PASAL SU. 1
SU. 1. 1 DEFINISI
SU. 1. 3 PEMBERSIHAN
1. a. Direksi akan menunjukan semua jalan masuk yang ada kepada Penyedia
Jasa, serta membuat surat izin yang diperlukan. Penyedia Jasa wajib
mengurus perizinan tersebut. Jalan masuk yang ditunjukan adalah jalan
alternatif.
b. Penyedia Jasa harus membatasi lingkup gerak peralatan-peralatan dan
awaknya yang melalui jalan tersebut, termasuk jalan-jalan masuk yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, sedemikian
sehingga gangguan-gangguan terha-dap tanaman dan hak milik
masyarakat sekecil mungkin. Sebelum akhir dari pada batas waktu
pemeliharaan pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus mengembalikan
dan memperbaiki jalan-jalan tersebut seperti keadaan semula.
c. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman
atau area akibat dari operasinya, baik di daerah jalan masuk yang telah
disetujui atau area yang berdekatan. Dan pemotongan pembayaran akan
ditentukan oleh Direksi apabila Penyedia Jasa tidak memenuhi kewajib-
annya.
2. a. Penyedia Jasa boleh membuat tambahan jalan-jalan masuk sementara di
tempat kerja dan dengan standar disetujui oleh Direksi tanpa mengaju-
kan Claim.
b. Direksi berhak memerintah kepada Penyedia Jasa mengembalikan
keadaan jalan-jalan masuk sementara seperti keadaan semula.
3. Biaya perawatan dan pelaksanaan jalan masuk, serta jalan masuk semen-
tara yang telah disetujui lainnya sudah diperhitungkan dalam Biaya Umum.
1. Bench Mark.
a. Untuk memulai pekerjaan, Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
akan menetapkan “Bench Mark” seperti yang ditunjukan pada gambar.
b. Setiap “Bench Mark” yang rusak diakibatkan oleh Penyedia Jasa harus
diganti yang baru dan diukur kembali dengan biaya menjadi beban
Penyedia Jasa.
c. Bila dilokasi pekerjaan belum ada “Bench Mark”, maka Penyedia Jasa
harus membuat sebanyak 2 (dua) buah, yang lokasinya akan ditetapkan
oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, dengan konstruksi
standar “Bench Mark” Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-
Cisanggarung.
2. Pekerjaan Pengukuran.
a. Sebelum memulai pekerjaan pengukuran, Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Penyedia Jasa untuk mendapatkan persetujuan
metode dan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran situasi
dan detil dari letak tampang lintang.
b. Pekerjaan pengukuran harus dilakukan bersama-sama dengan penga-
was pengukuran.
c. Patok-patok dan hurufnya harus dicat dengan warna:
- Patok tanggul : warna biru, huruf putih.
- Patok galian : warna hijau muda, huruf merah.
- Patok krib : warna kuning, huruf merah.
- Patok bendung/Check dam : warna kuning dan biru, huruf merah
- Patok pasangan : warna biru dan putih, huruf merah
- Patok poligon dan waterpass : warna putih, huruf merah
- Patok bantu : warna merah, huruf putih.
d. Patok-patok harus dibuat dari kayu kelas dua dengan ukuran diameter 10
cm, dipancang ke dalam tanah 60 cm di atas tanah 40 cm, kecuali patok
poligon dan waterpass diameter 6 cm, dipancang 50 cm, diatas tanah 25
cm
3. Patok As
a. Untuk pekerjaan tanggul, Penyedia Jasa harus memasang patok-patok
as sepanjang tanggul dengan jarak 50 m’.
b. Ukuran dari patok-patok as paling kecil harus diameter 6 cm, panjang 75
cm dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm. Patok-patok dicat biru dan
setiap patok diberi kode nomor, dengan warna putih.
4. Patok Petunjuk.
a. Harus dibuat patok petunjuk dari kayu kelas dua yang diikatkan
berdasarkan patok as.
b. Patok petunjuk di tempatkan tegak lurus dengan tepi pantai dengan jarak
maksimum 5 m dari bibir pantai.
c. Ukuran dari patok-patok petunjuk ini paling kecil harus: diameter 10 cm,
panjang 100 cm, dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm, dicat biru dan
harus diberi keterangan-keterangan dengan warna putih sebagai berikut:
i. nomor patok.
ii. elevasi dari puncak patok.
iii. jarak dari as rencana.
iv. elevasi dari pekerjaan rencana.
d. Patok-patok petunjuk ini harus dilindungi selama pelaksanaan pekerjaan
dan tidak akan dipindahkan atau ditimbun.
e. Profil-profil melintang konstruksi rencana harus dibuat tiap 50 meter.
Profil-profil harus dibuat dari bambu utuh lurus dan dengan diameter
paling kecil 10cm dan sambungan-sambungan dikuatkan dengan paku
atau tali.
SU. 1. 8 PEMOTRETAN
SU. 1. 9 LAPORAN
SU.1. 12 GAMBAR-GAMBAR
PASAL ST.I.1
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
ST.II.4. 3 BAHAN
Material untuk pabrikasi armour unit berupa kubus beton menggunakan beton
ready mix dengan mutu beton K225, mengacu pada butir (A) sampai dengan
butir (C) berikut ini:
A. Semen
1. Umum
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dan harus Portland Cement
(PC) tahan sulfat atau portland cement type v. Jika Penyedia Jasa
menginginkan, maka PC yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai
pengganti PC tahan sulfat asal mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
B. Air
Contoh air harus mewakili aspek homogenitas. Pelaksanaannya dapat
dilakukan secara regular. Air yang digunakan untuk campuran, perawatan,
atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air harus
diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-
2002 tentang Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam beton. Air
yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Apabila
timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti
di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian
kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan
dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat
digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7
(tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan
minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur
yang sama.
2. Sifat-Sifat Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau
berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
yang diberikan dalam Tabel: Sifat-sifat Agregat bila contoh-contoh
diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI/AASHTO yang
berhubungan.
Tabel : Sifat-sifat Agregat
Batas Maksimum
yang diijinkan
Metode untuk Agregat
Sifat-sifat
Pengujian
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan
SNI 03-2417-
Mesin Los Angeles pada 500 - 40 %
1991
putaran
Kekekalan Bentuk Batu
terhadap Larutan Natrium SNI 03-3407-
10 % 12 %
Sulfat atau Magnesium Sulfat 1994
setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan SKSNI M-01-
0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah 1994-03
Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-
3% 1%
No.200 1994-03
2. Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Apabila sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan komposisi yang
semula dirancang oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, maka
Penyedia Jasa akan melakukan perubahan pada berat agregat
sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat
tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang
telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak akan
diperkenankan. Bahan tambahan (aditif) untuk meningkatkan sifat
kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
b. Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
c. Penyesuaian Untuk Bahan-Bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi dan bahan baru tidak boleh digunakan sampai Konsultan Supervisi
dan / atau Tim Direksi menerima bahan tersebut secara tertulis dan
menetapkan komposisi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
3. Penakaran Agregat
a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu
satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahan-
kan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-
kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air
secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi
minimal 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai
dari tumpukan agregat.
4. Pencampuran
Campuran beton harus mengikuti tabel campuran beton yang diberikan.
Uji pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai
kelas beton yang direncanakan dan harus mengikuti pengambilan contoh,
perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22),
Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI
03-2458-1991 (AASHTO T141). Uji pendahuluan adalah untuk memperoleh
adukan dengan kemampuan pengerjaan (workability) yang diinginkan,
dengan kekuatan yang diperoleh kira-kira 30% - 40% lebih tinggi dari
kekuatan yang direncanakan. Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang
diminta oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi adalah untuk
mencakup kemungkinan kegagalan hasil uji karena keadaan mesin-mesin
pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu, dan terjadinya deviasi mutu
beton. Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari uji pendahuluan akan
tetap dipertahankan selama pekerjaan berlangsung kecuali ditentukan lain
oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi yang mana perubahan
dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-hasil
pengujian. Kecuali ditentukan lain, mutu beton yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini adalah mutu beton K-225.
3. Pengujian Beton.
Semua benda uji percobaan harus diuji berdasarkan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
a. Untuk pengujian harus dibuat 1 set (3 buah) benda uji yang diambil dari
setiap 20m³ beton selama pengecoran.
b. Setiap benda uji harus diberi tanda berupa tanggal pengecoran, nomor
urut, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh Konsultan Supervisi dan
/ atau Tim Direksi dalam waktu 24 jam setelah benda uji tersebut dicor.
c. Benda uji percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan dan harus
dilakukan dibawah pengawasan Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi. Lima dari setiap sepuluh buah benda uji percobaan harus diukur
berat dan kekuatan tekannya setelah 7 hari dan harus dilakukan dengan
disaksikan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, sisanya dilakukan
setelah 28 hari atau sesuai dengan perintah Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi.
d. Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data
lain seperti gride, jumlah semen yang dipakai, hasil analisis ayakan dari
agregat, dan perbandingan adukan dari bermacam-macam kelas beton,
harus disampaikan kepada Direksi dalam waktu 24 jam setelah penyele-
saian pengujian.
e. Setiap benda uji percobaan harus dibuat dari contoh yang diambil dari
salah satu adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi.
f. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80% dari kekuatan standar
rencana (design standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton
yang telah diberikan dan dengan probabilitas lebih dari 1/20.
g. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standar rencana
(design standard) dengan probabilitas 1/4.
5. Pengangkutan.
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat
mungkin dari mixer untuk menjamin tidak akan terjadi blending atau segregasi
dari campuran agregat serta menjamin slump akan sesuai dengan nilai-nilai
yang ditentukan.
Jika dipergunakan kereta dorong atau trolley maka jalan untuk kereta dorong
atau trolley tersebut harus dibuat rata agar beton tidak bersegregasi selama
diangkut.
6. Pengeringan Beton.
Selama proses pengerasan pertama, beton harus dilindungi dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir, atau angin yang
kering. Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton
dengan metoda yang dianggap praktis.
Perlu diperhatikan bahwa kubus beton yang akan dipasang telah mencapai
kekuatan tertentu sesuai spesifikasi teknik yang disyaratkan.
kubus beton harus disusun mulai dari elevasi paling bawah diatas geotekstil
yang telah dihamparkan terlebih dahulu dan harus disusun dalam lapisan
horizontal secara acak (random) sampai mencapai ketebalan sesuai yang
ditunjukan dalam gambar.