Anda di halaman 1dari 137

KERJA PROYEK PERENCANAAN JEMBATAN

“JEMBATAN RANGKA BAJA DAN JEMBATAN BAJA


KOMPOSIT, TANGERANG, PROVINSI BANTEN”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Proyek Perencanaan


Jembatan Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan

Disusun oleh :
1. Andre Martoga Sianturi (1801411023)
2. Dinda Mega Puspita (1801411002)
3. M. Andika Pratama P. (1801411001)
4. Saskia Tri Puspadewi (1801411007)

Dosen Pembimbing:
Drs. Ir. Andi Indianto, MT
(NIP. 19610928 198703 1 002)
Anis Rosyidah, S,Pd., S.ST., M.T.
(NIP. 19730318 199802 2 004)
Erlina Yanuarini, S.T., M.T., M.Sc.
(NIP. 19890104 201903 2 013)

PROGRAM STUDI D-IV PERANCANGAN JALAN DAN


JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Proyek Perencanaan Jembatan
diajukan untuk memenuhi persyaratan akademis
pada Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan
Politeknik Negeri Jakarta

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

Drs. Ir. Andi Indianto, MT Anis Rosyidah, S,Pd., S.ST., M.T.


(NIP. 19610928 198703 1 002) (NIP. 19730318 199802 2 004)

Dosen Pembimbing 3,

Erlina Yanuarini, S.T., M.T., M.Sc.


(NIP. 19890104 201903 2 013)

1
KATA PENGANTAR

Pertama–tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT,


karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KerjaProyek
Perencanaan 2 (Jembatan). Pada laporan Kerja Proyek Perencanaan 2 (Jembatan),
mencakup perencanaan jembatan rangka baja dan baja komposit dan perencanaan
kepala jembatan, serta perencanaan pilar jembatan yang dimulai dari kelengkapan
data teknis jembatan, perhitungan manual dan perhitungan SAP 2000 sampai
dengan gambar jembatan.

Tujuan dari pembuatan Laporan Kerja Proyek Perencanaan 2 (Jembatan) ini


dibuat untuk melengkapi nilai tugas semester enam mata kuliah Kerja Proyek
Perencanaan 2 (Jembatan). Serta untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
perencanaan jembatan.

Pada Laporan Kerja Proyek Perencanaan 2 (Jembatan) kami mengucapkan


terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberi rahmat dan ridho-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini,
2. Orang tua kami atas dukungan moril, spiritual, dan material.
3. Drs. Ir. Andi Indianto, M.T., Anis Rosyidah, S.Pd., S.S.T., M.T., Erlina
Yanuarini, S.T., M.Sc. selaku pembimbing Kerja Proyek Perencanaan 2
(Jembatan) yang telah memberi arahan dan materinya.
4. Rekan kelompok yang telah bekerja sama dengan baik.

Kami menyadari dalam penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan laporan selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

Depok. Agustus 2021

Penulis

2
BAB IV
PERENCANAAN LANTAI JEMBATAN

4.1. Perencanaan Lantai Jembatan untuk Jembatan Rangka Baja


4.1.1. Data Perencanaan untuk Jembatan Rangka Baja

Gambar 4. 1 Potongan Melintang Jembatan Rangka Baja

Gambar 4. 2 Rencana Lantai Jembatan

Tebal lantai mengacu pada RSNI : t ≥ 200 mm dan t ≥ (100 + 40 x 1,6) = 164 mm,
tebal lantai digunakan 250 mm.
▪ Tebal lantai jembatan = 0,25 meter
▪ Tebal lapisan aspal + overlay = 0,07 meter
▪ Jarak antar stringer = 1,6 meter
▪ Jarak antar crossbeam = 5 meter
▪ Jumlah lajur, arah = 2 arah, 2 jalur (@3,5 meter)
▪ Lebar trotoar = 1 meter
▪ Tebal trotoar = 0,25 meter
▪ Lebar total jembatan = 9 meter
▪ Panjang bentang jembatan = 50 meter

3
4.1.2. Acuan
▪ SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
▪ RSNI T-12-2004, “Perencanaan struktur beton untuk jembatan”
▪ Pd T-12-2005-B, “Perencanaan Lantai Jembatan Rangka Baja dengan
Menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP)
▪ RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”

4.1.3. Material
Beton untuk lantai jembatan : fc’= 35 MPa
Baja CSP (JIS G3101) : Fy = 245 MPa
Fu = 400 – 510 MPa.
Baja tulangan polos SR24 ( JIS G 3112) : Fy = 235 MPa
Fu = 382 - 520 MPa
Baja tulangan deformed SD40 ( JIS G 3112) : Fy = 390 – 510 MPa
Fu = 560 MPa
Berat isi bahan : (RSNI T-02-2005, halaman 11)
▪ Berat beton bertulang = 25 kN/𝑚3
▪ Berat beton tidak bertulang = 24 kN/𝑚3
▪ Berat aspal = 22 kN/𝑚3
▪ Berat baja = 78,5 kN/𝑚3
Dimensi Floordeck (CSP)

4
Gambar 4. 3 CSP Bridge Deck dan Tabel Ukuran nya

Gambar 2. 1 Detail Dimensi CSP (ubah gambar sesuai autocad)

4.1.4. Permodelan Struktur

Luas bidang sentuh roda kendaraan terhadap lantai jembatan = 200x500 mm


( RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan” halaman 22)

1600

Gambar 4. 4 Posisi roda kendaraan dari arah depan jembatan

5
Gambar 4. 5 Posisi roda kendaraan dari arah samping jembatan

Lebar tinjauan lantai jembatan = 200 + ( 2 x 201 ) = 602 mm


Panjang efektif (L) = 115 + 119,82 + 150 + 119,82 + 45 + 115 + 81,09 =
745,33 mm
Tebal pelat CSP = 4 mm
As pelat CSP = L x t = 745,33 mm x 4 mm = 29,81 𝑐𝑚2

4.1.5. Pembebanan
Beban yang di kerjakan pada struktur lantai jembatan adalah :
a. Beban roda truk sebesar 11,25 ton, dengan faktor kejut 1,3, bekerja pada
luas bidang lantai jembatan seluas (0,2 x 0,5 ) 𝑚2 (RSNI T-02-2005,
halaman 22 dan halaman 25).
b. Lapisan aspal setebal 7 cm.
c. Berat sendiri lantai jembatan setebal 20,1 cm.
d. Berat trotoar setebal 25 cm

Perhitungan Pembebanan
a. Berat sendiri pelat lantai (DL) = BI beton bertulang x t pelat x b
= 2,5 t/𝑚3 x 0,201 m x 0,602 m
= 0,3025 t/m
b. Beban mati tambahan (SDL)
- Aspal = BI aspal x t aspal x b = 2,2 t/𝑚3 x 0,07 m x 0,602 m
= 0,0927 t/m
- Trotoar= BI beton x t trotoar x b = 2,4 t/𝑚3 x 0,25 m x 0,602 m
= 0,3612 t/m

6
Gambar 4. 6 Beban Trotoar pada Lantai Jembatan

Gambar 4. 7 Beban Aspal pada Lantai Jembatan

c. Beban hidup lalu lintas


- Pejalan kaki = 0,5 t/m2 x 0,602m = 0,301 t/m.
- Roda kendaraan = ( 11,25 x 1,3 )/0,5 = 29,25 t/m

Gambar 4. 8 Beban Pejalan Kaki pada Lantai Jembatan

Gambar 4. 9 Beban 1 Truk pada Lantai Jembatan

Gambar 4. 10 Beban 2 Truk pada Lantai Jembatan

7
4.1.6. Analisa Struktur
a. Model Struktur

Gambar 4. 11 Permodelan Struktur di Software SAP 2000

b. Material Beton

Gambar 4. 12 Material Lantai di Software SAP 2000

c. Material CSP

Gambar 4. 13 Material CSP di Software SAP 2000

8
d. Material Tulangan Bagi

Gambar 4. 14 Material Tulangan Bagi di Software SAP 2000

e. Penampang elemen

Gambar 4. 15 Properties Penampang Lantai Jembatan

9
Gambar 4. 16 Data Reinforcement Lantai Jembatan

Gambar 4. 17 Extrude View XZ Lantai Jembatan

Gambar 4. 18 Extrude View 3D Lantai Jembatan

10
f. Kombinasi Beban

Gambar 4. 19 Kombinasi Pembebanan untuk 1 Truk

Gambar 4. 20 Kombinasi Pembebanan untuk 2 Truk

11
g. Output SDL

Gambar 4. 21 Beban SDL Trotoar di Software SAP 2000

Gambar 4. 22 Beban SDL Aspal di Software SAP 2000

h. Output LL

Gambar 4. 23 Beban LL Pejalan Kaki di Software SAP 2000

Gambar 4. 24 Beban LL 1 Truk di Software SAP 2000

Gambar 4. 25 Beban LL 2 Truk di SAP 2000

i. Output Momen

Gambar 4. 26 Momen akibat Kombinasi beban 1 Truk

Gambar 4. 27 Momen akibat Kombinasi beban 2 Truk

12
4.1.7. Penulangan
a. Luas tulangan yang diperlukan

Gambar 4. 28 Luas tulangan perlu akibat Kombinasi Beban 1 Truk

Gambar 4. 29 Luas tulangan perlu akibat Kombinasi Beban 2 Truk

b. Kontrol Tulangan max dan min


Luas tulangan perlu untuk tumpuan = 19,232 𝑐𝑚2
Luas tulangan perlu untuk lapangan = 16,014 𝑐𝑚2
Rasio tul. min (min) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 400MPa=
0,0023
Luas tulangan min. = 0,0023 x 60,2 x 20,1 = 2,78 𝑐𝑚2

Tabel 4. 1 Nilai 𝝆 min teoritis

Rasio tul. max (max) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 400MPa
=0,0271
Luas tulangan max. = 0,0271 x 60,2 x 20,1 = 32,79 𝑐𝑚2

Tabel 4. 2 Persentase tulangan maksimum 𝝆 𝒎𝒂𝒌𝒔

Luas tulangan perlu untuk tumpuan = 19,232 𝑐𝑚2 > 2,78 𝑐𝑚2 dan <
32,79 𝑐𝑚2
Luas tulangan perlu untuk lapangan = 16,014 𝑐𝑚2 > 2,78 𝑐𝑚2 dan <
32,79 𝑐𝑚2

13
c. Tulangan lapangan bawah
Kebutuhan tulangan lapangan dicukupi oleh pelat CSP dengan AS =
29,81 cm2
AS yang ada = 29,81 cm2 > AS perlu = 16,014 cm2 (OK)

d. Tulangan Tumpuan Atas


Kebutuhan tulangan tumpuan dicukupi oleh tulangan longitudinal
Digunakan D16 dengan As = 2,01 cm2 / tulangan
Jumlah tulangan yang diperlukan = 19,232/2,01= 9,56
Jarak PKP tulangan tumpuan yang diperlukan = 60,2/9,56 = 6,29 cm
Jarak PKP tulangan tumpuan yang digunakan = 6 cm < 6,29 cm
Digunakan tulangan lapangan D16 – 60 mm dengan As = 20,11 cm2

e. Tulangan Lapangan Atas


Tulangan lapangan atas diambil 0,5 dari tulangan tumpuan atas
Digunakan tulangan tumpuan D16 – 120 mm dengan As = 10,05 cm2

f. Tulangan Bagi dan Tulangan Susut Tumpuan Atas


Tulangan bagi menggunakan tulangan polos ∅=10 mm, dengan As =
0,785 cm2
As tulangan susut = 0,002 x b x h = 0,002 x 60,2 x 20,1 = 2,42cm2
As tulangan bagi ≥ 20% x tulangan longitudinal = 0,2 x 20,11 = 4,02
cm2
Digunakan tulangan tumpuan Ø10 – 100 mm, dengan As = 7,85 cm2 >
4,02 cm2

g. Tulangan Bagi dan Tulangan Susut Lapangan Atas


Tulangan lapangan atas diambil 0,5 dari tulangan tumpuan atas,
Digunakan tulangan bagi Ø10 – 200 mm, dengan As = 3,93 cm2

14
4.1.8. Kontrol terhadap Geser PONDS
Beban roda kendaraan (T) = 11,25 ton = 11250 kg
Faktor kejut (K )= 1,3
Faktor beban hidup (  ) = 1,8
Faktor reduksi kekuatan untuk geser (  ) = 0,7
Luas bidang kontak roda kendaraan = 20 cm x 50 cm.
Jarak cgs ke sisi beton yang tertekan (d) = 20,1 cm
Syarat :

Gambar 4. 30 Roda Kendaraan terhadap Lantai Jembatan

√35 11250 𝑥 1,3 𝑥 1,8


Syarat : Vc = (2 x 20,1) [ (20 + 20,1) + (50 + 20,1) ]x 𝑥 10 ≥
6 0,7

Vc = 43680,78 kg ≥ 37607,14 kg (OK)

15
4.1.9. Gambar Penulangan Plat Lantai Jembatan Rangka Baja

Gambar 4. 31 Penulangan Plat Lantai Jembatan Rangka

4.2. Perencanaan Lantai Jembatan untuk Jembatan Baja Komposit


4.2.1. Data Perencanaan untuk Jembatan Baja Komposit

Gambar 4. 32 Potongan Melintang Jembatan Baja Komposit

Gambar 4. 33 Rencana Lantai Jembatan

Tebal lantai mengacu pada RSNI : t ≥ 200 mm dan t ≥ (100 + 40 x 1,6) =


164 mm, tebal lantai digunakan 250 mm.

16
▪ Tebal lantai jembatan = 0,25 meter
▪ Tebal lapisan aspal + overlay = 0,07 meter
▪ Jarak antar stringer = 1,6 meter
▪ Jarak antar crossbeam = 5,2 meter
▪ Jumlah lajur, arah = 2 arah, 2 jalur (@3,5 meter)
▪ Lebar trotoar = 1 meter
▪ Tebal trotoar = 0,25 meter
▪ Lebar total jembatan = 9 meter
▪ Panjang bentang jembatan = 50 meter

4.2.2. Acuan
▪ SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
▪ RSNI T-12-2004, “Perencanaan struktur beton untuk jembatan”
▪ Pd T-12-2005-B, “Perencanaan Lantai Jembatan Rangka Baja dengan
Menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP)
▪ RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”

4.2.3. Material
Beton untuk lantai jembatan : fc’= 35 MPa
Baja CSP (JIS G3101) : Fy = 245 MPa
Fu = 400 – 510 MPa.
Baja tulangan polos SR24 ( JIS G 3112) : Fy = 235 MPa
Fu = 382 - 520 MPa
Baja tulangan deformed SD40 ( JIS G 3112) : Fy = 390 – 510 MPa
Fu = 560 MPa
Berat isi bahan : (RSNI T-02-2005, halaman 11)
▪ Berat beton bertulang = 25 kN/𝑚3
▪ Berat beton tidak bertulang = 24 kN/𝑚3
▪ Berat aspal = 22 kN/𝑚3
▪ Berat baja = 78,5 kN/𝑚3

17
Dimensi Floordeck (CSP)

Gambar 4. 34 CSP Bridge Deck dan Tabel Ukuran nya

Gambar 4. 35 Detail Dimensi CSP

4.2.4. Permodelan Struktur


Luas bidang sentuh roda kendaraan terhadap lantai jembatan = 200x500 mm
( RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan” halaman 22)

18
1600

Gambar 4. 36 Posisi roda kendaraan dari arah depan jembatan

Gambar 4. 37 Posisi roda kendaraan dari arah samping jembatan

Lebar tinjauan lantai jembatan = 200 + ( 2 x 201 ) = 602 mm


Panjang efektif (L) = 115 + 119,82 + 150 + 119,82 + 45 + 115 + 81,09 =
745,33 mm
Tebal pelat CSP = 4 mm
As pelat CSP = L x t = 745,33 mm x 4 mm = 29,81 𝑐𝑚2

4.2.5. Pembebanan
Beban yang di kerjakan pada struktur lantai jembatan adalah :
a. Beban roda truk sebesar 11,25 ton, dengan faktor kejut 1,3, bekerja pada
luas bidang lantai jembatan seluas (0,2 x 0,5 ) 𝑚2 (RSNI T-02-2005,
halaman 22 dan halaman 25).

19
b. Lapisan aspal setebal 7 cm.
c. Berat sendiri lantai jembatan setebal 20,1 cm.
d. Berat trotoar setebal 25 cm

Perhitungan Pembebanan
a. Berat sendiri pelat lantai (DL) = BI beton bertulang x t pelat x b
= 2,5 t/𝑚3 x 0,201 m x 0,602 m
= 0,3025 t/m

b. Beban mati tambahan (SDL)


- Aspal = BI aspal x t aspal x b = 2,2 t/𝑚3 x 0,07 m x 0,602 m = 0,0927
t/m
- Trotoar= BI beton x t trotoar x b = 2,4 t/𝑚3 x 0,25 m x 0,602 m =
0,3612 t/m

Gambar 4. 38 Beban Trotoar pada Lantai Jembatan

Gambar 4. 39 Beban Aspal pada Lantai Jembatan

c. Beban hidup lalu lintas


- Pejalan kaki = 0,5 t/m2 x 0,602m = 0,301 t/m.
- Roda kendaraan = ( 11,25 x 1,3 )/0,5 = 29,25 t/m

Gambar 4. 40 Beban Pejalan Kaki pada Lantai Jembatan

20
Gambar 4. 41 Beban 1 Truk pada Lantai Jembatan

Gambar 4. 42 Beban 2 Truk pada Lantai Jembatan

4.2.6. Analisa Struktur


a. Model Struktur

Gambar 4. 43 Permodelan Struktur di Software SAP 2000

b. Material Beton

Gambar 4. 44 Material Lantai di Software SAP 2000

21
c. Material CSP

Gambar 4. 45 Material CSP di Software SAP 2000

d. Material Tulangan Bagi

Gambar 4. 46 Material Tulangan Bagi di Software SAP 2000

22
e. Penampang elemen

Gambar 4. 47 Properties penampang lantai jembatan

Gambar 4. 48 Data Reinforcement lantai jembatan

23
Gambar 4. 49 Extrude View XZ Lantai Jembatan

Gambar 4. 50 Extrude View 3D Lantai Jembatan

f. Kombinasi Beban

Gambar 4. 51 Kombinasi Pembebanan untuk 1 Truk

Gambar 4. 52 Kombinasi Pembebanan untuk 2 Truk

24
g. Output SDL

Gambar 4. 53 Beban SDL Trotoar di Software SAP 2000

Gambar 4. 54 Beban SDL Aspal di Software SAP 2000

h. Output LL

Gambar 4. 55 Beban LL Pejalan Kaki di Software SAP 2000

Gambar 4. 56 Beban LL 1 Truk di Software SAP 2000

Gambar 4. 57 Beban LL 2 Truk di SAP 2000

i. Output Momen

Gambar 4. 58 Momen akibat Kombinasi beban 1 Truk

Gambar 4. 59 Momen akibat Kombinasi beban 2 Truk

25
4.2.7. Penulangan
a. Luas tulangan yang diperlukan

Gambar 4. 60 Luas tulangan perlu akibat Kombinasi Beban 1 Truk

Gambar 4. 61 Luas tulangan perlu akibat Kombinasi Beban 2 Truk

b. Kontrol Tulangan max dan min


Luas tulangan perlu untuk tumpuan = 19,232 𝑐𝑚2
Luas tulangan perlu untuk lapangan = 16,014 𝑐𝑚2
Rasio tul. min (min) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 400MPa
= 0,0023
Luas tulangan min. = 0,0023 x 60,2 x 20,1 = 2,78 𝑐𝑚2

Tabel 4. 3 Nilai 𝝆 min teoritis

Rasio tul. max (max) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 400MPa
= 0,0271
Luas tulangan max. = 0,0271 x 60,2 x 20,1 = 32,79 𝑐𝑚2

Tabel 4. 4 Persentase tulangan maksimum 𝝆 𝒎𝒂𝒌𝒔

Luas tulangan perlu untuk tumpuan =


19,232 𝑐𝑚2 > 2,78 𝑐𝑚2 dan < 32,79 𝑐𝑚2
Luas tulangan perlu untuk lapangan =
16,014 𝑐𝑚2 > 2,78 𝑐𝑚2 dan < 32,79 𝑐𝑚2

26
c. Tulangan lapangan bawah
Kebutuhan tulangan lapangan dicukupi oleh pelat CSP dengan
AS = 29,81 cm2
AS yang ada = 29,81 cm2 > AS perlu = 16,014 cm2 (OK)

d. Tulangan Tumpuan Atas


Kebutuhan tulangan tumpuan dicukupi oleh tulangan longitudinal
Digunakan D16 dengan As = 2,01 cm2 / tulangan
Jumlah tulangan yang diperlukan = 19,232/2,01= 9,56
Jarak PKP tulangan tumpuan yang diperlukan = 60,2/9,56 = 6,29 cm
Jarak PKP tulangan tumpuan yang digunakan = 6 cm < 6,29 cm
Digunakan tulangan lapangan D16 – 60 mm dengan As = 20,11 cm2

e. Tulangan Lapangan Atas


Tulangan lapangan atas diambil 0,5 dari tulangan tumpuan atas
Digunakan tulangan tumpuan D16 – 120 mm dengan As = 10,05 cm2

f. Tulangan Bagi dan Tulangan Susut Tumpuan Atas


Tulangan bagi menggunakan tulangan polos ∅=10 mm, dengan
As = 0,785 cm2
As tulangan susut = 0,002 x b x h = 0,002 x 60,2 x 20,1 = 2,42cm2
As tulangan bagi ≥ 20% x tulangan longitudinal = 0,2 x 20,11 = 4,02
cm2
Digunakan tulangan tumpuan Ø10 – 100 mm, dengan
As = 7,85 cm2 > 4,02 cm2

g. Tulangan Bagi dan Tulangan Susut Lapangan Atas


Tulangan lapangan atas diambil 0,5 dari tulangan tumpuan atas,
Digunakan tulangan bagi Ø10 – 200 mm, dengan As = 3,93 cm2

27
4.2.8. Kontrol terhadap Geser PONDS
Beban roda kendaraan (T) = 11,25 ton = 11250 kg
Faktor kejut (K )= 1,3
Faktor beban hidup (  ) = 1,8
Faktor reduksi kekuatan untuk geser (  ) = 0,7
Luas bidang kontak roda kendaraan = 20 cm x 50 cm.
Jarak cgs ke sisi beton yang tertekan (d) = 20,1 cm
Syarat :

Gambar 4. 62 Roda Kendaraan terhadap Lantai Jembatan

√35 11250 𝑥 1,3 𝑥 1,8


Syarat : Vc = (2 x 20,1) [ (20 + 20,1) + (50 + 20,1) [ 𝑥 10 ≥
6 0,7

Vc = 43680,78 kg ≥ 37607,14 kg (OK)

4.2.9. Gambar Penulangan Lantai Jembatan Baja Komposit

Gambar 4. 63 Penulangan Lantai Jembatan Baja Komposit

28
BAB V
PERENCANAAN JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

5.1. Data dan Dimensi

Gambar 5. 1 Tampak Melintang Jembatan

Gambar 5. 2 Tampak Atas Jembatan

5.1.1. Data Jembatan


▪ Panjang Bentang = 26 meter
▪ Lebar lajur lalu lintas = 7 meter
▪ Lebar trotoar = 2 x 1 meter
▪ Lebar lantai jembatan = 9 meter
▪ Jumlah lajur 1 arah = 2 lajur
▪ Lebar jalur = 2 x 3,5 meter
▪ BJ Aspal = 2,2 ton/m3
▪ Jarak antar girder = 1,6 meter
▪ Jarak antar diafragma = 4,33 meter
▪ Tebal lantai jembatan = 0,25 meter
▪ Tebal lapisan aspal = 0,07 meter

29
Tabel 5. 1 Tabel Mechanical Properties JISG 3101

5.1.2. Data Material Lantai


Digunakan mutu beton fc’ = 35 mPa

E = 200.000 mPa

5.1.3. Data Material Girder Baja


Material Stringer IWF 1000 x 400 x 22 x 40

▪ Fy = 245 MPa

▪ H = 1000 mm

▪ B = 400 mm

▪ tw = 22 mm

▪ tf = 40 mm

▪ A = 525,2 cm2
Gambar 5. 3
▪ Ix = 886000 cm4 Dimensi
Penampang
▪ Iy = 42800 cm4 Girder Baja

▪ Zx =17700 cm3

▪ qDL = 0,412 t/m

30
5.1.4. Data Material Diafragma
Material Diafragma IWF 600 x 200 x 11 x 17

▪ Fy = 245 MPa

▪ H = 600 mm

▪ B = 200 mm

▪ tw = 11 mm

▪ tf = 17 mm

▪ A = 134,4 cm2
Gambar 5. 4
▪ Ix = 77600 cm4 Dimensi
Penampang
▪ Iy = 2280 cm4 Diafragma

▪ Zx =2590 cm3

▪ qDL = 0,106 t/m

5.2. Data Pembebanan


5.2.1. Beban Mati (DL)
BJ Baja = 7,853 ton/m3
BJ Beton Bertulang = 2,4 ton/m3
BJ Aspal = 2,2 ton/m3
5.2.2. Beban Hidup (LL)
P = 4,9 t/m
Q = 0,9 ton/m2
K = 1,4
LL (Pekerja + Alat) = 0,1 ton/m2

31
5.3. Analisa Struktur
5.3.1. Pembebanan Struktur Penampang Stringer Kondisi Awal ( Saat
Pengecoran Lantai)
2. Beban Mati (DL)
Berat sendiri girder = 0,412 t/m
Lantai beton bertulang = Tebal pelat x Jarak antar girder x BJ beton
bertulang
= 0,25 m x 1,6 m x 2,4 t/m³
= 0, 96 t/m
QDL total = 0,412 t/m + 0, 96 t/m = 1,372 t/m
Diafragma (PDL) = Berat diafragma x Jarak antar girder
= 0,106 t/m x 1,6 m
= 0,170 t
3. Beban Hidup (LL)
Pekerja dan Alat ( QLL ) = 0,1 x Jarak antar Girder
= 0,1 t/m² x 1,6 m
= 0,16 t/m
5.3.2. Pembebanan Struktur Penampang Girder Kondisi Akhir ( Saat
Beban Hidup Lalu Lintas Bekerja)
1. Beban Mati (DL)
Berat sendiri girder = 0,412 t/m
Lantai beton bertulang = Tebal pelat x Jarak antar girder x BJ beton
bertulang
= 0,25 m x 1,6 m x 2,4 t/m³
= 0, 96 t/m
QDL total = 0,412 t/m + 0, 96 t/m = 1,372 t/m
Diafragma (PDL) = Berat diafragma x Jarak antar girder
= 0,106 t/m x 1,6 m
= 0,170 t
2. Beban Mati Tambahan (SDL)
Lapis aus = Tebal aspal x Jarak antar girder x BJ aspal
= 0,07 m x 1,6 m x 2,2 t/m³ = 0, 2464 t/m

32
3. Beban Hidup ( LL )
Beban Terbagi Rata (QLL) = Beban Q x Jarak antar Girder
= 0,9 t/m² x 1,6 m
= 1,44 t/m
Garis Terpusat (PLL) = Beban P x Jarak antar Girder x
Faktor Kejut
= 0,9 t/m² x 1,6 m x 1,4
= 10,976 t
4. Beban Rem
Beban rem total dari grafik = 7,138 t/lajur
Jumlah girder/lajur = 3 lajur
7,138
Beban rem per girder = = 2,379 t
3

5.3.3. Kapasitas Penampang Kondisi Awal


QDL = 1,372 t/m
PDL Diafragma = 0,17 t
QLL = 0,16 t/m
1 1 1
Mu = ( x QDL x L2 x 1,2) + ( x QLL x L2 x 1,8) + ( x PDL x L x 1,2)
8 8 4
1 1
Mu = ( x 1,372 t/m x 26 m x 1,2) + ( x 0,16 t/m x 26 m x 1,8)
8 8
1
+ ( x 0,17 t x 26 m x 1,2)
4
Mu = 139,12 + 21,63 + 1,32
Mu = 162,07568 tm = 16207568 kgcm
Mu 16207568 kgcm
f= = = 915,68 kg⁄cm2
Zx 17700 cm3
f < 2456 kg⁄cm2
915,68 kg⁄cm2 < 2456 kg⁄cm2 (OK)

33
Cek Lendutan
5 x (Q DL + Q LL ) x L4 PDL x L3
δ= +
384 x E x I 48 x E x I
5 x (1,372 t/m + 0,16 t/m) x 264 0,17 t x 263
δ= +
384 x 20000000 x 0,00886 48 x 20000000 x 0,00886
δ = 0,05144311 + 0,000350462
δ = 0,05179357 m = 5,179 cm
1
δ = 5,179 cm < x 2600
300
δ = 5,179 cm < 8,67 m (OK)

5.3.4. Kapasitas Penampang Kondisi Akhir


Dipakai girder profil IWF (1000 x 400 x 22 x 40)
▪ Penentuan Lebar Efektif
b efektif = 2 x 1/8 x L = 2 x 1/8 x 26 = 6,5 m
b efektif = 2 x 1/2 x jarak antar girder = 2 x 1/2 x 1,6 = 1,6 m
b efektif = 2 x 6 x tebal lantai = 2 x 6 x 0,25 = 3 m
6,5 m > 3 m > 1,6 m → dipakai yang lebih kecil yaitu 1,6 m

5.3.5. Kontrol Kekompakan Penampang Girder


Profil IWF (1000 x 400 x 22 x 40)
a. Kontrol Web
h 1000 − (2 x 40)
= = 23,9
tw 22
1680 1680
w = = = 107,33
√fy √245
h
< w → 23,9 < 107,33 (WEB KOMPAK)
tw

b. Kontrol Flens
bf 400
= =5
2 x tf 2 x 40
170 170
f = = = 10,86
√fy √245
bf
< f → 6,25 < 10,861 (FLENS KOMPAK)
2xf

34
5.3.6. Garis Netral
▪ Rasio Modulus
Ebaja 200000
n= = = 7,19
Ebeton 4700√35
▪ Luas Transformasi Beton
b efektif x tebal
=
7,19
160 cm x 25 cm
=
7,19
= 556,11 cm2
▪ Tinggi Garis Netral (y’)

∑(Ai x Yy)
=
∑ Ai

(556,11 cm2 x 112,5 cm) + (525,2 cm2 x 50 cm)


=
(556,11 + 525,2)

= 82,14 cm

▪ Momen Inersia Gabungan


1
Lantai Beton = Io = x b x h3
12
1
Lantai Beton = Io = x 22,24 x 253
12
Lantai Beton = Io = 28964,14 cm4

Tabel 5. 2 Girder Tengah

Segmen A (cm2) y (cm) A x y2 (cm4) Io (cm4) Ix (cm4)


Lantai Beton 556.1115 30.36 512471.481 28964.141 541435.622
Profil Baja 525.2 32.14 542633.8229 886000 1428633.8
Σ 1081.311 1970069.4

5.3.7. Cek Kapasitas Penampang Kondisi Akhir


QDL = 1,618 t/m
PDL Diafragma = 0,170 t
QLL = 1,44 t/m
PLL = 10,976 t
1 1 1 1
Mu = ( x Q DL x L2 ) + ( x Q LL x L2 ) + ( x PDL x L) + ( x PLL x L)
8 8 4 4

35
1 1
Mu = ( x 1,618 t/m x 262 ) + ( x 1,44 t/m x 262 )
8 8
1 1
+ ( x 0,170 t x 26 ) + ( x 10,976 t x 26 )
4 4
Mu = 136,755 + 121,68 + 1,102 + 71,344
Mu = 330,8812 tm = 33088120 kgcm
M x ya 33088120 kgcm x 42,86
ft = = = 719,795 kg⁄cm2
Ix 1970069,445
719,795 kg⁄cm2 < 1633 kg⁄cm2 (OK)
M x ya 33088120 kgcm x 82,14
ft = = = 1379,631 kg⁄cm2
Ix 1970069,445
1379,631 kg⁄cm2 < 1633 kg⁄cm2 (OK)

Cek Lendutan
5 x Q LL x L4 PLL x L3
δ= +
384 x E x I 48 x E x I
5 x 1,44 t/m x 264
δ=
384 x 20000000 t/m x 0,0197 m4
10,976 t x 263
+
48 x 20000000 t/m x 0,0197 m4
δ = 0,02175 + 0,01020
δ = 0,03195 m = 3,195 cm
1
δ = 3,195 cm < x 2600
800
δ = 3,195cm < 3,25 m (OK)

5.3.8. Perhitungan Shear Connector


1. Dipakai Shear Connector Tipe Paku Diameter 20 cm

1 2 1
Asc = πD = π x 22 = 3,14
4 4

2. Kuat Geser Penghubung Geser (fu = 370 MPa)

Q n = Asc x Fusc = 3,14 cm2 x 3700 kg/cm2 = 11623,8928 kg


→ stud resistance

36
Q n = 0,5 x Asc x √fc x ESC x 10

= 0,5 x 3,14 cm2 x √35 x 4700√35 x 10

= 15496,0083 kg → concrete resistance

Q n minimum = 11623,8928 kg
3. Gaya Geser Maksimum
Fsc = 0,85 x fc’ x A lantai
= 0,85 x 350 kg/cm2 x 25 cm x 160 cm
=1190000 kg
Fsc = A profil x Fy profil
= 525,2 cm2 x 2450 kg/cm2
= 1286740 kg
Fsc maksimal = 1286740 kg
4. Desain Shear Connector
▪ Jumlah penghubung geser untuk setengah bentang
Fsc 1286740 kg
nsc = = = 130,23 ≈ 131 buah
θQn 0,85 x 11623,8928 kg
Jadi jumlah shear connector sebanyak 262 buah seluruh bentang, kiri
131 buah dan kanan 131 buah

▪ Jarak maksimum penghubung geser


ssc maks = 8 x tebal lantai = 8 x 25 = 200 cm
▪ Jarak minimum penghubung geser
ssc min = 6 x diameter SC = 6 x 2 = 12 cm

▪ Jarak antar penghubung geser


2600 cm
ssc = = 19,847 cm (OK)
131 buah
ssc < ssc maksimum = 19,847 cm < 200 cm (OK)

37
5.3.9. Pengaku Lateral
Jarak antar pengaku lateral ( Lp )

Iyprofil Eprofil
Lp = 1,76 √ √
Aprofil fyprofil

42800 200000 x 10
Lp = 1,76 √ √ = 453,95 cm
525,2 245 x 10

Pengaku Lateral dipasang tiap jarak 453 cm

5.3.10. Elastomer
Lendutan kondisi akhir = 5,34 cm
R = 0,00396 rad
PDL = QDL x L
= 1,932 t/m x 25 m
= 48,3 t
PSDL = QSDL x L
= 0,352 t/m x 25 m
= 8,8 t
PLL = QLL x L
= 0,18 t/m x 25 m
= 4,5 t
V = PDL + PSDL + PLL
= 48,3 t + 8,8 t + 4,5 t
= 61,6 t
= 61,6 t x 9,81 = 604,296 KN = 0,604 MN
Nilai SF = 2
Sehingga gaya vertikal untuk menentukan elastomer :
V = 0,604 x 2 = 1,208 MN

38
Gambar 6. 1 Dimensi Elastomer

Berdasarkan data kapasitas elastomer diatas, maka ada dua ukuran


elastomer yang dapat digunakan, yaitu :
Panjang = 400 mm
Lebar = 300 mm
Tebal = 71 mm
Jumlah lapis plat baja = 4
Tebal karet = 32 mm
Tebal pelat = (71 - 32) / 4 = 9,75 mm

Gambar 6. 2 Elastomer

39
BAB VI
PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA

6.1. Permodelan Struktur

Gambar 6. 3 Tampak Samping Jembatan Rangka Baja di Software SAP 2000

Gambar 6. 4 Tampak Bawah Jembatan Rangka Baja di Software SAP 2000

Gambar 6. 5 Tampak Depan Jembatan Rangka Baja di Software SAP 2000

Gambar 6. 6 Perspektif Jembatan Rangka Baja di Software SAP 2000

40
6.2. Data Perencanaan
• Panjang jembatan : 50 meter
• Lebar lantai jembatan : 9 meter
• Lebar trotoar : 2 x 1 meter
• Tinggi rangka bagian tepi : 5,6 meter
• Tinggi rangka bagian tengah : 5,6 meter
• Jarak antar stringer : 1,6 meter
• Jarak antar crossbeam : 5 meter

6.3. Acuan
• SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
• SE Menteri PUPR, No. 14/SE/M/2015,” PEDOMAN PEMASANGAN
BAUT JEMBATAN”
• RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”
• RSNI T-03-2005, “Perencanaan struktur baja untuk jembatan”
• SNI 2833:2008, ‘Standar perencanaan ketahanan gempa untuk
jembatan”
• BMS7-C2, “Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 2 Beban
Jembatan “
a. Tinjauan Luas bidang kontak roda kendaraan
Luas bidang kontak roda kendaraan dibuat 25 x 75 cm (SNI 1725:2016,
halaman 41), dengan beban T yang sama seperti pada RSNI T-02-2005,
sehingga jika perhitungan lantai jembatan mengacu pada SNI
1725:2016, maka tebal lantai jembatan akan lebih tipis bila dibanding
dengan menghitung berdasarkan RSNI T-02-2005. Ini berbahaya,
karena lantai jembatan yang dihitung dengan acuan RSNI T-02-2005
masih sering gagal ( mengalami kerusakan), apalagi jika dibuat lebih
tipis, maka akan lebih berbahaya. Untuk itu dalam menghitung lantai
jembatan narasumber menganjurkan menggunakan RSNI T-02-2005.

41
b. Tinjauan beban angin
Pada SNI 1725:2016, Tinjauan beban angin diperuntukkan jika posisi
struktur ada diatas permukaan tanah atau permukaan air diatas 10m
(SNI 1725:2016, halaman 55). Disisi lain jembatan yang dihitung ini
berada diatas permukaan air setinggi 1,5 meter pada tepi dan 1,69 meter
di tengah bentang. Jika mengacu SNI 1725:2016, maka jembatan ini
gaya tekanan anginnya tidak diperhitungkan, dan ini berbahaya jika ada
angin kencang. Untuk itu narasumber menganjurkan menggunakan
RSNI T-02-2005, agar gaya angin tetap diperhitungkan.

c. Tinjauan beban gempa


Pada SNI 2833:2016 “Perencanaan jembatan terhadap beban gempa”,
diisyaratkan untuk mengacu pada peta gempa 2010 dengan periode
ulang gempa 1000 tahun (SNI 2833:2016, halaman v) , berbeda dengan
SNI 2833: 2008 yang mengisyaratkan penggunaan peta gempa dengan
periode ulang gempa 500 tahun (SNI 2833: 2008 , halaman 14) .
Sebagai akibat dari tinjauan peta gempa dengan periode ulang gempa
1000 tahun, maka beban gempa pada periode pendek akan menjadi
lebih besar (SNI 2833:2016, halaman 12), karena PGA nya lebih besar.
Sebagai contoh daerah serang selatan, berdasarkan SNI 2833: 2008 ,
halaman 14, PGA nya = 0,46 ~ 0,5, sedangkan berdasarkan SNI
2833:2016, halaman 12, nilai PGA nya = 0,7. Sebagai akibat besarnya
nilai PGA maka beban gempa pada struktur akan menjadi lebih besar,
dan dimensi bangunan akan sangat boros. Di sisi lain berdasarkan
kenyataan di lapangan selama ini dengan menggunakan peraturan
gempa tahun 2008, tidak ada struktur jembatan yang runtuh oleh
gempa, keruntuhan jembatan umumnya disebabkan oleh beban lalu
lintas dan scuring pada pangkal jembatan. Oleh sebab itu dengan alasan
ekonomis, dan dengan pertimbangan bahwa jembatan yang dirancang
bukan jembatan jalan utama dan bukan jembatan jalan tol, maka
narasumber memberikan rekomendasi untuk menggunakan acuan SNI
2833: 2008 untuk peninjauan beban gempanya.

42
6.4. Material
Baja Struktur (JIS G3106) (SM490YA) : Fy : 265MPa
Fu : 490 – 610 MPa.

Baut mutu tinggi ( JIS B 1186-1979) : Fy = 883 MPa


Fu = 981 -1177 MPa

BJ material (RSNI T-02-2005, halaman 11)


• Berat baja :78,5 kN/m3
• Berat beton bertulang :25 kN/m3
• Berat beton tidak bertulang :24 kN/m3
• Berat aspal :22 kN/m3

Material Properties (RSNI T-03-2005, halaman 8)


• Modulus elastisitas (E) : 200.000 MPa
• Poisson ratio () : 0,3
• Koefisien muai panas () : 12 × 10-6 per °C

6.5. Pembebanan
6.5.1. Beban Lalu Lintas
15
a. Beban terbagi rata (BTR) : 9,0 [0,5 + ] 𝑘𝑃𝑎 = 7,2 𝑘𝑃𝑎
50

= 0,73 𝑡/𝑚2,
bekerja pada seluas lantai kendaraan. (RSNI T-02-2005, halaman 18).
Beban yang bekerja di lantai akan diterima oleh stringer. Sehingga
beban yang bekerja di strainger sebagai berikut:
- Strainger Tengah = 0,73 x 1,600 = 1,168 t/m
- Strainger Tepi = 0,73 x 0,300 = 0,219 t/m

43
7,2

50

Gambar 6. 7 Grafik Beban Terbagi Rata

b. Beban garis terpusat (BGT) = 49,0 kN/m= 4,99 t/m, bekerja selebar
lantai jembatan, dan bekerja dari awal bentang hingga akhir bentang.
(RSNI T-02-2005, halaman 18).

Gambar 6. 8 Beban Terbagi Rata dan Beban Garis pada Lajur Lalu Lintas

c. Faktor Beban Dinamis = 40% (RSNI T-02-2005, halaman 25). Faktor


beban dinamis dipergunakan untuk pembesaran beban BGT, sehingga
BGT yang bekerja pada lantai sebesar 4,99 x 1,40 = 6,986 ton/m. Beban
ini akan bekerja di tengah strainger dan di atas cross girder secara
bergantian.

44
Gambar 6. 9 Grafik Faktor Beban Dinamis (FBD)

d. Beban lalu lintas pada trotoar =3,8 kPa = 0,39 t/m2 (RSNI T-02-2005,
halaman 27). Beban ini akan bekerja diatas strainger tepi sebesar :
0,39 x 1 = 0,39 t/m.

3,8

50

Gambar 6. 10 Grafik Intensitas Beban Pada Trotoar

e. Beban Oleh gaya Pengereman = 120 kN / lajur = 12,24 ton/ lajur


(RSNI T-02-2005, halaman 26). Beban ini akan bekerja pada strainger
pada satu lajur lalu lintas. Sehingga beban yang diterima oleh
strainger arah memanjang jembatan sebesar : 12,24 / ( 50 x 3 ) =
0,0816 t/m
Beban Rem Girder Tengah = 0,0816 t/m
Beban Rem Girder Tepi = (1,3/1,6) x 0,0816 = 0,0663 t/m

45
120

Gambar 6. 11 Grafik Gaya Rem pada Jembatan

6.5.2. Beban Aksi Lingkungan


a. Beban Angin Tanpa Kendaraan
Angin bekerja pada sisi rangka kiri dan kanan

Gambar 6. 12 Tampak Samping Jembatan Rangka Baja

Ab = 270000000 𝑚𝑚2 = 270 𝑚2


Cw = 1,2
Vw = 30 m/s
TEW = 0,3 x ( 0,0006 . Cw . 𝑉𝑤 2 . Ab) [ kN ]
= 0,3 x (0,0006 x 1,2 x 302 x 270 ) = 52,488 kN = 5,35 ton.
Beban angin / nodal pada rangka = (5,35/18) = 0,297 ton / nodal
tengah dan 0,1485 ton / nodal tepi. Yang bekerja pada rangka kiri dan
kanan.

46
b. Beban Angin Dengan Kendaraan
Beban angin / nodal pada rangka = 0,5 *(5,35/18) = 0,1485 ton / nodal
tengah dan 0,07425 ton / nodal tepi. Yang bekerja hanya pada rangka
kiri . dan angin yang bekerja pada kendaraan sepanjang jembatan,
yang ditransfer ke lantai jembatan sebesar TEW = 0,0012 Cw 𝑉𝑤 2 [
kN/m ] ( BMS7- C2 halaman 2-44), dengan Cw = 1,2.
TEW = 0,0012 x 1,2 x 302 = 1,296 kN/m = 0,132 ton/m, gaya ini
bekerja di lantai, lantai diterima oleh strainger, strainger di terima oleh
cross girder. Sehingga angin pada kendaraan yang bekerja di cross
girder = 0,132 x 5 = 0,66 ton.

6.5.3. Analisisa Struktur Strainger


a. Permodelan Struktur

Strainger

Gambar 6. 13 Posisi Strainger pada Jembatan

5m

Gambar 6. 14 Model Struktur Strainger pada Software SAP 2000

47
b. Material

Gambar 6. 15 Material Baja di Software SAP 2000

c. Frame Section

Gambar 6. 16 Properties Penampang Strainger di Software SAP 2000

48
d. Pembebanan
Beban Roda kendaraan (TLL) = 112,5 x 1,3 = 146,25 kN
Beban terbagi rata (qLL) = 9 x 1,600 = 14,4 kN/m
Beban garis terpusat (PLL) = 49 x 1,4 x 1,600= 109,76 kN
Berat sendiri lantai (qDL) = 0,201 x 1,600 x 25 =8,04 kN/m
Berat lapisan aspal (qSDL) = 0,07 x 1,600 x 22 = 2,464 kN/m

Gambar 6. 17 Beban Akibat Berat Sendiri Lantai Jembatan pada Strainger

Gambar 6. 18 Beban Akibat Berat Lapisan Aspal pada Strainger

Gambar 6. 19 Beban Akibat Beban Garis Terpusat pada Strainger

Gambar 6. 20 Beban akibat beban terbagi rata pada Strainger

e. Gaya Dalam

Gambar 6. 21 Diagram Momen dan Geser pada Strainger

49
f. Cek Kapasitas Penampang

Gambar 6. 22 Data Rasio Tegangan Penampang Strainger

Ratio tegangan yuang terjadi akibat kombinasi pembebanan = 0,889 <


1 (ok)

Gambar 6. 23 Detail Data Tegangan Penampang Strainger

50
g. Cek Lendutan akibat beban Roda Truk

Gambar 6. 24 Hasil Lendutan akibat Beban Roda Truk pada Strainger

Batas Lendutan statis akibat beban hidup = ( 1/800) x 5000 = 6,25 mm


Lendutan yang terjadi akibat roda truk = 6,49 mm > 6,25 mm

6.6. Analisa Struktur Cross Beam


a. Permodelan Struktur

Cross Beam

Gambar 6. 25 Posisi Cross Beam pada Jembatan

51
9m

Gambar 6. 26 Model Struktur Cross beam di SAP 2000

b. Material

Gambar 6. 27 Material Baja di Software SAP 2000

c. Frame Section

Gambar 6. 28 Properties Penamapang Cross Beam di Software SAP 2000

52
d. Pembebanan
Beban Roda kendaraan (TLL) = 112,5 x 1,3 = 146,25 kN
Beban terbagi rata (qLL) = 9 x 5 = 45 kN/m
Beban pejalan kaki (qLL) = 5 x 5 = 25 kN/m
Beban garis terpusat (PLL) = 49 x 1,4 = 68,6 kN/m
Berat sendiri lantai (qDL) = 0,201 x 5 x 25 =25,125 kN/m
Berat lapisan aspal (qSDL) = 0,07 x 5 x 22 = 7,7kN/m
Berat trotoar (qSDL) = 0,25 x 5 x 24 = 30 kN/m

Gambar 6. 29 Beban Akibat Berat Sendiri Lantai Jembatan pada Cross Beam

Gambar 6. 30 Beban Akibat Lapisan Aspal Dan Trotoar pada Cross Beam

Gambar 6. 31 Beban Terbagi Rata Dan Pejalan Kaki pada Cross Beam

Gambar 6. 32 Beban Garis Terpusat pada Cross Beam

Gambar 6. 33 Beban Akibat Roda Kendaraan pada Cross Beam

e. Gaya Dalam

53
Gambar 6. 34 Diagram Momen dan Geser pada Cross Beam

f. Cek Kapasitas Penampang

54
Gambar 6. 35 Data Rasio Tegangan Penampang Cross Beam

Ratio tegangan yang terjadi akibat kombinasi pembebanan = 0,740 < 1


(ok )

Gambar 6. 36 Detail Data Tegangan Penampang Cross Beam

55
g. Cek Lendutan akibat beban Roda Truk

Gambar 6. 37 Hasil Lendutan akibat Beban Roda Truk pada Cross Beam

Batas Lendutan statis akibat beban hidup = ( 1/800) x 9000 = 11,25


mm
Lendutan yang terjadi akibat roda truk =6,64 mm < 11,25 mm ( ok )

6.7. Analisa Struktur Rangka


a. Permodelan Struktur

Gambar 6. 38 Model Struktur Rangka di SAP 2000

56
b. Material

Gambar 6. 39 Material Baja di Software SAP 2000

c. Frame Section

Gambar 6. 40 Properties Penampang Batang Atas di Software SAP 2000

57
Gambar 6. 41 Properties Penampang Batang Bawah di Software SAP 2000

Gambar 6. 42 Properties Penampang Batang Vertikal di Software SAP 2000

58
Gambar 6. 43 Properties Penampang Batang Ikatan Angin Tepi di Software SAP
2000

Gambar 6. 44 Properties Penampang Batang Ikatan Angin Tengah di Software


SAP 2000

59
Gambar 6. 45 Properties Penampang Batang Cross Beam di Software SAP
2000

Gambar 6. 46 Properties Penampang Batang Lateral Tepi di Software SAP 2000

60
Gambar 6. 47 Properties Penampang Batang Lateral Tengah di Software SAP
2000

Gambar 6. 48 Properties Penampang Batang Diagonal Tengah di Software


SAP 2000

61
Gambar 6. 49 Properties Penampang Batang Diagonal Tepi di Software SAP
2000

Gambar 6. 50 Properties Penampang Batang Strainger di Software SAP 2000

62
Gambar 6. 51 Properties Penampang Batang Skor di Software SAP 2000

d. Beban Mati
1. Beban Mati pada strainger tepi (qDL)
- lantai jembatan = 0,201 x 1,3 x 2,5 = 0,653 t/m
2. Beban mati pada strainger tengah (qDL)
- lantai jembatan = 0,201 x 1,6 x 2,5 = 0,804 t/m
3. Beban mati tambahan pada strainger tepi (q SDL)
- trotoar dan aspal = (0,25 x 1 x 2,4) + (0,07 x 0,3 x 2,2 ) = 0,646 t/m
4. beban mati tambahan pada strainger tengah (q SDL)
- lapisan aspal = 0,07 x 1,6 x 2,2 = 0,246 t/m
e. Beban Hidup Lalu Lintas
1. qLL pada strainger tepi = 0,219 t/m + 0,39 t/m = 0,609 t/m
2. qLL pada strainger tengah = 1,168 t/m
3. q h pada strainger = 0,049 t/m
4. PLL pada cross girder = 6,986 t/m
f. Beban Angin (Tw)
1. Tw tanpa kendaraan (TWt)
- pada nodal tepi kiri dan kanan = 0,1485 ton
- pada nodal tengah kiri dan kanan = 0,297 ton
2. Tw dengan kendaraan (TWk) - pada nodal tepi kiri = 0,07425 ton
- pada nodal tengah kiri = 0,1485 ton
- pada cross girder = 0,66 ton

63
Gambar 6. 52 Beban Mati Lantai Jembatan pada Rangka

Gambar 6. 53 Beban Garis Terpusat pada Rangka

Gambar 6. 54 Beban Mati Tambahan pada Rangka

64
Gambar 6. 55 Beban Angin dengan Kendaraan pada Rangka

g. Gaya Dalam

Gambar 6. 56 Gaya normal akibat DL+LL+WL pada Rangka

h. Cek Kapasitas Penampang

Gambar 6. 57 Rasio Tegangan Penampang pada Rangka

65
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Diagonal Tepi

66
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Diagonal Tengah

67
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Bawah

68
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Atas

69
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Vertikal

70
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Lateral Tepi

71
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Lateral Tengah

72
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Ikatan Angin Tepi

73
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Ikatan Angin Tengah

74
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Cross Girder

75
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Stringer

76
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Skor

77
i. Cek Lendutan

Lendutan statis maksimum akibat beban hidup = (1/800) 𝑥 50000 = 62,5


mm
Lendutan yang terjadi akibat beban hidup = 36,90 mm < 62,5 mm → 𝐎𝐊𝐄

j. Daftar Dimensi Elemen

Jenis Dimensi Length


No. Batang
Profil H B Tf Tw As ke As
1 A1 = A8 IWF 400 400 35 20 5000
2 A2 = A7 IWF 400 400 35 20 5000
3 A3 = A6 IWF 400 400 35 20 5000
4 A4 = A5 IWF 400 400 35 20 5000
5 B1 = B10 IWF 400 400 21 13 5000
6 B2 = B9 IWF 400 400 21 13 5000
7 B3 = B8 IWF 400 400 21 13 5000
8 B4 = B7 IWF 400 400 21 13 5000
9 B5 = B6 IWF 400 400 21 13 5000
10 D1 = D10 IWF 400 400 21 13 7810
11 D2 = D9 IWF 400 400 21 13 7810
12 D3 = D8 IWF 400 400 21 13 7810
13 D4 =D7 IWF 400 400 21 13 7810
14 D5 =D6 IWF 400 400 21 13 7810
15 V1 = V9 IWF 600 200 17 11 5200
16 V2 = V8 IWF 450 250 19 12 5200
17 V3 = V7 IWF 450 250 19 12 5200
18 V4 = V6 IWF 450 250 19 12 5200
19 V5 IWF 450 250 19 12 5200

78
20 St IWF 450 200 14 9 5000
21 CB IWF 1000 350 32 19 9400
22 Lt 1 = Lt 9 IWF 200 150 9 6 9400
23 Lt 2 - Lt 8 IWF 250 125 9 6 9400
24 Brc1 = Brc16 Siku 100 100 13 13 6862
24 Brc2 = Brc15 Siku 100 100 13 13 6862
25 Brc3 = Brc14 Siku 100 100 13 13 6862
26 Brc4 = Brc13 Siku 100 100 13 13 6862
27 Brc5 = Brc12 Siku 100 100 13 13 6862
28 Brc6 = Brc11 Siku 100 100 13 13 6862
29 Brc7 = Brc10 Siku 250 250 25 25 6862
30 Brc8 = Brc9 Siku 250 250 25 25 6862

6.8. Perhitungan Sambungan


6.8.1. Data Material Baut
Mengacu pada pada RSNI T-03-2005 halaman 9, bahwa baut yang
digunakan adalah baut mutu tinggi dengan kuat tarik min 210 kN untuk baut 24 dan
min 95 kN untuk baut 16, sesuai yang tertera pada tabel 2 Gaya tarik baut minimum.

Diameter nominal baut Gaya tarik minimum


(mm) (kN)
16 95
20 145
24 210
30 335
36 490

Tabel 6. 1 Gaya tarik baut minimum

Baut yang digunakan menggunakan baut mutu tinggi dengan sfesifikasi seperti
tabel dibawah

Tabel 6. 2 Spesifikasi Baut

79
6.8.2. Sambungan pada Rangka
Sambungan pada rangka batang didasarkan kepada gaya Tarik atau gaya
tekan yang terjadi pada elemen. Besarnya gaya pada elemen didasarkan pada beban
terbagi rata dan beban garis terpusak yang dibebankan pada daerah sambungan
yang ditinjau, ditambah dengan pengaruh angin yang bekerja pada rangka dan
kendaraan.

Sambungan Pada titik Buhul 1


Sambungan pada titik buhul 1 dipengaruhi oleh beban terbagi rata, beban garis
terpusat pada cross girder 2 dan beban angin.

Gambar 6. 58 Beban Terbagi Rata

Gambar 6. 59 Beban Garis Terpusat

80
Gambar 6. 60 Beban Angin

Gambar 6. 61 Gaya pada batang d1

Gambar 6. 62 Gaya batang pada b1

81
Perhitungan baut pada batang d1
Direncanakan menggunakan baut mutu tinggi diameter 24 mm, dengan kekuatan
penahan geser ijin sebesar 6,78 ton per baut dengan satu bidang geser.
Gaya pada batang d1 sebesar 406,869 ton
Jumlah baut yang diperlukan = 406,869 / 6,78 = 40 buah
40 baut akan disambungkan ke dua buah pelat simpul kiri dan kanan. Satu pelat
simpul harus terpasang baut genap, sehingga jumlah baut per pelat simpul = 20
buah.

Perhitungan baut pada batang b1


Direncanakan menggunakan baut mutu tinggi diameter 24 mm, dengan kekuatan
penahan geser ijin sebesar 6,78 ton per baut dengan satu bidang geser.
Gaya pada batang d1 sebesar 250,144 ton
Jumlah baut yang diperlukan = 250,144 / 6,78 = 24 buah
24 baut akan disambungkan ke dua buah pelat simpul kiri dan kanan. Satu pelat
simpul harus terpasang baut genap, sehingga jumlah baut per pelat simpul = 12
buah.

82
Tabel 5. 3 Sambungan Baut Pada Rangka

GAYA JUMLAH BAUT JUMLAH BAUT


TITIK DIAMETER BAUT JUMLAH BAUT
NO ELEMEN BATANG YANG PER SISI PLAT
BUHUL (mm) YANG DIPASANG
(Ton) DIPERLUKAN SIMPUL
B1 250.144 30 23.6 24 12
1 1
D1 407.9807 30 38.4 40 20
B1 250.144 30 23.6 24 12
2 2 B2 212.5324 30 20.0 24 12
V1 97.7597 30 9.2 12 6
B2 212.5324 30 20.0 24 12
B3 475.3061 30 44.8 48 24
3 3 D2 276.3645 30 26.0 28 14
D3 191.6023 30 18.0 20 10
V2 2.5002 30 0.2 8 4
B3 475.3061 30 44.8 48 24
4 4 B4 464.8844 30 43.8 44 22
V3 57.0419 30 5.4 8 4
B4 464.8844 30 43.8 44 22
B5 549.1954 30 51.7 52 26
5 5 D4 113.8274 30 10.7 12 6
D5 33.9135 30 3.2 8 4
V4 2.1676 30 0.2 8 4
B5 549.1954 30 51.7 52 26
6 6 B6 550.5727 30 51.8 52 26
V5 57.0419 30 5.4 8 4
D1 406.869 30 38.3 40 20
D2 276.3645 30 26.0 28 14
7 7
V1 97.7597 30 9.2 12 6
A1 437.0961 30 41.2 44 22
A1 437.0961 30 41.2 44 22
8 8 A2 436.1846 30 41.1 44 22
V2 2.5002 30 0.2 8 4
A2 436.1846 30 41.1 44 22
A3 631.2881 30 59.4 60 30
9 9 D3 191.6023 30 18.0 20 10
D4 113.8274 30 10.7 12 6
V3 57.0419 30 5.4 8 4
A3 631.2881 30 59.4 60 30
10 10 A4 591.8344 30 55.7 56 28
V4 2.1676 30 0.2 8 4
A4 591.8344 30 55.7 56 28
A5 584.8041 30 55.1 56 28
11 11 D5 33.9135 30 3.2 8 4
D6 44.6099 30 4.2 8 4
V5 57.0419 30 5.4 8 4

6.8.3. Sambungan Pada Portal

83
Momen pada portal.

Di rencanakan menggunakan baut mutu tinggi diameter 24 mm, dengan kekuatan


tarik ijin sebesar 14 ton per baut. Momen yang harus ditahan sebesar 4,08 ton.m.
Direncanakan digunakan 6 buah baut dengan jarak pemasangan sebagai berikut:

Tabel 5. 4 Sambungan Baut Pada Portal

GAYA DIAMETER JUMLAH BAUT JUMLAH BAUT JUMLAH BAUT


NO ELEMEN
BATANG BAUT (mm) YANG DIPERLUKAN YANG DIPASANG PER PLAT SIMPUL

1 lateral 1 4.08338 24 0.602268437 6 6


2 lateral 2 2.99219 24 0.441325959 6 6
3 lateral 3 1.41283 24 0.208382006 6 6
4 lateral 4 0.44014 24 0.064917404 6 6
5 lateral 5 0.99592 24 0.146890855 6 6

6.8.4. Sambungan Pada Cross Girder dan Strainger

Di rencanakan menggunakan baut mutu tinggi diameter 24 mm, dengan


kekuatan penahan geser ijin sebesar 6,78 ton per baut dengan satu bidang geser.
Gaya geser pada batang d1 sebesar 9,30 ton.
Jumlah baut yang diperlukan = 9,30 / 6,78 = 2 buah.
1 baut akan disambungkan ke web cross girder. Sambungan pada pelat simpul harus
terpasang baut genap, sehingga jumlah baut terpasang = 2 buah.

Tabel 5. 5 Sambung Baut Pada Stringer dan Crossgirder


GAYA JUMLAH BAUT JUMLAH BAUT
TITIK DIAMETER BAUT JUMLAH BAUT
NO ELEMEN BATANG YANG PER PLAT
BUHUL (mm) YANG DIPASANG
(Ton) DIPERLUKAN SIMPUL
1 12 St 9.3019 24 1 2 2
2 13 CG 82.6073 24 12 24 24

84
6.8.5. Elastomer
Acuan : SNI 3967:2008, Spesifikasi bantalan elastomer tipe polos dan tipe
berlapis untuk perletakan jembatan.
Bentuk Elastomer : SNI 3967:2008, halaman 14.

Pembebanan

Gambar 6. 63 Beban Garis Terpusat di Tumpuan

Gambar 6. 64 Beban Terbagi Rata

85
Gambar 6. 65 Beban Garis Terpusat di Tengah Bentang

Gambar 6. 66 Reaksi Perletakan

Gambar 6. 67 Rotasi dan Translasi pada Perletakan

Dari hasil Analisa struktur didapatkan Reaksi perletakan terbesar = 183,04


ton = 1,8304 MN. Rotasi = 0,02306 rad dan translasi sebesar 0,02495 m =
24,95 mm

86
Berdasarkan kapasitas elastomer diatas, maka elastomer yang digunakan
adalah :
Panjang : 350 mm
Lebar :450 mm
Tebal : 171 mm
Tebal Karet : 99 mm
Jumlah Lapis : 9
(171−99)
Tebal Pelat : = 8 mm
9

87
BAB VII
PERENCANAAN TIANG PANCANG DAN PIER HEAD
JEMBATAN

7.1. Data Teknis dan Material Tiang Pancang beserta Pier Head

Gambar 7. 1 Tampak Pilar Jembatan

88
7.1.1. Data Dimensi

Gambar 7. 2 Tampak Memanjang Pier Head dan Tiang Pancang

Lebar Pier Head 1 Arah x = 0,85 m


Tinggi Pier Head 1 Arah x = 0,637 m
Lebar Pier Head 2 Arah x = 0,9 m
Tinggi Pier Head 2 Arah x =1m
Lebar Pier Head 3 = 0,3 m
Tinggi Pier Head 3 = 1,587 m
Diameter Tiang Pancang = 0,6 m
Jarak Antar Tiang Pancang Arah Melintang = 1,64 m

7.1.2. Data Material


Beton = fc’ : 30 MPa

Baja tulangan polos SR24 (JIS G 3112) = Fy : 235 MPa

Fu : 382 - 520 MPa

Baja tulangan deformed SD40 (JIS G 3112) = Fy : 290 - 510 MPa


Fu : 560 MPa
Berat isi beton bertulang = 25 kN/m3 (RSNI T-02-2005, halaman 11)
Berat isi beton fc 30 MPa = 22 + (0,22 x 30) = 28,6 kN/m3 (SNI
1725:2016, halaman 13)

89
7.2. Bentuk Struktur

Gambar 7. 3 Permodelan Struktur

7.2.1. Material

Gambar 7. 4 Material Beton fc' 30 MPa

90
Gambar 7. 5 Material Beton fc' 35 MPa

Gambar 7. 6 Material Tulangan Bagi

91
Gambar 7. 7 Tulangan Longitudinal

7.2.2. Section Properties


Pier Head

Gambar 7. 8 Dimensi Pier Head 1 Arah X

92
Gambar 7. 9 Dimensi Pier Head 2 Arah X

Gambar 7. 10 Pier Head 3

Gambar 7. 11 Pier Head Arah Y

93
Tiang Pancang

Gambar 7. 12 Dimensi Pondasi Tiang Pancang

7.3. Konstanta Pegas


Besarnya reaksi yang didukung oleh tanah dimodelkan sebagai tumpuan
pegas elastis (spring). Pemodelan tanah sebagai tumpuan elastis untuk mendukung
beban tergantung dari besarnya modulus of subgrade reaction(ks) dari tanah.
Menurut Bowles (1974), besarnya modulus of subgrade reaction ke arah vertikal
(ksv) dapat ditentukan dari besarnya daya dukung tanah yang diijinkan (qa).
Kedalaman qc qa qa Ksv 1/2 Keliling Tiang Kh
Δh (m)
Tanah (kg/cm²) (kg/cm²) (kN/m²) (kN/m³) Pancang (m) (kN/m)
-1 22 0.735 72.126 8655.129 0.942 1 9789
-2 28 0.936 91.797 11015.618 0.942 1 12458
-3 35 1.170 114.746 13769.523 0.942 1 15573
-4 32 1.070 104.911 12589.278 0.942 1 14238
-5 45 1.504 147.531 17703.672 0.942 1 20022
-6 50 1.672 163.923 19670.747 0.942 1 22247
-7 38 1.270 124.581 14949.768 0.942 1 16908
-8 32 1.070 104.911 12589.278 0.942 1 14238
-9 18 0.602 59.012 7081.469 0.942 1 8009
-10 23 0.769 75.405 9048.544 0.942 1 10234
-11 19 0.635 62.291 7474.884 0.942 1 8454
-12 20 0.669 65.569 7868.299 0.942 1 8899
-13 19 0.635 62.291 7474.884 0.942 1 8454
-14 50 1.672 163.923 19670.747 0.942 1 22247
-15 40 1.337 131.138 15736.597 0.942 1 17798
-16 52 1.738 170.480 20457.577 0.942 1 23137
-17 80 2.674 262.277 31473.195 0.942 1 35595
-18 42 1.404 137.695 16523.427 0.942 1 18688
-19 60 2.006 196.707 23604.896 0.942 1 26697
-20 45 1.504 147.531 17703.672 0.942 1 20022
-21 200 6.686 655.692 78682.987 0.942 1 88988

94
Rumus :
qc B + 0,30 2
qa = ( ) (kg/m2 )
30 B
qa = 120 qa (kN/m3 )
Ksv = 120 x qa
Kh = 2 x Ksv x ∆h

7.4. Pembebanan
Beban – beban yang diterima berasal dari beban jembatan rangka dan beban
jembatan komposit yang disalurkan dengan program SAP 2000.

7.4.1. Kombinasi Pembebanan

Gambar 7. 13 Kombinasi Pembebanan Saat Terjadi Gempa

Gambar 7. 14 Kombinasi Pembebanan Saat Tidak Ada Gempa

95
Gambar 7. 15 Kombinasi WT

7.4.2. Beban Jembatan Rangka


DL = 95,75 ton

SDL = 56,525 ton

LL = 85,851 ton

R = 8,312 ton

Gambar 7. 16 Joint Reaction Dead Load

96
Gambar 7. 17 Joint Reaction Super Dead Load

Gambar 7. 18 Joint Reaction Live Load

Gambar 7. 19 Joint Reaction Rem

7.4.3. Beban Jembatan Komposit


DL = 17,921 ton

SDL = 3,203 ton

LL = 24,208 ton

R = 2,379 ton

97
7.4.4. Beban Gempa
Lokasi Jembatan = Tangerang → Zona 3

Gambar 7. 20 Peta Gempa

WT Dead = 60,695 ton ( Output SAP2000 )

Gambar 7. 21 Output SAP 2000 WT Dead

A = 0,4

R =2

S = 1,2

C = 0,96

I =1

T = 0,52007 dt (Output SAP2000)

98
Gambar 7. 22 Output SAP2000 Waktu Getar

Celastis = 0,15 (Hasil dari grafik)

Gambar 7. 23 Grafik Celastis

TEQ = 10,925 ton

7.5. Penulangan
7.5.1. Penulangan Pile Cap Arah Melintang

Gambar 7. 24 Rasio Penulangan Arah Melintang

99
Gambar 7. 25 Luas Tulangan Longitudinal yang diperlukan balok

Gambar 7. 26 Luas Tulangan Penahan Geser Balok

As. Tul. Tumpuan As. Tul. Lapangan


No Lokasi Posisi Tulangan (cm²) (cm²)
Utama Sengkang Utama Sengkang
Pile Cap Atas 6.96 1.62
1 24.1 24.1
63,7 x 164 Bawah 3.473 5.107

Gambar 7. 27 Resume Penulangan Balok

a. Kontrol Tulangan Max dan Min


Luas tulangan perlu untuk lapangan = 1,62 cm2
Rasio tulangan minimum untuk beton fc’ 30 MPa dan tulangan fy
400 MPa = 0,0021
Luas tulangan minimum = 21,938 cm2
Luas tulangan yang diperlukan = 1,62 cm2 < 21,938 cm2, maka
untuk tulangan lapangan atas dipergunakan luas tulangan minimum
= 21,938 cm2

100
Gambar 7. 28 Nilai - nilai ρ min teoritis

Gambar 7. 29 Presentase tulangan maksimum ρ maks

Rasio Tulangan Max untuk beton 30 mPa =bxhxρ


= 63,7 x 164 x 0,0244
= 254,902 cm2
Tulangan yang diperlukan = 5,107 cm2 < 254,902 cm2 (OK)

b. Tulangan Lapangan Bawah Pile Cap 63,7/164


Kebutuhan tulangan lapangan (As) = 5,107 cm2
Digunakan tulangan D19, dengan As = 2,835 cm2
As
Jumlah tulangan yang diperlukan = As tulangan
5,107
= 2,835 = 1,80 ~ 2 buah

Digunakan Tulangan Lapangan Bawah 2D19

c. Tulangan Lapangan Atas Pile Cap 63,7/164


Kebutuhan tulangan lapangan (As) = 1,62 cm2
Digunakan tulangan D19, dengan As = 2,835 cm2
As
Jumlah tulangan yang diperlukan =
As tulangan
1,62
= 2,835 = 0,571 ~ 1 buah

Digunakan Tulangan Lapangan Bawah 1D19

101
d. Tulangan Tumpuan Atas Pile Cap 63,7/164
Kebutuhan tulangan tumpuan (As) = 6,96 cm2
Digunakan tulangan D19, dengan As = 2,835 cm2
As
Jumlah tulangan yang diperlukan = As tulangan
6,96
= 2,835 = 2,455 ~ 3 buah

Digunakan Tulangan Tumpuan Atas 3D19

e. Tulangan Tumpuan Bawah Pile Cap 63,7/164


Kebutuhan tulangan tumpuan (As) = 3,473 cm2
Digunakan tulangan D19, dengan As = 2,835 cm2
As
Jumlah tulangan yang diperlukan = As tulangan
2,473
= 2,835 = 1,225 ~ 2 buah

Digunakan Tulangan Tumpuan Atas 2D19

f. Sengkang Pile Cap 63,7/164


Tulangan sengkang menggunakan tulangan D 10 mm, dengan As =
0,785 cm2
Tulangan perlu untuk penahan geser di tumpuan = 24,1 cm2
Digunakan 2 lapis sengkang , sehingga Ash/sk = 4 x 0,785= 3,142
cm2
Tulangan Perlu
Jumlah Sengkang per m = Ash
24,1
= = 7,67 ~ 8 buah
3,142
100 100
Jarak Sengkang = n tulangan = = 12,5 cm
8

Digunakan Tulangan Sengkang 8D10 – 100 mm (ditumpuan)

102
7.5.2. Penulangan Pile Cap Arah Memanjang

Tulangan Utama
Luas tulangan yang diperlukan (As perlu) = 7,749 cm2
Luas tulangan minimum (As min) = 21,938 cm2
Digunakan Tulangan D19, dengan As = 2,835 cm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛
Jumlah Tulangan = 𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
21,938
= 2,835
= 7,738 ~ 8 𝑏𝑢𝑎ℎ

Jarak antar tulang PKP = 180 / 8 = 22,5 cm


Digunakan Tulangan Utama D19 – 200 mm

103
7.5.3. Penulangan Pondasi Tiang Pancang
a. Penulangan Pondasi

Keliling dalam =  x d =  x 48 = 150,8 cm


Tulangan Longitudinal As perlu = 61,357 cm2
Digunakan tulangan D19 dengan As/tulangan = 2,835 cm2

104
Jumlah tulangan (n) = 61,357/2,835 = 21,641 ~ 22 tulangan
Jarak antar tulangan (PKP) = 150,8 /22 = 6,85 cm
Jarak bersih tulangan (sps) 6,85 – 1,9 = 4,95 cm > 2,5 dan > 1,9 x1,5
= 2,85 cm (OK)

Tulangan Pengikat (sengkang) Ash perlu = 14,6 cm2 /m


Digunakan tulangan D10 , dengan As/tulangan = 0,785 cm2
Ash = 2 x 0,785 = 1,57 cm2
Jumlah sengkang (n) = 14,6 / 1,57 = 9,29
Jarak sengkang PKP = 100 / 9,29 = 10,76 cm
Digunakan tulangan pengikat pada bagian dibawah pile cap sepanjang
(0,25 x 7 =1,75 m) sebesar D10 – 200 mm
Digunakan tulangan pengikat pada bagian yang lain D10 – 200 mm

Gambar 7. 30 Penulangan Pilar

105
7.6. Daya Dukung Pondasi
Sebagai akibat dari beban gempa pada struktur atas yang diterima oleh pilar,
maka pondasi akan tertekan maksimum sebesar 253,64 ton = 253640 kg.

Cek Kapasitas Pondasi dari Data Sondir


Kedalaman pondasi – 21 m dari permukaan tanah
Panjang pondasi 28 m
Dari data sondir didapatkan nilai qc = 250 kg/cm2 , dan qs rata rata = 0,45 kg/cm2
Mengacu kepada NSPM no 23/BM/2011 halaman 40, SF untuk gesek = 5 dan FS
untuk bearing =3
Diameter pondasi 60 cm
Luas dinding pondasi (As) = 3,14 x 60 x 2800 = 527787,6 cm2
Luas dasar pondasi (Ab) = 0,25 x 3,14 x 602 = 2827,433 cm2

Daya dukung Tekan


Daya dukung izin tekan pondasi
= (As x qs)/5 + (Ab x qc)/3
= (527520 x 0,45)/5 + (2827 x 250)/3
= 283120,3kg > 253640 kg (ok masuk dalam DD izin)

106
BAB VIII
PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN

8.1. Permodelan Struktur

Gambar 8. 1 Potongan Memanjang Jembatan

107
Gambar 8. 2 Perspektif Model Abutment di Software SAP 2000

8.2. Data Tanah

Gambar 8. 3 Data Tanah untuk Abutment Kiri dan Kanan Jembatan

108
8.3. Acuan
• SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
• RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”
• SNI 2833:2008, ‘Standar perencanaan ketahanan gempa untuk
jembatan”
• RSNI T-12-2004, “Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan”
• NSPM 23/BM/2011, “Perencanaan Pondasi Untuk Jembatan”
• BMS 6-M3, “Selection and design of superstructure, substructure and
foundations”

8.4. Material
Beton fc’30 MPa : Modulus elastisitas : 25743 MPa

Poisson ratio : 0,2

Thermal Koeficient : 0,00001

Beton fc’50 MPa : Modulus elastisitas : 33234 MPa

Poisson ratio : 0,2

Thermal Koeficient : 0,00001

Tulangan longitudinal : Fy : 390 mPa

Fu : 560 mPa

Fye : 510 mPa

Fue : 560 mPa

Modulus elastisitas : 200000 mPa

Poisson ratio : 0,3

Thermal Koeficient : 0,000012

Tulangan pengikat : Fy : 390 mPa

Fu : 560 mPa

109
Fye : 510 mPa

Fue : 560 mPa

Modulus elastisitas : 200000 mPa

Poisson ratio : 0,3

Thermal Koeficient : 0,000012

BJ material (RSNI T-02-2005, halaman 11)

• Berat baja :78,5 kN/m3


• Berat beton bertulang :25 kN/m3
• Berat beton tidak bertulang :24 kN/m3
• Berat aspal :22 kN/m3

8.5. Pradesain Kepala Jembatan

Gambar 8. 4 Pradesain Kepala Jembatan dan Pondasi

110
Gambar 8. 5 Isometri Kepala Jembatan

8.6. Beban Beban Yang Diperhitungkan


a. Beban mati : berat sendiri struktur
b. Beban mati tambahan : parapet dan lapisan aus diatas lantai jembatan.
c. Beban lalu lintas : P , q dan H
d. Beban gempa pada struktur atas yang ditahan oleh stopper sebesar
538,339 kN.
e. Beban tekanan tanah saat terjadi gempa.
f. Beban tekanan tanah pada kepala jembatan saat tidak terjadi gempa

8.7. Koefisien tekanan tanah oleh gaya gempa pada kepala jembatan
(KEA)
Berdasarkan SNI 2833 – 2008 Standar pembebanan gempa untuk Jembatan,
lokasi jembatan diatas masuk wilayah 3 dengan PGA atau A = 0,4 Untuk kepala
Jembatan, R = 0,8 ( SNI 2833:2008, halaman 6). Berdasarkan hasil uji sondir
kedalaman tanah keras berada 13 m dibawah permukaan tanah.

111
Gambar 8. 6 Akselerasi PGA

Berdasarkan RSNI T-02-2005, halaman 42, jika kedalaman tanah keras antara 3
sampai 25 m dibawah permukaan tanah, maka tanah tersebut termasuk jenis tanah
sedang.

Berdasarkan SNI 2833:2008 halaman 8, untuk jenis tanah sedang, nilai S = 1,2

Tabel 8. 1 Koefisien Tanah (S) berdasarkan jenis tanah

112
Gambar 8. 7 Data Tanah Hasil Sondir

Koefisien gempa dasar ( C )= A.R.S, (SNI 2833:2008, halaman 7)

C = 0,4 x 0,8 x 1,2 = 0,384

Letak abutment ada pada kedalaman 13 m dibawah permukaan tanah, sesuai


dengan data hasil penelitian, maka nilai qc pada kedalaman 13 meter adalah sebesar
185 kg/cm2. Berdasarkan nilai qc tersebut, dengan menggunakan grafik maka
didapat nilai sudut geser nilai  = 45 derajat.
Fs = factor type bangunan bawah = 1,0 x (1,25–0,025 n)
= 1,0 x (1,25- 0,025 x 1) = 1,225 (RSNI T-02-2005, hal. 44)
Kh = C . Fs = 0,384 x 1,225 = 0,4704
Ө0 = 𝑡𝑎𝑛−1 . 𝑘ℎ
Ө0 = 𝑡𝑎𝑛−1 . 0,4704 = 25,192

113
Dari gambar desain kepala jembatan didapatkan
δE = 0ᴼ
α = 0ᴼ
Ө=0

Tekanan tanah aktif saat terjadi gempa (PEA) = 𝛾. ℎ. 𝐾𝐸𝐴 − 2𝐶√𝐾𝐸𝐴 + 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴
( SNI 2833:2008, “Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan”, hal. 26)
Koefisien tekanan tanah aktif di belakang kepala jembatan ( KEA) (SNI 2833:2008,
hal 26

𝐾𝐸𝐴
𝑐𝑜𝑠 2 ( − Ө0 − Ө)
=
𝑠𝑖𝑛( + δ𝐸 ). 𝑠𝑖𝑛( − α − Ө0 )
𝑐𝑜𝑠 Ө0 . 𝑐𝑜𝑠 2 Ө. cos (Ө0 + Ө + δ𝐸 ). [1 − √ ]
𝑐𝑜𝑠(Ө0 + Ө + δ𝐸 ). 𝑐𝑜𝑠( − α)

𝐾𝐸𝐴
𝑐𝑜𝑠 2 (45 − 25,192 − 0)
=
𝑠𝑖𝑛(45 + 0). 𝑠𝑖𝑛(45 − 0 − 25,192)
𝑐𝑜𝑠 25,192 . 𝑐𝑜𝑠 2 0. cos (25,192 + 0 + 0). [1 − √ ]
𝑐𝑜𝑠(25,192 + 0 + 0). 𝑐𝑜𝑠(0 − 0)

𝐾𝐸𝐴 = 1,987

8.8. Pembebanan pada kepala jembatan saat terjadi gempa


PEA = 𝛾. ℎ. 𝐾𝐸𝐴 − 2𝐶√𝐾𝐸𝐴 + 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴
Lebar tinjauan ( b ) = 1,8 m
Data borlog 2 -> Ø = 45 ᴼ,
Mengacu pada “Manual Perencanaan Pondasi Pada Jembatan” no
23/BM/2011, halaman 29, dengan nilai Ø = 45 ᴼ,
maka 𝛾t jenuh= 1,90 t/𝑚3
Tanah pasir campur krikil C = 0.
KEA = 1,987
EL= 5,834 ton ( beban gempa horizontal struktur atas yang ditahan oleh
stopper)
SDL = 3,203 ton

114
DL = 17,921 ton ( hasil analisa beban mati struktur atas)
PE𝛼1 = ( 𝛾 . ℎ . 𝐾𝐸𝐴 ) 𝑏 ( tekanan tanah aktif akibat gempa)
= (1,9 x 3,016 x 1,987) x 1,8 = 19,154 t/m
PE𝛼2 = ( 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴 ) 𝑏 ( tekanan tanah akibat oprit saat terjadi gempa)
= (0,48 x 1,987 ) x 1,9 = 1,716 t/m
PE𝛼3 = ( 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴 ) 𝑏 ( tekanan tanah akibat aspal saat terjadi gempa)
= (0,154 x 1,987 ) x 1,8 = 0,551 t/m

8.9. Pembebanan pada kepala jembatan saat tidak terjadi gempa


PEA = 𝛾. ℎ. 𝐾𝐸𝐴 − 2𝐶√𝐾𝐸𝐴 + 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴
Lebar tinjauan ( b ) = 1,8 m
Data borlog 2 -> Ø = 45ᴼ,
Mengacu pada “Manual Perencanaan Pondasi Pada Jembatan” no
23/BM/2011, halaman 29, dengan nilai Ø = 45 ᴼ,
maka 𝛾t jenuh= 1,90 t/𝑚3
Tanah pasir campur krikil C = 0.
𝐾𝑎 = 𝑡𝑔2 (45ᴼ − Ø/2) = 𝑡𝑔2 (45ᴼ − 45/2) = 0,172
𝑃𝐻 = 𝐾𝑎 𝑥 𝑃𝐿𝐿 = 0,172 𝑥 (4,9 𝑥 1,8) = 1,513 𝑡
𝑃𝑎1 = (𝑞𝑙𝑙 . ℎ . 𝐾𝑎 ) 𝑥 1,8 ( tekanan tanah aktif akibat qll)
𝑃𝑎1 = (1,44 . 3,061 . 0,172 ) 𝑥 1,8 = 1,361 𝑡/𝑚
𝑃𝑎2 = 𝛾 . ℎ . 𝐾𝑎 ( Tekanan tanah aktif saat tidak terjadi gempa)
𝑃𝑎2 = 1,9 . 3,061 . 0,172 = 0,919 𝑡/𝑚
𝑃𝑎3 = ( 𝑞 𝑜𝑝𝑟𝑖𝑡 𝑥 𝐾𝑎 ) 𝑏 ( tekanan tanah akibat oprit saat tidak terjadi
gempa)
𝑃𝑎3 = ( 0,2 𝑥 2,4 𝑥 0,172 ) 𝑥 1,8 = 0,148 𝑡/𝑚
𝑃𝑎4 = ( 𝑞 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑥 𝐾𝑎 ) 𝑏 ( tekanan tanah akibat aspal saat tidak terjadi
gempa)
𝑃𝑎4 = ( 0,07 𝑥 2,2 𝑥 0,172 ) 𝑥 1,8 = 0,0048 𝑡/𝑚
LL= 24,208 ton ( beban hidup lalu lintas)
SDL = 3,203 ton
DL = 17,921 ton ( hasil analisa beban mati struktur atas )

115
R = 2,379 ton

8.10. Pondasi Jembatan

Direncanakan menggunakan pondasi tiang bor dengan diameter antara 50


cm hingga 60 cm. Tanah keras ada pada kedalaman 14 m dari permukaan tanah.
Bagian pondasi yang terjepit tanah keras ( pada kedalaman 14 hingga 15 meter dari
permukaan tanah) akan menerima sumbangan kekuatan jepitan tanah sebesar
konstanta reaksi horizontal tanah 9 Mn/m3 untuk jenis tanah padat yang jenuh.
(“Manual Perencanaan Pondasi Pada Jembatan” no 23/BM/2011 halaman 136)

8.11. Analisa Struktur Kepala jembatan Dan Pondasi

Gambar 7. 31 Permodelan Struktur Kepala Jembatan dan Pondasi di Software SAP 2000

b. Pembebanan Saat tidak Terjadi Gempa


DL SDL

116
LL PH

Pa1 Pa2

Pa3 Pa4

117
R

c. Pembebanan Saat Terjadi Gempa


DL SDL

118
EL PEA1

PEA2 PEA3

d. Input Material
Material Beton

119
Material Tulangan

e. Input Penampang

120
121
f. Kombinasi Pembebanan
Saat tidak terjadi gempa

122
Saat terjadi gempa

g. Gaya Dalam dan Reaksi Saat tidak Terjadi Gempa


Momen

Gaya lintang

123
Gaya Normal

h. Gaya Dalam dan Reaksi Saat Terjadi Gempa


Momen

Gaya lintang

124
Gaya Normal

i. Penulangan Back Wall


Tulangan Longitudinal

125
As min = 0.0021 x 180 x 30 = 11,34 cm2
As perlu = 40,001 cm2 > As min , tulangan yang dipasang sebesar
40,001 cm2
Digunakan tulangan D19 , dengan as/tulangan = 2,835 cm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = 40,001/2,835 = 14,13 tulangan
Jarak tulangan pusat ke pusat ( PKP) = 180/14,13 = 12,735 cm
Digunakan tulangan longitudinal ( Tullong) D19-100 mm < 127 mm.
Tulangan penahan geser
Ash = 1,352 cm2/cm = 135,2 cm2/m
Digunakan tulangan D13 , dengan as/tulangan = 1,327 cm2
Sengkang dipasang setiap jarak 30 cm, selebar 180 cm diperlukan 6
sengkang
Ash perlu = 1,327 x 6 = 7,964 cm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = 135,2/7,964 = 16,976 tulangan
Jarak sengkang pusat ke pusat (PKP) = 100/16,976 = 5,89 cm
Digunakan sengkang dan tulangan bagi D10 – 50 mm < 58,9 mm

126
j. Penulangan Pear Head Kepala Jembatan
Penulangan arah melintang

As perlu = 21,277 cm2


Digunakan tulangan D19 dengan As/tulangan = 2,835 cm2
Jumlah tulangan (n) = 21,277/2,835 = 7,5
Jarak antar tulangan (PKP) = 180/7,5 = 23,97 cm ~ 24 cm Digunakan
tulangan arah melintang D19 – 240 mm

127
Penulangan arah memanjang

As perlu = 1,038 cm2


Digunakan tulangan D10 dengan As/tulangan = 0,785 cm2
Jumlah tulangan (n) = 1,038 /0,785 = 1,32 ~ 2 tulangan
Digunakan tulangan arah memanjang 2D10

k. Penulangan Dinding Kepala Jembatan

Tulangangan Utama: As perlu = 11,217cm2


As min = 0,0021 x 180 x 123,1 = 46,53 cm2
Digunakan tulangan D19 dengan As/tulangan = 2,835 cm2
Jumlah tulangan (n) = 46,53/2,835 = 16,41
Jarak antar tulangan (PKP) = 180/16,41 = 10,59 cm
Digunakan tulangan utama D19-100 mm

128
Tulangangan Bagi:
As bagi = 0,25 x 46,53 = 11,63 cm2
Digunakan tulangan D10 , dengan As/tulangan = 0,785 cm2
Jumlah tulangan (n) = [{1/5} x 11,63]/0,785 = 2,96
Jarak antar tulangan (PKP) = 100/2,96 = 33,76 cm
Digunakan tulangan bagi D10-300 mm

Tulangan Pengikat (sengkang)


Ash perlu = 0,264 cm2/m = 26,4 cm2/m
Digunakan tulangan D10, dengan As/tulangan = 0,785 cm2
Digunakan 10 sengkang arah melintang jembatan , dengan
Ash = 10 x 0,785 = 7,85 cm2
Jumlah sengkang (n) = 26,4/7,85 = 3,361
Jarak sengkang PKP = 100/3,361= 29,75 cm < 30 cm
Digunakan tulangan pengikat D10 – 300 mm

l. Penulangan Pile Cap Pondasi


Penulangan arah x (arah memanjang jembatan)

As perlu = 34,198 cm2


Digunakan tulangan D19 dengan As/tulangan = 2,835 cm2
Jumlah tulangan (n) = 34,198 /2,835 = 12,06
Jarak antar tulangan (PKP) = 180/11,43 = 14,92 cm ~ 15 cm
Digunakan tulangan utama D19-150 mm.

129
Penulangan arah y ( arah melebar jembatan)

As perlu = 2,812 cm2


Digunakan tulangan D16 dengan As/tulangan = 2,01cm2
Jumlah tulangan (n) = 2,812 /2,01 = 1,39
Jarak antar tulangan (PKP) = 420/1,39 = 300,31 cm
Digunakan tulangan utama D19-250 mm

m. Penulangan Pondasi

130
Keliling dalam =  x d =  x 48 = 150,8 cm
Tulangan Longitudinal As perlu = 51,793 cm2
Digunakan tulangan D19 dengan As/tulangan = 2,835 cm2
Jumlah tulangan (n) = 51,793 /2,835 = 18,267 ~ 19 tulangan
Jarak antar tulangan (PKP) = 150,8 /19 = 7,9 cm
Jarak bersih tulangan (sps) 7,9 – 1,9 = 6 cm > 2,5 dan > 1,9 x1,5 =
2,85 cm (ok)

Tulangan Pengikat ( sengkang) Ash perlu = 0,112 cm2 /m


=11,2 cm2 /m
Digunakan tulangan D10 , dengan As/tulangan = 0,785 cm2
Ash = 2 x 0,785 = 1,57 cm2

131
Jumlah sengkang (n) = 11,2 / 1,57 = 7,13
Jarak sengkang PKP = 100/7,13 = 14,02 cm
Digunakan tulangan pengikat pada bagian dibawah pile cap sepanjang
(0,25 x 5 =1,25 m) sebesar D10 – 100 mm
Digunakan tulangan pengikat pada bagian yang lain D10 – 200 mm

8.12. Daya Dukung Pondasi


Sebagai akibat dari beban gempa pada struktur atas yang diterima oleh
stopper arah memanjang dan arah melintang jembatan yang bekerja pada kepala
jembatan, maka pondasi akan tertekan maksimum sebesar 106,146 ton = 106146
kg.

Cek Kapasitas Pondasi dari Data Sondir


Kedalaman pondasi – 14 m dari permukaan tanah
Panjang pondasi 13 m
Dari data sondir didapatkan nilai qc = 250 kg/cm2 , dan qs rata rata = 0,45 kg/cm2
Mengacu kepada NSPM no 23/BM/2011 halaman 40, SF untuk gesek =5 dan FS
untuk bearing = 3
Diameter pondasi 60 cm
Luas dinding pondasi (As) = 3,14 x 60 x 1300 = 245044 cm2
Luas dasar pondasi (Ab) = 0,25 x 3,14 x 602 = 2827 cm2

132
Daya dukung Tekan
Daya dukung izin tekan pondasi
= (As x qs)/5 + (Ab x qc)/3
= (245044 x 0,45)/5 + (2827 x 250)/3
= 257673 kg >1061460 kg (ok masuk dalam DD izin)

133
BAB IX
PENUTUP

9.1. Kesimpulan
Hasil perencanaan struktur jembatan yang terletak di Tangerang Banten
(Kelas A). Terdiri dari 3 bentang bentang 1 dan 2 jembatan struktur komposit
sepanjang 26 m dan bentang 3 jembatan rangka baja tertutup sepanjang 50 m.
Struktur bawah terdiri dari abutment dengan pondasi tiang pancang dan terdapat 2
pilar dengan pondasi tiang pancang. Berikut hasil analisis perencanaan yang dapat
disimpulkan :

A. Data Jembatan
Jembatan terdiri dari tiga bentang yaitu :
1. Jembatan Bentang Pertama dan Ketiga
▪ Klasifikasi Jembatan = Jembatan Baja Komposit
▪ Panjang Jembatan = 26 meter
▪ Lebar Jembatan = 9 meter
▪ Jumlah Lajur, Arah = 2 lajur, 2 arah (@3,5 meter)
2. Jembatan Bentang Kedua
▪ Klasifikasi Jembatan = Jembatan Rangka Baja
▪ Panjang Jembatan = 50 meter
▪ Lebar Jembatan = 9,4 meter
▪ Jumlah Lajur, Arah = 2 lajur, 2 arah (@3,5 meter)

B. Perencanaan Lantai Jembatan


1. Plat Lantai Jembatan Bentang Pertama dan Ketiga
▪ Lantai bondek yang kami pakai untuk perencanaan Jembatan Komposit
adalah Bridge Deck PT Gunung Garuda
▪ Penulangan tumpuan menggunakan tulangan tumpuan D16-60,
tulangan lapangan D16-120, tulangan bagi dan susut tumpuan D10-100
dan tulangan bagi dan susut lapangan D10-200

134
2. Plat Lantai Jembatan Bentang Kedua
▪ Lantai bondek yang kami pakai untuk perencanaan Jembatan Rangka
adalah Bridge Deck PT Gunung Garuda
▪ Penulangan tumpuan menggunakan tulangan tumpuan D16-60,
tulangan lapangan D16-120, tulangan bagi dan susut tumpuan D10-100
dan tulangan bagi dan susut lapangan D10-200

C. Perencaan Dimensi Jembatan


▪ Jembatan Baja Komposit
Profil girder baja = IWF 1000 x 400 x 22 x 40
Jarak antara girder baja = 1,6 meter
Profil diafragma = IWF 600 x 200 x 11 x 17
Jarak antara diafragma = 4,33 meter
▪ Jembatan Rangka Baja
Jumlah segmen = 10 segmen
Jarak antar stringer = 1,6 meter
Jarak antar cross girder = 5 meter
Tinggi rangka baja = 5,6 meter
Lendutan = 3,69 cm
Ukuran profil :
Profil Rangka = IWF 400 x 400
Profil Stringer = IWF 450 x 200
Profil Cross Girder = IWF 1000 x 350
Diamter Baut = 30 mm
Elastomer = Tipe 2, dimensi 350 x 450
▪ Abutment Kanan dan Kiri
Tulangan back wall longitudinal = D19 – 100
Tulangan back wall longitudinal = D10 – 50
Tulangan pier head melintang = D10 – 100
Tulangan pier head memanjang = D19 – 200
Tulangan utama dinding = D19 – 100
Tulangan bagi dinding = D10 – 300

135
Tulangan pengikat dinding = D10 - 300
Tulangan pile cap X = D19 - 150
Tulangan pile cap Y = D19 – 250
Tulangan pondasi pengikat = D10 – 200
▪ Pilar
Pilar jembatan merupakan jenis pilar pile cap (h = 6,9 meter diatas
permukaan tanah dengan mutu beton 30 MPa, dan tiang pancang setinggi
28 m sedalam 7 meter dibawah permukaan tanah) dengan beton mutu f’c 30
MPa. Pilar yang digunakan yaitu tiang pancang diameter 0,6 m dengan
pierhead sebagai tumpuan untuk struktur. Lalu, pilar menggunakan tulangan
D19, serta tulangan utama D19. Pondasi yang digunakan berupa tiang
pancang beton diameter 60 cm dengan kedalaman 7 meter.

9.2. Saran
Sebaiknya sebelum memasuki jembatan, jalan diberikan tanjakan/turunan.
Hal ini bertujuan untuk meredam tumbukan kendaraan di awal jembatan atau
menghindari jumping pada saat mobil lewat. Perbandingan panjang oprit
tergantung pada kecepatan rencana kendaraan yang memasuki jembatan.
Melakukan pemeliharaan rutin pada jembatan dan pergantian elastomer
secara berkala, agar jembatan dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan umur
rencana. Tiang sandaran jembatan harus mampu menahan beban kendaraan jika
suatu saat terjadi kecelak

136

Anda mungkin juga menyukai