Anda di halaman 1dari 3

Gender dan Karya Sastra

Oleh: Pramudia Arzak Satria P.


190211614862
Satriapamungkas230801@gmail.com

Gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang
membedakan antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial
budaya. Pria dan wanita secara sexual memang berbeda . begitu pula secara perilaku dan
mentalitas. Namun perannya di masyarakat dapat di sejajarkan dengan batasan-batasan
tertentu. Gender bisa juga di artikan sebagai serangkaian karakteristik yang terikat kepada
dan membedakan maskulinitas dan feminisme. Karakeristik tersebut dapat mencakup jenis
kelamin (laki-laki, perempuan, interseks), hal yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin
(struktur sosial  sepeti peran gender), atau identitas gender. Gender pada dasarnya bukan
hanya sebagai jenis kelamin saja, namun cakupan gender lebih luas. Gender dapat mencakup
peran dan posisi antara laki-laki dan perempuan di sosial, keluarga, dan ekonomi, ataupun
norma dan beban yang ada. Gender terfokus pada karakteristik laki-laki dan perempuan.
Pembagian karakteristik perilaku hingga kebiasaan antara laki-laki dan perempuan yang ada
di masyarakat sudah muncul pada zaman dahulu. Pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan lama-kelamaan memunculkan sebuah budaya baru, yakni budaya patriarki.
Dalam proses perkembanganya hingga saat ini gender selalu di kaitkan dengan
budaya patriarki. Pada zaman dahulu perempuan selalu di anggap lebih lemah dari laki-laki.
Hal itu memunculkan sebuah budaya baru yakni Budaya patriarki. pada budaya patriarki
menempatkan perempuan berada satu level di bawah laki-laki. Jadi laki-laki dapat
mengeskploitasi perempuan. Perempuan selalu berada pada posisi kurang diuntungkan.
Ketidakadilan gender yang bersumber dari budaya patriarki ini menyebabkan hal buruk
kepada perempuan dan membawa hal baik kepada laki-laki, karena mereka lebih
mendominasi. Kekerasan, stereotip, subordinasi, hingga marginalisasi selalu perempuan
terima, ketidakadilan gender yang selalu di terima oleh perempuan mengakibatkan
munculnya perlawanan yang didasari oleh gender. Kaum perempuan mulai berani
menyuarakan dan memberikan hentakan kepada halayak umum. Gerakan-gerakan
perlawanan perempuan kian waktu semakin meluas dan membesar. Mereka menuntutkan hak
kesetaraan gender. Mereka lelah selalu di anggap lemah dan bersembunyi di bawah ketiak
laki-laki. perlawanan-perlawanan dan gerakan yang dilakukan perempuan ini tidak terkecuali
dalam bidang sastra. Banyak sekali karya-karya sastra yang berdasarkan unsur gender.
Kebanyakan penulis-penulis perempuan selalu menyisipkan unsur gender yang menyuarakan
perlawanan terhadap budaya patriarki yang selalu menguntungkan para laki-laki
Karya sastra seperti novel, puisi, drama banyak digunakan sebagai platform
penyebaran perlawanan kaum perempuan. Tema gender yang di pilih juga beraneka ragam,
mulai dari kekerasan, ketidakadilan gender hingga dominasi yang di lakukan oleh para laki-
laki. tidak heran jika pada sebuah karya sastra ditemukan cerita yang memuat kekejian secara
vulgar hingga pelecehan seksual yang di lakukan oleh laki-laki kepada perempuan, peristiwa
ini dalam karya sastra juga diceritakan sangat detail, hal ini diperuntukkan agar pembaca
mengerti bagaimana perlakuan ketidakadilan yang sering di lakukan oleh laki-laki. jika
diguankan untuk menyuarakan persamaan gender atau emansipasi wanita, karya sastra sangat
cocok karena karya sastra dalam penciptaannya banyak menuangkan imajinasi dan pemikiran
sanga pengarang. Pengarang yang memiliki pola pikir bahwa budaya patriarki harus di
hilangkan maka mereka akan menuangkannya dalam tulisanya. Tema gender selalu
membawa suasana lain bagi pembacanya. Tema-tema feminisme memang tidak ada habisnya
bila diulas. Karya sastra selalu memberikan ruang kepada aktivis-aktivis gender feminisme
yang menyuarakan hak-haknya dan di tuangkan dalam tulisan.
Banyak sekali karya sastra yang beredar memilki tema gender. Sisi gender yang
sering di ungkapkan dalam karya itu adalah ketidakadilan dan dominasi laki-laki atau budaya
patriarki yang begitu melekat di masyarakat. Melalui karya sastra dapat diketahui gambaran
masyarakat yang terjadi pada zamannya, di mana dan kapan karya sastra itu diciptakan.
Segala permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat nyata akan membias pula
pada produk karya sastra. Jadi dapat dikatakan bahwa perkembangan suatu karya sastra
sangat dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu. lingkungan sang
pengarang juga membawa dampak bagi karya tulisnya. Jika lingkungan sang penulis banyak
sekali diskriminasi dan kekerasan gender yang berupa kekerasan fisik, kekerasan verbal dan
psikis maka ada kemungkinan perisriwa yang ada dalam lingkungan tersebut masuk dalam
karya tulis ciptaanya. Tidak hanya itu saja, kejadian yang benar-benar dirasakan atau
pengalaman langsung sang pengarang juga mendorong terciptanya karya tulis yang memilki
bias dari peristiwa tersebut. Sisi gender dari sudut pandang manapun dapat masuk kedalam
sebuah karya sastra tergantung sisi gender apa yang ingin di ambil oleh sang pengarang.
Budaya patriarki yang dianggap sebagai pokok permasalahan antar gender laki-laki
dan perempuan membawa dampak yang sangat besar. Didalam masyarakat budaya tersebut
sangat susah dihilangkan. Kesetaraan gender selalu dianggap sebagai angin lewat saja.
Mereka mengangap urusan gender tidak penting meskipun kenyataanya hal ini sangat penting
karena beban yang didapat perempuan lebih besar dari laki-laki. Budaya patriarki ini
mendorong terbentuknya karya sastra berunsur gender. Kritik sastra feminisme adalah ilmu
yang biasa di kaitkan kepada karya sastra yang di dasari oleh usnur gender. Para kaum
feminisme sendiri tidak ingin selalu di kalahkan dan di aggap lemah oleh kaum maskulin.
Mereka berusaha hak-hak kesetaraan gendernya terwujud.
Pada saat ini masih banyak sekali peristiwa-peristiwa gender yang bermunculan.
Namun pergerakan kaum feminisme ini ada hasilnya. Gender perempuan yang dulunya tidak
boleh terjun kedalam dunia pekerjaan, namun saat ini sudah mulai menurun. Para perempuan
sekarang boleh memilih sebagai wanita karir dan memilih untuk bekerja di bidang apapun.
Pergeran perempuan yang masif dan para peremouan yang menyatukan diri membentuk
sebuah perjuangan yang begitu besar mengakibatkan sedikit demi sedikit budaya patriarki di
masyarakat juga memudar. Namun budaya patriarki ini masih sangat kental jika di dalam
masyarakat desa bukan kota. Jika di kota perkembangan dan informasi sangat mudah
menyebar. Sedangkan di desa informasi menyebar masih di anggap kurang karena masih
menggunakan sistem guyup atau kekeluargaan. Kepercayaan kepada teangga atau orang di
sekitar lebih di utamakan dari pada informasi dari pihak ketiga seperti sosial media.
Penduduk desa masih mengutamakan informasi dari media massa sepeti televisi dan radio
yang hanya memuat berita-berita pasaran dan peristiwa-peristiwa seperti kebakaran dan lain
sebagainya. Urusan gender yang jarang di muat di medis massa seperti tv dan radio membuat
para penduduk desa kurang memahami dan kurang tau kepada berita tersebut solusinya
adalah pembangunan yang merata dan adanya penyuluhan kepada masyarakat agar dapat
memanfaatkan teknologi yang sekarang sangat pesat perkambanganya.

Daftar Pustaka
Crisdina, Cicilya. 2018. Ketidakadilan Gender Dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka
Kurniawan: Tinjauan Feminisme Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.
Surakarta: Skripsi.
Kurnia, Nia. 2015. Perempuan Yang Meresistensi Budaya Patriarki. Sumbawa:
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 155—160
Murniati, Nunuk P. 2004. Getar Gender (Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial,
Politik, Ekonomi, Hukum dan HAM). Magelang: Indonesiatera
Nurna. 2015. Ketidakadilan Gender Dalam Novel Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy.
Jurnal Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015 / ISSN 1979-8296
Sakina, Ade Irma. & Siti, Dessi Hasanah. Menyoroti Budaya Patriarki Di Indonesia.
Bandung: 118SHARE: SOCIAL WORK JURNAL VOL: 7 No: 1

Anda mungkin juga menyukai