Anda di halaman 1dari 14

BAB I

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Isu lingkungan menjadi hal mendasar dalam bidang konstruksi karena potensi
dampak buruk yang mungkin timbul terhadap alam dan lingkungan sekitar. Pembangunan
Depot Pengisian Pesawat Udara Kertajati (DPPU Kertajati) diatas lahan sawah produktif
berukuran panjang 194,2 meter, lebar 171 meter dan seluas 3,32 Ha mengakibatkan tanah
humus setebal 30 cm harus dikupas dan lahan harus diurug dengan tinggi urugan hampir
mencapai 1,5 meter untuk menyamai elevasi desain jalan dan area sekitarnya. Aktivitas
pekerjaan urugan tanah ini menyebabkan volume material tanah urug menjadi besar, dan
pada akhirnya aktivitas ini membutuhkan konsumsi bahan bakar minyak untuk alat berat
seperti buldozer, ekskavator, dump truk dan compactor yang juga besar (WIKA, 2018).
Penggunaan bahan bakar pada alat berat dalam jumlah besar dan digunakan secara
kontinyu berpotensi menghasilkan polutan gas - gas rumah kaca (EPA, 2009).
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca terutama gas emisi karbon dioksida (CO2)
pada atmosfer, akan berpengaruh kepada pemanasan global dan asidifikasi lingkungan
(Ozbilen et al., 2013). Meskipun dua hal ini merupakan potensi dampak lingkungan yang
berbeda, tetapi keterkaitannya sangat erat. Karbon dioksida yang tidak terserap oleh
tumbuhan pada proses fotosintesis, sebagian besar akan terserap oleh perairan permukaan
seperti danau, sungai dan irigasi. Peningkatan kelarutan gas CO2 dalam badan air
diprediksi mampu mengubah keseimbangan kimiawi air dan mampu mengubah pH dari
kondisi standarnya (Kleypas et al. 2006).
Meskipun konstruksi dari Pembangunan DPPU Kertajati berpotensi mempunyai
dampak negatif terhadap lingkungan, pengembangan infrastruktur bandara - bandara di
Indonesia khususnya pengembangan sistem pengisian bahan bakar pesawat udara sangat
diperlukan. Peningkatan jumlah penumpang, penggunaan pesawat berkapasitas besar
(widebody) oleh maskapai penerbangan dan terbatasnya waktu landas menjadi alasan
utama ditingkatkanya sistem dan teknologi pengisian bahan bakar pesawat udara dari
pengisian konvensional dengan truk refueller menjadi pengisian dengan fasilitas Depot
Pengisian Pesawat Udara yang dilengkapi sistem otomatisasi hidran.
1
2

Pembangunan Depot Pengisian Pesawat Udara dengan sistem otomatisasi hidran


secara ekspansif dan bertahap akan dilakukan di masa mendatang pada 63 bandara utama
di Indonesia (PT. Pertamina Aviation, 2018). Oleh karena itu, penting untuk
merencanakan Pembangunan Depot Pengisian Pesawat Udara dengan konsep
pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan yang salah satu aspek pentingnya
adalah penggunaan material dan bahan konstruksi yang tepat, efisien dan ramah
lingkungan (Ruhenda, 2016).
Namun disayangkan, kajian dampak lingkungan pada fase konstruksi maupun
operasional fasilitas DPPU Kertajati urung dilakukan, hal ini menjadikan ketiadaan
gambaran yang utuh mengenai emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada fase konstruksi
(Xiaodong, Yimin, & Zhihui, 2010). Studi evaluasi dampak pada Pembangunan Depot
Pengisian Pesawat Udara Kertajati (DPPU Kertajati) adalah studi HAZOPS (Hazard and
Operability Study) dan HAZID (hazard identification), yang mengkaji sebatas
identifikasi bahaya kebakaran dan ledakan akibat pengoperasian fasilitas DPPU Kertajati
ini.
Proyek Pembangunan Depot Pesawat Udara Kertajati merupakan proyek multi
disiplin, beberapa disiplin terkait seperti disiplin permesinan, disiplin elektrikal, disiplin
sipil, disiplin pemipaan dan disiplin instrumentasi terlibat dalam fase konstruksi. Hal ini
menjadikan proyek Pembangunan DPPU Kertajati memiliki kompleksitas yang tinggi.
Kompleksitas ini menjadi kendala dalam kajian dampak lingkungan (Jones et al., 2000),
sehingga metode kajian dampak lingkungan yang komprehensif diperlukan guna
menghasilkan kajian dampak yang holistik dan menyeluruh.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah pada Proyek Pembangunan Depot Pengisian Pesawat Udara Kertajati
(DPPU Kertajati) sebagai berikut :
a. Ketiadaan studi analisis dampak lingkungan pada fase konstruksi DPPU
Kertajati menjadikan tidak diketahuinya kinerja lingkungan dan dampak dari
konstruksi pembangunan DPPU Kertajati terhadap lingkungan dalam lingkup
regional maupun lingkup global.
3

b. Pemilihan lokasi proyek Pembangunan DPPU Kertajati diatas lahan


pertanian dan semak belukar berakibat pada meningkatnya penggunaan
material tanah urug dan penggunaan alat berat. Kedua hal ini, ditengarai
berdampak kepada pencemaran lingkungan sekitar area konstruksi dan
lingkungan secara global. Transportasi material tanah urug dari tambang
(quarry) ke lokasi proyek berpotensi menimbulkan pencemaran udara
partikulat debu yang cukup tinggi dan hasil dari pembakaran bahan bakar
fosil pada alat berat berpotensi menghasilkan gas – gas rumah kaca, dan pada
akhirnya berdampak buruk terhadap lingkungan.
c. Kompleksitas fase konstruksi Pembangunan DPPU Kertajati memerlukan
metode kajian dampak lingkungan yang komprehensif. Metode kajian siklus
hidup lingkungan digunakan untuk mengatasi kompleksitas ini, akan tetapi
ketersediaan basis data siklus hidup material konstruksi di Indonesia sangat
terbatas sehingga basis data dari berbagai negara yang tersedia akan
digunakan..

Pembatasan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dan identifikasi masalah, permasalahan
yang teridentifikasi cukup kompleks dan luas sehingga perlu adanya pembatasan
masalah. Penelitian ini dibatasi mengevaluasi dampak dan kontribusi dari fase konstruksi
Pembangunan DPPU Kertajati dengan metode penilaian siklus hidup lingkungan.
Penilaian siklus hidup yang diteliti dibatasi pada lima (5) potensi dampak, yaitu:
a. Potensi pemanasan global dalam waktu tinjau 100 tahun (GWP100),
b. Potensi asidifikasi atau pengasaman lingkungan (AP),
c. Potensi eutrofikasi lingkungan (EP),
d. Potensi penipisan sumber daya alam abiotik (ADP-E) dan,
e. Potensi penipisan sumber daya fosil abiotik (ADP-F).
Aktivitas konstruksi yang diteliti dibatasi pada 8 (delapan) pekerjaan utama, yaitu:
a. Pekerjaan pembersihan lahan,
b. Pekerjaan pengurugan dan pemadatan lahan,
c. Pekerjaan perataan lahan,
d. Pekerjaan pondasi mesin – mesin,
e. Pekerjaan pondasi tangki – tangki,
4

f. Pekerjaan pemipaan,
g. Pekerjaan bangunan beton dan,
h. Pekerjaan bangunan baja.
Material konstruksi yang dikaji siklus hidupnya dibatasi 8 (delapan) jenis, yaitu:
material beton K-250, material beton K-125, besi tulangan, baja struktural, material tanah
urug, material pancang beton, material plywood bekisting, dan material batu bata.
Penggunaan bahan bakar fosil dan energi yang diteliti siklus hidupnya adalah solar,
bensin dan energi listrik.
Interpretasi dan hasil kajian siklus hidup lingkungan pada penelitian ini dibatasi untuk
menentukan aktivitas konstruksi yang paling besar kontribusinya (hotspot assesment)
terhadap lima (5) potensi dampaknya serta membuat dua (2) opsi skenario perbaikan
untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,
rumusan permasalahan yang akan diteliti maka permasalahan yang akan dibahas dalam
tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apa kontribusi dari konstruksi Pembangunan
DPPU Kertajati terhadap potensi dampak lingkungannya, serta pada aktivitas konstruksi
apakah kontribusi dampak paling signifikan terjadi dan bagaimana melakukan rekayasa
ulang pada aktivitas tersebut untuk mengurangi potensi dampaknya?”
Pokok permasalahan tersebut akan dielaborasi dengan pertanyaan penelitian
(Research Questions) sebagai berikut:
a. Berapa besaran emisi udara yang dihasilkan dan besaran potensi dampak
lingkungan yang muncul pada masing – masing pekerjaan konstruksi
Pembangunan DPPU Kertajati ?
b. Apa pengaruh dari potensi dampak lingkungan tersebut terhadap kesehatan
manusia, keanekaragaman ekosistem dan penipisan ketersediaan sumber
daya ?
c. Aktivitas apa yang paling besar kontribusi dampaknya terhadap lingkungan
(hotspot assesment) dan bagaimana strategi serta mitigasi untuk mengurangi
potensi dampak lingkungan tersebut ?
d. Bagaimanakah saran untuk pelaksanaan konstruksi Pembangunan DPPU
yang berkelanjutan ?
5

Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian kinerja lingkungan
pada konstruksi Pembangunan DPPU Kertajati ditinjau dari 5 (lima) kategori dampak
lingkungan dan melakukan rekayasa ulang untuk mengurangi dampaknya. Sedangkan
tujuan dari penelitian adalah:
a. Menghitung besaran emisi udara yang dihasilkan dan besaran potensi dampak
lingkungan yang muncul pada masing – masing pekerjaan konstruksi
Pembangunan DPPU Kertajati.
b. Menganalisis pengaruh dari potensi dampak lingkungan tersebut terhadap
kesehatan manusia, keanekaragaman ekosistem dan penipisan ketersediaan
sumber daya.
c. Menganalisis aktivitas apa yang paling besar kontribusi dampaknya terhadap
lingkungan (hotspot assesment) dan menentukan strategi serta mitigasi untuk
mengurangi potensi dampak lingkungan tersebut.
d. Menganalisis saran untuk pelaksanaan konstruksi Pembangunan DPPU yang
berkelanjutan.

Metodologi Analisis Penelitian


Metodologi kajian siklus hidup lingkungan akan digunakan untuk analisis penelitian
dan mengacu kepada SNI ISO 14040:2016 dengan empat (4) tahapan, yaitu :
a. Menentukkan tujuan dan ruang lingkup dari bidang kajian.
b. Analisis daftar inventaris dalam batasan sistem (Life Cycle Inventory, LCI).
c. Pengkajian dampak lingkungan (Life Cycle Impact Assesment, LCIA).
d. Interpretasi dari analisis dan kajian yang telah dilakukan.

Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini termasuk abstraknya, akan dibagi menjadi lima bab :
Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah; identifikasi masalah;
perumusan masalah; maksud dan tujuan penulisan; batasan penelitian; dan sistematika
penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka, berisi tentang gambaran umum objek penelitian,
konsep dari pembangunan yang berkelanjutan, potensi dampak lingkungan dan
6

penjelasan mengenai emisi pada sektor konstruksi dalam kerangka potensi pemanasan
global dan potensi asidifikasi lingkungan. Serta konsep dan implementasi dari kajian
siklus hidup lingkungan mengacu kepada seri ISO 14040.
Bab III : Metodologi Penelitian, berisi penjelasan terperinci mengenai tujuan
penelitian. metode yang digunakan, unit fungsional yang ditentukan dan instrument
penelitian.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan, berisi deskripsi data kajian siklus hidup
lingkungan (environmental life cycle assesment); perhitungan kuantitas emisi dengan
metode faktor emisi; interpretasi hasil kajian siklus hidup lingkungan, analisis penentuan
aktivitas atau pekerjaan konstruksi yang berkontribusi signifikan terhadap lingkungan
dan pembuatan skenario konstruksi guna mengurangi dampak Pembangunan DPPU
Kertajati terhadap lingkungan.
Bab V : Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.
BAB V
5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dipaparkan, disimpulkan bahwa:
a. Besaran emisi udara dan potensi yang dihasilkan pada masing – masing
pekerjaan konstruksi Pembangunan DPPU Kertajati adalah sebagai berikut:
 Pekerjaan pembersihan lahan,
Emisi yang dihasilkan pada pekerjaan ini adalah, gas emisi karbon
dioksida (CO2) sebesar 8.435,15 Kg, gas emisi metana (CH4) sebesar
9,56 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida (N2O) sebesar 0,32 Kg, gas
emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 6,72 Kg, gas emisi amonia (NH3)
sebesar 0,41 Kg, gas emisi nitrogen oksida (NOx) sebesar 28,53 Kg,
gas emisi nitrogen monoksida (NO) sebesar 39,71 Kg, emisi fosfat
(PO4) sebesar 0,08 Kg, gas emisi nitrogen dioksida (NO2) sebesar
2,99 Kg dan emisi nitrat (NO3) sebesar 0,46 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan ini adalah
potensi pemanasan global (GWP100) sebesar 8.826,35 Kg-
CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP) sebesar 54,69
Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan (EP) sebesar 12,56
Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber daya alam abiotik (ADP-
E) sebesar 0,001 Kg-Sb.Ekivalen dan potensi penipisan sumber daya
alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar 114.587,41 MJ.
 Pekerjaan pengurugan dan pemadatan lahan,
Emisi yang dihasilkan pada pekerjaan ini adalah, gas emisi karbon
dioksida (CO2) sebesar 638.740,70 Kg, gas emisi metana (CH4)
sebesar 726,39 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida (N2O) sebesar
15,57 Kg, gas emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 891,58 Kg, gas
emisi amonia (NH3) sebesar 29,18 Kg, gas emisi nitrogen oksida
(NOx) sebesar 590,42 Kg, gas emisi nitrogen monoksida (NO),
sebesar 5.721,43 Kg, emisi fosfat (PO4) sebesar 5,55 Kg, gas emisi

105
106

nitrogen dioksida (NO2) sebesar 430,58 Kg dan emisi nitrat (NO3)


sebesar 34,00 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan ini adalah
potensi pemanasan global (GWP100) sebesar 666.059,33 Kg-
CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP) sebesar 5.979,67
Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan (EP) sebesar
1.312,75 Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber daya alam
abiotik (ADP-E) sebesar 0,112 Kg-Sb.Ekivalen dan potensi penipisan
sumber daya alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar 8.323.958,27 MJ.
 Pekerjaan perataan lahan,
Emisi yang dihasilkan pada pekerjaan perataan lahan adalah gas emisi
karbon dioksida (CO2) sebesar 75.577,93 Kg, gas emisi metana (CH4)
sebesar 73,675 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida (N2O) sebesar
0,723 Kg, gas emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 87,937 Kg, gas
emisi amonia (NH3) sebesar 0,450 Kg, gas emisi nitrogen oksida
(NOx) sebesar 104,704 Kg, gas emisi nitrogen monoksida (NO)
sebesar 18,611 Kg, emisi fosfat (PO4) sebesar 0,116 Kg, gas emisi
nitrogen dioksida (NO2) sebesar 1,483 Kg, dan emisi nitrat (NO3)
sebesar 2,356 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan ini adalah
potensi pemanasan global (GWP100) sebesar 5.557,29 Kg-
CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP) sebesar 25,18
Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan (EP) sebesar 4,5
Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber daya alam abiotik (ADP-
E) sebesar 0,001 Kg-Sb.Ekivalen dan potensi penipisan sumber daya
alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar 61.326,86 MJ.
 Pekerjaan pondasi mesin – mesin,
Emisi yang dihasilkan pada pekerjaan pondasi mesin – mesin adalah
gas emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 553.169,66 Kg, gas emisi
metana (CH4) sebesar 1.040,36 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida
(N2O) sebesar 5,49 Kg, gas emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar
1.493,3145 Kg, gas emisi amonia (NH3) sebesar 1,43 Kg, gas emisi
107

nitrogen oksida (NOx) sebesar 1.102,48 Kg, gas emisi nitrogen


monoksida (NO) sebesar 9,39 Kg, emisi fosfat (PO4) sebesar 0,76 Kg,
gas emisi nitrogen dioksida (NO2) sebesar 0,73 Kg dan emisi nitrat
(NO3) sebesar 21,58 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan pondasi
mesin – mesin ini adalah potensi pemanasan global (GWP100) sebesar
586.272,28 Kg-CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP)
sebesar 2.369,15 Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan
(EP) sebesar 156,97 Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber
daya alam abiotik (ADP-E) sebesar 0,043 Kg-Sb.Ekivalen dan
potensi penipisan sumber daya alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar
6.741.314,71 MJ.
 Pekerjaan pondasi tangki – tangki,
Emisi yang dihasilkan pada pekerjaan pondasi tangki adalah gas emisi
karbon dioksida (CO2) sebesar 553.169,66 Kg, gas emisi metana
(CH4) sebesar 1.040,36 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida (N2O)
sebesar 5,49 Kg, gas emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 1.493,3145
Kg, gas emisi amonia (NH3) sebesar 1,43 Kg, gas emisi nitrogen
oksida (NOx) sebesar 1.102,48 Kg, gas emisi nitrogen monoksida
(NO) sebesar 9,39 Kg, emisi fosfat (PO4) sebesar 0,76 Kg, gas emisi
nitrogen dioksida (NO2) sebesar 0,73 Kg dan emisi nitrat (NO3)
sebesar 21,58 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan pondasi
mesin – mesin ini adalah potensi pemanasan global (GWP100) sebesar
535.122,84 Kg-CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP)
sebesar 1.282,56 Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan
(EP) sebesar 137,45 Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber
daya alam abiotik (ADP-E) sebesar 0,334 Kg-Sb.Ekivalen dan
potensi penipisan sumber daya alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar
5.977.330,77 MJ.
108

 Pekerjaan pemipaan jalur avtur,


Emisi yang dihasilkan pada pekerjaan pemipaan jalur avtur adalah gas
emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 70.061,99 Kg, gas emisi metana
(CH4) sebesar 188,51 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida (N2O)
sebesar 1,15 Kg, gas emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 91,88 Kg,
gas emisi amonia (NH3) sebesar 1,42 Kg, gas emisi nitrogen oksida
(NOx) sebesar 110,07 Kg, gas emisi nitrogen monoksida (NO)
sebesar 2,12 Kg, emisi fosfat (PO4) sebesar 0,28 Kg, gas emisi
nitrogen dioksida (NO2) sebesar 0,16 Kg, dan emisi nitrat (NO3)
sebesar 4,79 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan pemipaan
jalur avtur adalah potensi pemanasan global (GWP100) sebesar
76.140,14 Kg-CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP)
sebesar 171,41 Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan (EP)
sebesar 17,75 Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber daya alam
abiotik (ADP-E) sebesar 0,064 Kg-Sb.Ekivalen dan potensi penipisan
sumber daya alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar 1.091.829,76 MJ.
 Pekerjaan bangunan beton,
Emisi yang dihasilkan pada pekerjaan beton ini adalah gas emisi
karbon dioksida (CO2) sebesar 287.397,68 Kg, gas emisi metana
(CH4) sebesar 313,86 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida (N2O)
sebesar 2,98 Kg, gas emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 5.102,93 Kg,
gas emisi amonia (NH3) sebesar 1,70 Kg, gas emisi nitrogen oksida
(NOx) sebesar 417,74 Kg, gas emisi nitrogen monoksida (NO)
sebesar 76,46 Kg, emisi fosfat (PO4) sebesar 0,49 Kg, gas emisi
nitrogen dioksida (NO2) sebesar 35,98 Kg, dan emisi nitrat (NO3)
sebesar 10,80 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan pemipaan
jalur avtur adalah potensi pemanasan global (GWP100) sebesar
297.882,24 Kg-CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP)
sebesar 6.420,87 Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan
(EP) sebesar 80,92 Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber daya
109

alam abiotik (ADP-E) sebesar 0,263 Kg-Sb.Ekivalen dan potensi


penipisan sumber daya alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar
2.245.189,47 MJ.
 Pekerjaan bangunan baja,
Emisi yang dihasilka pada pekerjaan bangunan baja adalah gas emisi
karbon dioksida (CO2) sebesar 226.256,01 Kg, gas emisi metana
(CH4) sebesar 133.055,25 Kg, gas emisi dinitrogen monoksida (N2O)
sebesar 236,40 Kg, gas emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 0,01 Kg,
gas emisi amonia (NH3) sebesar 1,04 Kg, gas emisi nitrogen oksida
(NOx) sebesar 0,001 Kg, gas emisi nitrogen monoksida (NO) sebesar
270,62 Kg, gas emisi nitrogen dioksida (NO2) sebesar 45,12 Kg, dan
emisi nitrat (NO3) sebesar 0,02 Kg.
Potensi dampak lingkungan yang muncul pada pekerjaan pemipaan
jalur avtur adalah potensi pemanasan global (GWP100) sebesar
230.657,00 Kg-CO2.Ekivalen, potensi pengasaman lingkungan (AP)
sebesar 611,09 Kg-SO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan (EP)
sebesar -62,63 Kg-PO4.Ekivalen, potensi penipisan sumber daya alam
abiotik (ADP-E) sebesar 0,123 Kg-Sb.Ekivalen dan potensi penipisan
sumber daya alam berbasis fosil (ADP-F) sebesar 1.812.462,73 MJ.
b. Hasil analisis pengaruh potensi dampak lingkungan yang muncul pada fase
konstruksi Pembangunan DPPU Kertajati, yaitu:
 Dampak kerusakan terhadap kesehatan manusia,
Pengaruh potensi pemanasan global (GWP100) total sebesar
2.406.517,48 Kg-CO2.Ekivalen yang muncul pada fase konstruksi
Pembangunan DPPU Kertajati terhadap kesehatan manusia adalah
munculnya dampak disabilitas kesehatan manusia sebesar 0,603
DALY. Merujuk kepada studi literatur yang telah dijelaskan pada
subbab 2.3.1.6. bahwa setiap rentang nilai 0,48 DALY hingga 0,75
DALY akan muncul satu kasus kematian akibat penyakit pernafasan
akut.
110

Selain itu, efek yang timbul karena naiknya permukaan air akibat potensi
pemanasan global menyebabkan empat (4) kasus infertilitas, penjelasan
pada subbab 2.3.1.6. pada tabel 2.9. memberikan tiap 0,18 DALY terjadi
satu kasus infertilitas. Gangguan depresi berat, gangguan panik dan stres
pasca trauma muncul masing – masing satu kasus. Tabel 2.9 memberikan
gangguan depresi unipolar muncul satu kasus tiap 0,60 DALY.
 Dampak kerusakan terhadap keanekaragaman hayati,
Fase konstruksi Pembangunan DPPU Kertajati berpotensi
menyebabkan hilangnya 150.900 fraksi spesies per meter persegi per
tahun yang berdampak lokal pada area Majalengka dan regional Jawa
Barat.
 Dampak kerusakan penipisan sumber daya berbasis fosil,
Fase konstruksi Pembangunan DPPU Kertajati total menggunakan
energi fosil sebesar 26.367.999,98 MJ. Hasil studi literatur yang telah
dipaparkan pada subbab 2.3.1.5. dijelaskan bahwa cadangan minyak
bumi di Indonesia pada tahun 2016 terdapat sebesar 7.251,10
MMSTB, cadangan ini diprakirakan setara 42.502.467.672.000 MJ.
Sehingga energi fosil yang digunakan pada fase konstruksi
Pembangunan DPPU Kertajati berpotensi menipiskan cadangan
minyak bumi di Indonesia sebesar 0,000062%. Hal ini masih jauh
lebih rendah dari penggunaan energi fosil pada sektor transportasi
yang pada tahun 2013 mencapai 324 juta SBM (setara barrel minyak)
(KemESDM, 2016)
c. Hasil analisis pada bab sebelumnya memberikan pekerjaan yang memberikan
kontribusi tersignifikan terhadap lingkungan, yaitu:
 Pekerjaan pengurugan lahan dan pemadatan lahan menjadi
kontributor utama untuk konsumsi energi berbasis bahan bakar solar
yaitu sebesar 8.323.958,27 MJ. Pekerjaan ini juga menjadi
kontributor utama potensi pemanasan global (GWP100) yaitu sebesar
666.059,33 Kg-CO2.Ekivalen, potensi eutrofikasi lingkungan yaitu
sebesar 312,746 Kg-PO4.Ekivalen dan kontributor tersignifikan
111

kedua pada potensi pengasaman lingkungan yaitu sebesar 5.979,67


Kg-SO2.Ekivalen.
 Pekerjaan bangunan beton berkontribusi tersignifikan untuk potensi
pengasaman lingkungan yaitu sebesar 6.420,87 Kg-SO2.Ekivalen,
muncul akibat penggunaan batu bata pada dinding bangunan beton.
 Strategi yang dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungannya
dibuat dalam skenario opsi kedua, yaitu: melakukan pemasangan
lapisan perkuatan tanah geosintetik untuk mengurangi volume
pengurugan lahan, melakukan subsitusi material bata merah menjadi
material bata ringan hebel (autoclaved aerated concrete, AAC), dan
menggunakan mechanical joint untuk penyambung pancang dan
mengurangi konsumsi listrik secara signifikan.
d. Hasil analisis studi literatur yang telah dipaparkan pada subbab 2.2.
menjelaskan bahwa untuk konstruksi Pembangunan DPPU yang
berkelanjutan penggunaan material pracetak untuk elemen – elemen struktur
bangunan beton dan baja serta penggunaan material lokal penting untuk
diimplementasikan pada fase konstruksi. Alat – alat berat dan kendaraan
transportasi harus diuji emisi dan emisi yang dikeluarkan harus memenuhi
ambang batas emisi yang telah disyaratkan.
Penting juga untuk memenuhi setiap tahapan studi kelayakan lingkungan dan
studi kinerja lingkungan sebelum fase konstruksi dimulai.

Saran
Setelah kajian siklus hidup lingkungan dilakukan, beberapa saran dapat diberikan
untuk penelitian ini sebagai berikut:
a. Fase konstruksi merupakan fase yang cukup berlangsung lama, dalam hal ini
konstruksi DPPU Kertajati berlangsung dengan durasi ±4 tahun, mulai bulan
juni 2017 hingga selesai januari 2021. Beberapa kali kegiatan konstruksi
berhenti selama beberapa bulan karena faktor sosial dan lingkungan.
Sehingga untuk melakukan kajian siklus hidup lingkungan yang holistik dan
komprehensif baiknya dibagi menjadi sistem gate-to-gate dengan lingkup
yang kecil dan fokus.
112

b. Diperlukannya tim untuk melakukan kajian siklus hidup lingkungan pada


bidang yang memiliki kompleksitas tinggi seperti pada fase konstruksi
Pembangunan DPPU Kertajati, dimana beberapa divisi mekanikal, sipil dan
pemipaan terlibat didalamnya.
c. Penyusunan basis data siklus hidup pada penelitian yang telah dilakukan di
Indonesia penting untuk dilakukan. Hal ini guna mengurangi bias nilai
karena mengambil basis data penelitian siklus hidup yang dilakukan di Eropa
dan Amerika Serikat.
d. Kajian siklus hidup ini dibatasi pada fase konstruksi Pembangunan DPPU
Kertajati, sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengkajian
siklus hidup pada fase operasional DPPU Kertajati.

Anda mungkin juga menyukai