saran yang bersifat membangun mengenai makalah ini. Semoga penulisan
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan masyarakat luas.

Malang, 07 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Terpuji .................................................................. 3
B. Ruang Lingkup Akhlak Terpuji ......................................................... 4
C. Contoh Akhlak Terpuji ....................................................................... 8
1. Khusnudzan
a) Pengertian dan Perintah Berperilaku Khusnudzan .................. 8
b) Macam- Macam Perilaku Khusnudzan .................................... 10
c) Nilai- Nilai Positif Khusnudzan .............................................. 11
d) Cara Untuk Selalu Membiasakan Perilaku Khusnudzan .......... 11
2. Raja‟
a) Pengertian Raja‟ dan Perintah Berperilaku Raja‟..................... 12
b) Nilai- Nilai Positif Perilaku Raja‟ ............................................ 13
c) Cara Untuk Selalu Membiasakan Perilaku Raja‟ ..................... 14
3. Taubat
a) Pengertian Taubat dan Perintah Berperilaku Taubat ............... 14
b) Nilai- Nilai Positif Perilaku Taubat ......................................... 17
c) Cara Untuk Selalu Membiasakan Perilaku Taubat ................ 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam islam.
Seseorang dapat dikatakan berakhlak ketika dia menerapakan nilai-nilai islam
dalam aktifitas hidupnya. Jika aktifitas itu terus dilakukan berulang-ulang
dengan kesadaran hati maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
Esensi dari akhlak sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya akhlak
merupakan perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, kebiasaan yang
membentuk satu kesatuan tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa
membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang jelek dan mana yang
cantik dan hal ini timbul dari fitrahnya sebagai manusia yang telah diberikan
akal fikiran oleh Allah SWT untuk memmbedakannya dan mengambil yang
terbaik sesuai dengan tuntunan dan ajaran islam. Hati nurani manusia selalu
mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran
Allah Swt. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi
dengan baik karena pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan,
lingkungan, dan juga pergaulan. Sehingga menyebabkan manusia sulit
membedakan antara akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Maka dari itu kami sebagai penulis akan menjabarkan lebih spesifik
mengenai khususnyaa cakupan seputar akhlak terpuji yang meliputi
pengertian akhlak terpuji berserta ruang lingkupnya disertai contoh yang
sesuai dengan firman- firman Allah. Sehingga nantinya diharapkan makalah
ini bermanfaat sebagai tambahan ilmu dan memahami betul bagaimana
pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari- hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari akhlak terpuji ?
2. Apa saja ruang lingkup dari pembahasan akhlak terpuji ?
3. Apa saja contoh dari akhlak terpuji ?

1
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari akhlak terpuji
2. Dapat mengetahui dan memahami ruang lingkup dari pembahasan akhlak
terpuji
3. Dapat mengetahui dan memahami contoh dari akhlak terpuji

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Terpuji


Sebelum kita memahami pengertian akhlak terpuji alangkah baiknya
kita memahami dari esensi dari pengertian akhlak itu sendiri. Kata “akhlak”
berasal dari bahasa Arab yang sudah meng- Indonesia, dan merupakan jamak
taksir dari kata khuluq, yang berarti tingkah laku, budi pekerti, tingkah laku
atau tabiat, Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya lebih dekat
dengan personality (kepribadian).1 Dimana kepribadian merupakan ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada
masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.
Berikut merupakan pengertian akhlak dari beberapa para ahli : 2
1. Al-Qurthubi
Akhlak adalah “Perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang
selalu dilakukan, maka itulah yang disebut akhlak, karena perbuatan
tersebut bersumber dari kejadiannya”
2. Imam al-Ghazali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang
melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan
pemikiran ataupun pertimbangan
3. Ibn Miskawaih
Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong ke arah melakukan
perbuatan-perbuatan dengan tanpa pemikiran dan pertimbangan
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat kita tarik kesimpulan
bahwasannya akhlak ialah perangai yang melekat pada diri seseorang yang
dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu. Tingkah laku itu dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya

1
Aminuddin, Membangun Karakter Dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006), hlm: 93.
2
Ibid, hal 95

3
sekali melakukan perbuatan baik atau hanya sewaktu-waktu saja. Maka
seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya, didorong
oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan
pemikiran, apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang sehingga
terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut
dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Sedangkan dalam pengertian akhlak terpuji adalah segala macam
sikap dan tingkah laku yang baik (terpuji). Dimana akhlak ini dilahirkan oleh
sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia. Berakhlak terpuji
artinya menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah
digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela
tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan baik, melakukannya dan
mencintainya. Cakupan obyek akhlak terpuji didalam islam dibagi dalam
beberapa obyek seperti halnya akhlak terpuji kepada Allah, sesama manusia,
alam sekitar, diri sendiri maupun kepada pemimpin.

B. Ruang Lingkup Akhlak Terpuji


1. Akhlak Kepada Allah
Yang dimaksud akhlak kepada Allah adalah sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk kepada tuhan
sebagai Khaliq. Akhlak kepada Allah adalah beribadah kepada Allah
SWT, cinta kepada-Nya, cinta karena-Nya, tidak menyekutukan-Nya.
Bersyukur hanya kepada-Nya dan lain sebagainya. 3 Sejatinya inti dari
akhlak manusia terhadap Allah adalah beribadah kepada Dzat ,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Ad- Dzariyat Ayat 56 yang berbunyi
ٌِ ُْٔ ‫َ ْعبُذ‬ٛ‫س ا َِّْل ِن‬ ِ ْ َٔ ٍَّ ‫َٔ َيا َخ َه ْقتُ ْان ِج‬
َ َْ ‫اْل‬
Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.
Hal ini dapat diwujudkan dengan beriman kepada-Nya,
menjalankan perintah- Nya dan menjauhi larangan-Nya. Yang dapat
dicerminkan dalam perilaku takwa, berdoa kepada Allah, berdzikir,

3
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali pers. 2009), hlm: 4.

4
bertawakal kepada Allah, syukur dan ikhlas.
2. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri adalah perilaku setiap manusia sebagai
kewajibannya terhadap dirinya sendiri atau sebagai kholifatu‟ fil ard yang
dibekali dengan akal pikiran dan hati nurani. Dan dengan dianugerahinya
kelebihan akal pikiran dan hati nurani tersebut, maka kita sebagai manusia
mengemban tugas untuk menjadi manusia yang mandiri dan menjaga
kehormatan kita. Dengan jalan mengolah dan memanfaat segala apa yang
dirahmatkan Allah dimuka bumi ini sebagai bekal dan kebutuhan hidup
didunia.4
Adapun yang termasuk akhlak terhadap diri sendiri beberapa
contohnya adalah: 5
a) Memelihara kesucian, kebersihan, kesehatan, kerapian dan kecantikan
diri.
b) Berupaya untuk bersikap mandiri suatu sikap tidak selalu
menggantungkan diri kepada orang lain.
c) Memelihara kerja akal pikiran dimana Allah memberi akal pada
manusia agar dapat berpikir, menganalisa, membanding dan mengambil
hikmah dari apa saja yang sedang dan akan dialaminya yang berupa
peristiwa/kejadian yang menyenangkan/menyakitkan.
d) Memelihara kemuliaan dan kehormatan diri.
3. Akhlak Kepada Sesama Manusia
Akhlak kepada sesama manusia adalah sikap atau perbuatan
manusia yang satu terhadap yang lain. Akhlak kepada sesama manusia
meliputi akhlak kepada orang tua, akhlak kepada saudara, akhlak kepada
tetangga, akhlak kepada sesama muslim, akhlak kepada para kaum lemah,
termasuk juga akhlak kepada orang lain yaitu akhlak kepada guru-guru
merupakan orang yang berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan. 6

4
Hamdan Bakran Adz-Dzakiey, Konsep Akhlak Menurut Islam , (Yogyakarta: Al-Manar,
2008), hlm. 618
5
Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 30
6
Jasiman LC, Mengenal dan Memahami Islam (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011),
266.

5
Perilaku ini dapat dicerminkan dengan perbuatan seperti halnya :7
a. Menjaga hubungan baik
Seperti halnya saling tolong menolong dengan tetangga, saling
memberi jika ada rezeki lebih, atau saling membantu dalam hal
kebaikan.
b. Berkata Benar
Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran
kita, membuat masukan / opini yang salah dan masyarakat terkadang
mengikuti berita yang ternyata tidak benar kenyataan (hoax).
c. Tidak meremehkan orang lain
Allah memerintahkan bagi orang yang beriman, untuk tidak
merendahkan orang lain. Merasa dirinya lebih, padahal kita tidak sadar
ada yang lebih baik dan lebih berpikiran daripada luasnya pemikiran
kita.
d. Kasih sayang
Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah
dibawa sejak lahir. Akan tetapi sifat tersebut merupakan potensi yang
harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan dikembagkan
sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative
lain seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan
masih banyak lainnya yang mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika
rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap sopan santun, rasa
tolong menolong, pemurah, pemaaf, rasa persaudaraan dan lain
sebagainya.
4. Akhlak Kepada Lingkungan
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada
penciptaan suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap
membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan
polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu

7
Ahmad, Pembagian akhlak dan contoh akhlak terpuji,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/ Dikutip pada tanggal 30 September 2021
jam 09.00 WIB

6
sendiri yang menciptanya. 8Agama islam adalah agama sempurna yang
mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan alam lingkungan.
Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar
akhlak bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam
lingkungannya. Ini merupakan wujud kesempurnaan Islam dan salah satu
bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas. Sebagaimana
Firman Allah dalam QS. Al- A‟raf ayat 56 yang berbunyi :9
ٍَُِْٛ‫ْبٌ ِ ّيٍَ ْان ًُ ْح ِس‬ٚ‫ّٰللا قَ ِش‬
ِ‫ت ه‬ َ ًَ ْ‫ط ًَعً ۗا ا ٌَِّ َسح‬
َ َّٔ ‫ع ُِْٕ خ َْٕفًا‬
ُ ْ‫ص ََل ِح َٓا َٔاد‬
ْ ِ‫ض بَ ْعذَ ا‬ َ ْ ِٗ‫َٔ َْل ت ُ ْف ِسذ ُْٔا ف‬
ِ ‫اْل ْس‬
Artinya : Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat
dekat kepada orang yang berbuat kebaikan
5. Akhlak Kepada Pemimpin
Akhlak kepada pemimpin ialah suatu adab atau perilaku seseorang
terhadap pemimpinn. Akhlak ini bisa dicontohkan seperti halnya selalu
menaati peraturan pemerintah selama tidak keluar dari aturan dan norma-
norma islam, selalu mendoakaannya, menghormati dan memuliakannya,
10
membantunya dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. An- Nisa ayat 56 yang berbunyi :
ُُِّْٔ ‫ٍٍ فَ ُشد‬ْٙ ‫ َش‬ْٙ ِ‫اْل ْي ِش ِي ُْ ُك ْۚ ْى فَا ٌِْ تََُاصَ ْعت ُ ْى ف‬ َ ْ ٗ‫س ْٕ َل َٔأُ ِن‬ ُ ‫انش‬ َ ‫عُٕا ه‬ْٛ ‫ٍَْ ا َيُُ ْٕا ا َ ِط‬ٚ‫ُّ َٓا انَّ ِز‬َٚ‫ٰٰا‬
َّ ‫ْعُٕا‬ٛ‫ّٰللا َٔا َ ِط‬
ࣖ ‫ ًَْل‬ِٚٔ ْ ‫ ٌْش َّٔا َ ْح َس ٍُ ت َأ‬ٛ‫َ ْٕ ِو ْاْل ِخ ۗ ِش ر ِن َك َخ‬ٛ‫اّٰلل َٔ ْان‬
ِ ‫س ْٕ ِل ا ٌِْ ُك ُْت ُ ْى تُؤْ ِيُُ ٌَْٕ ِب ه‬
ُ ‫انش‬ ِ ‫اِنَٗ ه‬
َّ َٔ ‫ّٰللا‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.

8
Hasnawati, Akhlak Terhadap Lingkungan, Jurnal Pendais Vol. 2 No. 2 2020, hlm: 205.
9
Ibid, hal 207
10
M. Yatiman Abdullah, Studi Akhlak Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), 204.

7
C. Contoh Akhlak Terpuji
1. Khusnudzan
a) Pengertian dan Perintah Berprilaku Khuznudzan
Secara bahasa husnuzan berasal dari dua kata, yaitu khusnu dan zan
yang memiliki arti berbaik sangka. Secara istilah, husnuzan diartikan
berbaik sangka terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah yang
diberikan kepada manusia.11 Husnuzhan artinya berbaik sangka. Jangan
buruk sangka, tidak boleh menyangka-nyangka tanpa bukti dan tanpa
diselidiki asal usulnya. Karena akibatnya menjadi permusuhan dan
keretakan di dalam hubungan persaudaraan.12 Hal ini terdapat dalam
firman Allah swt QS. Al-Hujurat ayat 12 sebagai berikut:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari


prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurat:
12)13

Hukum berhusnudzon kepada sesama ialah mubah atau


diperbolehkan. Ketika kita berhusnudzon kepada orang lain, yang
berarti kita menganggap orang tersebut baik. Sementara jika kita
berperasangka buruk terhadap orang lain artinya kita menganggap

11
Roli Abdul Rohman, Menjaga Akidah dan Akhlak, hlm. 86
12
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, hlm. 219
13
Teguh Prawiro, Akidah Akhlak, (Jakarta: Yudhistira, 2011), hlm. 103

8
orang tersebut bermasalah dan tentunya hal ini telah dilarang dalam
agama Islam.

Islam secara tegas telah melarang umatnya untuk berperilaku buruk


atau tidak baik, akan tetapi sebaliknya yakni memerintahkan agar
manusia memiliki perilaku baik. Beberapa hal yang dapat dijadikan
pedoman bagi seseorang dalam berhusnudzon diantaranya, senantiasa
untuk memberi kesempatan kepada orang lain dalam melakukan
sesuatu, selama tetap dalam koridor Islam (tidak memonopoli), terbiasa
bersikap baik terhadap keluarga serta orang lain pada umumnya, tidak
berperasangka buruk kepada orang lain serta menerima lapang dada
ketika ada masukan dari orang lain dan bertakwa kepada Allah swt.

Sikap husnuzhan akan melahirkan keyakinan bahwa segala


kenikmatan dan kebaikan yang diterima manusia berasal dari Allah,
sedangkan keburukan yang menimpa manusia disebabkan dosa dan
kemaksiatannya. Tidak seorang pun bisa lari dari takdir yang telah
ditetapkan Allah. Tidak ada yang terjadi di alam semesta ini melainkan
apa yang Dia kehendaki dan Allah swt tidak meridhai kekufuran untuk
hamba-Nya, Allah swt telah menganugerahkan kepada manusia
kemampuan untuk memilih dan berikhtiar. Segala perbuatannya terjadi
atas pilihan dan kemampuannya yang harus dipertanggung jawabkan di
hadapan Allah swt.14

Seorang muslim wajib bersopan santun terhadap saudara, karib-


kerabatnya dan kepada orang-orang yang ada hubungan silaturrahmi,
seperti bersopan santun terhadap kedua orang tuanya, anak-anaknya dan
saudara-saudaranya, hilangkan perasaan su’uzhan.15

14
Roli Abdul Rohman, Menjaga Akidah dan Akhlak, hlm. 88
15
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, hlm. 219-220

9
b) Macam- Macam Khusnudzan
Secara garis besar Husnudzan dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu Berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa ta‟alla,
Berprasangka baik kepada diri sendiri, dan Berprasangka baik kepada
manusia.
1) Berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa ta‟alla.
Husnudzan kepada Allah, berarti selalu berprasangka baik
kepada Allah. Jika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah
maka buruklah prasangka Allah pada orang tersebut. Pada
hakikatnya, apapun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan
Allah, kita harus berbaik sangka. Karena semakin sayang Allah
kepada hambanya, maka semakin besar pula cobaan yang diberikan.
Perilaku husnudzan kepada Allah Subhanahu wa ta‟alla merupakan
perilaku syukur dan sabar.
2) Berprasangka baik kepada diri sendiri
Husnudzan terhadap diri sendiri berarti berprasangka baik
kepada diri sendiri. Menerima apa adanya serta berbaik sangka
kepada Allah tidak menyesali keadaan dan keberadaannya. Adanya
berbagai cobaan misalnya, miskin, cacat, sakit, dan sebagainya kita
harus tetap bersuyukur kepada Allah yang telah menciptakan sebaik-
baiknya makhluk. Sikap yang menunjukkan husnudzan kepada diri
sendiri antara lain gigih, berinisiatif, dan rela berkorban.
3) Berprasangka baik terhadap sesama manusia.
Husnudzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu
berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini
ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap hormat
kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan perasaan tidak
senang tanpa alasan yang jelas. Berprasangka baik terhadap sesama
manusia hukumnya mubah/jaiz/boleh. Husnudzan terhadap sesama
baik berupa sikap, ucapan, dan perbuatan yang hendaknya kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:

10
 Tidak iri hati terhadap nikmat Allah Subhanahu wa ta‟alla yang
diterima orang lain.
 Tidak berprasangka buruk kepada orang lain.
 Bekerja sama dengan orang lain dalam hal kebaikan.16

c) Nilai- Nilai Positif Dari Perilaku Khusnudzan


1) Melahirkan kesadaran bagi umat manusia, bahwa segala sesuatu di
alam semesta ini berjalan sesuai dengan aturan dan hukum yang
telah ditetapkan dengan pasti oleh Allah.
2) Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-
sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di
akhirat dan mengikuti hukum sebab akibat yang berlaku dan
ketetapan Allah.
3) Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah
SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak dan
memiliki kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang kepada
makhluk-Nya.
4) Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia karena menyadari
bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya
diserahkan kepada Allah sebagai zat yang menciptakan dan
mengatur kehidupan manusia
5) Sikap husnuzan mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman
hidup karena meyakini apa pun yang terjadi adalah atas kehendak
Allah.17

d) Cara Untuk Selalu Membiasakan Perilaku Khusnudzan


Sebagai orang yang beriman dan bertakwa, hendaknya kita
membiasakan diri berprilaku husnudzan baik kepada Allah Subhanahu
wa ta‟alla, diri sendiri, dan sesama manusia dalam kehidupan sehari-

16
Akhmad Sagir, Husnuzzhan Dalam Perspektif Psikologi (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2011), hlm. 71-73.
17
Roli Abdul Rohman, Menjaga Akidah dan Akhlak, hlm. 88-89.

11
hari. Berprasangka baik dapat ditunjukkan oleh setiap muslim dengan
cara berikut:18
1) Menunjukkan sifat husnudzan kepada Allah Subhanahu wa ta‟all
 Senantiasa taat kepada Allah.
 Bersyukur apabila mendapat kenikmatan.
 Bersabar ketika mendapat ujian/cobaan.
 Yakin bahwa dibalik penderitaan dan kegagalan selalu ada
kebahagiaan.
2) Menunjukkan sifat prasangka baik kepada diri sendiri
 Memiliki semangat juang tinggi.
 Selalu tampil penuh percaya diri.
 Bersifat sportif dan obyektif.
3) Menunjukkan sifat prasangka baik kepada sesama manusia
 Berjiwa besar dalam menerima kegagalan.
 Bersikap tidak menyalahkan orang lain dalam menerima
kekalahan atau musibah.
 Bersikap proaktif dan kooperatif dalam hal kebaikan

2. Raja‟
a) Pengertian dan Perintah Berprilaku Raja‟
Secara Bahasa raja berasal dari kata rajaamyarjuu raja
aja’an,yang bermakna mengharap dan pengharapan.Jika dirunut dari
makna Bahasa,maka asal makna raja adalah menginginkan atau
menantikan sesuatu yang disenangi.Menginginkan kebaikan yang ada di
sisi Allah berupa keutamaan,ihsan dan kebaikan dunia
akhirat.Raja‟adalah sikap mengharap rida,rahmat dan pertolonfan
Allah Swt.serta yakin hal itu dapat di raih.Mengharap atau harapan
menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati karena menanti harapan

18
T. Ibrahim dan Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak 2, (Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2009), hlm 103-113.

12
yang kita senangi dan kita idam-idamkan.Harapan yang kita nanti harus
disertakan dengan ikhtiar,doa dan tawakkal.19
Sebagaimana perintah untuk selalu berperilaku raja dapat dilihat
pada QS. Al Baqarah ayat 218 yang berbunyi
ٰۤ
‫غفُ ْٕ ٌس‬
َ ُ‫ّٰللا‬
‫ّٰللا َۗٔ ه‬
ِ‫ت ه‬ ِ ‫ ِم ه‬ْٛ ‫ َس ِب‬ْٙ ِ‫ٍَْ َْا َج ُش ْٔا َٔ َجا َْذ ُْٔا ف‬ٚ‫ٍَْ ا َيُُ ْٕا َٔانَّ ِز‬ٚ‫ا ٌَِّ انَّ ِز‬
َ ًَ ‫ ْش ُج ٌَْٕ َس ْح‬َٚ ‫ّٰللا ۙ أُن ِٕى َك‬
‫ ٌى‬ْٛ ‫َّس ِح‬
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu
mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Dari ayat tersebut dapat kita fahami bahwa perilaku raja‟ begitu
kuat pengaruhnya bagi setiap orang yang beriman. Pengharapan itu
menjadikan mereka rela hijrah, meninggalkan segala kesenangan dan
harta yang mereka telah miliki. Mereka tidak berkebaratan mengadu
nyawa dengan berjihad berperang melawan musuh-musuh
mereka. Rajâ’ merupakan sikap optimis total. Ibarat seorang pedagang
yang rela memertaruhkan seluruh modal usahanya karena meyakini
keuntungan besar yang bakal segera diraihnya. Ibarat seorang „pecinta‟
yang rela memertaruhkan segala miliknya demi menggapai cinta
kekasihnya. Dia meyakini bahwa cintanya itulah bahagianya. Tanpanya,
hidup ini tiada arti baginya. Rajâ’ atau pengharapan yang demikian
besar menjadikan seseorang hidup dalam sebuah dunia tanpa kesedihan.
Sebesar apa pun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu
menghapus „senyum‟ optimisme dari wajahnya.

b) Nilai- Nilai Positif Dari Perilaku Raja‟


1) Raja‟ akan menjadikan sesorang hidup tanpa kesedihan.Sebesar
apapun bahaya dan ancaman yang dating tidak akan mampu
menghapus „senyum‟ optimism dari wajahnya.

19
Kementrian Agama Republik Indonesia.”Buku Siswa Akidah Akhlak”.Jakarta :
Kemntrian Agama,2014,hal.163

13
2) Raja‟ akan membuat seseorang berprsangka baik membung jauh
prasangka buruk.
3) Raja‟ akan membuat sseorang mengharapkan rahmat Allah dan tidak
mudah putus asa.
4) Raja‟ akan membuat seseorang merasa tenang,aman,dan tidak
merasa takut pada siapapun.
5) Raja‟ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah
diterimanya.
6) Raja‟ dapat menghilangkan rasa hasud,dengki,dan sombong kepada
orang lain.20

c) Cara Untuk Selalu Membiasakan Perilaku Raja‟


1) Selalu berpegang teguh kepada tali agama Allah yaitu agama Islam.
2) Selalu berharap kepada Allah,agar selalu diberikan kesuksesan
dalam berbagai macam usaha dan rida dari-Nya.
3) Selalu merasa takut kepada ancaman dan siksaan Allah di hari akhir
kelak.
4) Selalu cinta (mahabbah) kepada Allah dalam berbagai situasi dan
keadaan.
5) Yakin bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang
berbuat baik.

3. Bertaubat
a) Pengertian dan Perintah Berperilaku Taubat
Secara etimologi, Kata tobat berasal dari Bahasa Arab yakni
taubah: taaba-yatuubu-taubatan yang berarti rujuk, kembali, atau
kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang lebih deket kepada Allah
subhanu wa ta`ala.21 Berikut merupakan pengertian taubat menurut
beberapa ulama : 22

20
Ibid,hal.168.
21
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin menghidupakn kembali ilmu-ilmu agama, Pintu Taubat
diterj. Ibnu Ibrahim Ba’adillah ( Jakarta : Republik Penerbit, 2013) hlm: 265.
22
Ibid, hal. 250

14
1) Al-Kalbiy menjelaskan bahwa pengertian “Taubat ialah menyesal
dalam hati, minta ampunan dengan lidah, berhenti disaat itu juga
dari dosa tersebut dan meneguhkan „azam tidak hendak mendekat
kesana lagi.
2) Sa‟id bin Jabair menjelaskan bahwa pengertian “Taubat ialah yang
diterima Tuhan. Untuk diterima taubatnya itu hendaknya memenuhi
tiga syarat, pertama, takut taubatnya tidak akan diterima, kedua,
mengharap agar diterima, ketiga, memulai saat itu memenuhi hidup
dengan taat.
3) Menurut Sa‟id bin Al-Musayyab menjelaskan bahwa pengertian
“Taubat ialah menasihati diri karena telah bersalah dan patuh
menuruti nasihat itu”
4) Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa taubat itu ialah kembali
mengikuti jalan yang benar dari jalan sesat yang telah ditempuhnya

Tobat juga sering di artikan dengan penyesalan. Selanjutnya, buah


dari penyessalan itu adalah meninggalkan apa yang membuatnya
menyesal lalu mengganti dengan hal-hal yang tidak membuatnya
menyesal. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah yang
berbunyi “ Penyesalan adalah taubat “(Ibnu Maajah, Ibnu Hibban dan
Hakim)
Setelah memahami pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian tobat adalah proses menyadari kesalahan yang telah di
perbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali
atau permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan dam
(kehilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Dalam melakukan taubat ada beberapa syarat yang harus
dilakukan, mengutip dari pendapat Imam Ghazali mengenai syarat
dalam melakukan taubat ada 3 yakni :23
a. Berusaha untuk tidak melakukan dosa lagi.
b. Bertobat dari dosa yang pernah ia lakukan sebelumnya.
c. Tobat itu dilakukan semata-mata untuk mengagungkan Allah azza
23
Ibid, hlm 270

15
wajalla dan menghindari kemurkaan serta siksaan-Nya yang pedih.
Dari syarat yang telah di kemukakan olah Imam Ghazali diatas,
maka tobat itu ada tiga macam:24
1. Taubah, yaitu kembali dari kemaksiatan pada ketaatan.
2. Firar, yaitu lari dari kemaksiatan pada ketaatan dari yang baik
kepadayang lebih baik.
3. Inabah, yaitu bertobat berulang kali sekalipun tidak berdosa.
Taubat mendapat perhatian yang sangat besar dalam Al-Quran,
sebagaimana yang tertuang didalam surat At-Tahrim ayat 8 yang
berbunyi : 25
ٍ ‫ُذ ِْخهَ ُك ْى َجُ ه‬َٚٔ ‫ّاتِ ُك ْى‬ِٛ ‫ُّ َك ِفّ َش َعُْ ُك ْى َس‬ٚ ٌْ َ ‫ص ْٕ ًح ۗا َعسٗ َسبُّ ُك ْى ا‬
‫ت‬ ُ ََّ ً‫ّٰللا ت َْٕ َبة‬
ِ ‫ٍَْ ا َيُُ ْٕا ت ُ ْٕب ُْٕا اِنَٗ ه‬ٚ‫ُّ َٓا ا َّن ِز‬َٚ‫ا‬ٚ
‫ ِٓ ْى‬ْٚ ‫ ِذ‬ْٚ َ ‫ٍَْ ا‬َٛ‫سْعٗ ب‬َٚ ‫ٍَْ ا َيُُ ْٕا َيعَ ّْۚ َُ ْٕ ُسُْ ْى‬ٚ‫ َٔانَّ ِز‬ٙ ‫ ُ ْخ ِضٖ ه‬ٚ ‫ ْٕ َو َْل‬َٚ ‫٘ ِي ٍْ ت َ ْح ِت َٓا ْاْلَ َْٓ ۙ ُش‬
َّ ‫ّٰللاُ انَُّ ِب‬ ْ ‫تَج ِْش‬
‫ ٌْش‬ٚ‫ٍٍ قَ ِذ‬ْٙ ‫َقُ ْٕنُ ٌَْٕ َسبََُّا اَت ْ ًِ ْى نََُا َُ ْٕ َسََا َٔا ْغ ِف ْش نَُ َْۚا اََِّ َك َعهٗ ُك ِّم َش‬ٚ ‫ ًَاَِ ِٓ ْى‬ْٚ َ ‫َٔبِا‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah
dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan
kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama
dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan
di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan
kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah
kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Ayat diatas merupakan seruan Ilahi yang termaktub dalam Al-
Quran yang ditujukan kepada orang-orang mukmin. Dimana Allah
memrintahkan agar mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya, tulus dan benar.

24
Ibid.
25
Ibnu Taimiyyah, at-Taubah (memulyakan diri dengan taubah), terj. Mujammal Noer,
(Yogyakarta : Mitra Pustaka 2003) hlm: 8

16
b) Nilai- Nilai Positif Dari Perilaku Taubat
Jika seorang pelaku kejahatan atau pendosa bertaubat, dirinya dan
orang lain akan merasakan dampak positif dari pertobatan tersebut.
Dampak positif yang di maksud adalah :26
1) Memperoleh semangat dan gairah hidup baru karena Allah SWT
berkenan menerima tobatnya (Jika dilakukan dengan sungguh-
sungguh )
2) Dapat memperoleh kembali jalan yang benar setelah menempuh
jalan yang salah
3) Lambat laun dapat mengembalikan nama baik keluarga yang pernah
tercela akibat dosanya
4) Hilangnya kecemasan keluarga dan masyarakat (tidak khawatir
terjadi kejahatan yang ia lakukan) pada dirinya atau akibat perbuatan
dosa yang dilakukannya
5) Hati menjadi tentram dan damai
6) Senantiasa bersyukur atas nikmat dan rahmat Allah SWT

c) Cara Untuk Selalu Membiasakan Perilaku Taubat


Di dunia ini tidak ada seorang pun yang luput dari dosa dan salah,
termasuk para nabi dan rasul. Oleh sebab itu, Allah SWT. membuka
pintu taubat selebar-lebarnya bagi setiap orang yang telah melakukan
perbuatan dosa dan kesalahan.
Orang yang baik dan sempurna bukan yang tidak pernah
melakukan perbuatan dosa, melainkan ketika melakukan perbuatan dosa
dan salah segera bertaubat.
Membiasakan diri berperilaku tobat dalam kehidupan sehari-hari,
merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji. Apalagi mulai
dibiasakan sejak usia dini. Untuk dapat membiasakan diri berakhlak
terpuji taubat, sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut
:27

26
Ibid, hlm: 10
27
Ibid, hlm: 11.

17
1) Menydari sepenuhnya bahwa perbuatan dosa itu hanya akan
mendatangkan mudarat dan kerugian, baik di dunia maupun di
akhirat.
2) Yakin dalam hati bahwa Allah SWT. Maha pemaaf dan pengampun
segala dosa.
3) Berusaha menjaga dan mengendalikan hawa nafsu, agar tidak
terjerumus ke dalam jurang dosa.
4) Mulailah dari sekarang untuk membiasakan diri berakhlak taubat.
5) Selalu berdoa kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dalam
mengamalkan akhlak tobat.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akhlak terpuji adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik
(terpuji). Dimana akhlak ini dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia
2. Ruang Lingkup Akhlak Terpuji terdiri dari
a) Akhlak Kepada Allah
b) Akhlak Kepada Diri sendiri
c) Akhlak Kepada Sesama Manusia
d) Akhlak Kepada Lingkungan
e) Akhlak Kepada Pemimpin
3. Contoh Akhlak Terpuji
1. Khusnuzan
Merupakan berbaik sangka terhadap segala ketentuan dan
ketetapan Allah yang diberikan kepada manusia, perintah ini termaktub
pada Qs. Al- Hujurat ayat 12. Macam- macam khusnudzan meliputi
berprasangka baik kepada Allah, Diri Sendiri dan sesama manusia.
Nilai- nilai positif dari perilaku khusnudzan seperti halnya :
a) Melahirkan kesadaran bagi umat manusia
b) Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-
sungguh
c) Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah
SWT
d) Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia karena menyadari
bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa
e) Sikap husnuzan mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman
hidup
2. Raja‟
Adalah Perbuatan yang Menginginkan atau mengharapkan
kebaikan yang ada di sisi Allah berupa keutamaan,ihsan dan kebaikan

19
dunia akhirat, perintah ini termaktub pada Qs. Al- Baqarah ayat 218.
Nilia- nilai dari perilaku raja ialah :
a) Raja‟ akan menjadikan sesorang hidup tanpa kesedihan
b) Raja‟ akan membuat seseorang berprsangka baik membung jauh
prasangka buruk.
c) Raja‟ akan membuat sseorang mengharapkan rahmat Allah dan tidak
mudah putus asa.
d) Raja‟ akan membuat seseorang merasa tenang,aman,dan tidak
merasa takut pada siapapun.
e) Raja‟ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah
diterimanya.
f) Raja‟ dapat menghilangkan rasa hasud,dengki,dan sombong kepada
orang lain.
3. Bertaubat
Adalah proses menyadari kesalahan yang telah di perbuat
dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau
permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan dam (kehilafan)
dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Perintah ini
termaktub pada Qs. At- Tahrim ayat 8. Nilai- nilai positif dari perilaku
taubat meliputi :
a) Memperoleh semangat dan gairah hidup baru karena Allah SWT
berkenan menerima tobatnya
b) Dapat memperoleh kembali jalan yang benar setelah menempuh
jalan yang salah
c) Lambat laun dapat mengembalikan nama baik keluarga yang pernah
tercela akibat dosanya
d) Hilangnya kecemasan keluarga dan masyarakat (tidak khawatir
terjadi kejahatan yang ia lakukan) pada dirinya atau akibat perbuatan
dosa yang dilakukannya
e) Hati menjadi tentram dan damai
f) Senantiasa bersyukur atas nikmat dan rahmat Allah SWT

20
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami sadar makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan isi makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatiman. 2007. Studi Akhlak Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah)


Abdullah, Yatimin. 2011. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an (Jakarta :
Media Press)
Adz-Dzakiey, Hamdan Bakran. 2008. Konsep Akhlak Menurut Islam ,
(Yogyakarta: Al-Manar )
Ali, Zainudin. Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara)
Aminuddin. 2006. Membangun Karakter Dan Kepribadian Melalui Pendidikan
Agama Islam, (Yogyakarta : Graha Ilmu )
Darsono, Ibrahim . 2009. Membangun Akidah dan Akhlak 2, (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri )
Ghazali, Imam Ghazali. 2013. Ihya Ulumuddin menghidupakn kembali ilmu-ilmu
agama, Pintu Taubat diterj. Ibnu Ibrahim Ba’adillah ( Jakarta : Republik
Penerbit )
Hasnawati, Akhlak Terhadap Lingkungan, Jurnal Pendais Vol. 2 No. 2 2020, hlm:
205.
Indonesia, Kementrian Agama Republik. 2014. Buku Siswa Akidah
Akhlak”.Jakarta : Kemntrian Agama)
Jasiman. 2011. Mengenal dan Memahami Islam (Solo: PT Era Adicitra
Intermedia)
Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali pers )
Prawiro, Teguh Prawiro. 2012. Akidah Akhlak (Jakarta: Yudhistira )
Rohman, Roli Abdul. 2008. Menjaga Akidah dan Akhlak ( Semarang : Pustaka
Media)
Sagir, Akhmad Sagir. 2011. Husnuzzhan Dalam Perspektif Psikologi
(Yogyakarta: Mitra Pustaka )
Taimiyah, Ibnu. 2003. at-Taubah (memulyakan diri dengan taubah), terj.
Mujammal Noer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka )
Ahmad. Pembagian akhlak dan contoh akhlak terpuji,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/ Dikutip pada tanggal
30 September 2021 jam 09.00 WIB

22

Anda mungkin juga menyukai