Anda di halaman 1dari 15

“LARANGAN RIBA DAN DAMPAKNYA BAGI

PEREKONOMIAN”

PAPER

Disusun oleh :

06_LULUK SEKAR ARUM_215221208

19_ILHAM KALA MUNAJAD_215221221

32_SELLI MEGA UTAMI_215221234

Prodi : Akuntansi Syariah

Kelas : 1f

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa, pada
akhirnya paper yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
pancasila yang penulis beri judul: “LARANGAN RIBA DAN DAMPAKNYA

BAGI PEREKONOMIAN” telah dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan

akses internet. Tulisan ini sebagian besar hanyalah kutipankutipan dari beberapa

sumber sebagaimana yang tercantum dalam Daftar Pustaka. Sudah semestinya

penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak. Mohammad Irsyad selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Dasar-Dasar

Ekonmi Islam

2. Teman-teman Program Studi Akuntansi Syariah Kelas 1f, yang memberikan

motivasi dan beberapa masukan dalam penyusunan makalah ini. Penulis

menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka penulis

mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulis ini dimasa mendatang.

Sehingga mempunyai nilai dan manfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca

pada umumnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR……............................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang........................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................

C. Tujuan Pembahasan..............................................................

BAB II : PEMBAHASAN...........................................................................

A. Pengertian Riba......................................................................

B. dasar-dasar al-Qur’an yang mengharamkan riba.……….

C. hikmah dilarangnya riba……………………………….....

D. dampak riba bagi perekonomian..........................................

BAB III : PENUTUP....................................................................................

KESIMPULAN...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia didalam kehidupannya sering melakukan jual beli untuk
kebutuhan sehari-hari dan dikembangkan. Serta memiliki beberapa kaidah
dan etika moralitas dalam islam. Allah SWT telah menurunkan rezeki ke
dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan cara yang telah
dihalalkan dan bersih dalam segala perbuatan yang mengandung riba
Melakukan kegiatan ekonomi merupakan tabiat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnnya, tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan
oleh alquran. Apabila kegiatan itu punya merugikan banyak orang dan
menguntungkan sebagian kecil orang. Seperti monopoli, calo, perjudian,
dan riba, pasti akan ditolak.
Manusia merupakan makhluk yang rakus, mempunyai hawa nafsu
yang bergejolak dan selalu merasa kekurangan sesuai dengan watak dan
karakteristiknya. Ironis memang, justru yang banyak melakukan transaksi
yang berbau riba adalah dikalangan umat muslim yang notabene
mengetahui aturanaturan “The Rules of Syaria”
Jadi alasan pelarangannya adalah untuk menghindari adanya unsur
eksploitasi dan mendapatkan tambahan dengan cara yang tidak benar
sangat merugikan dari harta orang lain. Hal ini sesuai dengan Ayat
alquran: (QS. AlBaqarah-188)
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan paper ini jelas tidak lepas dari masalah agar
mengarah dalam penyelesaian paper ini. Adapun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
2. Apa Pengertian riba?
3. Bagaimana dasar-dasar al-qur’an yang mengharamkan riba?
4. Apa saja hikmah dilarangnya riba?
5. Bagaimana dampak riba bagi perekonomian?

C. TUJUAN PEMBAHAN
Agar pembahasan paper ini mempunyai sasaran bagi pembaca, maka
pembahasan ini juga mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahu pengertian riba
2. Untuk mengetahui dasar-dasar al-Qur’an yang mengharamkan riba
3. Untuk mengetahui hikmah dilarangnya riba
4. Untuk mengetahu dampak riba bagi perekonomian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba

Kata riba (‫ )الرّبوا‬menurut bahasa artinya (‫ )ال ّزيادة‬yaitu tambahan


atau kelebihan. Sedangkan riba menurut syara’ ialah suatu akad perjanjian
yang terjadi dalam tukar menukar suatu barang yang tidak diketahui sama
atau tidaknya menurut syara’ atau dalam tukar menukar itu disyari’atkan
terlambat menerima salah satu dari dua barang.[1]

B. Dasar-Dasar Al-Qur’an Yang Mengharamkan Riba

1. Riba menurut al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’ ulama’ hukumnya haram

Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Al-Baqarah ayat 275

ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم‬
َ Qِ‫سِّ ٰذل‬
‫ ُل‬Q‫ ُع ِم ْث‬Q‫ا ْالبَ ْي‬QQ‫الُ ْٓوا اِنَّ َم‬QQَ‫اَنَّهُ ْم ق‬Qِ‫ك ب‬ َ َ
‫هّٰللا‬ ۗ ۤ
‫ا َد‬QQ‫ ر ٗ ُٓه اِلَى ِ ۗ َو َم ْن َع‬Q‫لَفَ َواَ ْم‬Q‫ا َس‬QQ‫وا فَ َم ْن َجا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َم‬ ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬
ۘ ‫ال ِّر ٰب‬
ٰۤ
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ‫فَاُول ِٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن‬

Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-
Baqarah ayat 275)

Perkataan ‫ انّما البيع مثل الرّبوا‬itu disebut tasybih maqlub (persamaan terbaik sebab
musyababihnya memiliki nilai lebih tinggi, sedangkan yang dimaksud disini ialah
riba itu sama dengan jual beli – sama – sama halalnya. Tetapi mereka berlebihan
dalam kenyakinannya, bahwa riba itu dijadikan sebagai pokok dan hukumnya
halal, sehingga dipersamakan dengan jual beli, disinilah letak keharamannya.

2. Pemakan harta riba tidak akan memperoleh kebahagiaan


Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Ali Imran ayat 130

ْ ‫ار الَّتِي ُأ ِع َّد‬


َ‫ت لِ ْل َكافِ ِرين‬ ْ ُ‫ َواتَّق‬. َ‫وا هّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ َّ‫وا الن‬ ْ ُ‫ضا َعفَةً َواتَّق‬ ْ ُ‫وا الَ تَْأ ُكل‬
َ ‫وا ال ِّربَا َأضْ َعافا ً ُّم‬ ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan


riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran ayat 130)

Dalam ayat ini terdapat nas yang secara jelas mengharamkan riba, yang disertai
dengan penjelasan yang menerangkan riba yang bersifat pemerasan dari golongan
ekonomi kuat terhadap golongan ekonomi lemah itu mengandung penganiayaan.
Dengan riba, pihak yang berhutang pada umumnya kaum lemah (dhuafa) tidak
mampu mengembalikan hutangnya kepada pihak yang meminjamkan.

Pemakan harta riba secara tidak langsung berada dalam kekafiran dan
bergelimang dalam dosa

Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Al-Baqarah ayat 276

‫هّٰللا‬ َّ ‫ق هّٰللا ُ ال ِّر ٰبوا َويُرْ بِى ال‬


ٍ َّ‫ت ۗ َو ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬
‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫صد َٰق‬ ُ ‫يَ ْم َح‬

Artinya: “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
(QS. Al-Baqarah ayat 276)

Perkataan ‫ كفّار‬dan ‫ اثيم‬, kedua kata ini termasuk sighat mubalaghah yang
artinya banyak kekufuran dan banyak dosa. Ini menunjukkan bahwa perbuatan
haramnya riba, inilah sangat keras. Dan ini termasuk perbuatan-perbuatan orang
kafir bukan perbuatan-perbuatan orang Islam.[2]

Harta yang diperoleh dari riba itu tidak mengandung berkah

Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Ar-Rum ayat 39


‫هّٰللا‬ َّ ‫ق هّٰللا ُ ال ِّر ٰبوا َويُرْ بِى ال‬
ٍ َّ‫ت ۗ َو ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬
‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫صد َٰق‬ ُ ‫يَ ْم َح‬

Artinya: “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum ayat 39)

Dalam ayat tersebut di atas, Allah Swt., mencela riba dan memuji zakat.
Ayat ini secara halus menyebutkan bahwa riba itu tidak baik dan tidak bermanfaat
bagi pelakunya. Karena si pelaku tidak akan mendapat pahala di sisi Allah Swt.,
dalam ayat ini dijelaskan bahwa perbuatan yang baik dan terpuji adalah zakat
yang akan menghasilkan pahala di sisi Allah Swt., di akhirat.

Yang selanjutnya diterangkan dalam QS. An-Nisa’ ayat 161

‫اط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِر ْينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما‬
ِ َ‫اس بِ ْالب‬
ِ َّ‫َّواَ ْخ ِذ ِه ُم الر ِّٰبوا َوقَ ْد نُهُوْ ا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل الن‬

Artinya: “Dan karena mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka


telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisa’ ayat 161)

Dalam ayat ini, Allah menerangkan riba diharamkan bagi orang Yahudi,
namun mereka melanggar larangan tersebut dan hal ini merupakan salah satu
sebab kemurkaan Tuhan terhadap mereka.

Dalam ayat ini juga Allah sudah mengisyaratkan riba itu dilarang atau
diharamkan bagi orang Yahudi, tetapi belum ditemukan nas secara mutlak yang
menjelaskan bahwa riba itu haram bagi orang muslim.

Ditegaskan lagi dalam QS. Al Baqarah ayat 278-279


َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذرُوْ ا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّر ٰب ٓوا اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّمْؤ ِمنِ ْين‬

ْ ‫ب ِّمنَ هّٰللا ِ َو َرسُوْ لِ ٖ ۚه َواِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم رُ ءُوْ سُ اَ ْم َوالِ ُك ۚ ْم اَل ت‬


ْ ُ‫َظلِ ُموْ نَ َواَل ت‬
َ‫ظلَ ُموْ ن‬ ٍ ْ‫فَا ِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلُوْ ا فَْأ َذنُوْ ا بِ َحر‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al Baqarah ayat 278-279)

Dalam suatu riwayat, Rasulallah bersabda:

َ Qَ‫عن جابر رضي هللا عنه قال لعن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اَ ِك َل ال ِّربَوا َو ُموْ ِكلَهُ َو َكاتِيَهُ َو َشا ِه َدهُ َوق‬
‫ال هُ ْم‬Q
)‫َس َواء (رواه المسلم‬

Artinya: “Dari Jabir ra. berkata bahwa Rasulallah Saw., telah melaknat orang-
orang yang menjadi wakilnya (orang-orang yang memberi makan hasil riba)
orang yang menuliskannya, dan (selanjutnya) Nabi Saw., bersabda: mereka itu
semua sama saja.”

Beberapa ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa Islam sangat membenci
perbuatan riba dan Islam menganjurkan kepada umatnya agar di dalam mencari
rizki hendaknya menempuh cara yang halal seperti jual beli dan hikmahnya.[3]

3. Hukuman dan Ancaman Bagi Pelaku Riba

Allah menyuruh hamba-hambanya yang beriman agar bertakwa


kepada-Nya. Allah pun melarang mereka melakukan sesuatu yang
mendekatkan mereka kepada kemurkaan-Nya, dan menjauhkan
mereka dari keridhaan-Nya. Allah Swt., berfirman yang artinya: Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, takutlah
kepada-Nya, dan hati-hatilah dalam berbuat karena Dia
mengawasimu, serta tinggalkanlah siksa riba, yakni tinggalkanlah
hartamu yang merupakan kelebihan dari pokok yang harus di bayar
oleh orang lain, setelah menerima peringatan ini. Jika kamu orang-
orang yang beriman kepada apa yang disyari’atkan Allah, yaitu
penghalalan jual beli, pengharaman riba, dan syari’at lainnya.[4]

Selanjutnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang menyebutkan
ancaman bagi orang yang melakukan riba

ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم‬
َ Qِ‫سِّ ٰذل‬
‫ ُل‬Q‫ ُع ِم ْث‬Q‫ا ْالبَ ْي‬QQ‫الُ ْٓوا اِنَّ َم‬QQَ‫اَنَّهُ ْم ق‬Qِ‫ك ب‬ َ َ
‫ا َد‬QQ‫ ر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن َع‬Q‫فَ َواَ ْم‬ ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬
ۗ َ‫ل‬Q‫ا َس‬QQ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َم‬ ۘ ‫ال ِّر ٰب‬
ٰۤ
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ‫فَاُول ِٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن‬

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah ayat 275)

Dalam ayat ini Allah Swt., menceritakan saat mereka (orang-orang yang
memakan riba) keluar dan bangkit dari kubur, untuk menuju kebangkitan dan
perkumpulan. Allah berfirman: “orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan, lantaran penyakit gila.”
Maksudnya tidaklah mereka bangkit dari kuburnya pada hari kiamat melainkan
seperti bangkitnya orang gila pada saat dia mengamuk dan kesurupan setan.

Dalam hal ini, Allah telah berfirman barang siapa yang kembali lagi kepada riba
setelah dia menerima larangan Allah mengenai riba, maka mestilah dia masih
dapat siksa dan ditegaskan hujjah kepadanya. Allah berfirman, “Maka mereka
itulah penghuni neraka, sedangkan mereka kekal di dalamnya.”
Dalam ayat tersebut di atas, sudah ada ancaman dan hukumannya bagi pelaku
riba, dan ditegaskan juga tidak diridhoinya perbuatan riba.

C. Hikmah Dilarangnya Riba

Adapun hikmah dilarangnya perbuatan riba, antara lain sebagai


berikut:

1. Riba itu dapat mendatangkan permusuhan dan menimbulkan


merosotnya semangat kerja, serta hilangnya sikap tolong menolong,
dengan demikian dapat tumbuhnya sikap egois dan penindasan pada
sesama manusia.

2. Riba dapat menyuburkan


tumbuhnya sikap atau mental
pemboros dan munculnya
sikap penumpukan harta pada satu tangan, yaitu sikap bersenang-senang di
atas penderitaan orang lain.

3. Riba apabila dibiarkan terus berlanjut akan dapat menjadi sarana


untuk menjajah dan mengeruk harta orang lain.

4. Riba dapat menghilangkan sifat kasih sayang dan tolong menolong


akan sesamanya bahkan memunculkan sifat bakhil bagi pelaku riba.

Dampak Sistem Ribawi Sangat Membahayakan Perekonomian

D. Dampak Riba Bagi Perekonomian Antara Lain:


1. Sistem ekonomi ribawi telah banyak menimbulkan krisis ekonomi di
mana-mana sepanjang sejarah, sejak tahun 1930 sampai saat ini.
Sistem ekonomi ribawi telah membuka peluang para spekulan untuk
melakukan spekulasi yang dapat mengakibatkan volatilitas ekonomi
banyak negara. Sistem ekonomi ribawi menjadi punca utama
penyebab tidak stabilnya nilai uang (currency) sebuah negara. Karena
uang senantiasa akan berpindah dari negara yang tingkat bunga riel
yang rendah ke negara yang tingkat bunga riel yang lebih tinggi akibat
para spekulator ingin memperoleh keuntungan besar dengan
menyimpan uangnya dimana tingkat bunga riel relatif tinggi. Usaha
memperoleh keuntungan dengan cara ini, dalam istilah ekonomi
disebut dengan arbitraging. Tingkat bunga riel disini dimaksudkan
adalah tingkat bunga minus tingkat inflasi.
2. Di bawah sistem ekonomi ribawi, kesenjangan pertumbuhan ekonomi
masyarakat dunia makin terjadi secara konstant, sehingga yang kaya
makin kaya yang miskin makin miskin. Data IMF menunjukkan
bagaimana kesenjangan tersebut terjadi sejak tahun 1965 sampai hari
ini.
3. Suku bunga juga berpengaruh terhadap investasi, produksi dan
terciptanya pengangguran. Semakin tinggi suku bunga, maka investasi
semakin menurun. Jika investasi menurun, produksi juga menurun.
Jika produksi menurun, maka akan meningkatkan angka
pengangguran
4. Teori ekonomi juga mengajarkan bahwa suku bunga akan secara
signifikan menimbulkan inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh bunga
adalah inflasi yang terjadi akibat ulah tangan manusia. Inflasi seperti
ini sangat dibenci Islam, sebagaimana ditulis Dhiayuddin Ahmad
dalam buku Al-Quran dan Pengentasan Kemiskinan. Inflasi akan
menurunkan daya beli atau memiskinkan rakyat dengan asumsi cateris
paribus.
5. Sistem ekonomi ribawi juga telah menjerumuskan negara-negara
berkembang kepada debt trap (jebakan hutang) yang dalam, sehingga
untuk membayar bunga saja mereka kesulitan, apalagi bersama
pokoknya.
6. Dalam konteks Indonesia, dampak bunga tidak hanya sebatas itu,
tetapi juga berdampak terhadap pengurasan dana APBN. Bunga telah
membebani APBN untuk membayar bunga obligasi kepada perbakan
konvensional yang telah dibantu dengan BLBI. Selain bunga obligasi
juga membayar bunga SBI. Pembayaran bunga yang besar inilah yang
membuat APBN kita defisit setiap tahun. Seharusnya APBN kita
surplus setiap tahun dalam mumlah yang besar, tetapi karena sistem
moneter Indonesia menggunakan sistem riba, maka tak ayal lagi,
dampaknya bagi seluruh rakyat Indonesia sangat mengerikan .
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan fakta tersebut, maka benarlah Allah yang mengatakan bahwa


sistem bunga tidak menumbuhkan ekonomi masyarakat, tapi justru
menghancurkan sendi-sendi perekonomian negara, bangsa dan masyarakat secara
luas. Itulah sebabnya, maka lanjutan ayat tersebut pada ayat ke 41
berbunyi :”Telah nyata kerusakan di darat dan di laut, karena ulah tangan
manusia, supaya kami timpakan kepada mereka akibat dari sebagian perilaku
mereka.Mudah-mudahan mereka kembali ke jalan Allah” Konteks ayat ini
sebenarnya berkaitan dengan dampak sistem moneter ribawi yang dijalankan oleh
manusia. Kerusakan ekonomi dunia dan Indonesia berupa krisis saat ini adalah
akibat ulah tangan manusia yang menerapkan riba yang bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Dalam pandangan seorang banker atau debitur, sistem bunga yang mereka
terapkan yang dilandasi saling ridha dan terkesan tidak ada saling menzalimi di
antara mereka, dianggap sebagai sebuah sistem yang wajar dan tidak menjadi
masalah. Bahkan bersifat positif-konstruktif bagi masyarakat. Inilah pandangan
ekonomi mikro yang sering menjerumuskan banyak orang yang akalnya terbatas.

Begitulah, akal manusia sering kali tidak bisa menjangkau apa yang
dibalik realitas ekonomi. Padahal sistem riba itu justru merusak dan sama sekali
tidak membawa pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya. Inilah yang dijelaskan
Al-Quran dalam surah Ar-Rum ayat 39 di atas. Inilah konsep metaekonomi Islam
dalam larangan riba.
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahkite.blogspot.com/2013/11/larangan-riba.html?m=1
http://eki.feb.unsyiah.ac.id/berita/dampak-sistem-ribawi-sangat-
membahayakan-perekonomian

Anda mungkin juga menyukai