Laporan Individu Fraktur
Laporan Individu Fraktur
Disusun oleh :
TINJAUAN TEORI
1.1.2 Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang
menyebabkan suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan padaotot
dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan,
edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang,
tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi
disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal
sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010)
dapat dibedakan menjadi:
a. Cedera traumatic, Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan
oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan.
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur
sehingga menyebabkan fraktur klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik, Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan
trauma minor mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus
menerus
1.1.3 Gejala
a. Deformitas
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan
deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat
menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau
angulasi. Dibandingkan sisi yangsehat, lokasi fraktur dapat
memiliki deformitas yang nyata.
b. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi
cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke
jaringan sekitar.
c. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi
fraktur.
d. Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu
mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan
berbeda pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-
menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi
karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau
cedera pada struktur sekitarnya.
f. Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera
yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan
fraktur atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada
tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari
cedera saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah
tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovascular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer
atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan
rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah
distal dari fraktur
j. Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah.
Perdarahan besar atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.
1.1 Mobilisasi
1.2.1 Pengertian
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu
tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara
mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan
bantuan alat (Widuri, 2010). Mobilitas adalah proses yang kompleks
yang membutuhkan adanya koordinasi antara sistem muskuloskeletal
dan sistem saraf (P. Potter, 2010) Mobilisasi adalah suatu kondisi
dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier,
2010). Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri.
1.2.2 Jenis
Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang. b. Mobilitas sebagian merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas
sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1) Mobilitas sebagian
temporer merupakan kemampun individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang. 10 2) Mobilitas sebagian
permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadi hemiplegia
karena stroke, parapelgia karena cedera tulang belakang,
poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik
(Widuri, 2010)
1.2.3 Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik
Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu :
a. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2) Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun.
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
a) Sendi kaku 12
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerak terbatas
d) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
1.2 Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang
tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
1.3.1 Jenis Imobilitas
a. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara
fisik dengantujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti padapasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga
tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untukmengurangi
tekanan.
a. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalamiketerbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang
mengalami kerusakan otakakibat suatu penyakit.
b. Imobilitas emosional, keadan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara
tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan
stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika
seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau
kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
c. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakit
sehingga dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan social
(Widuri, 2010).
1.3.2 Perubahan system tubuh akibat imobilitas
a. Perubahan metabolisme
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
c. Gangguan perubahan zat gizi
d. Gangguan fungsi gastrointensial
e. Perubahan system pernafasan
f. Perubahan kardiovaskuler
g. Perubahan sistem musculoskeletal
h. Perubahan sistem integument
i. Perubahan eliminasi
j. Perubahan perilaku
1.3 Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuluskeletal dan
system saraf untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat.
Mekanika tubuh adalah cara mengguanakan tubuh secara efisien, yaitu
tidak banyak mengeluarkan tenaga.
1.4 Ambulasi
1.5.1 Pengertian
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun
dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan
kondisi pasien ( Asmadi, 2008)
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk
semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan
fleksibelitas. Keuntungandari latihan berangsu - angsur dapat di tingkatkan
seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan
toleransi aktivitas. Menurut Kozier, 2005 ambulasi adalah aktivitas
berjalan.
1.5.2 Tujuan Ambulasi
Sedangkan menurut Asmadi ( 2008) manfaat Ambulasi adalah :
1. Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputu :
a. Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti $brasi,
sirkulasi yangterlambat yang menyebabkan terjadinya
Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
b. Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve,
peningkatan beban kerja jantung, hipotensi ortostatic,
phlebotrombosis.
c. Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, penurunan
ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi/perfusi
setempat, mekanisme batuk yangmenurun.
d. Sistem Pencernaan : Anoreksi - Konstipasi, Penurunan
Metabolisme.
e. Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan
pada :liminasi 6rine, infeksisaluran kemih, hiperkalsiuria
f. Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot,
osteoporosis, pemendekanserat otot
g. Sistem ;eurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan
gangguan syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah,
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah,
Ed. I, Yogyakarta: Rapha publishing
Widuri, Hesti. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Ditatanan Klinik.
Yogyakata: Penerbit Fitramaya.
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkaji : 16 April 2020
Waktu pengkaji : 16.30 WIB
Pengkaji : Ashila Nur Aulia R
A. Identitas Pasien
Nama : Sdr. I. H.
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rt.2 Rw.2 Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : blm kawin
Diagnosa : fraktur clavicula sinistra
No. RM : 236046
Tanggal Masuk : 14 April 2020
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 46 tahun
Alamat : Rt.2 Rw.2 Pejagatan, kutowinangun, Kebumen
Hub. dengan pasien : Saudara Kandung
C. Riwayat keshatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh Nyeri Bahu Kiri Pasca kecelakaan motor
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dari ruangan pada tanggal 13 April 2020 pukul 16.30 WIB
dengan rencana pemasangan ORIF dengan fraktur Clavicula. Terdapat luka
lecet di bahu kiri, dan terdapat jejas di dada. pasien post kecelakaan jatuh dari
motor, sedikit terasa nyeri P: Nyeri bertambah ketika bergerak ,nyeri
berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti tertusuk, S: 5 , T: hilang timbul
mulai sampai diimobilisasi. Pasien dipersiapkan untuk operasi, Pasien
mengenakan baju operasi, pasien merasa cemas pada saat akan dioperasi.
3. Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan dan mengalami luka lecet,
belum pernah menjalani operasi sebelumnya, klien tidak punya riwayat alergi,
klien pernah menjalani pengobatan TBC selama 6 bulan dan dinyatakan
sembuh.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit seperti DM,
Hipertensi ataupun seperti TBC yang dialami.
D. Pola Fungsional menurut Virginia Handersoon
1. Pola Nafas :
Sebelum sakit : Pasien mampu bernafas dengan normal dan
adekuat.
Saat sakit : RR 20x/menit, tidak ada retraksi dinding dada,
tidak ada cuping hidung, bernafas normal.
2. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit : Pasien biasa makan sehari 3x / hari dengan nasi
lauk dan sayur, minum 6 – 8 x /hari (1200 cc).
Saat Sakit : Pasien dipuasakan 7 jam untuk memenuhi
persyaratan operasi.
3. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : Pasien BAB normal ( konsistensi lembek, tanpa
kelainan), BAK 4-5 kali ( tanpa kelainan).
Saat Sakit : Pasien terpasang DC ( urine 200cc).
4. Pola Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Sebelum Sakit : Pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu
bergerak dengan seimbang.
Saat Sakit : Selama sakit ada gangguan pergerakan,
khususnya tangan kiri.
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30
WIB atau tidur siang 1- 2 jam.
Saat sakit : Pasien tidur ± 7- 8 jam dan kadang tidak nyaman
karena nyeri
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien dapat mengenakan pakaian tanpa bantuan
orang lain
Saat Sakit : pasien tidak mampu berpakaian sendiri.
7. Temperatur Tubuh
Sebelum sakit : Pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya,
memakai jaket bila dingin dan memakai kaos kaki.
Saat Sakit : Suhu badan pasien 36 0C, hanya memakai baju
operasi dan terpasang infuse RL 20 tpm.
8. Personal Higiene
Sebelum Sakit : Pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari.
Saat Sakit : Pasien hanya di seka sebelum operasi.
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum Sakit : Pasien merasa nyaman saat badannya sehat.
Saat Sakit : Pasien merasa Nyeri dan gelisah akan operasi.
10. Pola Komunikasi
Sebelum Sakit : Pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik.
Saat Sakit : Pasien masih dapat diajak bicara, menjawab jika
ditanya, dan suara jelas.
11. Kebutuhan Spiritual
Sebelum Sakit : Pasien kadang menjalankan ibadah sesuai
agamanya.
Saat Sakit : Pasien tidak menjalankan sholat lima waktu.
12. Kebutuhan Bekerja
Sebelum Sakit : Pasien sebagai wiraswasta.
Saat Sakit : Pasien hanya tertidur menunggu operasi.
13. Pola Rekreasi
Sebelum Sakit : Pasien sering berekreasi dengan menonton TV.
Saat dikaji : Pasien berada di rumah sakit sehingga tidak
berekreasi.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien belajar dari televise, radio.
Saat Sakit : Pasien mendapatkan informasi dari dokter dan
perawat.
E. Keadaan Umum
Suhu : 362 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 120/90 mmHg
RR : 28 x/menit
F. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos Metis
Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala : Mesocephal, simetris, rambut bersih
Mata : Simetris, konjungtiva anemis,
Hidung : Tidak terdapat polip, tidak ada penumpukan sekret
Telinga : Tidak ada serumen
Mulut : Gigi bersih, mukosa bibir lembab
Leher :Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
I : Terdapat luka lecet, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan
otot bantu nafas, pulsasi jantung kuat.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa tambahan.
P : Paru sonor, jantung pekak, tidak ada efusii
A : Paru bersih, jantung regular tanpa suara tambahan
Abdomen
I : Tidak ada Jejas, .
A :-
P : Suara timpani, tanpa redup
P : Tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : Terpasang DC No 16
Ekstermitas
- atas : terpasang IVFD RL 20tpm, akral hangat, Luka lecet di jari
tengah tangan kiri
- bawah : tak ada jejas, akral hangat.
G. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologi ( Rontgen Thorak ) Terdapat fraktur klavikula
Sinistra. Tanggal 16 Januari 2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 14.02 10^3 /uL 4.80- 10.80
Eritrosit 5.11 10^6/Ul 4.70-6.10
Hemoglobin 10.5 g/dL 14.0- 18.0
Hematokrit 35.4 % 42.0-52.0
MCV 69.3 Fl 79.00-99.0
MCH 20.5 Pg 27.0-31.0
MCHC 29.7 g/dl 33.0-37.0
Trombosit 245 10^3/uL 150-450
GDS 86.0 g/dl 70-105
HBSAg Negatif - Negataif
CT/BT 5/1 Menit -
a. Analisa Data
No Tgl/jam Data fokus Etiologi Masalah
1 16 DS : Diskontinuitas Nyeri Akut
April Pasien mengatakan bahu kiri nya tulang
2020 sakit dan ,
(16.30) P: Nyeri bertambah ketika bergerak,
nyeri berkurang saat diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti ditusuk,
R: Regio bahu Sinistra
S: 5,
T: hilang timbul
DO:
Px rogten fraktur klavikula
TD : 120/90 mmHg
S : 360C
N : 80 x/mnt
R : 25 x/mnt
2 16 DS : klien mengeluh kesulitan dalam Penurunan Gangguan
April melakukan aktivitas kekuatan otot mobilitas fisik
2020 DO : klien tampak lemah
(16.30)
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Diskontinuitas tulang
2. Gangguan mobilitas fisik penurunan kekuatan otot
c. Penatalaksanaan/
No Dx kep Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut (NOC: Nursing Outcome a. Kaji Keluhan a.Mengetahui cara
berhubungan Classification, Utama pasien yang efektif
dengan menggambarkan respon terhadap nyeri untuk mengatasi
diskontinuita pasien terhadap tindakan b. Kaji PQRST nyeri
s tulang keperawatan. NOC nyeri pasien b. Untuk
mengevaluasi hasil c. Ajarkan teknik mengetahui
pelayanan keperawatan nafas dalam tingkat nyeri
sebagai bagian dari d. Kaji TTV dan pasien
pelayanankesehatan) KU pasien c.Untuk
Setelah dilakukan tindakan meringankan dan
keperawatan selama 15 memberikan rasa
menit nyeri klien bisa nyaman juga
berkurang. mengalihkan
nyeri pasien
KH: d. Mengetahui
Klien akan mengatakan perkembangan
nyeri berkurang, skala nyeri kondisi pasien
4 dan tanda-tanda vital
dalam rentang normal.
indikator IR E
R
Skala nyeri 2 4
berkurang
Menggunak 2 4
an teknik
relaksasi
untuk
menurunkan
Nyeri
Keterangan :
1. Tidak pernah
menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
Tanggal dan
Dialog Sikap Hasil
tahap
14 April 2020 Saya mempersiapkan apa saja yang Ramah, Persipaan
Persiapan saya perlukan untuk memulai tersenyum, dan sesuai, materi
(prainteraksi) perkenalan dengan pasien. menunjukkan telah selesai,
1. Mempersiapkan mental dan rasa empati dan telah
bersikap yang sopan kepada berpakaian
pasien dan keluarga pasien. sopan dan
2. Menyiapkan pertanyaan yang rapi.
akan diajukan.
3. Memperdalam materi tentang
penyakit akan perawatannya
4. Berpakaian rapi dan beratribut
lengkap
14 April 2020 A : Assalamualaikum, selamat siang
(perkenalan) pak
Px : Waalaikumussalam, selamat
siang sus
A : Bagaimana keadaaannya hari ini
pak ?
Px : Bahu kiri saya nyeri sus
A : Sebelumnya saya minta maaf
karena mengganggu istirahat pak,
saya mahasiswi kebidnan sutomo.
Saya disini diberi tugas untuk
merawat dan mengkaji kondisi bapak
selama beberapa hari. Apakah bapak
berkenan dan tidak keberatan ?
Px : Iya mbak saya tidak keberatan
A : Iya sudah pak, selamat
beristirahat kembali, semoga cepat
sembuh ya pak
Px : Terimakasih sus
15 April 2020 A : Asssalamualaikum pak, selamat
(tahap kerja) siang
Px : Waalakumussalam, selamat
siang sus
A : Bagaimana keadaan bapak har
ini?
Px : Bahu kiri saya sakit sus ketika
digerakkan
A : saya bantu ajarkan teknik
bernafas agar lebih nyaman ya pak
mungkin bisa mengurangi rasa tidak
nyaman nyerinya pak.
Px : Iya sus maaf merepotkan
A : Tidak apa pak.
Px : Untuk terapinya saya bantu
untuk duduk dulu ya pak
Px : Iya sus
D : Untuk terapi lainnya saya bantu
untuk aktifitas kecil lainnya ya
Px : iya sus terimakasih