Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEMAJUAN

KULIAH KERJA NYATA TEMATIK (KKN-T)


PERIODE I TAHUN 2020

Pembelajaran Model Daring (website atau blog) Menggunakan CD Interaktif


untuk Mempermudah Pemahaman Mengenai Permasalahan dan
Penanggulangan Masalah Di Lahan Gambut (studi kasus kebakaran lahan
gambut) di Kawasan Sei Barito 1 Kapuas di Kalimantan Tengah.

Oleh:
KELOMPOK A04 (DESA MENGKATIP)
NAMA NIM
1. Prima Jaya NIM ACD 116 012 (Ketua)
2. Mahmudah NIM ACD 116 006 (Sekretaris)
3. Norbaiti NIM ACD 116 021 (Bendahara)
4. Erna NIM ACD 116 010 (Anggota)
5. Dahlia NIM ACD 116 015 (Anggota)
6. Megawati Marpaung NIM ACD 116 019 (Anggota)
7. Nurhidayah NIM ACD 116 027 (Anggota)
8. Riri Krisnawati NIM ACD 116 009 (Anggota)
9. Satrie NIM ACD 116 017 (Anggota)
10. Melanie NIM ACD 116 039 (Anggota)
11. Mutiara Puspita Sari NIM ACD 116 007 (Anggota)
12. Meiliwati NIM ACD 116 023 (Anggota)
13. Martha Puteri Ariyani NIM ACD 116 050 (Anggota)
14. Rivaldo Oktafatika Suganda NIM ACD 116 025 (Anggota)
15. Agitha Geby Sitopu NIM ACD 116 038 (Anggota)

Dosen Pembimbing:

Elga Araina, S.Si, M.Pd.


NIP. 19771109 200501 2 002

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Kuliah Kerja Nyata atau KKN adalah salah satu pilar perguruan tinggi dalam
program pengabdian kepada masyarakat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa,
untuk menerapkan prinsip kerjasama kelompok dari berbagai bidang kompetensi
akademik. Mahasiswa dilatih untuk mampu melakukan kerjasama dalam kelompok
dari berbagai bidang keilmuan, sehingga menjadi bersinergis dan menjadi kekuatan
besar pada saatnya nanti bagi bangsa Indonesia ini.
KKN-T merupakan wujud implementasi pengabdian kepada masyarakat yang
dilakukan oleh mahasiswa secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan sebagai
salah satu bentuk kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. Pelaksanaan program dan
kegiatan KKN-T tahun 2020 ini berbeda dengan KKN-T yang pernah dilaksanakan
sebelumnya yang terjun langsung ke desa untuk mengabdi kepada masyarakat,
dikarenakan wabah pandemi Covid-19 yang menyebabkan KKN-T dilaksanakan
secara online mulai dari pembekalan, pelepasan, proses bimbingan dan
pelaksanaannya dilakukan secara Daring dengan menggunakan aplikasi Google Meet
dan Zoom.
Lokasi KKN-T Periode I tahun 2020 ini telah ditetapkan berdasarkan KHG,
yaitu desa-desa yang berada pada lahan gambut. Berdasarkan kategori tersebut, maka
dipilihlah desa Mengkatip kecamatan Dusun Selatan kabupaten Barito Selatan.
Ekosistem gambut Kalimantan Tengah telah mengalami kerusakan akibat
pemanfaatan yang melebihi daya dukung dan daya tampungnya, serta adanya
kebakaran lahan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa ekosistem gambut merupakan
bagian penting dari lingkungan hidup yang harus dilindungi dan dikelola dengan
baik. Oleh karena itu, pasca kebakaran lahan gambut di Kalimantan Tengah, perlu

2
adanya pengelolaan ekosistem gambut tersebut. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah
adanya penataan ulang ekosistem gambut, program pencegahan kerusakan ekosistem
gambut, pemulihan, rehabilitasi dan restorasi ekosistem gambut. Perlu banyak peran
aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat dalam rangka
pengelolaan lahan gambut agar tetap terjaga. Lahan gambut terbentuk karena adanya
penambahan bahan organik segar yang lebih cepat daripada perombakannya,
sehingga terjadi timbunan organik dari waktu ke waktu. Gambut Indonesia sangat
potensial dimanfaatkan untuk penyediaan bahan pangan. Lahan gambut memiliki
fungsi ekosistem yang sangat penting. Paling tidak ada 4 fungsi kawasan gambut
yaitu sebagai penyerap karbon, gambut sebagai penyangga air, tempat hidup berbagai
jenis flora dan fauna yang unik dan tempat mencari mata pencaharian bagi
masyarakat yang tinggal disekitarnya. Permasalahan kerusakan gambut di Kalimantan
Tengah secara historis dimulai dari pembukaan lahan pasang surut, pembukaan lahan
transmigrasi dan penebangan kayu hutan. Perusakan itu dilakukan secara formal oleh
pemerintah dan informal oleh masyarakat setempat. Salah satu contoh yang paling
besar dari sisi luasan maupun kegagalannya adalah kegiatan Pengembangan Lahan
Gambut (PLG) yang bertujuan mengkonversi 1 juta Ha menjadi lahan sawah.

Sei Barito 1 Kapuas di Kalimantan Tengah merupakan salah satu Kawasan


atau daerah lahan gambut yang sering terjadi kebakaran hampir setiap tahunnya.
Banyak yang tidak menyadari akan pentingnya menjaga lahan gambut, meskipun
hampir setiap tahun terjadi kebakaran yang dapat merugikan banyak pihak seperti
terganggunya kesehatan masyarakat dan dapat mengganggu aktivitas masyarakat itu
sendiri. Ada beberapa masalah yang ditemukan yang dianggap menarik oleh
kelompok kami, sehingga kami mengambil topik mengenai hal ini. Selain kami
berlatar belakang pendidikan, kami juga dibekali ilmu hayati dari pembelajaran
mengenai biologi, dimana kurangnya kesadaran siswa dan siswi di sekolah dan peran
masyarakat setempat untuk menjaga dan ikut melestarikan kawasan gambut yang ada
di Desa Mengkatip.

3
Selain itu kemungkinan adalah kurangnya pengetahuan awal siswa dan siswi
bahkan masyarakat mengenai lahan gambut dan cara untuk menanggulangi setiap
permasalahan yang sering terjadi dilahan gambut, salah satunya adalah kebakaran.
Oleh karena itu kami ingin menerapkan pembelajaran Model Daring dengan
menggunakan media (website atau blog) untuk memperkenalkan CD Interaktif yang
dapat diakses dan mempermudah pemahaman mengenai permasalahan dan
penanggulangan masalah dilahan gambut.(studi kasus kebakaran lahan gambut) di
Kawasan Sei Barito 1 Kapuas di Kalimantan Tengah, dimana nantinya pengetahuan
tentang lahan gambut secara umum dan cara penanggulangan dari permasalahn lahan
gambut yang akan dikemas dalam bentuk CD Interaktif, dengan melihat kondisi di
tengah pandemi Covid-19 saat ini maka model pembelajaran Daring dengan
menggunakan CD Interaktif akan mempermudah pemahaman siswa dan masyarakat
tentang lahan gambut dan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk terus menjaga lahan
gambut dari kebakaran yang sering terjadi.

Secara umum permasalahan desa gambut adalah:

1. Desa Mengkatip masih tercatat sebagai desa rawan kebakaran pada


musim kemarau.
2. Masyarakat masih kurang mengetahui penyebab dan cara menanggulangi
kebakaran pada lahan gambut.
3. Belum ditemukannya pola pertanian menetap yang efektif sehingga
membakar lahan gambut merupakan tradisi masyarakat dan belum
ditemukan teknologi inovasi penganti yang efektif dan murah sebagai
penganti pembakaran lahan.
4. Belum adanya fasilitas promosi (website atau blog) yang memadai dari
desa Mengkatif, sehingga informasi tentang desa mengkatif masih kurang
berkembang.

4
1.2 Tujuan Penyelenggaraan KKN-T

Tujuan pelaksanaan KKN-T Periode I tahun 2020 dibagi menjadi tujuan


umum dan tujuan khusus, sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

1. Mendekatkan pihak Universitas Palangka Raya kepada masyarakat.

2. Membentuk desa-desa binaan KKN-T Universitas Palangka Raya.

3. Terbentuknya Mahasiswa UPR yang mampu memecahkan masalah yang


dihadapi oleh masyarakat dalam pencegahan kebakaran lahan gambut.

4. Membantu mengenalkan kepada masyarakat dan pihak pendidikan tentang


pentingnya menjaga kelestarian lahan gambut.
2) Tujuan Khusus

1. Memperdalam pengetahuan mengenai gambut (sifat gambut, jenis gambut) di


kawasan Di Kawasan Sei Barito 1 Kapuas di Kalimantan Tengah kepada siswa
maupun masyarakat.
2. Menemukan penyebab dari terjadinya kebakaran yang sering terjadi di kawasan
Di Kawasan Sei Barito 1 Kapuas di Kalimantan Tengah.
3. Menanamkan pengetahuan awal kepada siswa mengenai pentingnya menjaga
lahan gambut untuk menghindari terjadinya permasalahan misalnya kebakaran.
4. Menemukan solusi atau penanggulangan terhadap kebakaran yang sering
terjadi.
5. Menumbuhkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga lahan gambut agar
terhindar dari resiko kebakaran.
6. Mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitarnya khususnya lahan
gambut untuk menghindari terjadinya kebakaran.

5
7. Memperkenalkan model Daring untuk dapat berkomunikasi jarak jauh dengan
masyarakat desa Mengkatif tempat KKN-T dilaksanakan.
8. Mahasiswa menjadi fasilitator untuk membantu masyarakat dalam upaya
menaggulangi kebakaran lahan gambut yang sering terjadi.

1.3 Kegunaan

Kegunaan pelaksanaan KKN-T periode I tahun 2020 adalah sebagai berikut:

1) Kegunaan Bagi Mahasiswa


1. Memberikan pengalaman belajar dan bekerja kepada para mahasiswa
tentang penerapan dan pengembangan ilmu dan teknologi.
2. Kegunaan dari pelaksanaan KKN-T online untuk memberikan pengalaman
belajar dan bekerja dirumah di tengah wabah pandemic Covid-19 ini
dengan berada di rumah kita dapat membantu memutuskan mata rantai
penyebaran Covid-19.
3. Melatih mahasiswa agar lebih terampil dan berperan aktif dalam
memecahkan masalah kebakaran lahan gambut sehingga dapat menjadi
fasilitator masyarakat dan sekolah.
4. Melalui pengalaman belajar dan bekerja di rumah dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak langsung akan menumbuhkan
sifat kritis dan profesional pada diri mahasiswa.
2) Kegunaan Bagi Masyarakat
1. Memperoleh bantuan pemikiran dan ilmu pengetahuan dalam merencanakan
dan melaksanakan pencegahan kebakaran pada lahan gambut di desa
Mengkatip.
2. Kegiatan pelaksanaan KKN-T ini dapat berguna bagi masyarakat di desa
Mengkatif untuk dapat menanggulangi penyebab kebakaran di lahan gambut.
3. Terbentuknya link and match antara dunia pendidikan tinggi dengan
masyarakat sebagai stakeholder.

6
4. Bagi bidang pendidikan di desa Mengkatif untuk membantu pemahaman
siswa dan siswi tentang penyebab terjadinya kebakaran dan cara
menanggulanginya.

3) Kegunaan Bagi Lembaga/Perguruan Tinggi

1. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya


dengan pencegahan kebakaran lahan gambut dengan model Daring
menggunakan CD Interaktif kepada masyarakat desa Mengkatip tempat
dilaksanakannya KKN-T.

2. Meningkatkan, memperluas dan memperat kerja sama dengan instansi


terkait atau departemen lain melalui kerjasama mahasiswa yang
melaksanakan KKN-T.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Teori

Gambut adalah suatu ekosistem yang terbentuk karena adanya produksi


biomassa yang melebihi proses dekomposisinya. Menurut peraturan pemerintah
Nomor 71 Tahun 2014 tentang perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut,
gambut didefinisikan sebagai material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-
sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dan terakumulasi pada rawa.
Ekosistem gambut adalah tatanan unsur gambut yang merupakan satu kesatuan utuh
menyeluruh yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas,
dan produktivitasnya (Setneg. 2014a). Tanah gambut disebut juga sebagai Histosols
(histos = tissue = jaringan; Sols = Tanah), sedangkan dalam sistem klasifikasi tanah
nasional tanah gambut disebut Organosols (tanah yang tersusun dari bahan organik).
Menurut BBPPSLP (2011) tanah gambut didefinisikan sebagai tanah yang terbentuk
dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun
belum. Tanah gambut mengandung maksimum 20 % bahan organik apabila
kandungan bagian tanah berbentuk clay mencapai 0 %; atau maksimum 30 % bahan
organik, apabila kandungan clay 60 %, dengan ketebalan lahan organik 50 cm atau
lebih.

Lahan gambut memiliki fungsi ekosistem yang sangat penting. Paling tidak
ada 4 fungsi kawasan gambut yaitu: sebagai penyerap karbon, gambut sebagai
penyangga air, tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna yang unik, dan tempat
mencari mata pencaharian bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Lahan gambut

8
di wilayah pesisir memiliki permasalahan kompleks terkait interaksi lingkungan di
dalamnya sehingga sangat rentan untuk mengalami kerusakan (Miloshis & Fairfield,
2015). Kerusakan lahan gambut di Asia Tenggara telah menyebabkan pelepasan
karbon yang signifikan (Wit et al., 2015). Di Indonesia kerusakan fungsi ekosistem
gambut ini umumnya terjadi akibat dari pengelolaan lahan yang keliru berupa
pemilihan aktivitas di kawasan gambut yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan
gambut, seperti perkebunan sawit dan konversi lahan gambut menjadi sawah. Hal ini
mengakibatkan pengurasan air di kawasan gambut yang berakibat kekeringan (kering
tak balik) pada tanah gambutnya dan membuat tanah tersebut menjadi rentan akan
kebakaran.

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sampai dengan Oktober 2015,


mencapai luasan 1,7 juta hektar. Kenyataan di lapangan menunjukkan kebakaran
yang terjadi hampir setiap tahun dengan luasan yang selalu bertambah merupakan
kenyataan bahwa gambut tidak lagi dalam kondisi alaminya atau sudah mengalami
kerusakan. Salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat kesalahan dalam
pengelolaan lahan gambut untuk kegiatan usaha. Selain itu, alih guna atau konversi
besar-besaran lahan menyebabkan kerusakan pada lahan gambut dan terus menerus
mengeluarkan emisi. Oleh karena itu restorasi lahan gambut dapat menjadi prioritas
program pengurangan emisi dan juga sekaligus mengembalikan fungsi ekologis lahan
gambut. Pengalaman kebakaran hutan masif pada 2015 telah mendorong terbitnya
Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi Gambut (BRG). Tugas
pokok dan fungsi ułama BRG adalah pelaksanaan koordinasi dan penguatan
kebijakan pelaksanaan restorasi gambut seluas 2 juta hektar pada 2016 - 2020
(Setneg. 2016).

Permasalahan kerusakan gambut di Kalimantan Tengah secara historis


dimulai dari pembukaan lahan pasang surut, pembukaan lahan transmigrasi,
penebangan kayu hutan. Perusakan itu dilakukan secara formal oleh pemerintah dan
informal oleh masyarakat setempat. Salah satu contoh yang paling besar dari sisi
luasan maupun kegagalannya adalah kegiatan Pengembangan Lahan Gambut (PLG)

9
yang bertujuan mengkonversi 1 juta Ha menjadi lahan sawah. Produksi padi
nampaknya hanya cocok dilakukan pada sebagian kecil dari seluruh areal. Meskipun
demikian, sebagian besar tumbuhan kayu diatasnya telah ditebangi. Kegagalan PLG
telah menyebabkan banyak penduduk yang kemudian pindah kembali ke daerah
asalnya.Sementara itu masyarakat yang memutuskan untuk tetap tinggal kemudian
harus menghadapi resiko banjir yang dihasilkan sangat rentan terhadap kebakaran
hutan. Disamping permasalahan tersebut, juga terdapat permasalahan lain, seperti
penurunan permukaan tanah dan oksidasi yang berlangsung secara cepat di lahan
gambut dari tanah yang mengalami subsiden (CKPP, 2008). Fakta menunjukkan
bahwa lahan di pulau Kalimantan yang telah dikeringkan dan telah banyak ditebang
pohonnya menjadi lokasi paling sering terjadi kebakaran hutan. Hal ini merupakan
dampak utama akibat kerusakan lahan gambut di Kalimantan Tengah. Menurut
analisis data riwayat kebakaran dari Global Forest Watch Fires (2015) menegaskan
bahwa kebakaran cenderung terkonsentrasi pada konsesi pertanian dan lahan gambut.

Sebagian besar wilayah pesisir bergambut di selatan pulau Kalimantan


memiliki konsentrasi kebakaran hutan yang tinggi. Dengan jumlah kebakaran yang
tinggi menyebabkan jumlah pohon semakin berkurang. Jumlah pohon berkurang
dapat menyebabkan peningkatan sedimen tersuspensi dan transpor kontaminan ke
perairan pesisir. Berpotensi pada akumulasi kontaminan dalam biota perairan,
penurunan kesehatan masyarakat pantai dan kemungkinan turunnya kontribusi sektor
perikanan (Arifin & Ismail 2013). Hal ini mengindikasikan bahwa ada masalah dalam
pengelolaan sumber daya alam pada wilayah tersebut. Identifkasi masalah yang tepat
pada wilayah pesisir akan menghasilkan bentuk pengelolaan yang baik, yang akan
menjamin terciptanya kelestarian fungsi sumber daya itu sendiri (Amri et al., 2017).
Makalah ini mencoba untuk memberi suatu usulan alternatif upaya pengelolaan
wilayah gambut di desa-desa pesisir, khususnya di Kawasan Hidrologis Gambut
(KHG) Sungai Katingan - Sungai Mentaya Provinsi Kalimantan Tengah.

2.2 Hasil- hasil Penelitian Pendukung

10
Menurut Zaenal, lahan gambut di Indonesia merupakan ekosistem yang sangat
penting, oleh karenanya perlu dikelola secara berkelanjutan. Salah satu lahan gambut
pesisir di Indonesia adalah Kawasan Hidrologis Gambut Sungai Katingan - Sungai
Mentaya di provinsi Kalimantan Tengah yang memiliki luas area 254.522,24 Ha.
Menurut peraturan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup 50,58% dari
wilayah gambut di KHG tersebut seharusnya berfungsi sebagai area lindung. Namun
kenyataan di lapangan, telah terjadi alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya.
(Zaenal dkk, 2018).

Dengan melihat kondisi lapangan, sangat direkomendasikan untuk melakukan


suatu upaya restorasi wilayah gambut di KHG Sungai Katingan - Sungai Mentaya.
Yaitu dengan melakukan rewetting di areal gambut yang berkanal dan pernah terjadi
kebakaran. Revegetasi bagi wilayah gambut yang tutupan vegetasinya sudah < 25%.
Upaya restorasi juga harus dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat.
Pembentukan desa-desa peduli gambut di sekitar KHG Sungai Katingan - Sungai
Mentaya akan sangat efektif dalam upaya pengelolaan lahan gambut yang
berkelanjutan di wilayah studi. Terdapat 30 Desa yang tersebar di 6 Kecamatan di
lokasi kajian yang dapat dijadikan lokasi pengelolaan wilayah gambut berkelanjutan
bagi KHG Sungai Katingan - Sungai Mentaya di provinsi Kalimantan Tengah.

Menurut (Wijaya, 2011). Endapan gambut yang dijumpai didaerah


penyelidikan terjadi dilingkungan rawa air tawar sampai dataran banjir, termasuk
bentuk endapan “Ombrogeneous” dan terdiri dari kelas/jenis Hemik. Gambut
Indonesia menempati separuh dari luas gambut tropika. Dari segi umur,
gambutgambut di Kalimantan lebih tua dari gambut di Sumatra. Gambut di Barambai
dan Muarapulau Kalimantan selatan dengan ketebalan + 1 meter ditaksir berumur
4350 tahun. Dari segi kesuburan gambut di Sumatra nisbi lebih subur dibandingkan
dengan gambut di Kalimantan. Dari 20 negara di dunia, termasuk Indonesia secara
keseluruhan (426 juta hektar di dunia) yang telah di manfaatkan hanya sekitar 9,5 juta
hektar dengan laju pemanfatan 64.000 hektar per tahun. Indonesia sendiri baru
berhasil memanfaatkan gambut sekitar 1,1 juta hektar, yang umumnya hanya untuk

11
pertanian. Menurut data geologi sebagian daerah pedataran Kalimantan Selatan dan
Tengah mengandung sumberdaya endapan gambut cukup banyak, di indikasikan
dengan laporan dari P4S Departemen PU, tentang lahan gambut sejuta hektar dan
kadar keasaman air permukaan yang berhubungan dengan keberadaan endapan
gambut. Di Mengkatip dan sekitarnya, diendapkan gambut di atas Formasi Dahor.
Endapan gambut yang berasal dari berbagai jenis tetumbuhan yang mati dan
terakumulasi pada daerah-daerah pedataran rendah dan lembah-lembah dalam
cekungan dengan kondisi dan lingkungan yang basah relatip stabil dan tenang, terjadi
terus menerus berulang-ulang pada waktu yang lama. Menurut teori segi tiga api (fire
triangle) kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api yaitu bahan
bakar (fuel), sumber panas (heat) dan oksigen (Ramli, 2010). Tingkat ketersediaan
bahan bakar di lahan gambut yang mudah terbakar dipengaruhi oleh kondisi
kelembaban tanah gambut. Kelembaban tanah gambut dipengaruhi oleh tinggi muka
air gambut.

12
BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN KKN TEMATIK

3.1. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan KKN Tematik dilakukan dari tanggal


28 Mei 2020, dari tempat tinggal masing-masing peserta kegiatan KKN
Tematik. KKN-T dilaksanakan di desa Mengkatip sesuai dengan KHG
Kawasan Sei Barito yang dipilih, kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito
Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah.

3.2. Metode Dasar Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan yang kami lakukan secara daring/online


dengan cara diskusi serta wawancara pihak Kelurahan Mangkatip lewat video
conference.

3.3. Alat dan Bahan yang Digunakan

Adapun beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan


kegiatan KKN Tematik ini, antara lain:

 Laptop dan Smartphone (yang didukung dengan aplikasi video


conference dan social media)

13
 Kuota Internet
 Pulpen
 Kertas
 Dan jurnal sebagai referensi pendukung laporan ini.

3.4. Pihak yang Terlibat

Beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan ini yang paling utama
adalah mahasiswa anggota kelompok KKN A04, Dosen pembimbing KKN
A04, masyarakat Kelurahan Mangkatip, khususnya pihak kelurahan, guru dan
siswa-siswi yang ada di Kelurahan Mangkatip.

3.5. Cara Pengumpulan Data

Cara kami mengumpulkan data awal dengan menggunakan metode diskusi


dan wawancara bersama pihak kelurahan Mangkatip sebagai fondasi informasi awal.
Dilanjutkan dengan wawancara untuk pihak guru dan siswa-siswi yang ada di
Kelurahan Mangkatip untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang pentingnya
menjaga kelestarian KHG yang ada.

3.6. Output yang Dapat Dicapai

Output yang kelompok kami ingin capai adalah menciptakan sarana untuk
masyarakat setempat guna memperdalam dan memahami pentingnya lahan gambut
lewat CD interaktif yang ada di web blog yang kami ciptakan. Dan harapannya juga,
meskipun ada pandemi COVID-19 ini, terutama siswa-siswi yang ada di Kelurahan
Mangkatip, agar memperdalam wawasannya mengenai lahan gambut sejak dini,
sehingga terbentuk pengetahuan awal pentingnya dalam menjaga lahan gambut
terlebih dalam antisipasi terjadinya kebakaran lahan gambut yang hampir terjadi
setiap tahunnya.

3.7. Tindak Lanjut Kegiatan

Untuk tindak lanjut kegiatan ini, kami ingin membuat tidak hanya sebatas
sebuah CD interaktif tetapi sebuah metode pembelajaran baru di tengah pandemi

14
yang sedang terjadi, selain itu juga kami akan memberikan wawasan mengenai covid-
19 kepada masyarakat dan siswa/siswi di desa mangkatip secara daring, melihat
kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan untuk terjun langsung ke lapangan.

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Letak Administratif dan Geografis

Gambar 1. Peta Lokasi Kelurahan Mangkatip

15
Mangkatip merupakan ibu kota dari Kecamatan Dusun Hilir
Kabupaten Barito Selatan yang keberadaannya terbentang di pinggir Sungai
Barito yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh hutan. (Anonim,
2020)

Untuk mencapai kelurahan Mengkatip terdapat dua akses jalan, akses


pertama melewati Kabupaten Kapuas, yakni Kota Kuala Kapuas ke arah
Dadahup dengan jalan darat, dengan estimasi ± 4 jam, kemudian dilanjutkan
dengan kelotok menyusuri sungai Dadahup dan melewati Desa Tambak
Bajai, Sungai Jaya, Mantangai dan kemudian Kelurahan Mangkatip.
Estimasi waktu melalui jalan air sekitar ±4 jam. Jadi total 8 jam perjalanan.

Akses kedua dari Kota Palangka Raya melalui Buntok lewat jalan
darat selama ± 4 jam. Perjalanan dilanjutkan dengan kapal cepat (speed
boat) ke arah Kelurahan Mangkatip selama ±3 jam melalui sungai Barito dan
masuk ke anak sungai Mengkatip.

 Jarak dari ibu kota Kecamatan 0,5 km


 Jarak dari ibu kota Kabupaten/Kota 115 km
 Jarak dari ibu kota Provinsi/Kota 320 km
Secara administratif, Mengkatip termasuk ke dalam wilayah
Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan
Tengah dan merupakan ibu kota pemerintahan Kecamatan Dusun Hilir,
Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. (Aparat Kelurahan,
2016.)

16
4.2. Struktur Pemerintahan

LURAH
SURIANI, A.Ma.Pd
Penata
NIP. 19650201 199306 1 005

SEKRETARIS KELOMPOK
YUNG MARINI JABATAN
HANDAYANI, S.AP FUNGSIONAL
Penata
NIP. 19811122 200003 2 004

KASI PEM dan KASI


TTRANTIBUM PEMBANGUNAN
DODIK BEKTI dan PM KASI KESRA
KRISWANTO, A.Md EDUARIANTO, SE HANANTA LAKSANA
Penata/IIIc Penata Muda TK.1/IIIb Penata/IIIc
NIP.19680311 199303 1 015 NIP.19650126 199308 1 004 NIP. 19640524 199103 1 008

Gambar 2. Struktur Pemerintahan Kelurahan Mangkatip (Aparat Kelurahan, 2020)

4.3. Batas Wilayah

17
Luas wilayah Mengkatip adalah 38.500 ha dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut : (BPS, Statistik Daerah Kecamatan Dusun Hilir 2016)

a. Sebelah Timur : Mantangai


b. Sebelah Barat : Desa Kalanis
c. Sebelah Selatan : Desa Mahajandau
d. Sebelah Utara : Desa Damparan

X_UTM Y_UTM
928941 9753003
Tabel 1. Koordinat batas luar kelurahan Mengkatip

4.4. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di Kelurahan Mengkatip sangat unik. Secara


keseluruhan wilayah pemukiman berada di pinggir jalan raya dan aliran
Sungai Barito. Bentuk pola pemukiman masyarakat Mengkatip adalah pola
memanjang ±6 km. Pola pemukiman memanjang ini memiliki keuntungan
untuk memudahkan masyarakat untuk berinteraksi dengan sesamanya. Selain
itu karena masyarakat daerah aliran sungai melakukan seluruh kegiatannya di
aliran sungai yang bersangkutan. Wilayah Kelurahan Mengkatip masih
didominasi oleh hutan dan dipisahkan dengan aliran sungai. Namun sementara
ini sudah dibangun akses jalan darat menuju Desa Mahajandau, namun karena
air sedang pasang maka kegiatan ini terhenti dan tidak dilanjutkan kembali.
Tanah pekarangan di wilayah pemukiman adalah tanah kuning yang banyak
dimanfaatkan sebagai area untuk tanaman sayuran, umbi, dan pertanian walet.

Wilayah Kelurahan Mengkatip sebagian besar masih berupa hutan,


khususnya pada kawasan-kawasan bergambut. Kawasan ini dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk memungut Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti:
Rotan, Gemor, Damar, Akar-akaran, Madu, Ikan, dan sebagainya, yang

18
bersifat ekonomis. Untuk pemanfaatan hasil hutan berupa kayu pun masih
tetap dilakukan masyarakat. Masyarakat sendiri pergi ke hutan untuk
memotong kayu. Namun dari segi efisiensi dan efektivitas masyarakat
cenderung lebih suka untuk membeli kayu di bansau yang berada di hulu
Kelurahan Mangkatip. (Wawancara dengan Kepala Kelurahan)

4.5. Keadaan Penduduk

Kecamatan Dusun Hilir beribu kota di Mengkatip. Kelurahan


Mangkatip terdiri atas 12 Rukun Tetangga (RT) dan 4 Rukun Warga (RW).
Berdasarkan data statistik tahun 2017, jumlah penduduk Kelurahan Mengkatip
pada tahun 2016 menempati urutan pertama penduduk terbesar di Kecamatan
Dusun Hilir dengan jumlah 3.830 jiwa. 13 Dihitung berdasarkan jenis
kelamin, jumlah laki-laki 1.988 jiwa dan perempuan 1.842 jiwa. Secara umum
penduduk laki-laki berjumlah lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan.
Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah ±1.008 dengan status Warga Negara
Indonesia.( BPS, Dusun Hilir dalam Angka 2017)

No. Indikator Jumlah

1. Jumlah Penduduk 3.830

2. Jumlah Laki-laki 1.988

3. Jumlah Perempuan 1.842

4. Jumlah Kepala Keluarga 1.008

Tabel 2. Data penduduk

4.6. Keadaan Infrastruktur

Sebagai ibukota Kecamatan Dusun Hilir, Kelurahan Mangkatip juga


merupakan pusat pemerintahan keecamatan. Oleh sebab itu, banyak fasilitas

19
umum dan social yang terdapat di Kelurahan Mangkatip, antara lain : (Aparat
Kelurahan, 2017.)

- Kantor Kecamatan Dusun Hilir


- Kantor Kelurahan Mengkatip
- Puskesmas Dusun Hilir
- PDAM Dusun Hilir
- Polsek Dusun Hilir
- Kantor Pos Dusun Hilir
- KUA Dusun Hilir
- Tempat Ibadah (Islam, Kristen, Katolik)
- Makam (Muslim, Kristen, dan Katolik)
- SDN 1, 2, 3 dan 4 Mengkatip
- SMPN-1 Dusun Hilir
- SMAN-1 Dusun Hilir
- Madrasah MI, MTs, Dan MA Mengkatip

20
BAB V

HASIL PENYELENGGARAAN KKN TEMATIK

5.1 Laporan Kemajuan

5.1.1 Rencana Program dan Pembagian Tim

Program kelompok yang akan dilaksanakan di Desa Mengkatip adalah


pengenalan media CD Interaktif melalui metode Daring website, blog)
yang berisi tentang pengertian lahan gambut, tipe-tipe gambut, kedalaman
gambut, penyebab kebakaran dan pencegahan kebakaran lahan gambut.

No MINGGU I II III IV V
.
1. Diskusi metude pelaksanaan
kegiatan kelompok 
2. Diskusi pembagian tugas 

3. Penggalian data dasar 

21
4. Penyusunan laporan kemajuan  

5. Penggalian data lanjutan  

6. Penyusunan laporan kelompok   

7. Finalisasi laporan kelompok  

8. Penyusunan naskah publikasi  

5.1.2 Kondisi Awal Lokasi dengan Foto-Foto Kegiatan

No. Kondisi Awal Lokasi Desa dengan Foto-foto Kegiatan

1. Keterangan:
Foto kantor kelurahan di desa Mengkatip
kondisi bangunan sangat baik.Struktur
organisasi kantor kelurahan Mengkatip
terdiri dari Lurah, Sekretaris Lurah, dan
Kelompok Jabatan Fungsional, kemudian
terdiri dari Kasi PEM dan TANTIBUM
Kasi pembangunan, Kasi KESRA.

22
2. Keterangan:
Foto Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI
Melati di desa Mengkatip sudah ada dan
masih beroperasi sampai sekarang kondisi
bangunan masih baik untuk dipakai
sebagai sarana pendidikan untuk anak-
anak.

3. Keterangan:
Taman Kanak-kanak di desa Mengkatip
ada dua salah satunya adalah TK Mawar
Dharma Wanita yang dikelola oleh desa
dan ibu-ibu sebagai perintisnya, seperti
tampak pada gambar lokasi bangunan
masih layak untuk dipakai.

4. Keterangan:
SMP Negeri 1 Dusun Hilir merupakan
salah satu sekolah tempat anak-anak di
desa Mengkatip mngenyam pendidikan
selama 3 tahun seperti tampak pada
gambar kondisi bangunan masih baik
untuk digunakan.

23
5. Keterangan:
Foto disamping adalah rumah terapung
yang sering digunakan warga di pesisir
sungai barito untuk mandi, mencuci dan
sebagai tempat tinggal. Seperti tampak
pada gambar sungai barito berfungsi
sebagai prasarana lalu lintas orang dan
barang di desa Mengkatip.

5.1.3 Permasalahan yang Ditemukan

Adapun permasalahan yang kelompok temukan di lokasi KKN-T di desa


Mengkatip adalah sebagai berikut:

1. Desa Mengkatip masih tercatat sebagai desa rawan kebakaran pada


musim kemarau.
2. Masyarakat masih kurang mengetahui penyebab dan cara menanggulangi
kebakaran pada lahan gambut.
3. Belum ditemukannya pola pertanian menetap yang efektif sehingga
membakar lahan gambut merupakan tradisi masyarakat dan belum
ditemukan teknologi inovasi penganti yang efektif dan murah sebagai
penganti pembakaran lahan.
4. Belum adanya fasilitas promosi (website atau blog) yang memadai dari
desa Mengkatif, sehingga informasi tentang desa mengkatif masih kurang
berkembang.

5.1.4 Hubungan Tema dengan judul yang Dipilih

Tema dari KKN-T tahun 2020 Prodi Pendidikan Biologi adalah


“Pengembangan dan Sosialisasi Pengetahuan yang Berhubungan dengan
Biofisik Ekosistem Gambut (KHG) dalam Rangka untuk Mencapai
Keseimbangan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan dalam

24
Pembelajaran untuk Sekolah Dasar, SMP dan SMA” sangat berhubungan erat
dengan judul yang telah kami buat yaitu “Pembelajaran Model Daring
(website atau blog) dengan menggunakan CD Interaktif untuk mempermudah
pemahaman mengenai permasalahan dan penanggulangan masalah di lahan
gambut (studi kasus kebakaran lahan gambut) di Kawasan Sei Barito 1
Kapuas di Kalimantan Tengah”. Tema yang dipilih membahas tentang
Biofisik Ekosistem Gambut melalui model pembelajaran Daring (website atau
blog) dengan menggunakan CD Interaktif, kami menuangkan tentang
pengertian gambut, jenis-jenis gambut, kedalaman gambut, faktor-faktor
penyebab terjadinya kebakaran di lahan gambut dan bagaimana cara
menanggulangi kebakaran lahan gambut untuk mempermudah pengetahuan
dan pemahaman siswa/siswi dan masyarakat yang bermukim di sekitar lahan
gambut seperti di Desa Mengkatip.

Menurut kami, pembelajaran model daring merupakan salah satu


solusi yang kami sarankan untuk digunakan ketika wabah pandemi Covid-19
karena sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan untuk tetap menjaga
physical distancing, juga sangat efektif dipakai saat meakukan proses
pembekalan, pelepasan, bimbingan dari dosen dan diskusi dengan anggota
kelompok saat melaksanakan KKN-T. Selain itu kami juga memikirkan
konsep dasar serta gambaran yang sesuai dengan permintaan pihak kelurahan,
sehingga cocok dan memuaskan.

Berikut gambaran konsep dasar cd interaktif dan website yang akan


kami gunakan.

25
Gambar 4. Tampilan Wix.com dari smartphone

26
Gambar 5. Tampilan awal dari CD interaktif yang kami gunakan

Website yang kami gunakan ialah Wix.com, kami menggunakan situs website
ini dikarenakan system pengolahan dan pembuatannya yang cukup menarik dan
cukup mudah diakses baik melalui desktop dan juga melalui smartphone. Hal inilah
yang membuat kami sangat ingin mengenalkan CD interaktif dan juga mengenalkan
media daring yang baik untuk siswa atau siswi disana untuk meningkatkan
kemampuan kewirausahaan serta mengikuti perkembangan teknologi Indonesia yang
sekarang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2020, Kelurahan Mangkatip


https://id.wikipedia.org/wiki/Mengkatip,_Dusun_Hilir,_Barito_Selatan,
diakses pada 7 Juni 2020 pukul 11.13 WIB

Aparat Kelurahan, 2017. Rencana Kerja Pemerintah Kelurahan Mangkatip.


Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah.

Aparat Kelurahan, 2016. Profil Kelurahan Mangkatip. Kabupaten Barito Selatan,


Kalimantan Tengah.

Aparat Kelurahan, 2020. Struktur Pemerintahan Kelurahan Mangkatip. Kabupaten


Barito Selatan, Kalimantan Tengah.

BPS, Dusun Hilir dalam Angka 2017

BPS, Kecamatan Dusun Hilir Dalam Angka 2017

BPS, Statistik Daerah Kecamatan Dusun Hilir 2016

28

Anda mungkin juga menyukai