Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB IX
KEPEMIMPINAN
Sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para
anggota dalam berbagai aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
juga adalah sifat yang diterapkan individu yang bertindak sebagai pemimpin untuk mempengaruhi anggota
kelompoknya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah disepakati bersama.
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang
berbeda pula. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang
sama, beberapa definisi kepemimpinan (leadership), diantaranya yaitu :
1. Tannebaum, Weschler and Nassarik, (1961). kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi,
dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan tertentu.
2. Shared Goal, Hemhiel & Coons, (1957) .Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin
pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Rauch & Behling, (1984). Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama
4. Jacobs & Jacques, (1990). Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat
sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5. Sarros dan Butchatsky (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan
tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.
6. Katz dan Kahn (1978) mendefinisikan leadership sebagai sebuah pengaruh yang melebihi dari
sekedar pengarahan rutin dan mekanistis yang biasa dalam suatu organisasi. Dalam definisi ini
ditegaskan bahwa leadership merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain/
bawahan agar tunduk dan mau menuruti apa yang diinginkannya.
7. Pearce dkk. (1989), bahwa definisi dari leadership adalah suatu proses mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi. Orang yang mempunyai
kemampuan dan otoritas tersebut adalah leader (pemimpin).
Sedangkan kemampuan seorang/pemimpin untuk mempengaruhi orang lain dapat bersumber dari kekuatan,
yaitu :
1. Legitimasi, yaitu atribut seseorang yang menduduki jabatan atau posisi tertentu secara formal.
2. Kharisma, karakteristik yang melekat pada sesorang karena kepribadian dan konsistennya dalam
berucap dan bertindak, dan
3. Perilaku (behavior) yang dapat dipelajari dan dikembangkan berdasarkan kemampuan, gaya dan
melihat situasi kerja yang dihadapi oleh seorang pemimpin.
Dari beberapa definisi kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan proses
dengan sengaja untuk mempengaruhi orang baik individu maupun kelompok dalam susunan aktivitas dan
hubungan kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat interaksi yang dinamis antara pimpinan
dan karyawan–karyawannya dalam suatu situasi dana kondisi dalam lingkungan tertentu, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan dengan para
pemimpin, dan studi kepemimpinan ini seharusnya melibatkan lebih dari pada sekedar mempelajari
pemimpin sebagai individu, tetapi seharusnya juga melibatkan dua sisi yang lain, yaitu para karyawan dan
situasi.
Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga variabel yang terlibat dalam
kepemimpinan, yaitu pemimpin, karyawan, dan situasi. Pemimpin memberikan tugas, mengarahkan,
mengelola, dan sebagainya sehingga dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif
dan effisien. Untuk itu dua hal yang perlu memperoleh perhatian dan pertimbangan pemimpin adalah
orientasi terhadap tugas dan hubungannya dengan para karyawannya.
Dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku-perilaku kepemimpinan yang sesuai dalam suatu
situasi tertentu belum tentu cocok dalam situasi lain. Sebagai contoh, dalam perusahaan-perusahaan barang
konsumsi dengan persaingan yang ketat dibutuhkan ketrampilan untuk memotivasi individu-individu secara
kreatif, yang mungkin tidak diperlukan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat spesialisasi tinggi. Berikut
ini beberapa teori tentang kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian
yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut
menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori
yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.Namun demikian penelitian yang jauh yang lebih mendalam
masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
timbul sebagai pemimpin yang baik.
SIFAT-SIFAT PEMIMPIN
Beberapa sifat yang biasanya melekat pada diri seorang pemimpin, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Intelejensi
Kemampuan bicara, menafsir, dan bernalar yang lebih kuat daripada para anggota yang dipimpin.
2. Kepercayaan Diri
Keyakinan akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki
3. Determinasi
Hasrat untuk menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti berinisiatif, kegigihan,
mempengaruhi, dan cenderung menyetir
4. Integritas
Kualitas kejujuran dan dapat dipercaya oleh para anggota
5. Sosiabilitas
Kecenderungan pemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan, bersahabat, ramah,
sopan, bijaksana, dan diplomatis. Menunjukkan rasa sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan
perhatian atas kehidupan mereka.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa
tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam
organisasi modern.
2. Tipe Kepemimpinan Militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe
militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua
pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan
digunakan sebagai alat utama.
b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c. Senang kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa tipe pemimpin seperti
ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Kepemimpinan Fathernalistis
Tipe kepemimpinan fatharnalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapaan.
Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan
mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil. Sifat-sifat
umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
Untuk Lingkungan Sendiri (ns) X -3
Buku Ajar Pengantar Manajemen
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi
ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen
kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4. Kepemimpinan Karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik
yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para
pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan
tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya
dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers),
perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak
dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
5. Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe
kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu
mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu. Dimana gaya
kepemimpinan demokratis lebih banyak menekankan partispasi bawahan atau orang yang
dipimpinnya dalam menentukan suatu keputusan. Para bawahan diberikan kesempatan untuk
menentukan apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapainya. Gaya kepemimpinan in
berasumsi bahwa pikiran pendapat orang banyak jauh lebih baik daripada pendapat diri sendiri,
selain itu akan berdampak pada tanggungjawab pelaksanaannya.
6. Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif apabila setiap
karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab rutin setiap hari. Tetap
saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para anggota untuk melakukan inovasi
karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap
lapisan.
7. Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena posisi
kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian.
Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam
pembuatan suatu keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar
pimpinan dan anggota.
8. Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire dimana pemimpin memberikan kebebasan
secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka masing-masing.
Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok sehingga
terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah. Jenis kepemimpinan ini
Untuk Lingkungan Sendiri (ns) X -4
Buku Ajar Pengantar Manajemen
akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan tanggung
jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan. Namun sebaliknya dapat
menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan yang bertolak belakang dari
pernyataan sebelumnya.
9. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin dan bawahan dimana
pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah
diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan
kepentingan masing-masing.
10. Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan positif pada mereka
(anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan terlibat langsung dalam
proses termasuk dalam hal membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas
mereka. Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya sehingga
semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin
akan sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya.
11. Kepemimpinan Melayani (Servant)
Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota berorientasi pada
sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan
kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya.
12. Kepemimpinan Situasional
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering menyesuaikan setiap
gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota yakni sejauh mana
kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Gaya kepemimpinan situasional mencoba
mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Setidaknya ada 4
(empat) gaya yang diterapkan oleh pemimpin jenis ini, diantaranya:
a. Telling-Directing (memberitahu, menunjukkan, memimpin, menetapkan),
b. Selling-Coaching (menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk),
c. Participating-Supporting (mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama),
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk
menjadi pemimpin demokratis.
FUNGSI-FUNGSI KEPEMIMPINAN
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin. Aspek pertama pendekatan perilaku
kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar
kelompok berjalan dengan efektif, seorang pemimpin harus melaksanakan dua fungsi utama, yaitu :
1. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas ("task-related") atau pemecahan masalah, yaitu
fungsi yang menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok ('group-maintenance") atau social yaitu fungsi yang
mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancer, persetujuan
dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan
kesifatan, perilaku, dan situasional ("contingency") dalam studi tentang kepemimpinan. Pendekatan
pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak. Pendekatan
kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan
kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki
sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam
situasi kelompok apapun di mana dia berada.
Pemikiran dan penelitian sekarang mendasarkan pada pendekatan ketiga, yaitu pandangan situasional
tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas
kepemimpinan bervariasi dengan situasi - tugas-tugas yang dilakukan, ketrampilan dan pengharapan
bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin. dan bawahan, dan sebagainya. Pan-
dangan ini telah menimbulkan pendekatan "contingency" pada kepemimpinan, yang bermaksud untuk
menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya ke-
pemimpinan tertentu.
Untuk Lingkungan Sendiri (ns) X -5
Buku Ajar Pengantar Manajemen
Efektifitas kepemimpinan dapat diukur dari seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan pada bawahan atau
pada pengikutnya. Ada tiga indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran efektivitas kepemimpinan, yaitu:
1. Komitmen, adalah derajat pengaruh yang paling efektif dimana bawahan akan mengerjakan dan
melaksanakan tugas atau perintah dengan rasa tulus dan sepenuh hati. Dalam pandangan teori MC
Gregor kondisi seperti ini cocok dalam teori Y. Contohnya, jika seorang mahasiswa datang ke
tempat kuliah dengan penuh kesadaran untuk menuntut ilmu bukan karena takut di absen, ini
adalah kondisi yang ideal yang diharapkan oleh para dosen yang dalam hal ini memerankan
sebagai pemimpin di kelas.
2. Kepatuhan, adalah pengaruh yang timbul dari bawahan yang akan melaksanakan perintah karena
takut akan hukuman atau sanksi jika tidak melaksanakan tugas. Kondisi ini termasuk dalam teori x
dari MC Gregor. Hal yang kedua ini dalam teori MC Gegor adalah kecenderungan umum dari
manusia untuk malas, santai dan bekerja kalau diawasi atau cenderung untuk diarahkan.
3. Penolakan adalah bentuk kegagalan dari kepemimpinan dimana bawahan berani menolak perintah
atau tidak melaksanakan tugas yang diberikan oleh pemimpin.
Pemimpin yang mampu menciptakan komitmen dan atau setidaknya kepatuhan diharapkan mampu pula
untuk memotivasi dan menggerakkan bawahan dalam mencapai tujuan dengan prestasi tinggi.
Dalam organisasi, derajat efektivitas dari kepemimpinan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
1. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin di dalam mempengaruhi
pengikutnya, perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya pemimpin dalam hubungannya
dengan bawahan. Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan :
a. Orientasi tugas (task-oriented), pemimpin berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi
bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari.
Pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
b. Orientasi karyawan (employee-oriented), pemimpin berorientasi karyawan mencoba untuk
lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota
kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-
hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
2. Situasi Kerja
Situasi kerja baik yang dihadapi pemimpin maupun para bawahan juga menentukan keberhasilan
pemimpin. Yang termasuk dalam variabel ini antara lain struktur tugas jelas/ tidak jelas, hubungan
antara pemimpin dan yang dipimpin baik/ kurang baik serta posisi kekuasaan pemimpin kuat/
lemah.
3. Jumlah dan Kualitas Bawahan
Jumlah bawahan dalam istilah organisasi sering disebut sebagai rentang kendali. Secara sederhana
dapat dikatakan semakin banyak bawahan yang harus dipimpin semakin sulit untuk
mempengaruhinya. Sedangkan kualitas bawahan dapat meliputi kemampuan, motivasi,
kematangan dan harapan bawahan pada pemimpin.
4. Faktor Negatif
Insentif berupa finansil dan non finansil dianggap faktor penting dalam merangsang bawahan
untuk bekerja keras dengan motivasi yang tinggi. Hal ini sangat realistis dan relevan dengan teori
hirarki tingkat kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow yaitu kebutuhan dalam fisiologis, rasa
aman, sosial, kebanggaan dan aktualisasi diri.
PERAN PEMIMPIN
Dalam era persaingan global ini peran pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani
masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasinya. Peran pemimpin menurut hasil penelitian Henry
Mintzberg dapat dijabarkan ke dalam pengertian sebagai berikut :
1. Peran yang bersifat interpersonal
Dalam fungsi bersifat interpersonal meliputi 3 (tiga) macam peran seperti :
a. Figurehead (figur)
Sebagai pimpinan satuan organisasi kadang-kadang harus tampil dalam berbagai upacara
resmi dan undangan, misalnya hadir dalam upacara perkawinan anggota stafnya,
menghadiri upacara-upacara pelantikan dan sebagainya.
b. Leader (penggerak)
Dalam hal ini seorang manajer harus mampu memberikan bimbingan sehingga bawahan
dapat dibina dan dikembangkan dalam pelaksanaan tugas.
c. Liaison (penghubung)
Dalam hal ini manajer harus mengembangkan hubungan kerjasama, bukan hanya dengan
bawahan melainkan lingkungan kerja di luar satuannya dalam saling tukar menukar
informasi.
2. Peran yang bersifat informasional
Menerima dan menyampaikan informasi adalah peranan penting bagi setiap manajer, sebab
dalam setiap pengambilan keputusan manajer perlu informasi.
Ada tiga macam peranan yang bersifat informasional :
a. Peran sebagai Pemonitor, dalam arti setiap manajer harus selalu mengikuti dan
memperoleh segala macam informasi seluruh proses kegiatan di satuan kerjanya.
b. Peran sebagai Dissiminator, seorang manajer harus selalu memberikan informasi kepada
bawahannya tentang setiap hal yang berkaitan dengan satuan kerjanya. Hal ini penting
agar para bawahan selalu dapat mengikuti setiap program dan perubahan yang terjadi di
lingkungan kerjanya.
Setiap organisasi apapun memerlukan kerjasama, bantuan, konsultasi, dan dukungan dari
luar. Dalam hubungan keluar baik yang bersifat kerjasama, konsultasi dan sebagainya,
seorang manajer bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan sepenuhnya untuk
mengadakan hubungan kerja dan sebagainya.
c. Peran sebagai Juru Bicara, segala informasi yang menyangkut satuan kerja yang akan
disampaikan ke luar tidak bisa disalurkan melalui orang lain, sebab juru bicara suatu
organisasi adalah manajer itu sendiri.
3. Peran Sebagai Pengambil Keputusan
Sebagai pengambil keputusan setiap manajer dapat berperan sebagai:
a. Entrepreneur
Setiap manajer harus selalu berusaha memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja yang
dipimpinnya.
Setiap manajer harus berusaha untuk menciptakan ide dan gagasan baru, baik menyangkut
system hubungan dan tata kerja (innovation) satuan kerja yang dipimpinnya, maupun
pengembangan organisasinya sendiri.
b. Orang yang selalu mampu mengatasi segala macam kesulitan (disturbances handler).
Dalam situasi apapun seorang manajer harus mampu mengatasi segala hambatan
tantangan yang dihadapinya.
c. Peran sebagai pengatur segala macam sumber yang ada Setiap manajer bertanggung
jawab mengatur segala macam sumber daya manusia, dana, waktu, dan prasarana, sehingga
masing-masing sumber dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam mendukung
pencapaian tujuan organisasi.
d. Orang yang berperan mewakili dalam setiap hubungan kerja dengan satuan kerja di
luarnya.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan umum yang luas.
2. Kemampuan berkembang secara mental
3. Ingin tahu
4. Kemampuan analistis
Untuk Lingkungan Sendiri (ns) X -7
Buku Ajar Pengantar Manajemen
Daftar Pustaka
1. Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996
2. Mamduh M. Hanafi, Drs, MBA., Manajemen, Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN,1997.
3. Schermerhorn., Management, Seventh edition, John Wiley & Sons, Inc., 2002.
4. Stoner, James A.F. & Freeman, Edward R., Management, Fifth edition, Prentice-Hall International
edition, 1992
5. Weihrich, Heinz & Koontz, Harold, Management : A Global Perspective, Tenth edition,
McGRAW HILL International edition, 1994
6. Bartol, Kathryn M. & Martin, David C., Management, McGraw Hill Series in Management, 1991
7. Massie, Joseph., Essential of Management, Fourth edition, Prentice Hall,1987
8. Robbins, Stephen P. 2003. Manajemen. Edisi Indonesia. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
9. Silalahi, Ulbert. 1996. Pemahaman Praktis : Asas-asas Manajemen. CV.Mandar Maju, Bandung.
10. Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media
Group.