PEREKONOMIAN”
PAPER
Disusun oleh :
Kelas : 1f
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha Esa, pada
akhirnya paper yang penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
pancasila yang penulis beri judul: “LARANGAN RIBA DAN DAMPAKNYA
Makalah ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan
akses internet. Tulisan ini sebagian besar hanyalah kutipankutipan dari beberapa
Ekonmi Islam
menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka penulis
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulis ini dimasa mendatang.
Sehingga mempunyai nilai dan manfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR……............................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang........................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................
C. Tujuan Pembahasan..............................................................
BAB II : PEMBAHASAN...........................................................................
A. Pengertian Riba......................................................................
KESIMPULAN...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia didalam kehidupannya sering melakukan jual beli untuk
kebutuhan sehari-hari dan dikembangkan. Serta memiliki beberapa kaidah
dan etika moralitas dalam islam. Allah SWT telah menurunkan rezeki ke
dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan cara yang telah
dihalalkan dan bersih dalam segala perbuatan yang mengandung riba
Melakukan kegiatan ekonomi merupakan tabiat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnnya, tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan
oleh alquran. Apabila kegiatan itu punya merugikan banyak orang dan
menguntungkan sebagian kecil orang. Seperti monopoli, calo, perjudian,
dan riba, pasti akan ditolak.
Manusia merupakan makhluk yang rakus, mempunyai hawa nafsu
yang bergejolak dan selalu merasa kekurangan sesuai dengan watak dan
karakteristiknya. Ironis memang, justru yang banyak melakukan transaksi
yang berbau riba adalah dikalangan umat muslim yang notabene
mengetahui aturanaturan “The Rules of Syaria”
Jadi alasan pelarangannya adalah untuk menghindari adanya unsur
eksploitasi dan mendapatkan tambahan dengan cara yang tidak benar
sangat merugikan dari harta orang lain. Hal ini sesuai dengan Ayat
alquran: (QS. AlBaqarah-188)
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan paper ini jelas tidak lepas dari masalah agar
mengarah dalam penyelesaian paper ini. Adapun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
2. Apa Pengertian riba?
3. Bagaimana dasar-dasar al-qur’an yang mengharamkan riba?
4. Apa saja hikmah dilarangnya riba?
5. Bagaimana dampak riba bagi perekonomian?
C. TUJUAN PEMBAHAN
Agar pembahasan paper ini mempunyai sasaran bagi pembaca, maka
pembahasan ini juga mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahu pengertian riba
2. Untuk mengetahui dasar-dasar al-Qur’an yang mengharamkan riba
3. Untuk mengetahui hikmah dilarangnya riba
4. Untuk mengetahu dampak riba bagi perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Al-Baqarah ayat 275
ۗ اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم
َ Qِسِّ ٰذل
ُلQ ُع ِم ْثQا ْالبَ ْيQQالُ ْٓوا اِنَّ َمQQَاَنَّهُ ْم قQِك ب َ َ
هّٰللا ۗ ۤ
ا َدQQ ر ٗ ُٓه اِلَى ِ ۗ َو َم ْن َعQلَفَ َواَ ْمQا َسQQوا فَ َم ْن َجا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َم ۗ وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب
ۘ ال ِّر ٰب
ٰۤ
َار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن ِ َّفَاُول ِٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن
Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-
Baqarah ayat 275)
Perkataan انّما البيع مثل الرّبواitu disebut tasybih maqlub (persamaan terbaik sebab
musyababihnya memiliki nilai lebih tinggi, sedangkan yang dimaksud disini ialah
riba itu sama dengan jual beli – sama – sama halalnya. Tetapi mereka berlebihan
dalam kenyakinannya, bahwa riba itu dijadikan sebagai pokok dan hukumnya
halal, sehingga dipersamakan dengan jual beli, disinilah letak keharamannya.
Dalam ayat ini terdapat nas yang secara jelas mengharamkan riba, yang disertai
dengan penjelasan yang menerangkan riba yang bersifat pemerasan dari golongan
ekonomi kuat terhadap golongan ekonomi lemah itu mengandung penganiayaan.
Dengan riba, pihak yang berhutang pada umumnya kaum lemah (dhuafa) tidak
mampu mengembalikan hutangnya kepada pihak yang meminjamkan.
Pemakan harta riba secara tidak langsung berada dalam kekafiran dan
bergelimang dalam dosa
Sesuai dengan firman Allah Swt., dalam QS. Al-Baqarah ayat 276
Artinya: “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
(QS. Al-Baqarah ayat 276)
Perkataan كفّارdan اثيم, kedua kata ini termasuk sighat mubalaghah yang
artinya banyak kekufuran dan banyak dosa. Ini menunjukkan bahwa perbuatan
haramnya riba, inilah sangat keras. Dan ini termasuk perbuatan-perbuatan orang
kafir bukan perbuatan-perbuatan orang Islam.[2]
Artinya: “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum ayat 39)
Dalam ayat tersebut di atas, Allah Swt., mencela riba dan memuji zakat.
Ayat ini secara halus menyebutkan bahwa riba itu tidak baik dan tidak bermanfaat
bagi pelakunya. Karena si pelaku tidak akan mendapat pahala di sisi Allah Swt.,
dalam ayat ini dijelaskan bahwa perbuatan yang baik dan terpuji adalah zakat
yang akan menghasilkan pahala di sisi Allah Swt., di akhirat.
اط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِر ْينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما
ِ َاس بِ ْالب
ِ ََّّواَ ْخ ِذ ِه ُم الر ِّٰبوا َوقَ ْد نُهُوْ ا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل الن
Dalam ayat ini, Allah menerangkan riba diharamkan bagi orang Yahudi,
namun mereka melanggar larangan tersebut dan hal ini merupakan salah satu
sebab kemurkaan Tuhan terhadap mereka.
Dalam ayat ini juga Allah sudah mengisyaratkan riba itu dilarang atau
diharamkan bagi orang Yahudi, tetapi belum ditemukan nas secara mutlak yang
menjelaskan bahwa riba itu haram bagi orang muslim.
َ Qَعن جابر رضي هللا عنه قال لعن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اَ ِك َل ال ِّربَوا َو ُموْ ِكلَهُ َو َكاتِيَهُ َو َشا ِه َدهُ َوق
ال هُ ْمQ
)َس َواء (رواه المسلم
Artinya: “Dari Jabir ra. berkata bahwa Rasulallah Saw., telah melaknat orang-
orang yang menjadi wakilnya (orang-orang yang memberi makan hasil riba)
orang yang menuliskannya, dan (selanjutnya) Nabi Saw., bersabda: mereka itu
semua sama saja.”
Beberapa ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa Islam sangat membenci
perbuatan riba dan Islam menganjurkan kepada umatnya agar di dalam mencari
rizki hendaknya menempuh cara yang halal seperti jual beli dan hikmahnya.[3]
Selanjutnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang menyebutkan
ancaman bagi orang yang melakukan riba
ۗ اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم
َ Qِسِّ ٰذل
ُلQ ُع ِم ْثQا ْالبَ ْيQQالُ ْٓوا اِنَّ َمQQَاَنَّهُ ْم قQِك ب َ َ
ا َدQQ ر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن َعQفَ َواَ ْم ۗ وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب
ۗ َلQا َسQQوا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َم ۘ ال ِّر ٰب
ٰۤ
َار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن ِ َّفَاُول ِٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن
Dalam ayat ini Allah Swt., menceritakan saat mereka (orang-orang yang
memakan riba) keluar dan bangkit dari kubur, untuk menuju kebangkitan dan
perkumpulan. Allah berfirman: “orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan, lantaran penyakit gila.”
Maksudnya tidaklah mereka bangkit dari kuburnya pada hari kiamat melainkan
seperti bangkitnya orang gila pada saat dia mengamuk dan kesurupan setan.
Dalam hal ini, Allah telah berfirman barang siapa yang kembali lagi kepada riba
setelah dia menerima larangan Allah mengenai riba, maka mestilah dia masih
dapat siksa dan ditegaskan hujjah kepadanya. Allah berfirman, “Maka mereka
itulah penghuni neraka, sedangkan mereka kekal di dalamnya.”
Dalam ayat tersebut di atas, sudah ada ancaman dan hukumannya bagi pelaku
riba, dan ditegaskan juga tidak diridhoinya perbuatan riba.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam pandangan seorang banker atau debitur, sistem bunga yang mereka
terapkan yang dilandasi saling ridha dan terkesan tidak ada saling menzalimi di
antara mereka, dianggap sebagai sebuah sistem yang wajar dan tidak menjadi
masalah. Bahkan bersifat positif-konstruktif bagi masyarakat. Inilah pandangan
ekonomi mikro yang sering menjerumuskan banyak orang yang akalnya terbatas.
Begitulah, akal manusia sering kali tidak bisa menjangkau apa yang
dibalik realitas ekonomi. Padahal sistem riba itu justru merusak dan sama sekali
tidak membawa pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya. Inilah yang dijelaskan
Al-Quran dalam surah Ar-Rum ayat 39 di atas. Inilah konsep metaekonomi Islam
dalam larangan riba.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahkite.blogspot.com/2013/11/larangan-riba.html?m=1
http://eki.feb.unsyiah.ac.id/berita/dampak-sistem-ribawi-sangat-
membahayakan-perekonomian