Anda di halaman 1dari 12

Vol.1 No.

12 Mei 2021 2683


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMA
DI KOTA SUNGAI PENUH

Oleh
Nana Sutrisna
Pendidikan Biologi, STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh
Jl. Muradi Sungai Liuk, Kota Sungai Penuh
Email: nanasutrisna02@gmail.com

Abstrak
Pendidikan abad 21 bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik. Hasil
studi PISA menunjukkan bahwa literasi sains peserta didik Indonesia berada dalam kategori
rendah. Rendahnya literasi sains peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor dalam sistem
pendidikan, seperti kurikulum, guru, maupun peserta didik itu sendiri. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kemampuan literasi sains peserta didik Kelas X SMA se Kota Sungai Penuh
serta faktor yang mempengaruhinya. Informasi tentang kemampuan literasi sains ini penting untuk
diketahui dalam rangka memberikan solusi-solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi
terutama dalam bidang literasi sains. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode
kombinasi (mixed method). Sampel penelitian adalah 86 peserta didik yang berasal dari tiga SMA
yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan adalah soal tes
literasi sains dan lembar pedoman wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan pemberian
skor untuk setiap jawaban peserta didik kemudian diinterpretasikan ke dalam nilai dan kategori
capaian literasi sains serta menganalisis hasil wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
bahwa nilai rata-rata literasi sains peserta didik Kelas X SMA se Kota Sungai Penuh adalah 31,58
dengan kategori rendah. Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu minat membaca yang masih rendah, alat evaluasi yang belum mengarah pada
pengembangan literasi sains, dan kurangnya pengetahuan guru tentang literasi sains.
Kata Kunci: Literasi Sains, Aspek Literasi Sains& Faktor Yang Mempengaruhi Literasi
Sains

PENDAHULUAN Literasi sains adalah kemampuan untuk


Pendidikan saat ini berada pada abad ke- memahami konsep dan proses sains serta
21 dan dikenal juga dengan istilah era revolusi memanfaatkan sains untuk menyelesaikan
industri 4.0 yang ditandai dengan berkembang permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut PISA (Programme for International
Pendidikan pada abad ke-21 ini bertujuan untuk Student Assessment) literasi sains merupakan
mendorong peserta didik agar memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
keterampilan yang mendukung mereka untuk sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan
bersikap tanggap terhadap perubahan seiring mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-
dengan perkembangan zaman. Wijaya[1] bukti ilmiah dalam rangka memahami serta
menyatakan bahwa diperlukan adanya membuat keputusan berkenaan dengan alam
perubahan pola pikir (mind set) dari manusia dan perubahannya akibat aktivitas manusia[3].
atau peserta didik. NCRL dan Metiri Group[2] Literasi sains dibagi menjadi empat
menyatakan bahwa keterampilan yang harus dimensi, yaitu kompetensi/proses sains,
dimiliki oleh peserta didik pada abad ke-21 ini pengetahuan/konten sains, konteks aplikasi
adalah keterampilan literasi. sains, dan sikap sains. Kompetensi sains terdiri
dari tiga aspek, yaitu menjelaskan fenomena
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2684 Vol.1 No.12 Mei 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ilmiah, mengevaluasi, dan merancang Tabel 1. Hasil Studi PISA Kemampuan
penyelidikan ilmiah, serta menafsirkan data dan Literasi Sains Peserta Didik Indonesia
bukti ilmiah. Pengetahuan sains terdiri dari Skor
Skor Rata- Jumlah
Rata-
pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, Tahun rata Peringkat Negara
rata
Indonesia Peserta
dan pengetahuan epistemik. Konteks aplikasi PISA
2000 393 500 38 41
sains meliputi kesehatan dan penyakit, sumber
2003 395 500 38 40
daya alam, mutu lingkungan, bahaya dan
2006 393 500 50 57
perkembangan mutakhir sains dan teknologi.
2009 385 500 60 65
Sedangkan sikap sains merujuk pada
2012 375 500 64 65
pengembangan pengetahuan sains lebih lanjut,
2015 403 500 62 70
mengejar karir dalam sains, dan menggunakan
konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan[4]. 2018 396 500 70 78
[6] [7] [8] [9] [10] [3] [11]
Literasi sains penting bagi peserta didik Sumber: ( , , , , , , )
agar mereka tidak hanya memahami sains Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa
sebagai suatu konsep namun juga dapat kemampuan peserta didik Indonesia untuk
mengaplikasikan sains dalam kehidupan sehari- literasi sains (melek sains) dari tahun 2000
hari. Menurut National Research Council hingga tahun 2018 masih dalam kategori rendah
(1996) dalam Ardianto dan Rubbini[5], literasi karena skor yang diperoleh berada dibawah
sains penting dikembangkan karena (1) skor rata-rata ketuntasan PISA. Hal tersebut
memberikan kepuasan dan kesenangan pribadi mengindikasikan bahwa peserta didik
yang muncul setelah memahami dan Indonesia belum mampu memahami konsep
mempelajari sains; (2) setiap orang dan proses sains serta belum mampu
membutuhkan informasi dan berpikir ilmiah mengaplikasikan pengetahuan sains yang telah
untuk pengambilan keputusan; (3) setiap orang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
perlu melibatkan kemampuan mereka dalam Rendahnya kemampuan literasi sains
wacana publik dan debat mengenai isu-isu peserta didik Indonesia secara umum
penting yang melibatkan sains dan teknologi; disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang
dan (4) literasi sains penting dalam dunia kerja, belum berorientasi pada pengembangan literasi
sehingga mengharuskan orang-orang untuk sains. Ardianto dan Rubbini[5] mengungkapkan
belajar sains, bernalar, berpikir secara kreatif, bahwa rendahnya literasi sains disebabkan oleh
membuat keputusan, dan memecahkan beberapa faktor, yaitu keadaan infrastruktur
masalah. sekolah, sumber daya manusia sekolah, dan
Literasi sains dapat diukur melalui studi manajemen sekolah. Kurnia[12] juga
PISA yang diselenggarakan oleh OECD mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan
(Organisation for Economic Cooperation and literasi sains peserta didik Indonesia
Development) setiap tiga tahun sekali. OECD dipengaruhi oleh kurikulum dan sistem
merupakan organisasi internasional dalam pendidikan, pemilihan metode dan model
bidang kerjasama dan pembangunan ekonomi, pengajaran oleh guru, sarana dan fasilitas
sedangkan PISA merupakan suatu bentuk belajar, serta bahan ajar.
evaluasi kemampuan dan pengetahuan dalam Hasil Penelitian Angraini[13]
membaca, matematika, dan IPA yang dirancang menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains
untuk peserta didik usia 15 tahun. Indonesia peserta didik Kelas X SMA di Kota Solok
mulai bergabung dalam studi PISA ini sejak masih tergolong rendah yang disebabkan oleh
tahun 2000. Hasil studi PISA untuk materi yang diujikan belum pernah dipelajari,
kemampuan literasi sains peserta didik peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal
Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2018 yang menggunakan wacana, dan proses
dapat dilihat pada Tabel 1. pembelajaran yang kurang mendukung peserta

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.12 Mei 2021 2685
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
didik dalam mengembangkan kemampuan LANDASAN TEORI
literasi sains. Hal yang sama juga diungkapkan Pendidikan saat ini berada pada abad ke-
oleh Rizkita[14] bahwa kemampuan literasi sains 21 yang ditandai dengan kemajuan teknologi.
peserta didik SMA Kota Malang masih rendah. Menurut Wang, dkk. [16] kebutuhan akan
Rendahnya kemampuan literasi sains ini pendidikan secara holistik pada abad ke-21 ini
disebabkan karena proses pembelajaran yang tidak hanya memaknai pendidikan pada
belum melibatkan proses sains. Selain itu, hasil kompetensi kognitif saja, tetapi juga memaknai
penelitian Diana[15] menyimpulkan bahwa nilai-nilai dan pandangan atau cara pikir
kemampuan literasi sains peserta didik Kelas X (mindset) yang berkembang untuk
SMA di Kota Bandung masih tergolong rendah pembelajaran dan keterampilan. Kompetensi
yang disebabkan oleh perbedaan target pendidikan abad ke-21 didefinisikan sebagai
pembelajaran yang diterapkan di sekolah perpaduan antara kompetensi pengetahuan,
dengan tuntutan PISA. keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang harus
Berdasarkan hasil wawancara yang dimiliki oleh semua peserta didik.
dilakukan penulis terhadap empat orang guru Pendidikan pada abad ke-21 bertujuan
Biologi di SMA yang ada di Kota Sungai untuk mendorong peserta didik agar memiliki
Penuh, diperoleh informasi bahwa dalam keterampilan-keterampilan yang mendukung
kegiatan pembelajaran, guru kesulitan untuk mereka agar bersikap lebih tanggap terhadap
membelajarkan peserta didik secara mandiri perubahan-perubahan seiring dengan
dan aktif karena peserta didik terbiasa dengan perkembangan zaman. Menurut Mukminan[17]
materi yang langsung diberikan kepadanya, hal pendidikan abad ke-21 bertujuan untuk
tersebut juga menyebabkan peserta didik menghasilkan sumber daya manusia yang
kurang aktif untuk menggali sendiri berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri,
pengatahuannya, peserta didik kurang mampu memiliki kemauan dan kemampuan untuk
mengaitkan satu konsep dengan konsep lain mewujudkan cita-cita bangsanya. Selain itu,
yang telah dipelajari yang dibuktikan dari NCRL dan Metiri Group[2] juga
ketidakmampuan peserta didik dalam mengungkapkan bahwa salah satu keterampilan
menjawab soal-soal yang menuntut yang harus dimiliki oleh peserta didik pada
kemampuan analisis. Selain itu, kemampuan abad ke-21 ini adalah keterampilan literasi
literasi sains peserta didik serta faktor yang sains.
mempengaruhinya belum diketahui karena soal Untuk dapat melaksanakan pendidikan
evaluasi yang diberikan guru belum pada abad ke-21 ini maka pendidikan haruslah
berorientasi pada pengukuran literasi sains, berorientasi pada ilmu pengetahuan
tetapi hanya sebatas untuk mengukur matematika, pengetahuan sains, dan sains
pengetahuan peserta didik tentang materi yang sosial. Menurut BNSP[18], pendidikan pada
dipelajari. abad 21 ini tidak hanya untuk membuat peserta
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di didik berpengetahuan, namun juga untuk
atas, diketahui bahwa informasi atau data mengembangkan sikap keilmuan terhadap ilmu
tentang kemampuan literasi sains peserta didik pengetahuan yaitu kritis, logis, inventif,
Kelas X SMA di Kota Sungai Penuh belum inovatif, dan konsisten, serta memiliki
diketahui. Informasi tentang kemampuan kemampuan untuk beradaptasi dalam
literasi sains ini penting untuk diketahui dalam menghadapi kehidupan.
rangka memberikan solusi-solusi yang tepat Menurut Smaldino, dkk.[19], ada beberapa
bagi permasalahan yang dihadapi terutama prinsip pembelajaran yang efektif untuk
dalam bidang literasi sains. Untuk itu, penulis pendidikan abad ke-21, yaitu sebagai berikut.
telah melakukan penelitian tentang analisis a. Mengkaji pengetahuan sebelumnya.
kemampuan literasi sains peserta didik Kelas X b. Mempertimbangkan perbedaan individual.
SMA se Kota Sungai Penuh. c. Mengembangkan keterampilan metakognisi.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2686 Vol.1 No.12 Mei 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
d. Menggabungkan konteks yang realistik. sains yang berkembang dalam pendidikan
e. Melibatkan peserta didik dalam konteks mempengaruhi personal, pekerjaan, tempat,
yang relevan. dan keputusan komunitas[22].
Ilmu pengetahuan alam atau sains Pembelajaran sains bertujuan untuk
merupakan ilmu yang mempelajari gejala- membantu peserta didik dalam
gejala alam yang meliputi makhluk hidup dan mengembangkan lebih banyak pemahaman
makhluk tak hidup atau sains tentang kehidupan tentang sifat sains dan menjadikan peserta didik
dan sains tentang dunia fisik. Pembelajaran sebagai warga negara yang terpelajar secara
sains menekankan pada pemberian pengalaman ilmiah, hal tersebut dianggap sebagai hasil
langsung untuk mengembangkan kompetensi penting yang harus diperoleh dari pembelajaran
agar peserta didik mampu menjelajahi dan sains[23]. Untuk mencapai hasil pembelajaran
memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh sains yang seperti itu membutuhkan perubahan
karena itu, di dalam proses pembelajaran sains dalam kegiatan pembelajaran di kelas yaitu
diperlukan suatu proses mencari tahu agar dengan memperbanyak praktik sains di
peserta didik dapat dengan mudah mendalami Kelas[24].
alam sekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat Agar pembelajaran sains tersebut dapat
Daryanto[20] bahwa sains adalah suatu berlangsung dengan baik dan efektif, terdapat
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara enam karakteristik yang harus dipenuhi atau
sistematik yang dalam penggunaannya secara dilaksanakan, yaitu:
umum terbatas pada gejala-gejala alam. a. kurikulum yang diterapkan harus relevan
Ilmu pengetahuan alam (sains) memiliki dengan kehidupan dan minat peserta didik;
beberapa tujuan yaitu sebagai berikut. b. ilmu yang dipelajari di Kelas memiliki
a. Untuk memperluas pengetahuan dan kaitan dengan komunitas yang lebih luas;
pemahaman manusia tentang bentuk dan isi c. peserta didik harus terlibat aktif dalam
alam semesta (tujuan faktual). mengajukan pertanyaan, ide, dan bukti
b. Untuk memperluas kontrol manusia ilmiah;
terhadap alam semesta, dan d. peserta didik dituntut untuk mampu
menggunakannya untuk meningkatkan mengembangkan dan memperluas konsep
kemaslahatan dunia (tujuan teknologi atau dari pemahamannya sendiri;
praktis). e. penilaian pembelajaran tidak hanya berfokus
c. Untuk menemukan bagaimana hal-hal yang pada hasil, namun juga pada kontribusi atau
seharusnya terjadi, hal-hal apa yang baik keaktifan peserta didik pada saat mengikuti
atau buruk dan bagaimana cara terbaik untuk pembelajaran; dan
memajukan tujuan (tujuan normatif)[21]. f. memanfaatkan teknologi informasi dan
Pembelajaran sains memiliki tujuan komunikasi untuk meningkatkan kegiatan
untuk membantu peserta didik pembelajaran sains[25].
mengembangkan literasi sains, yang meliputi Menurut Sujarwanta[26], pembelajaran
pengembangan pengetahuan dasar, sains seharusnya dilakukan seperti layaknya
keterampilan berpikir kritis, kemampuan untuk ilmuwan yaitu mempelajari ilmu pengetahuan
menerapkan apa yang telah dipelajari, dan dengan menggunakan keterampilan proses
memahami sifat sains. Tidak hanya pandangan sehingga peserta didik memiliki pengalaman
peserta didik tentang pembelajaran sains yang belajar yang lebih lengkap dan dapat
mempengaruhi kinerja dan pembelajaran mengembangkan literasi sainsnya. Yaumi,
mereka dalam mata pelajaran sains, tetapi dkk.[27] juga mengungkapkan bahwa
mereka juga dapat mempengaruhi interpretasi pembelajaran sains harus berorientasi pada
mereka terhadap pengalaman dan informasi pencapaian literasi sains. Selain itu, Pantiwati
sepanjang hidup. Tingkat kemampuan literasi dan Husamah[28] mengungkapkan bahwa guru

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.12 Mei 2021 2687
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
perlu menerapkan pembelajaran sains yang scientifically illiterate. Melainkan dengan
efektif meningkatkan kemampuan literasi sains istilah perkembangan literasi sains dari yang
peserta didik. Berdasarkan pendapat yang kurang berkembang (less developed) menjadi
diungkapkan oleh beberapa ahli ini, dapat lebih berkembang (more developed).
disimpulkan bahwa pembelajaran sains harus Literasi sains oleh Holbrook dan
dapat mengembangkan kemampuan literasi Rannikmae[34] didefinisikan sebagai gabungan
sains. dari beberapa komponen berikut.
Pembelajaran sains harus diimbangi a. Pengetahuan tentang konten substantif sains
dengan pemberian soal-soal evaluasi yang dan kemampuan untuk membedakannya dari
mendorong peserta didik untuk non-sains;
mengembangkan kemampuan berpikir serta b. Memahami sains dan aplikasinya;
mengembangkan penalaran peserta didik c. Pengetahuan tentang apa yang dianggap
terhadap situasi yang diberikan[29]. Selain itu sebagai sains;
asesmen sains harusnya tidak hanya d. Kemandirian dalam belajar sains;
berorientasi pada penguasaan materi sains saja, e. Kemampuan untuk berpikir secara ilmiah;
akan tetapi juga pada kemampuan berpikir dan f. Kemampuan untuk menggunakan
kemampuan dalam melakukan proses sains pengetahuan ilmiah dalam pemecahan
dalam kehidupan nyata[30]. Windyariani, dkk[31] masalah;
juga mengungkapkan bahwa penggunaan g. Pengetahuan yang dibutuhkan untuk
asesmen literasi sains dalam evaluasi akan partisipasi dalam mengatasi isu-isu berbasis
memberikan kesempatan peserta didik untuk sains;
menggali kemampuan literasi sains. h. Memahami sifat sains, termasuk
Literasi sains berasal dari dua kata yaitu hubungannya dengan budaya;
literasi dan sains. Secara harfiah terdiri dari kata i. Pengetahuan tentang risiko dan manfaat
literasi yang berarti melek huruf atau sains; dan
pemberantasan buta huruf[32]. Sedangkan sains j. Kemampuan untuk berpikir kritis tentang
berasal dari kata science yang berarti ilmu sains.
pengetahuan. Literasi sains dalam PISA Dari beberapa definisi di atas, dapat
didefinisikan sebagai kapasitas untuk disimpulkan bahwa literasi sains adalah
menggunakan pengetahuan ilmiah, kemampuan memahami konsep-konsep dan
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik prinsip-pirnsip sains, menggunakan
kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang
memahami alam semesta dan perubahan yang berhubungan dengan sains untuk berpikir kritis,
terjadi karena aktivitas manusia[3]. memecahkan masalah, serta pengambilan
Literasi sains berarti bahwa seseorang keputusan yang dibutuhkan dalam mengatasi
dapat bertanya, menemukan, atau menentukan isu-isu berbasis sains.
jawaban atas pertanyaan yang berasal dari rasa Literasi sains menurut Dani[35] terdiri dari
ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari. 4 aspek, yaitu pengetahuan sains, penyelidikan
Menurut Rahayu[33], literasi sains searah sains, sains sebagai cara mengetahui, dan
dengan pengembangan life skill yaitu interaksi sains, teknologi, dan masyarakat.
pandangan yang mengakui perlunya Masing-masing aspek tersebut dapat dilihat
keterampilan bernalar dalam konteks sosial dan pada Tabel 2.
menekankan bahwa literasi sains
diperuntukkan untuk semua orang yang berarti
bukan hanya kepada orang yang memilih karir
dalam bidang sains. Sehingga tidak bisa
menggolongkan individu menjadi seorang yang
scientifically literate atau seorang yang

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2688 Vol.1 No.12 Mei 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tabel 2. Aspek Literasi Sains literasi sains peserta didik Indonesia juga
Aspek Komponen mengalami penurunan dari tahun 2015 yang
memperoleh skor rata-rata 403.
Pengetahuan sains Fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis,
teori dan model sains. Rendahnya kemampuan literasi sains
Penyelidikan sains Menggunakan metode dan proses sains peserta didik menurut Sari dan
seperti observasi, mengukur,
mengklasifikasikan, menyimpulkan, Nurwahyunani[36] disebabkan oleh beberapa
merekam dan menganalisis data, faktor, yaitu:
berkomunikasi menggunakan berbagai
cara seperti menulis, berbicara, a. rendahnya kontribusi pembelajaran
menggunakan grafik, tabel, dan membuat sains terhadap keberhasilan peserta
perhitungan, dan bereksperimen.
Sains sebagai cara Penekanan pada pemikiran, penalaran, didik karena terlepasnya pembelajaran
mengetahui dan refleksi dalam membangun sains dari konteks sosial,
pengetahuan ilmiah dan karya para
ilmuwan; Sifat sains yang empiris; b. pembelajaran sains hanya
Memastikan objektivitas dalam sains; menitikberatkan pada penguasaan
Penggunaan asumsi dalam sains;
penalaran induktif dan deduktif; materi,
Hubungan sebab akibat; Hubungan antara c. penggunaan asesmen yang tidak tepat
bukti dengan bukti; Peran pemeriksaan
diri dalam sains; menjelaskan cara para sehingga peserta didik hanya
ilmuwan bereksperimen. dipersiapkan untuk menguasai
Interaksi sains, Dampak sains terhadap masyarakat;
teknologi, dan Hubungan antara sains, masyarakat, dan pengetahuan, dan
masyarakat. teknologi; Karier; Masalah sosial yang d. kegiatan membaca peserta didik.
berhubungan dengan sains; Penggunaan
pribadi sains untuk membuat keputusan Senada dengan pernyaatan di atas,
sehari-hari, menyelesaikan masalah Firman[39] juga mengungkapkan bahwa
sehari-hari, dan meningkatkan kehidupan
seseorang; Sains terkait masalah moral rendahnya literasi sains peserta didik Indonesia
dan etika disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
Pencapaian kompetensi dalam oleh kurikulum, kegiatan pembelajaran, dan
pembelajaran sains bermuara pada asesmen sains yang menekankan pada dimensi
pembentukan sikap sains. Proses pembentukan konten dan melupakan dimensi konteks dan
sikap sains ini harus didasari pada penguasaan proses. Selain itu, Darliana[40] dan Zawawi,
pengetahuan dan keterampilan[36]. Kaya, dkk. dkk.[41] juga mengungkapkan bahwa
[37]
juga menyatakan bahwa sikap sains peserta kemampuan literasi sains peserta didik
didik dipengaruhi oleh level pengetahuan sains, dipengaruhi oleh adanya kecenderungan
yang berarti bahwa peserta didik yang baik peserta didik menggunakan teknik hapalan
dalam pengetahuan sains akan baik pula dalam sebagai wahana untuk menguasai ilmu
sikap sains. Hasil Penelitian Rusdi, dkk.[38] pengetahuan bukan kemampuan berpikir
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan sehingga banyak peserta didik yang menghapal
yang positif antara sikap sains dengan literasi suatu konsep yang sebenarnya mereka tidak
sains peserta didik. mengerti dan mereka tidak pahami.
Pengukuran kemampuan literasi sains Faktor lain yang mempengaruhi
melalui studi PISA diselengggarakan oleh kemampuan literasi sains peserta didik yaitu,
OECD setiap tiga tahun sekali. Indonesia mulai sarana dan prasarana sekolah. Menurut Alnaqbi
bergabung dalam studi PISA ini sejak tahun dan Tairab[42] sarana dan prasarana sekolah
2000. Hasil studi PISA terbaru yakni pada seperti laboratorium diperlukan dalam
tahun 2018 berdasarkan data OECD[11], pembelajaran sains untuk mengembangkan
Indonesia berada pada peringkat 70 dari 78 kemampuan kognitif peserta didik sehingga
negara peserta dengan skor rata-rata 396. Hasil mereka tidak hanya memperoleh pemahaman
ini menunjukkan bahwa literasi sains peserta prosedural sains tetapi mereka juga belajar
didik Indonesia tergolong rendah karena berada sains secara bermakna melalui keterlibatan
di bawah skor rata-rata PISA yaitu 500. Skor aktif dan partisipasi melalui kegiatan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.12 Mei 2021 2689
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
praktikum. Senada dengan hal tersebut, hasil 1) Untuk soal pilihan ganda, diberikan skor 1
penelitian Agastya[43] mengungkapkan bahwa apabila jawaban benar dan skor 0 apabila
sarana dan prasarana sekolah seperti jawaban salah.
laboratorium sangat diperlukan dalam 2) Untuk soal majemuk, diberikan skor 0,5
pembelajaran sains untuk menunjang kegiatan untuk masing-masing item pertanyaan yang
pembelajaran serta mendukung peningkatan dijawab benar dan skor 0 apabila jawaban
literasi sains peserta didik. salah.
Berdasarkan pernyaataan yang 3) Untuk soal essai, diberikan skor 2 apabila
diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat jawaban benar seluruhnya, skor 1 apabila
disimpulkan bahwa kemampuan literasi sains jawaban benar sebagian, dan skor 0 apabila
peserta didik dipengaruhi oleh semua sistem jawaban salah.
pendidikan, baik kurikulum yang belum b. Tabulasi
mengarahkan pada pengembangan literasi Tabulasi dilakukan dengan menulis kode
sains, guru yang belum mengembangkan peserta didik beserta skornya ke dalam tabel.
kemampuan literasi sains peserta didik baik Tabulasi dibuat untuk menggambarkan
dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam kemampuan literasi sains Biologi dari hasil tes
evaluasi, serta peserta didik itu sendiri yang literasi sains peserta didik SMA se Kota Sungai
cenderung menghapal materi pelajaran yang Penuh.
belum tentu mereka pahami serta sarana dan c. Penentuan Nilai
prasarana sekolah. Data yang diperoleh dari hasil tes yang
sudah diberi skor kemudian dikonversi menjadi
METODE PENELITIAN nilai. Konversi skor menjadi nilai
Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan rumus menurut Arikunto[44]
deskriptif dengan metode kombinasi (mixed sebagai berikut.
method) dengan desain sequential explanatory. Skor yang diperoleh
Nilai = x 100
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Skor maksimal
peserta didik Kelas X SMA se Kota Sungai Nilai capaian literasi sains yang diperoleh
Penuh yang terdaftar pada tahun ajaran kemudian diinterpretasikan berdasarkan
2018/2019. Sampel dalam penelitian ini dipilih kriteria yang disajikan pada Tabel 3.
dengan teknik cluster random sampling. Kelas Tabel 3. Kriteria Capaian Literasi Sains
yang terpilih sebagai sampel penelitian yaitu, No Rentang Nilai Kriteria
kelas X MIA1 SMAN 2 Sungai Penuh, kelas X 1 67 – 100 Tinggi
MIA2 SMAN 4 Sungai Penuh, dan kelas X 2 33 – 66 Sedang
MIA1 SMAN 5 Sungai Penuh. Total sampel 3 < 33 Rendah
adalah 86 peserta didik. Instrumen yang (Hasan, dkk. [45)
digunakan dalam penelitian ini adalah Naskah d. Analisis Hasil Wawancara
soal literasi sains dan lembar pedoman Hasil wawancara dengan guru dan
wawancara dengan guru dan peserta didik. peserta didik yang diperoleh kemudian
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dianalisis untuk memperdalam dan memperluas
adalah dengan pemberian tes berupa soal tes informasi tentang capaian kemampuan literasi
literasi sains dan melakukan wawancara kepada sains peserta didik kelas X SMA se Kota Sungai
peserta didik dan guru. Analisis data Penuh serta untuk untuk mengetahui faktor
kemampuan literasi sains dilakukan dengan yang mempengaruhi kemampuan literasi sains
langkah berikut. peserta didik. Untuk mengurangi kesalahan
a. Pemberian Skor dalam proses perolehan data penelitian, maka
Sistem pemberian skor dilakukan dengan dilakukan pemeriksaan keabsahan data dengan
aturan penskoran sebagai berikut: teknik triangulasi.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2690 Vol.1 No.12 Mei 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
HASIL DAN PEMBAHASAN kemampuan dalam melakukan proses sains
Nilai rata-rata tes literasi sains yang dalam kehidupan nyata. Hasil penelitian
diperoleh peserta didik yaitu 31,58 dan Huryah, dkk.[46] menyimpulkan bahwa peserta
tergolong dalam kriteria rendah. Hasil tes didik yang tidak terbiasa mengerjakan soal
literasi sains peserta didik secara lengkap dapat yang menuntut analisis merupakan salah satu
dilihat pada Tabel 4. faktor yang menyebabkan rendahnya
Tabel 4. Hasil Tes Literasi Sains Peserta Didik kemampuan literasi sains peserta didik.
SMA di Kota Sungai Penuh Pemberian soal yang sekedar menuntut
Rentang Persentase Nilai ingatan peserta didik cenderung menjadikan
No
Nilai (%) Rata-rata peserta didik untuk menghapal materi
1 67 – 100 0 31,58 pelajaran. Hal ini menyebabkan peserta didik
2 33 – 66 38,37 (Rendah) tidak mampu memahami dan mengembangkan
3 < 33 61,63 kemampuan berpikir mereka. Darliana[40] dan
Jumlah 100 Zawawi, dkk.[41] mengungkapkan bahwa
kecenderungan peserta didik menggunakan
Tabel 4. menunjukkan bahwa lebih dari teknik hapalan untuk menguasai ilmu
50% peserta didik berada pada rentang nilai pengetahuan bukan kemampuan berpikir
dengan kategori rendah serta tidak ada peserta menyebabkan peserta didik menghapal suatu
didik yang berada pada rentang nilai dengan konsep yang sebenarnya mereka tidak mengerti
kategori tinggi. Nilai rata-rata tes literasi sains dan mereka tidak pahami. Hasil penelitian
yang diperoleh peserta didik adalah 31,58. Yuriza, dkk.[47] menyimpulkan bahwa
Secara keseluruhan berdasarkan nilai rata-rata kemampuan berpikir memiliki hubungan yang
literasi sains tersebut menunjukkan bahwa positif terhadap literasi sains peserta didik. Hal
kemampuan literasi sains peserta didik berada tersebut berarti bahwa peningkatan
pada kategori rendah. kemampuan berpikir peserta didik akan diikuti
Rendahnya kemampuan literasi sains oleh kemampuan literasi sains yang baik.
peserta didik ini disebabkan oleh Kurangnya minat peserta didik dalam
ketidakmampuan peserta didik dalam membaca dan mengulang materi pembelajaran
mengerjakan soal-soal literasi sains yang juga menjadi faktor rendahnya literasi sains
menuntut pemahaman dan analisis soal. Peserta peserta didik. Hasil wawancara penulis dengan
didik tidak terbiasa mengerjakan soal-soal yang peserta didik mengungkapkan bahwa mereka
menuntut pemahaman dan analisis karena soal- hanya membaca buku dan mengulang materi
soal evaluasi yang diberikan oleh guru pada pembelajaran ketika akan menghadapi ujian
ulangan harian, UTS, dan UAS adalah soal-soal atau jika ada tugas yang diberikan guru.
yang hanya sekedar menuntut ingatan peserta Membaca sangat diperlukan bagi peserta didik
didik terhadap materi yang telah dipelajari. untuk menambah wawasan dan pengetahuan,
Seharusnya peserta didik dibiasakan karena dengan membaca peserta didik dapat
untuk mengerjakan soal-soal yang menuntut mengaitkan pengetahuan yang baru mereka
analisis dan pemahaman serta kontekstual dapatkan dengan pengetahuan yang sudah
dengan dunia nyata. Dengan demikian, peserta mereka miliki sebelumnya. Hal tersebut akan
didik akan terbiasa untuk mengembangkan berdampak pada peningkatkan kemampuan
pemahamannya terhadap materi yang mereka dalam pemahaman dan literasi sains. Susiati,
pelajari. Pernyataan ini didukung oleh pendapat dkk.[48] menyatakan bahwa kemampuan literasi
Pantiwati[30] yang mengungkapkan bahwa sains terkait dengan membaca. Pendapat ini
asesmen sains seharusnya tidak hanya didukung oleh hasil penelitian Ayu, dkk.[49],
berorientasi pada penguasaan materi sains akan yang mengungkapkan bahwa terdapat
tetapi juga pada kemampuan berpikir dan hubungan yang positif antara kebiasaan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.12 Mei 2021 2691
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
membaca dengan literasi sains peserta didik kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
SMA di Jakarta Timur. tentang literasi sains peserta didik agar
Rendahnya literasi sains peserta didik menggunakan instrumen tes dengan
juga dipengaruhi oleh pengetahuan guru memperhatikan jumlah dan level soal yang
tentang literasi sains. Hasil wawancara penulis sama pada setiap aspek literasi sains maupun
dengan guru, mengungkapkan bahwa guru konten materi yang diujikan.
mengembangkan literasi sains peserta didik
dengan cara meminta peserta didik untuk DAFTAR PUSTAKA
membaca materi yang akan dipelajari dan [1] Wijaya, Y., Sudjimat, D. A., dan Nyoto.
kemudian peserta didik diberi kesempatan 2016. Transformasi Pendidikan Abad 21
untuk bertanya jika ada materi yang belum sebagai Tuntutan Sumber Daya Manusia di
dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa Era Global Estetika. Jurnal Pendidikan
kurangnya pengetahuan guru tentang literasi Matematika. 1(2), 263-278.
sains. Literasi sains tidak hanya tentang [2] NCRL dan Metiri Group. 2003. En Gauge
membaca dan memahami materi, namun juga 21st Century Skills for 21st Century
aplikasi dari pengetahuan sains dalam berbagai Learner. California: Metiri Group.
situasi. Shihab, dkk.[50], menyatakan bahwa [3] OECD. 2016. PISA 2015 Results (Volume
literasi sains tidak hanya tentang membaca, I): Excellence and Equity in Education,
menulis, dan buku saja tetapi mendayagunakan PISA. Paris: OECD Publishing.
pengetahuan dan pikiran dalam berbagai [4] OECD. 2017. PISA 2015 Results (Volume
situasi. Hasil penelitian Sari dan III): Students’ Well-Being, PISA. OECD
Nurwahyunani[36] mengungkapkan bahwa salah Publishing: Paris.
satu penyebab rendahnya literasi sains peserta [5] Ardianto, D. dan Rubbini, B. 2016.
didik adalah kurangnya pengetahuan guru Comparison of Students Scientific Literacy
tentang literasi sains. In Integrated Science Learning Through
Model of Guided Discovery and Problem
PENUTUP Based Learning. Indonesian Journal of
Kesimpulan Science Education. 5(1), 31-37.
Berdasarkan hasil penelitian analisis [6] OECD. 2001. “PISA 2000 Result in Focus:
kemampuan literasi sains peserta didik SMA se What 15 year olds know and what
Kota Sungai Penuh, dapat disimpulkan they can do with what they know”.
beberapa hal berikut. http://www. Oecd.
a. Nilai rata-rata literasi sains peserta didik Org/pisa/keyfindings/pisa-2000-results.
Kelas X SMA se Kota Sungai Penuh yaitu Html, diakses tanggal 12
31,58. Nilai ini menunjukkan bahwa Agustus 2018.
kemampuan literasi sains peserta didik [7] OECD. 2004. “PISA 2003 Result in Focus:
berada pada kategori rendah. What 15 year olds know and what
b. Rendahnya kemampuan literasi sains peserta they can do with what they know”.
didik SMA se Kota Sungai Penuh http://www. Oecd.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Org/pisa/keyfindings/pisa-2003-results.
minat membaca yang masih rendah, alat Html, diakses tanggal 12
evaluasi yang belum mengarah pada Agustus 2018.
pengembangan literasi sains, dan kurangnya [8] OECD. 2007. Science Competencies for
pengetahuan guru tentang literasi sains. Tomorrow’s World Volume 1- Analysis,
PISA. OECD Publishing: Paris.
2. Saran [9] OECD. 2010. Assesing framework key
Saran yang dapat disampaikan penulis competencies in reading, mathematics, and
untuk penelitian lebih lanjut yaitu diharapakan science. OECD Publishing: Paris.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2692 Vol.1 No.12 Mei 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
[10] OECD. 2013. “PISA 2012 Result in Focus: Science Between Natural Science and
What 15 year olds know and what Nonscience Majors. Journal of Life
they can do with what they know”. Sciences Education. 9(1), 45-54.
http://www. Oecd. [23] Roberts, D.A. 2007. Scientific
Org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results. literacy/science literacy. In S.K. Abell, and
Html, diakses tanggal 12 N.G. Lederman (Eds.). Journal of Science
Agustus 2018. Education. 1(3), 729-780.
[11] OECD. 2019. PISA 2018 Insights and [24]Goodrum, D., dan Rennie, L. 2007.
Interpretations. OECD Publishing: Paris. Australian School Science Education:
[12] Kurnia, F. 2014. Analisis Bahan Ajar National Action Plan. Education Research
Fisika SMA Kelas XI di Kecamatan Journal. 4(1), 108–112.
Indralaya Utara Berdasarkan Kategori [25]Hackling, M.W., dan Prain, V. 2005.
Literasi Sains. Jurnal Inovasi dan Primary Connections: Stage 2 Research
Pembelajaran Fisika. 1(1), 43-47. Report. Journal of Academy Science. 3(2),
[13] Angraini, G. 2014. Analisis Kemampuan 15-25.
Literasi Sains Peserta Didik SMA Kelas X [26]Sujarwanta, A. 2012. Mengkondisikan
di Kota Solok. Jurnal Pendidikan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan
Matematika dan Sains. 1(4), 161-170. Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan.
[14] Rizkita, L. 2016. Analisis Kemampuan 16(1), 75-83.
Awal Literasi Sains Peserta Didik SMA [27]Yaumi, Wisanti, dan Admoko, S. 2017.
Kota Malang. Jurnal Pendidikan Biologi. Penerapan Perangkat Model Discovery
1(1), 771-781. Learning pada Materi Pemanasan Global
[15] Diana, S. 2015. Profil Kemampuan Literasi untuk Melatih Kemampuan Literasi Sains
Sains Peserta Didik Berdasarkan Peserta Didik SMP. E-Journal Pendidikan
Instrumen Scientific Literacy Assesment Sains. 5(1), 38-45.
(SLA). Jurnal Pendidikan. 1(6), 285-291. [28] Pantiwati, Y. dan Husamah. 2014. Analisis
[16] Wang, Y., Lavonen, J., dan Tirri, K. 2018. Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP
Aims for Learning 21st Century Kota Malang. Prosiding Konferensi Ilmiah
Competencies in National Primary Science Tahunan. 158-174.
Curricula in China and Finland. Journal of [29] Gormally, C., Brickman, P. dan Lutz, M.
Mathematics, Science and Technology 2012. Scientific Literacy Skills (TOSLS):
Education. 14(6), 2081-2095. Measuring Undergraduates’ Evaluation of
[17] Mukminan. 2014. Strategi Menyiasati Scientific. Journal of Life Sciences
Pendidikan Abad 21. Yogyarkata: UNY. Education. 11(1), 364-377.
[18] BNSP. 2010. Paradigma Pendidikan [30] Pantiwati, Y. 2017. Kemampuan Literasi
Nasional Abad-XXI. Jakarta: BSNP. dan Teknik Literasi. Prosiding Seminar
[19] Smaldino, S., Deborah L., dan James R. Nasional III Tahun 2017. 28-33
2011. Instructional Technology and Media [31] Windyariani, S., Setiono, dan Sutisnawati,
for Learning: Teknologi Pembelajaran dan A. 2017. Pengembangan Model Literasi
Media untuk Belajar Alih Bahasa oleh Arif sains Brebasis Konteks Bagi Siswa
Rahman. Jakarta: Kencana. Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. 10(9),
[20] Daryanto. 2014. Evaluasi Pendidikan. 613-622.
Bandung: Satu Nusa. [32] Echols, J dan Hassan, S. 2000. Kamus
[21] Sloman, A. 2001. What Are The Aims of Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia
Science?. Journal of Science. 13(1), 1-26. Pustaka Utama.
[22] Miller, C. dan Montplaisir, L. 2010. [33] Rahayu, S. 2014. “Revitalisasi Scientific
Comparison of Views of the Nature of Approach dalam Kurikulum 2013 untuk

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.12 Mei 2021 2693
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Meningkatkan Literasi Sains: Tantangan Perspectives. Journal of Faculty of
dan Harapan”. Makalah yang disampaikan Education. 18(22), 19-35.
dalam Seminar Nasional Kimia dan [43] Agastya, W. N. 2016. Peningkatan Literasi
Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Sains Melalui Pemanfaatan Laboratorium
Malang. IPA di SMP. Jurnal Pendidikan IPA. 1(1),
[34] Holbrook, J. dan Rannikmae, M. 2009. The 1-6.
Meaning of Scientific Literacy. [44] Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi
International Journal of Environmental Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
and Science Education. 4(3), 275-288. [45] Hasan, E., Rusilowati, A., dan Astuti, B.
[35] Dani, D. 2009. Scientific Literacy and 2018. Analysis of Students Science
Purpose for Teaching Science: A Case Literacy Skill in Full Day Junior High
Study of Lebanese Private School School. Journal of Innovative Science
Teachers. International Journal of Education. 7(2), 237-244.
Enviromental and Science Education. 4(3), [46] Huryah, F., Sumarmin, R., dan Effendi, J.
289-298. 2017. Analisis Capaian Literasi Sains
[36] Sari, K. dan Nurwahyunani, A. 2016. Biologi SMA Kelas X di Kota Padang.
Profil Literasi Sains Siswa SMP Negeri Se Jurnal Eksakta Pendidikan. 1(2), 72-79.
Kota Semarang. Jurnal Pendidikan IPA. [47]Yuriza, P. E., Adisyahputra, dan Sigit, D.
6(2), 249-361. V. 2018. Hubungan Antara Kemampuan
[37] Kaya, H. V., Bahceci, D., dan Altuk, Y. G. Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat
2012. The Relationship Between Primary Kecerdasan dengan Kemampuan Literasi
School Students’ Scientific Literacy sains pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Levels and Scientific Process Skill. Biologi (BIOSFERJPB). 11(1), 13-20.
Journal of Social and Behavioral Sciences. [48]Susiati, A., Adisyahputra, dan Miarsyah,
47 (1), 495-500. M. 2018. Correlation of Comprehension
[38] Rusdi, A., Sipahutar, H., dan Syarifuddin. Reading Skill and Higher Order Thinking
2017. Hubungan kemampuan membaca Skill with Scientific Literacy Skill of
dan sikap terhadap sains dengan literasi Senior High School Biologi Teacher.
sains pada siswa Kela XI IPA MAN. Junal Jurnal Pendidikan Biologi
Biologi dan Pembelajaran. 12(3), 314-325. (BIOSFERJPB). 11(1), 1-12.
[39]Firman, H. 2007. Laporan Analisis Literasi [49]Ayu, N. A., Suryanda, A. dan Dewi, R.
Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional 2018. Hubungan Kebiasaan Membaca
Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian dengan Kempuan Literasi Sains Siswa
Balitbang Depdiknas. SMA di Jakarta Timur. Jurnal Bioma. 7(2),
[40] Darliana. 2011. “Pendekatan Fenomena 161-171.
Mengatasi Kelemahan Pembelajaran [50] Shihab, N., Setiawan, B., Hani. R. R., dan
IPA”. http://www.p4tkipa.org/. diakses Abdurrahman. 2019. Guru Belajar:
tanggal 4 September 2018. Miskonsepsi Literasi. Jakarta: Komunitas
[41] Zawawi, T. Z., Mustapha, R., dan Habib, Guru Belajar.
A. R. 2005. Pedagogical Content
Knowledge of Mathematic Teachers on
Fraction: A Case at Primary Schools.
Jurnal Pendidikan Malaysia. 34(1), 131-
153.
[42] Alnaqbi, A. K. dan Tairab, H. H. 2005. The
Role of Laboratory Work in School
Science: Educators’ and Students’

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2694 Vol.1 No.12 Mei 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai