Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

TEMPERATUR DAN PERSAMAAN KEADAAN


1.1. Pendahuluan
Sistem, Keadaan Sistem, dan Koordinat Termodinamika
Sistem, adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian kita. Sistem termodinamika
adalah suatu sistem yang keadaannya didiskripsikan oleh besaran-besaran
termodinamika. Segala sesuatu di luar sistem (yang dapat mempengaruhi keadaan
sistem) disebut lingkungan. Suatu permukaan yang membatasi sistem dengan
lingkungannya disebut permukaan batas, yang dapat berupa permukaan nyata (real
surface) atau berupa permukaan khayal (imaginary surface). Permukaan batas dapat
tetap atau berubah bentuknya.

Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga


macam, yaitu sistem terisolasi, sistem tertutup, dan sistem terbuka. Sistem terisolasi
adalah suatu sistem yang keadaannya tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Sistem tertutup adalah suatu sistem yang tidak terjadi perpindahan materi dari sistem ke
lingkungannya atau sebaliknya, tetapi dapat terjadi pertukaran (interaksi) energi antara
sistem dengan lingkungannya. Sistem terbuka adalah suatu sistem yang dapat terjadi
perpindahan materi dan/atau energi antara sistem dan lingkungannya.

Contoh sistem sederhana:

Sistem A (Gambar 1.1) adalah suatu sistem yang dilingkupi dengan dinding
yang berupa isolator panas (dinding adiabat) sehingga tidak terjadi interaksi materi dan
energi antara sistem A dan lingkungannya, sehingga keadaan sistem A tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem A merupakan sistem terisolasi.
Sistem B (Gambar 1.2) merupakan suatu sistem yang dilingkupi dinding yang
berupa konduktor panas (dinding diaterm) sehingga dapat terjadi interaksi energi antara
sistem B dengan lingkungannya meskipun disini tak terjadi perpindahan materi. Sistem
B disebut sistem tertutup.

Sistem C dan D pada Gambar 1.3 adalah sistem-sistem yang terbuka, dimana
dapat terjadi perpindahan materi dari sistem C ke sistem D atau sebaliknya. Sistem C
dilingkupi oleh dinding adiabat sehingga hanya dapat berinteraksi dengan sistem D
saja, sedangkan sistem D dilingkupi dengan dinding diaterm sehingga dapat berinteraksi
dengan sistem C dan dengan lingkungannya.

Besaran-besaran makroskopis yang dapat diukur pada sistem mencirikan


keadaan sistem. Besaran makroskopis sistem menunjukkan sifat (properties) sistem.
Besaran makroskopis sistem disebut juga koordinat termodinamika sistem. Koordinat
termodinamika sistem cukup dinyatakan oleh tiga variabel dan biasanya salah satunya
adalah temperatur. Pada buku ini temperatur secara umum diberi simbol τ dan khusus
untuk temperatur Kelvin diberi simbol T.

Contoh sistem termodinamika:


Tabel 1.1. Besaran-besaran Sistem Termodinamika
Sistem termodinamika Besaran sistem selain temperatur Simbol
Gas - Tekanan gas P
- Volume gas V
Kawat teregang - Gaya tegang F
- Panjang kawat L
Selaput tipis - Tegangan permukaan γ
- Luas permukaan A
Sel rivesibel - Elektromotansi termal ε
- Muatan listrik total Z

Satuan yang biasa digunakan untuk besaran-besaran termodinamika di dalam


buku ini adalah Sistem Satuan Internasional (SI). Sistem SI adalah sistem satuan yang
ditetapkan oleh konvensi internasional dan merupakan modifikasi dari sistem satuan
MKS. Contoh beberapa macam satuan menurut SI (Tabel yang lebih lengkap ada pada
Apendiks II-1)
Tabel 1.2.
Besaran Simbol Satuan Sombol Keterangan harga
besaran satuan satuan
Panjang L Meter m -
Massa M Kilogram kg -
Interval waktu T Detik s -
Tempertaur T Kelvin K 1 K = 273,15℃
Luas A Meter persegi m
2
-
Volume V Meterkubik m
3
-
Gaya F Newton N 1 N = 1 kg ms−2
Tekanan P Pascal Pa 1 Pa = 1 kg m−1 s−2
Muatan listrik Q Coulomb C -
Energi E Joule J 1 J = 1 kg m2 s−2

Keadaan Setimbang
Dalam termodinamika dikenal beberapa macam keadaan setimbang, yaitu
keadaan setimbang mekanik, keadaan setimbang termal, dan keadaan setimban
kimiawi.
Kesetimbangan mekanik, yaitu kesetimbangan yang terjadi apabila tekanan di
setiap titik di dalam sistem mempunyai harga yang konstan.
Kesetimbangan termal, yaitu kesetimbangan yang terjadi apabila temperatur di
setiap titik di dalam sistem mempunyai harga yang sama.
Kesetimbangan kimiawi, yaitu kesetimbangan yang terjadi apabila struktur
materi (komposisi) di dalam sistem tidak berubah.
Apabila ketiga macam kesetimbangan tersebut dipenuhi pada saat bersamaan
maka sistemnya dikatakan berada dalam kesetimbangan termodinamik. Dalam keadaan
setimbang termodinamik, keadaan sistem direpresentasikan dengan besaran-besaran
termodinamika.

1.2 Hukum Termodinamika ke Nol dan Temperatur


Hukum termodinamika ke nol berbunyi:
Jika dua buah sistem yang terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan
sistem yang lain (sistem yang ketiga), maka kedua sistem tersebut juga berada dalam
kesetimbangan termal.
Gambar 1.4 menggambarkan pernyataan hukum termodinamika ke nol yang berlaku
pada sistem A, B, dan C.
Gambar 1.4: a. Keadaan sistem A, B, dan C sebelum kontak termal.
b. Sistem A dan B setimbang termal dengan sistem C dengan temperatur
setimbang τ s.
Sistem A setimbang termal dengan sistem B pada temperatur setimbang τ s.
Dinding pemisah antara dua sistem yang bersentuhan dapat berupa dinding
adiabat atau didnding diaterm.
Dinding adiabat adalah dinding pemisah yang menyebabkan masing-masing
sistem yang bersentuhan tetap dalam keadaannya semula (tidak ada perubahan keadaan
sistem). Contoh dinding adiabat, untuk temperatur sekitar temperatur ruang, adalah
dinding yang terbuat dari bahan isolator panas, misalnya kayu, semen, dan keramik
yang ukurannya cukup tebal.
Dinding diaterm, adalah dinding pemisah yang menyebabkan adanya interaksi
dari sistem-sistem yang bersentuhan sehingga tercapai keadaan setimbang. Contoh
dinding diaterm adalah logam. Kedaan kontak antara dua sistem melalui dinding
diaterm disebut kontak termal.
Besaran yang mencirikan keadaan sistem yang berada dalam kesetimbangan
termal adalah temperatur. Dalam keadaan sehari-hari istilah temperatur digunakan
untuk membedakan apakah suatu benda bersifat panas atau dingin relatif terhadap tubuh
kita.

1.3 Pengukuran Temperatur


Temperatur biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari salah satu koordinat
termodinamika lainnya. Koordinat ini disebut sebagai sifat termometriknya. Pengukuran
temperatur mengacu pada satu harga temperatur tertentu yang biasanya disebut titik
tetap. Sebagai titik tetap dapat dipakai titik tripel air, yaitu temperatur pada saat air, es,
dan uap air berada dalam kesetimbangan fase. Besarnya titik tripel air,
T p=273,16 Kelvin.

Persamaan yang menyatakan hubungan antara temperatur dan sifat


termometriknya berbentuk:
x
T ( x )=273,16 . Kelvin
xtp
Dimana,
x = besaran yang menjadi sifat termometriknya
x tp = harga x pada titik tripel air
T(x) = fungsi termometrik
Alat untuk mengukur temperatur disebut termometer. Beberapa bentuk fungsi
termometrik untuk berbagai termometer sebagai berikut ini:
1. Termometer gas volume tetap.
P
T ( P ) =273,16
Ptp
Dengan, P = tekanan yang ditunjukkan termometer pada saat pengukuran.
Ptp= tekanan yang ditunjukkan termometer pada temperatur titik tripel air.
2. Termometer hambatan listrik.
R
T ( R ) =273,16 Kelvin
Rtp
Dengan, R = harga hambatan yang ditunjukkan termometer pada saat pengukuran.
Rtp = harga hambatan yang ditunjukkan termometer pada temperatur titik tripel
air.
3. Termometer termokopel.
ε
T ( R ) =273,16 Kelvin
ε tp
Dengan, ɛ = tegangan yang ditunjukkan termometer pada saat pengukuran.
ɛ tp= tegangan yang ditunjukkan termometer pada temperatur titik tripel air.

Gambar (bagan) dari beberapa termometer:


Gambar 1.5 Termometer gas volume tetap
Keterangan gambar:
Tabung A adalah tabung yang kontak dengan zat yang diukur temperaturnya. Titik B
adalah titik acuan dimana pada setiap pengukuran permukaan air raksa dalam tabung C
selalu dikembalikan ke titik B, caranya dengan menaikkan atau menurunkan tabung
variabel E. Dengan demikian volume gas dijaga konstan. Selisih tinggi air raksa antara
tabung C dan D menunjukkan tekanan gas tersebut.

Gambar 1.6 Termometer termokopel


Keterangan gambar:
Perbedaan temperatur antara A dan B (antara sambungan-sambungan metal)
menyebabkan timbulnya perubahan elektromotansi termal (ɛ) dan perubahan ini dapat
dilihat pada potensiometer.

1.4 Temperatur Gas Ideal, Termometer Celcius, dan Termometer Fahrenheit


Perbedaan macam (jenis) gas yang digunakan pada termometer gas volume tetap
memberikan perbedaan harga temperatur dari zat yang diukur. Akan tetapi, dari hasil
eksperimen didapatkan bahwa jika Ptp dari setiap macam gas pada termometer gas
volume tetap tersebutharganya dibuat mendekati nol ( Ptp → 0 ¿. Maka hasil pengukuran
temperatur suatu zat menunjukkan harga yang sama untuk setiap macam gas yang
digunakan. Harga temperatur yang tidak bergantung pada jenis gas (yang digunakan
pada termometer gas volume tetap) disebut temperatur gas ideal. Fungsi termometrik
untuk temperatur gas ideal adalah:

T =273,16 lim
P tp → 0 ( PP ) Kelvin
tp

Termometer Celcius mengambil patokan titik lebur es/titik beku air sebagai titik
ke nol derajat (0°C) dan titik didih air sebagai titik ke seratus derajat (100°C). Semua
patokan tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer standar.

Termometer Celcius mempunyai skala yang sama dengan temperatur gas ideal.
Harga titik tripel air menurut termometer Celcius adalah:
τ tp=0,01℃
Hubungan antara temperatur Celcius dan temperatur Kelvin dinyatakan dengan:
τ ( ℃ )=T ( K )−273,15
Termometer Fahrenheit mengambil patokan titik lebur beku air sebagai skala
yang ke -32°F dan titik didih air sebagai skala yang ke -212°F. hubungan antara skala
Celcius dan Fahrenheit dinyatakan dengan:
9
τ C ( ℃ ) =(32+ τ C )℉
5
Atau
5
τ F ( ℉ )= (τ F −32)℃
9
Beberapa macam zat mempunyai titik beku yang lebih rendah dari titik beku air
(titik lebur es) sehingga dalam skala Celcius atau Fahrenheit temperatur zat-zat tersebut
dapat berharga negatif. Tabel di bawah ini menunjukkan harga titik beku dan titik didih
dari beberapa macam zat dengan menggunakan skala Celcius.
Tabel 1.3. Titik Beku dan Titik Didih Zat Pada Tekanan 1 atm
Zat Titik beku ™ Titik didih (Tb)
Helium (He) < -272,2°C -268,9°C
Hidrogen ( H 2) -259,1°C -252,7°C
Oksigen (O2) -218,4°C -183°C
Nitrogen ( N 2) -209,86°C -195,8°C
Karbon dioksida (CO 2) - 96,6°C -78,5°C (sublimasi)
Karbon monoksida (CO) -207°C -192°C
N O
Dinitrogen trioksida ( 2 3) -102°C -3,5°C
Nitrogen monoksida (NO) -161°C -151°C

Dari hasil-hasil eksperiman belum pernah didapatkan harga temperatur suatu zat
yang mencapai nol derajat Kelvin (0°K) sehingga harga 0°K dinyatakan titik nol mutlak.
Apendiks II-2 menunjukkan beberapa harga temperatur menurut The International
Practical Temperature Scale (IPTS).

1.5 Tekanan

Tekanan didefenisikan sebagai besarnya gaya normal yang menekan bidang


persatuan luas bidang. Tekanan adalah besaran skalar dan satuan tekanan menurut SI
adalah Pascal disingkat Pa, dimana 1 Pa = 1 Nm−2.
Tekanan atmosfer adalah tekanan yang dilakukan oleh udara bebas pada suatu
dinding permukaan. Satuan tekanan juga sering dinyatakan dengan satuan atmosfer.
Harga satu atmosfer berbeda-beda di setiap tempat, bergantung pada ketinggian dan
temperatur, tetapi besarnya satu atmosfer standar ditetapkan oleh perjanjian
internasional.
Satu atmosfer standar adalah besarnya tekanan yang sama dengan tekanan
hidrostatik yang ditimbulkan oleh air raksa didalam kolom air raksa yang luas
penampangnya 1 cm² dan tingginya 76 cm. pengukuran dilakukan pada temperatur
20°C dan rapat massa air raksa sebesar ρ =13,5951 gram/cm³, di suatu tempat yang
harga percepatan gravitasinya, g=980,665 cm.det−2.

1.6 Persamaan Keadaan


Bentuk umum persamaan keadaan suatu sistem dalam keadaan setimbang
dinyatakan dengan:
f ( P ,V , T ) x, y , z=0
dimana x, y, z merupakan koordinat termodinamika sistem. Untuk sistem hidrostatik
atau sering disebut sistem PVT, persamaan keadaannya dinyatakan sebagai:
f ( P , V ,T )=0
Sistem hidrostatik adalah sistem dengan massa tetap yang mengadakan tekanan
yang homogen, tanpa efek gravitasi, listrik, dan magnetik. Contoh sistem hidrostatik:
a. Zat murni, yaitu sistem yang hanya terdiri dari satu macam zat, misalnya oksigen
(O2 ), gas helium (He), dan air murni ( H 2 O).
b. Campuran homogen, yaitu sistem yang terdiri dari beberapa macam senyawa/unsur
yang tidak bereaksi, misalnya campuran antara gas nitrogen dan oksigen pada
temperatur ruang.
c. Campuran heterogen, misalnya campuran dari beberapa macam cairan dengan
uapnya.
Persamaan keadaan gas banyak dihasilkan secara empirik, yaitu didapatkan dari
hasil eksperimen. Beberapa bentuk persamaan keadaan gas yang dihasilkan secara
teoritis diberikan seperti berikut ini.

Persamaan Keadaan Gas Ideal


Gas ideal adalah hipotesis (gas khayalan) yang model molekularnya mengikuti
asumsi tertentu yang akan dijelaskan pada bab 7. Berdasarkan model molekular
tersebut, dapat diturunkan suatu bentuk persamaan keadaan gas ideal:
PV = n R T
Dimana,
P = tekanan gas ideal
V = volume gas ideal
= volume ruang yang ditempati gas
N = jumlah mol gas tersebut
= ____massa gas_____kmol
berat molekul gas
R = konstanta gas universal
= 8314,3 J Kmol−1 K−1
T = temperatur gas tersebut
Catatan: Gas-gas nyata pada tekanan yang sangat rendah (tekanannya di bawah
tekanan kritis) dan pada temperatur tinggi (temperaturnya diatas temperatur
kritis) mempunyai sifat seperti gas ideal.
Bentuk persamaan keadaan gas ideal yang lain adalah:
Pv=RT
V
Dimana, v= , disebut volume spesifik molar dengan satuan m³ Kmol−1 (SI).
n
Bentuk persmaan yang lain lagi:
PV =nKT
R
Dimana, K= , adalah konstanta dengan satuan Kg−1 Kmol−1 K −1.
berat molekul gas

Persamaan Keadaan Gas Clausius


Clausius, seorang ahli fisika yang ikut mengembangkan teori termodinamika,
memberikan koreksi terhadap persamaan gas ideal sehingga bentuk persamaannya
menjadi:
P ( v−b )=RT
Persamaan ini kemudian disebut persamaan Clausius, dimana b pada persamaan ini
disebut faktor koreksi volume.

Persamaan Keadaan Gas Van der Waals


Seorang ahli fisika yang lain, yaitu Van der Waals, menambah suatu faktor
koreksi lagi terhadap persamaan Clausius. Faktor koreksi tersebut berkaitan dengan
adanya gaya intermolekular dari molekul-molekul gas. Bentuk persamaan Van der
Waals adalah:

( P+ va ) ( v −b)=RT
2

a
Dimana, disebut faktor koreksi tekanan.
v2
Harga a dan b adalah spesifik (tertentu) untuk setiap jenis gas. Apendiks II-3
menunjukkan harga-harga a dan b untuk beberapa macam gas.

Persamaan Keadaan Gas dalam Bentuk Virial


1
Persamaan keadaan gas sering juga dituliskan dalam bentuk polinomial dari
vn
(dengan n = 0, 1, 2, . . .). bentuk seperti ini disebut bentuk virial. Dalam bentuk virial
persamaan keadaan gas dituliskan sebagai:
B C
PV = A+ + +…
V V2
Dimana A, B, dan C disebut koefisien virial yang merupakan fungsi temperatur.

1.7 Diagram PT, Diagram PV, dan Permukaan PVT untuk Zat Murni
Zat murni adalah zat yang terdiri dari satu macam senyawa kimia. Gambar-
gambar di bawah ini menunjukkan diagram PT, diagram PV, dan permukaan PVT
untuk zat murni.

Gambar 1.8 Diagram PT untuk zat murni yang menyusut pada waktu membeku.
Gambar 1.9 Diagram PT untuk zat murni yang memuai pada waktu membeku.

Gambar 1.10 Diagram PV untuk zat murni yang menyusut pada waktu membeku.

Gambar 1.11 Diagram PV untuk zat murni yang memuai pada waktu membeku.

Gambar 1.12 Permukaan PVT untuk zat murni yang menyusut pada waktu membeku.
Gambar 1.13 Permukaan PVT untuk zat murni yang memuai pada waktu membeku.

1.8 Diagram PV, Diagram PT, dan Permukaan PVT untuk Gas Ideal
Gas ideal adalah gas yang memenuhi persamaan keadaan:
PV =nRT
Gambar-gambar berikut ini menunjukkan diagram PV, diagram PT, dan permukaan
PVT untuk gas ideal.

Gambar 1.14 Diagram PV gas ideal


Gambar 1.15 Diagram PT gas ideal

Gambar 1.16 Permukaan PVT gas ideal

1.9 Titik Tripel dan Titik Kritis


Titik tripel suatu zat adalah harga temperatur pada saat bentuk padat, cair, dan
uap dari zat tersebut berada dalam kesetimbangan fase.
Catatan: Pada temperatur diatas temperatur uap jenuhnya suatu zat dikatakan dalam
keadaan gas. Misalnya temperatur uap jenuh nitrogen pada tekanan 0,8 atm
adalah -197,9°C, maka pada temperatur kamar (sekitar 20°C) nitrogen berada
dalam keadaan gas.

Pada diagram PT, titik tripel digambarkan sebagai titik potong dari kurva
peleburan, kurva penguapan, dan kurva pengembunan. Pada permukaan PVT, titik
tripel tampak sebagai garis dan disebut garis tripel. Harga titik tripel untuk beberapa zat
dapat dilihat pada Apendiks II-4.

Titik kritis adalah titik singgung kurva jenuh cairan dengan kurva jenuh
penguapan. Harga titik kritis untuk beberapa zat dapat dilihat pada Apendiks II-5.
Gas nyata dianggap gas ideal jika tekanannya di bawah tekanan kritis dan
temperaturnya di atas temperatur kritis.

1.10 Beberapa Macam Proses Termodinamika


Perubahan keadaan sistem termodinamika dapat dilakukan dengan beberapa proses
sebagai berikut:
1. Proses isotermal, yaitu proses perubahan keadaan sistem yang terjadi pada
temperatur konstan. Proses isotermal digambarkan sebagai suatu kurva pada
diagram PV yang disebut isoterm.
2. Proses isobarik, yaitu proses perubahan keadaan sistem yang terjadi pada tekanan
konstan. Proses isobarik digambarkan sebagai kurva pada diagram VT yang disebut
isobar.
3. Proses isokhorik (isovolum), yaitu proses perubahan keadaan sistem yang terjadi
pada volume konstan. Proses isokhorik digambarkan sebagai kurva pada diagram
PT yang disebut isokhor.

Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan diagram dari ketiga macam proses tersebut
pada gas ideal yang massanya m kg.

Gambar 1.17:
a. Isoterm-isoterm untuk temperatur konstan T 1 dan T 2
b. Isobar-isobar untuk tekanan konstan P1 dan P 2
c. Isokhor-isokhor untuk volume konstan V 1 dan V 2

1.11 Hukum-hukum Gas Ideal


Pada sekitar abad 17-18, beberapa orang ahli (diantaranya Boyle, Gay Lussac
dan Charles), menerangkan beberapa macam sifat gas ideal yang berhubungan dengan
proses perubahan keadaan yang dialami gas ideal tersebut. Pernyataan-pernyataan
mereka dikenal sebagai hukum-hukum gas ideal, yaitu sebagai berikut.
1. Hukum Boyle, menyatakan bahwa pada sistem tertutup yang mengalami proses
isotermal (T konstan) berlaku hubungan:
PV =konstan
2. Hukum Gay Lussac, menyatakan bahwa pada sistem tertutup yang mengalami
proses isokhorik (V konstan) berlaku hubungan:
P
=konstan
T
3. Hukum Charles, menyatakan bahwa pada sistem tertutup yang mengalami proses
isobarik (P konstan) berlaku hubungan:
V
=konstan
T
4. Hukum Boyle-Gay Lussac, menyatakan bahwa pada setiap proses perubahan
keadaan gas berlaku hubungan:
PV
=konstan
T
Hukum Boyle-Gay Lussac berlaku untuk semua macam proses perubahan keadaan
gas ideal.

1.12 Persamaan Keadaan untuk Sistem Selain Sistem PVT


Persamaan keadaan untuk sistem non-PVT secara umum dinyatakan dengan persamaan:
f ( X ,Y , Z )=0
dimana X, Y, Z merepresentasikan besaran-besaran termodinamika sistem.
Persamaan keadaan ini menyatakan hubungan antara besaran-besaran (koordinat)
termodinamika dari sistem tersebut. Persamaan keadaan untuk beberapa sistem non-
PVT adalah sebagai berikut.
1. Sistem kawat teregang

[
L=L0 1+
F
YA
+ α (T −T 0 )
]
Dimana,
F = gaya tegang
Y = modulus Young
α = koefisien muai panjang
A = luas penampang kawat
T0 = temperatur kawat mula-mula
L0 = panjang kawat pada F=0, temperatur T 0
L = panjang kawat pada temperatur T
2. Sistem magnetik material
x
M =C c
T
Dimana,
M = momen magnetik
Cc = konstanta Curie (besarnya berbeda-beda, bergantung pada karakteristik
magnetik untuk setiap material)
x = intensitas magnetik
T = temperatur
Persamaan ini disebut juga hukum Curie. Persamaan tersebut tidak berlaku untuk
keadaan yang sangat ekstrim, yaitu pada temperatur yang sangat rendah atau pada saat
medan magnetiknya sangat besar.

3. Sistem dielektrikum

( Tb ) E
P= a+

Dimana,
P = momen dipol listrik total
a,b = konstanta
E = medan listrik eksternal/luar

4. Sistem selaput permukaan


T c −T
γ=γ 0=( )
T c −T 0
dimana,
γ = tegangan permukaan pada temperatur T
γ0 = tegangan permukaan pada temperatur T 0
T = temperatur kritis

1.13 Perubahan Diferensial Fungsi Keadaan Untuk Sistem PVT


Suatu fungsi keadaan untuk sistem PVT dapat dituliskan sebagai:
V =V (P ,T )
Pada persamaan tersebut satu variabel sebagai fungsi dari dua variabel bebas yang lain.
Bentuk diferensial persamaan diatas adalah:

dV =(
∂V
) dP+
∂P T ( ) dT
∂V
∂T P

∂V ∂V
dimana, dan adalah turunan parsial V masing-masing terhadap P dan T.
∂P ∂T
∂V
( ) menyatakan perubahan volume sistem yang disebabkan oleh perubahan tekanan
∂P T

pada temperatur konstan. ( ∂∂TV )


P
menyatakan perubahan volume sistem yang

disebabkan oleh perubahan temperatur pada tekanan konstan. ( ∂∂TV )


P
berhubungan

dengan proses isobarik (dP=0) dan untuk proses ini didefenisikan suatu koefisien yang
disebut koefisien muai ruang (koefisien ekspansi volum) yang diberi simbol β.

β= ( )
1 ∂V
V ∂T P

∂V
( ) berhubung dengan proses isotermal (dT=0) dan untuk proses ini didefenisikan
∂P T
suatu besaran yang disebut kompresibilitas isotermal yang diberi simbol K:
−1 ∂V
K= ( )
V ∂P T
Karena volume sistem akan terus mengecil jika tekanannya membesar pada temperatur
∂V
konstan, maka harga ( ) akan selalu negatif. Dengan adanya tanda negatif pada
∂P T
persamaan diatas, maka K selalu berharga positif.
Satuan untuk β adalah K −1 dan untuk K adalah m2 N −1. Beberapa contoh harga β dan K
untuk beberapa material diberikan pada Tabel 1.4 dan Tabel 1.5:

Tabel 1.4 Harga β untuk beberapa material


Material Β (10−4/°C)
Etil alkohol 11
Gliserin 5,1
Air 2,1
Air raksa 1,8
Es 0,5
Gelas (rata-rata) 0,2
Gelas pyrex 0,09
Tabel 1.5 Harga K untuk beberapa macam zat cair
Nama Cairan Temperatur (°C) Tekanan (atm) K (atm−1)
Air Murni 0 1 1,0000
20 1 1,0016
Aseton 14,2 8,9-36,51 1,11x108
Benzena 20 1-2 9,53x107
Etil alkohol 20 1-50 1,12x108
Metil alkohol 18,1 8 1,20x108
Air raksa 22,8 1-500 3,8x106
Potreleum 16,1 1-15 7,68x107
Toluena 20 1-2 9,15x107

1.14 Hubungan antara Turunan Parsial


Teorema Matematik
Apabila suatu fungsi dinyatakan dengan f(X,Y,Z)=0 maka hubungan antara
turunan parsial dapat dituliskan sebagai:
∂X 1
( ) =
∂Y Z ∂ Y
( )
∂X Z
Dan,
∂ X ∂Y ∂Z
( ) ( ) ( ) =−1
∂Y Z ∂ Z X ∂ X Y
Bukti teorema tersebut dapat dilihat pada buku-buku teks Calculus.

Hubungan Turunan Parsial untuk Sistem PVT


Suatu bentuk fungsi matematika atas besaran-besaran termodinamika disebut fungsi
keadaan, misalnya fungsi keadaan untuk sistem PVT adalah:
f ( P , V ,T )=0
Berdasarkan teorema matematika tersebut didapatkan hubungan antara turunan
parsialnya:
∂V 1
( ) =
∂P T ∂ P
( )
∂V T
Dan,
∂V ∂T ∂V
( ) ( ) ( ) =−1
∂P T ∂ P V ∂P P
Dari persamaan diatas ini maka didapatkan
(
∂T
) =
( ∂ P)
∂V
=
β
P

−(
∂P)
∂P V ∂V K
T

Sistem Kawat Teregang


Fungsi keadaan untuk sistem ini:
f ( L , F , T ) =0
Apabila diambil satu variabel sebagai fungsi dari dua variabel bebas yang lain, maka
bentuknya dapat dituliskan sebagai:
L=L(F ,T )
Dengan bentuk diferensialnya:
∂L ∂L
dL=( ) dF+( ) dT
∂F T ∂T F
Didefenisikan koefisien muai panjang (koefisien ekspansi linear) dengan simbol α dan
modulus Young dengan simbol Y sebagai berikut:
1 ∂L
α= ( )
L ∂T F
L ∂F
Y= ( )
A ∂L T
Hubungan turunan parsial untuk sistem ini:

( ∂∂ TL )= ( ∂1T )
∂L F

Dan,
∂L ∂T ∂F
( ) ( ) ( ) =−1
∂T F ∂ F L ∂ L T

Dari persamaan diatas tersebut didapatkan:


¿

1.15 Besaran Ekstensif dan Besaran Intensif


Besaran ekstensif adalah besaran yang bergantung pada massa zat, misalnya
a. Energi total sistem, dan
b. Volume total sistem
Besaran intensif adalah besaran yang tidak bergantung pada massa zat, misalnya
a. Tekanan
b. Temperatur, dan
c. Kerapatan massa persatuan volume

Perbandingan antara besaran ekstensif dengan massa disebut besaran spesifik, misalnya
m
a. Kerapatan massa, massa jenis ρ=
V
V
b. Volume spesifik/volume jenis, v= , dan
m
E
c. Energi spesifik, e=
m

Anda mungkin juga menyukai