Anda di halaman 1dari 10

Jurnal SMART Kebidanan, 2019, 6 (2), 70-79 ©SJKB 2019

DOI: http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v6i2.272 pISSN: 2301-6213, eISSN: 2503-0388


http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb

GAMBARAN KELENGKAPAN ANTENATAL CARE TERPADU DI PUSKESMAS TEPUS II


GUNUNGKIDUL

Bundarini, Enny Fitriahadi


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Jalan Siliwangi No.63
Ring Road Barat Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta,
Email : bundarinii05@gmail.com

ABSTRAK

Pelayanan antenatal diberikan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal care
terpadu meliputi 10 standar yang dikenal dengan 10 T. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran kelengkapan
pelayanan Antenatal Care terpadu di Puskesmas Tepus II tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan design deskriptif survey melalui pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode total
sampling sebanyak 200 ibu . Analisis data menggunakan analisis univariat. Pengambilan data dengan study dokumentasi
menggunakan instrument lembar observasi dengan merekap data yang ada didalam kohort ibu, register kunjungan, rekam
medis pasien dan buku KIA. Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal standar 10 T
lengkap sebesar 144 orang (72%) dan yang memperoleh pelayanan ANC standart 10 T kurang lengkap 57 (28%). Standar
pemeriksaan laboratorium deteksi IMS/ shipilis paling rendah yaitu 144 (72%). Ibu hamil disarankan segera melakukan
pemeriksaan kehamilan setelah diketahui hamil agar selama kehamilan memperoleh pelayanan sesuai standar. Tingkat
pendidikan ibu, keterbatasan sarana prasarana serta sumber daya kesehatan menyebabkan ibu hamil kurang lengkap
mendapatkan pelayanan ANC terpadu.

Kata kunci : antenatal care terpadu; kelengkapan

ABSTRACT

Antenatal care is provided by well-trained health professionals for mothers during their pregnancy, and is carried out in
accordance with the standards of antenatal care stipulated in midwifery service standards. Integrated antenatal care
services include 10 standards known as 10 T. The purpose of this study was to describe the complete description of
integrated Antenatal Care services at Tepus II District Health Center in 2018. This study used a quantitative method with a
descriptive survey design through a cross sectional approach. Sampling method used total sampling method of 200
mothers. Univariate analysis was used as data analysis. Data collection applied documentation study by using observation
sheets by recapitulating data in the maternal cohort, visit registers, patient medical records and MCH books. The results of
the study on pregnant women who received the 10 T standard Antenatal Care reached 144 people (72%), and those who
received incompletestandard 10 T Antenatal Care services were 57 (28%). The lowest standard of
SexualTransmissionInfection/ syphilis detection laboratory testing reached 144 (72%). Mother's educationlevel, limited
infrastructure and health resources made pregnant women to get incomplete integrated Antenatal Care services. Pregnant
women are suggested to immediately carry out a pregnancy checkup after they are found to be pregnant so that during
pregnancy they get services according to standards.

Keywords : completeness; integrated antenatal care

70
Bundarini dan Fitriahadi, Gambaran Kelengkapan Antenatal Care Terpadu ..….
SJKB, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 70-79

LATAR BELAKANG Pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil,


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan masa hamil, persalinan dan masa sesudah
kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih melahirkan, menyelenggarakan pelayanan
untuk ibu selama masa kehamilannya, kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan seksual.
antenatal yang ditetapkan dalam standar Pelaksanaan Antenatal Care di beberapa
pelayanan kebidanan. Perawatan antenatal Negara dilaporkan masih rendah seperti di
adalah perawatan sebelum persalinan. beberapa Negara bagian di Nigeria seperti
Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat dilaporkan dalam jurnal oleh (Onyeajam,
mendeteksi terjadinya risiko pada kehamilan Xirasagar, Khan, Hardin, & Odutolu, 2018). Hal
yaitu mendapatkan akses perawatan kehamilan ini ditunjukkan dari kepuasan pasien yang
berkualitas, memperoleh kesempatan dalam sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
deteksi dini terhadap komplikasi yang mungkin dalam pelayanan seperti jam buka, ruang yang
timbul sehingga kematian maternal dapat nyaman, pelayanan yang terburu buru dan
dihindari (Mufdlilah, 2009). respon layanan yang cepat, ketersediaan alat,
Kehamilan merupakan proses fisiologis, sikap empati, non diskriminatif serta komunikasi
akan tetapi karena suatu hal kehamilan dapat pemberi layanan.
berkembang menjadi patologis sehingga Data cakupan kunjungan K1 di DIY pada
berisiko baik terhadap ibu maupun janin yang tahun 2017 sudah mencapai 100 % disemua
dikandungnya. Kehamilan risiko tinggi dan Kabupaten. Untuk kunjungan K4 di DIY sudah
faktor risiko adalah keadaan kehamilan dengan mencapai 91,85 % dengan angka tertinggi di
ibu atau perinatal dalam keadaan kabupaten Sleman (96,03%), dan terendah di
membahayakan selama kehamilan maupun Kabupaten Gunungkidul (86,02 %) (Dinkes
persalinan. Perkiraan insidensi kehamilan DIY,2017).
risiko tinggi sangat berfariasi tergantung pada Hasil studi pendahuluan di Puskesmas
kriteria dan ketepatan pengumpulan data. Tepus II, data PWS KIA yang ada di Wilayah
Meskipun demikian menurut sebagian standart puskesmas Tepus II tahun 2017 cakupan
kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 20 % Antenatal careterpadu adalah sebagai berikut ;
berada pada risiko tinggi dan 5 % kehamilan cakupan K1 ibu hamil 100 %, cakupan K4 ibu
pada risiko sangat tinggi. Sekitar separuh hamil 75,22 %, ibu hamil diperiksa dokter
kasus dapat dikenali dalam masa antenatal, umum 69,46 %, ibu hamil diperiksa dokter gigi
namun seperempat kasus lainnya dikenali 73,12 % ibu hamil di ukur BB dan TB 100%,
selama masa persalinan(Benson & Pernoll, ditentukan status gizi melalui pengukuran lila
2008). 100 %, penentuan letak dan denyut jantung
Diawal era Sustainable Development Goals janin belum ada datanya, mendapatkan tablet
(SDGs), kehamilan terkait morbiditas dan FE 90 tablet 61,06 %, mendapatkan imunisasi
mortalitas ibu menjadi perhatian semua negara. TT atau skrening TT 100 %, dilakukan
WHO juga memperkirakan bahwa sekitar 15 % pengukuran tinggi fundus uteri belum ada data
dari seluruh ibu hamil akan berkembang , dilakukan pemeriksaan HIV 52,86%
menjadi komplikasi, yang dapat dicegah melalui ,pemeriksaan HBSAG 69,16 %, pemeriksaan
pemberian asuhan kehamilan yang berkualitas. IMS (Shypilis) 0 %, temu wicara dan
Pemeriksaan kehamilan diharapkan mampu mendapatkan tata laksana kasus belum ada
mencegah kematian ibu baik karena penyebab data dari target keseluruhan ANC terpadu
langsung maupun penyebab tidak langsung. standart 10 T adalah 100 % (Puskesmas Tepus
Program yang digalakkan dalam upaya deteksi II, 2017).
komplikasi dan risiko pada saat kehamilan Berdasarkan latar belakang diatas penulis
adalah dengan pelaksanaan ANC terpadu tertarik untuk mengetahui gambaran
seperti tertuang dalam Peraturan Menteri kelengkapan Antenatal Care terpadu di
Kesehatan Nomor 97 tahun 2014 tentang Puskesmas Tepus II Gunungkidul tahun 2018.

71
Jurnal SMART Kebidanan, 2019, 6 (2), 70-79 ©SJKB 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v6i2.272 pISSN: 2301-6213, eISSN: 2503-0388
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb

METODE ini sesuai dengan usia hamil yang disarankan


bahwa seorang perempuan sebaiknya hamil
Penelitian ini merupakan penelitian pada usia antara 20-35 tahun dimana usia
kuantitatif dengan design deskriptif survey tersebut adalah usia reproduksi sehat yang
yaitu penelitian yang mencoba menyajikan minimal risiko. Hal ini sejalan dengan penelitian
data secara kuantitatif dari suatu populasi yang dilakukan oleh (Kaimmudin,
tertentu dengan tujuan menggeneralisasi Pangemanan, & Bidjuni,2018), tentang
populasi berdasarkan sampel yang sudah Hubungan Usia ibu saat hamil dengan kejadian
ditentukan, dengan pendekatan waktu cross Hipertensi di RSU GMIM Pancaran Kasih
sectional. Pengambilan sampel dengan total Manado bahwa usia kurang dari 20 tahun dan
sampling sebanyak 201 ibu yang melahirkan lebih dari 35 tahun meningkatkan risiko
pada tahun 2018 dengan 1 orang sampel drop kejadian hipertensi dalam kehamilan dan
out sehingga sampel 200 orang. komplikasi lain karena anatomi yang sudah
tidak lentur lagi.
HASIL Tingkat pendidikan responden sebagian
besar adalah SMP sebanyak 112 orang (56%)
Karakteristik Responden. dimana SMP adalah pendidikan dasar minimal
yang disyaratkan oleh pemerintah yaitu wajib
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Subyek
belajar 9 tahun. SMP masuk dalam kategori
Penelitian
tingkat pendidikan rendah dimana akan sulit
No. Karakteristik Frekuensi Persentase
dalam menerima informasi baru. Hal ini sejalan
(n=200) (%) dengan penelitian yang dilakukan oleh
1 Umur (Corneles & Losu, 2015) bahwa tingkat
a. < 20 tahun 21 10,5 pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat
b. 20-35 tahun 159 79,5 pengetahuan ibu tentang kehamilan risiko tinggi
c. > 35 tahun 20 10,0
2 Pendidikan
di kota belitung. Hal ini sejalan dengan
a. SD 35 17,5 penelitian yang dilakukan oleh (Puspitasari,
b. SMP 112 56,0 Hakimi, & Nurhidayati, 2017) bahwa usia,
c. SMA/SMK 42 21,0 pekerjaan, pengetahuan dan pendapatan tidak
d. PT 11 5,5 ada hubungan dengan kunjungan antenatal
3 Pekerjaan
a. IRT 131 65,5
care, sedangkan pendidikan dan jarak
b. Swasta 53 26,5 kehamilan ada hubungan dengan pemeriksaan
c. Petani 13 6,5 kehamilan.
d. Pedagang 1 0,5 Paritas terbanyak adalah secundigravida
e. PNS/ Perdes 2 1,0 (kehamilan kedua) sebesar 84 (42 %). Paritas
4 Paritas
a. Primigravida 76 38,0
kedua adalah paritas yang paling aman untuk
b. Secundi 84 42,0 hamil. Menurut (Hipson, 2016) bahwa umur,
gravida paritas dan tingkat pendidikan mempengaruhi
c. Multigravida 40 20,0 kejadian eklapmsia pada ibu hamil. Dimana
paritas pertama meningkatkan kejadian
Tabel 1 menunjukkan karakteristik ibu hamil eklampsia, begitu juga paritas 3 dan
paling banyak usia antara 20-35 tahun selebihnya. Sehingga paritas 2 adalah paritas
sebanyak 159 orang (79,5%) dengan rata rata yang paling aman untuk kehamilan.
berpendidikan terbanyak tamat SMP sebesar Pekerjaan responden paling banyak ibu
112 (56%), berstatus obstetri secundigravida rumah tangga sebesar 131 (65,5%). Banyak
sebesar 84 orang (42%) dan berpekerjaan ibu hamil yang memutuskan untuk berhenti
paling banyak sebagai ibu rumah tangga 131 bekerja karena kehamilannya. Hal ini sejalan
orang (65,5%) (tabel1). dengan penelitian yang dilakukan oleh
Usia ibu hamil terbanyak berada pada usia dibeberapa negara seperti dimuat dalam
20-35 tahun sebanyak 159 orang (79,5%), hal
72
Bundarini dan Fitriahadi, Gambaran Kelengkapan Antenatal Care Terpadu ..….
SJKB, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 70-79

(Kompas, 2016) bahwa perempuan yang ibu hamil wajib mendapatkan pelayanan ANC
bekerja 40 jam per minggu cenderung sesuai standar yaitu 10 T dimana standar
melahirkan bayi dengan ukuran lebih kecil. pertama adalah timbang berat badan dan ukur
tinggi badan. Penimbangan berat badan
Standart pelayanan ANC Terpadu 10 T dilakukan setiap kali kunjungan sedangkan
pengukuran tinggi badan dilakukan pada awal
Tabel 2 Distribusi frekuensi standar 10 T kunjungan (Kemenkes,2014).
dalam Pelayanan ANC Terpadu di Penimbangan berat badan ibu hamil
Puskesmas Tepus II tahun 2018 digunakan sebagai indikator pertumbuhan dan
kesejahteraan janin. Rata rata kenaikan berat
No. Standart ANC Frekuensi Persentase badan ibu hamil selama kehamilan adalah 10-
Terpadu ( n=200) (%) 12,5 kg. Pertambahan berat badan ibu
1 Timbang BB dan 200 100
ukur TB menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu
2 Ukur Tekanan Darah 200 100 serta pertumbuhan janin. Ibu yang mempunyai
3 Tentukan status Gizi 200 100 BB normal/ideal rata-rata kenaikan 1 kg tiap
(LILA) bulan. Ibu hamil yang kekurangan gizi berisiko
4 Pengukuran TFU 200 100 melahirkan bayi kecil dengan berat lahir kurang
5 Tentukan Presentasi 200 100
dan DJJ dari 2500 gram. Kenaikan BB ibu selama hamil
6 Skrining status TT 200 100 berkaitan dengan banyak sedikitnya asupan
7 Pemberian tablet FE 172 86,0 makanan ibu. Oleh karena itu ibu hamil harus
minimal 90 tablet makan beraneka ragam dan lebih banyak satu
8 Pemeriksaan porsi daripada sebelum hamil (Kemenkes,
laboratorium rutin
dan khusus 2018).
a. Haemoglobin 178 89,0
b. Golongan darah 176 88,0 Pengukuran Tekanan Darah
c. Protein urine 161 80,5 Standar pengukuran tekanan darah
d. Rapid test HIV 167 83,5 sebanyak 200 orang (100%). Pengukuran
e. HBSAG 167 83,5
f. Shipilis/ IMS 144 72,0 tekanan darah pada ibu hamil dilakukan pada
9 Tata laksana kasus 171 85,5 setiap kali kunjungan. Pada trimester pertama
10 Temu Wicara/ 200 100 ibu hamil disarankan melakukan pemeriksaan
Konseling satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 27
minggu. Pada usia kehamilan 28 sampai 32
Tabel 2 menunjukkan bahwa minggu pemeriksaan kehamilan dilakukan 2
pelayanan ANC terpadu standar penimbangan minggu sekali dan pada usia kehamilan > 33
berat badan dan ukur tinggi badan, pengukuran minggu pemeriksaan kehamilan dilakukan
tekanan darah, penentuan status gizi, seminggu sekali (Saminem, 2009).
pengukuran TFU, penentuan presentasi dan Pengukuran tekanan darah pada setiap kali
DJJ, skrining imunisasi TT serta temu wicara/ kunjungan dilakukan untuk mengetahui apakah
konseling mencapai angka tertinggi yaitu 100% ibu masuk dalam kehamilan berisiko atau tidak.
sedangkan pemeriksaan laboratorium yaitu Peningkatan tekanan darah yang terjadi
deteksi IMS melalui pemeriksaan shipilis sebelum kehamilan 20 minggu dimana TD >
mencapai angka terendah sebanyak 144 orang 140/90 mmHg, tidak terdapat edema, protein
(72%). urine negatif dan tidak terdapat penyakit ginjal
termasuk dalam kategori hipertensi dalam
PEMBAHASAN kehamilan.
Timbang Berat badan dan ukur TB Kenaikan tekanan darah setelah kehamilan
Pelayanan ANC terpadu standar pertama 20 minggu dimana TD systole 140-160 mmHg
yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi dan diastole 90-100 mmHg, disertai protein urin
badan dilakukan pada 200 ibu (100%) dari total +2 dan edema termasuk dalam preeklampsia
ibu hamil yang melakukan ANC terpadu. Setiap

73
Jurnal SMART Kebidanan, 2019, 6 (2), 70-79 ©SJKB 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v6i2.272 pISSN: 2301-6213, eISSN: 2503-0388
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb

ringan. Sedangkan kenaikan tekanan darah Uteri (TFU) dapat dijadikan perkiraan usia
pada usia kehamilan > 20 minggu dengan TD > kehamilan. Selain untuk menentukan usia
160/100 protein uria + 3 dan bengkak termasuk kehamilan pengukuran TFU digunakan sebagai
dalam kategori preeklampsia berat. Apabila indikator pertumbuhan janin. Tinggi fundus
ditemukan ibu hamil dengan hipertensi dalam uteri yang stabil atau tetap dan turun dapat
kehamilan maka segera dilakukan rujukan ke dijadikan indikator retardasi/ gangguan
RS (Dinkes Gunungkidul, 2017). pertumbuhan janin. Namun sebaliknya tinggi
fundus uteri yang meningkat secara berlebihan
Tentukan status Gizi (LILA) mengidentifikasi adanya jumlah janin lebih dari
Standar penentuan status Gizi dengan satu atau adanya hidramnion. Pengukuran TFU
pengukuran Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) harus dilakukan dengan tehnik konsisten dan
dilakukan pada 200 ibu (100%).Kondisi janin alat ukur yang sama (Kusmiyati, 2010).
didalam kandungan sangat dipengaruhi oleh
keadaan gizi ibu baik sebelum maupun selama Tentukan presentasi dan Denyut Jantung
kehamilan. Wanita hamil berisiko mengalami Janin (DJJ)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) jika memiliki
Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm ( tabel Penentuan presentasi dan denyut jantung
3). janin berdasarkan tabel 3 dilakukan pada 200
Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan ibu (100%). Kehamilan dibagi dalam tiga
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). trimester yaitu trimester pertama usia 0-12
BBLR akan membawa risiko kematian, minggu, trimester kedua 13-27 minggu dan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan trimester ketiga 28-40 minggu. Diagnosis
anak. KEK juga bisa menjadi penyebab tidak kehamilan bisa dilihat dari tanda pasti
langsung kematian ibu. Hasil riskesdas 2018 diantaranya adalah terdengar DJJ ,terasa
menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil KEK gerakan janin, eraba bagian janin dan terdapat
23,3 % dimana angka ini menurun dari kejadian rangka janin. t
ibu hamil KEK tahun 2013 yaitu 24,2 % Letak janin dibagi menjadi letak
(Kemenkes, 2018). membujur/melintang, habitus (fleksi/defleksi)
Ibu hamil yang ditemukan mengalami KEK posisi (menentukan letak kepala) presentasi
mendapatkan pelayanan konsultasi gizi dengan (menentukan bagian terendah letak kepala,
nutrisionis dan memperoleh PMT baik PMT dari letak sungsang atau letak lintang). Letak
Pusat maupun pengadaan dari Puskesmas. belakang kepala ditemukan pada 95 %
PMT yang diberikan kepada ibu hamil KEK kehamilan karena sesuai dengan sumbu
berupa makanan tambahan berupa biscuit, uterus. Fundus uteri merupakan tempat yang
kacang hijau, gula jawa, abon, mie yang luas sehingga dengan bokong. Kepala
diberikan selama 90 hari. Hal ini sesuai dengan merupakan bagian yang berat sehingga berada
dara riskesdas tahun 2018 data ibu hamil yang dibawah. Jumlah janin dengan letak sungsang
memperoleh PMT sebanyak 25,2%. 3,5 % dan letak lintang 0,5 %. Punggung kiri
Kenyatannya di Indonesia masih banyak ibu lebih banyak daripada punggung kanan
hamil yang kurus maupun anemia. Hal ini (Saminem, 2009).
disebabkan asupan makanannya selama hamil
tidak mencukupi untuk dirinya sendiri dan untuk Skrining status TT
janinnya. Selain itu juga diperparah kondisi Tabel 3 sebanyak 200 ibu (100%) ibu
beban kerja ibu hamil yang mungkin lebih berat ditentukan status TT nya pada saat ANC.
dibandingkan sebelum hamil (Kemenkes, Penentuan status TT dilakukan pada saat
2015). kontak pertama ibu dengan tenaga kesehatan.
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) Skrining status TT ditentukan dari riwayat
Standar pengukuran TFU dilakukan pada imunisasi TT sebelumnya.
200 ibu (100%). Pengukuran Tinggi Fundus Standar penimbangan berat badan dan ukur
tinggi badan, ukur tekanan darah,tentukan
74
Bundarini dan Fitriahadi, Gambaran Kelengkapan Antenatal Care Terpadu ..….
SJKB, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 70-79

status gizi, pengukuran TFU, tentukan perkembangan janin saat kehamilan maupun
presentasi dan DJJ serta skrining status TT setelahnya (Kemenkes, 2018).
mencapai 100%. Angka ini tertinggi Ibu hamil dianjurkan mengonsumsi paling
dibandingkan standar yang lain. Dari seluruh sedikit 90 pil zat besi selama kehamilan.
populasi ibu hamil yang melahirkan pada tahun Melalui pemeriksaan ANC diharapkan ibu hamil
2018 sebanyak 201 orang, satu orang ibu hamil mendapatkan minimal 90 tablet Fe dan dapat
tidak melakukan pemeriksaan ANC selama mengonsumsi dengan benar. Hal ini sejalan
kehamilan. Beberapa faktor menyebabkan ibu dengan penelitian yang dilakukan oleh
tidak melakukan pemeriksaan kehamilan (Lesilolo, Engka, & Wunguow, 2016) bahwa
diantaranya dilihat dari karakteristik ibu bahwa ada hubungan ANC dengan kadar hemoglobin,
pendidikan dasar SD dan SMP mencapai dimana dari hasil uji chi square pada tingkat
angka 73,5 %. Hal ini sejalan dengan penelitian kemaknaan 95 % menunjukkan nilai p=0,047
yang dilakukan oleh (Addina, 2018) terhadap lebih kecil dari nilai ἀ=0,05 menunjukkan
100 responden dimana 81orang usia 20-35 bahwa terdapat hubungan antara antenatal
tahun dan 38 berpendidikan rendah. Dari hasil terhadap hemoglobin.
chi square nilai p value untuk usia 0,130 dan Tablet Fe yang diterima ibu sebanyak 90
untuk tingkat pendidikan 0,007 sehingga tablet harus dipantau apakah tablet besi
kesimpulannya tidak ada hubungan antara usia tersebut diminum oleh ibu hamil atau tidak.
ibu dengan kepatuhan periksa akan tetapi ada Tingginya prevalensi anemia dipengaruhi juga
hubungan antara tingkat pendidikan dengan oleh kurangnya pengetahuan serta sikap ibu
kepatuhan ANC di RS Pekajangan. hamil terutama kepatuhan ibu dalam
Hasil penelitian (Irianti, 2017) menyatakan mengkonsumsi tablet Fe. Kepatuhan ibu
bahwa semakin tinggi pendidikan ibu semakin terhadap konsumsi fe dapat ditingkatkan
mudah menerima informasi. Seseorang dengan dengan peningkatan pemberian pendidikan
tingkat pendidikan rendah cenderung lebih sulit kesehatan (Makmun & Ismarwati, 2016).
menerima informasi lebih tertutup dan sulit
mengambil keputusan. Akibatnya bila ada Pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus
informasi baru penerimaannya lebih lambat. Pemeriksaan hemoglobin sebanyak 178
Orang dengan pendidikan lebih tinggi (89%), golongan darah 176 (88%), protein urine
cenderung lebih terbuka, mudah menerima 161 (80,5%), rapid test HIV 167 (83,5%),
informasi. Dengan mendapat informasi lebih HBSAG 167 (83,5%) dan shipilis 144 (72%).
banyak ibu akan menilai apakah persepsi yang Pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus
dimiliki benar atau salah. untuk ibu hamil terdiri dari pemeriksaan
haemoglobin, golongan darah, protein urine,
Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet. rapid test HIV, HBSAG dan Shipilis.
Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE 90 Peneliti berpendapat bahwa untuk
tablet sebanyak 172 (86,0%). Standar ANC pemeriksaan laboratorium baik rutin dan
terpadu ketujuh adalah pemberian tablet Fe khusus masih terkendala ketersediaan reagen
minimal 90 tablet selama kehamilan. Angka ini yang belum mencukupi, tenaga laborat yang
lebih rendah dari target nasional 95 %. hanya 1 orang dan pemahaman bidan belum
Diperkirakan 41,8% ibu hamil di seluruh dunia sama serta kebijakan tripel elimination muncul
mengalami anemia. Paling tidak setengahnya setelah pertengahan tahun.
disebabkan karena kekurangan zat besi. Ibu Pemeriksaan laboratorium mencapai angka
hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin yang paling rendah dibandingkan dengan
kurang dari 11 mg/L. Anemia pada ibu hamil standar yang lain dalam ANC terpadu. Hal ini
dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran sejalan dengan penelitian yang dilakukan
prematur, kematian ibu dan anak serta penyakit (Mikrajab dan Rahmawati, 2016) bahwa untuk
infeksi. Anemia defisiensi besi pada ibu hamil pemeriksaan IMS masih belum bisa dilakukan
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

75
Jurnal SMART Kebidanan, 2019, 6 (2), 70-79 ©SJKB 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v6i2.272 pISSN: 2301-6213, eISSN: 2503-0388
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb

karena keterbatasan alat pemeriksaan dan gusi antara 2 gigi yang disebut epulis
petugas yang belum dilatih. gravidarum. Selama kehamilan tingkat
Rendahnya cakupan pemeriksaan laborat progesteron pada ibu hamil 10 kali lebih tinggi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dari biasanya. Hal ini meningkatkan
(Kusyanti & Maydianasari, 2019) bahwa pertumbuhan bakteri tertentu yang
responden merasakan bahwa untuk pelayanan menyebabkan peradangan gusi. Disamping itu
di laborat banyak kendala saat pasien mau perubahan kekebalan tubuh selama kehamilan
periksa ternyata petugas ada rapat atau dinas menyebabkan reaksi tubuh yang berbeda
luar, sehingga tidak terlayani sesuai jadwal dan dalam menghadapi bakteri penyebab radang
pasien harus datang lagi, selain itu tugas gusi.
laboran mempunyai dobel job. Kehamilan tidak langsung menyebabkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gigi berlubang atau menjadi lebih cepatnya
semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan proses gigi berlubang yang sudah ada pada
test Sipilis/ IMS, HBSAGdan HIV test masa kehamilan. Faktor faktor yang
berdasarkan inisiasi petugas (TIPK). Hal ini menyebabkan cepatnya proses gigi berlubang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang sudah ada pada wanita hamil diantaranya
(Oktavia & Lolli, 2018) bahwa semua ibu hamil PH saliva yang lebih asam. Gigi berlubang
yang melakukan test HIV berdasarkan inisiatif dapat menyebabkan rasa ngilu, pusing, sakit
petugas kesehatan dan tidak ada ibu hamil berdenyut dan bahkan pipi bengkak.
yang melakukan test atas inisiatif sendiri. Peran Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
konselor yang baik membantu ibu hamil untuk bermanfaat untuk menjaga kondisi janin agar
secara sukarela untuk mengikuti test tetap tumbuh dan berkembang secara sehat
HIV.Kebijakan test HIV, IMS dan HBSAG dan sempurna, serta mencegah terjadinya
sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang kelahiran bayi dengan berat badan tidak normal
triple elimination. atau kelahiran prematur. Penyakit gigi dan
mulut yang tidak dirawat dapat menjadi sumber
Tata Laksana Kasus infeksi dan bisa menyebar melalui peredaran
Standar tata laksana kasus mencapai 171 darah ke organ-organ tubuh yang lain misalnya
orang (85,5%). Standar tata laksana kasus ke jantung, ginjal, saluran pencernaan, kulit dan
dimaksudkan untuk memberikan mata.
penatalaksanaan secara khusus masalah diluar
kehamilan yang dialami ibu berkaitan dengan Temu Wicara / Konseling
penyakit lain yaitu pemeriksaan kesehatan Temu wicara konseling sebanyak 200 orang
umum dan kesehatan gigi. (100%). Hal ini dilakukan pada saat
Dalam kehamilan terjadi perubahan- pemeriksaan kehamilan sesuai dengan
perubahan fisiologis di dalam tubuh seperti permasalahan yang ditemukan menggunakan
perubahan system kardiovaskuler, hematologi, media yang ada diantaranya adalah dengan
respirasi dan endokrin. Perubahan fisiologis menggunakan buku KIA.
tersebut diantaranya penurunan PH saliva, Pemberian pelayanan antenatal care
morning sickness, perubahan tingkah laku terpadu merupakan pelayanan komprehensif
diluar kebiasaan yang menyebabkan ibu sering dan berkualitas yang dilakukan melalui
kali mengabaikan kebersihan dirinya termasuk pemberian pelayanan dan konseling kesehatan
kebersihan giginya sehingga ibu hamil sangat termasuk stimulasi dan gizi agar kehamilan
rawan atau peka terhadap penyakit gigi dan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan
mulut (Kemenkes, 2012). cerdas. Deteksi dini masalah, penyakit dan
Permasalahan yang sering muncul karena penyulit/komplikasi kehamilan, penyiapan
perubahan hormonal yang dapat menyebabkan persalinan yang bersih dan aman,
kelainan rongga mulut antara lain peradangan perencanaan, antisipasi dan persiapan dini
pada gusi (gingivitis), timbulnya benjolan pada untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi, penatalaksanaan kasus
76
Bundarini dan Fitriahadi, Gambaran Kelengkapan Antenatal Care Terpadu ..….
SJKB, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 70-79

serta rujukan cepat dan tepat bila diperlukan. Di Tabel 3 menunjukkan ibu hamil yang
dalam konseling Melibatkan ibu, suami dan memperoleh pelayanan ANC terpadu lengkap
keluarga dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu 10 T sebanyak 144 orang (72%) sedangkan
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ANC
bila terjadi penyulit/komplikasi (Kemenkes, terpadu tidak lengkap sebesar 57 orang
2014). (28%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
Peran lintas sektoral dalam hal ini sangat dilakukan oleh (Septiningsih, 2018) bahwa dari
diperlukan dalam penggerakan kesadaran 43 ibu hamil yang melakukan ANC, 31 orang
masyarakat. Peran dan Dukungan masyarakat (72,1%) mendapatkan ANC sesuai standar dan
dalam pelaksanaan pelayanan kehamilan dapat 12 orang ( 27,9%) mendapat ANC kurang
berupa Program Perencanaan Persalinan dan sesuai standar.
Pencegahan Komplikasi (P4K), Peneliti berpendapat ibu hamil yang belum
penyelenggaraan kelas ibu hamil, kemitraan lengkap dalam memperoleh pelayanan 10 T
bidan dan dukun serta rumah tunggu kelahiran. dikarenakan beberapa faktor diantaranya
Peran masyarakat tersebut dapat adalah keterbatasan tenaga kesehatan yang
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan memberi pelayanan yaitu dokter umum, dokter
kebutuhan masyarakat setempat (Kemenkes, gigi dan tenaga laboran yang hanya 1 orang.
2014). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Program Perencanaan Persalinan dan dilakukan oleh (Heriati, 2009) bahwa terdapat
Pencegahan Komplikasi merupakan suatu hubungan yang bermakna peran tenaga
kegiatan dalam rangka meningkatkan cakupan kesehatan dengan pemeriksaan kehamilan
dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan (K4). Jumlah tenaga yang terbatas dan
bayi baru lahir. kegiatan P4K dilakukan melalui ditambah peran ganda menyebabkan
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan keterbatasan dalam memberikan layanan.
masyarakat dalam merencanakan persalinan Seperti ditulis (Marmi & Margiyati, 2013) bahwa
yang bersih dan aman dan persiapan tiga faktor utama penentu perilaku atau sikap
menghadapi komplikasi kehamilan, persalinan sehat adalah faktor predisposisi antara lain
dan nifas termasuk perencanaan KB pasca pengetahuan, sikap dan keyakinan, faktor
melahirkan (Kemenkes, 2014). pemungkin antara lain sarana prasarana dan
Kegiatan dalam P4K meliputi pendataan fasilitas kesehatan dan faktor penguat yaitu
sasaran, penyiapan donor darah, penyiapan faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat
tabungan ibu bersalin, penyiapan perilaku
ambulans/tranportasi, pengenalan tanda Hubungan kinerja tenaga kesehatan
bahaya kehamilan dan persalinan serta terhadap pelaksanaan ANC terpadu seperti
penandatanganan amanat persalinan. Kegiatan dalam penelitian yang dilakukan oleh
P4K tersebut dilakukan saat temu (Christiana , Sofoewan, & Fitriani, 2016) bahwa
wicara/konseling dalam ANC Terpadu. terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja tenaga kesehatan dalam pelayanan
Kelengkapan pelayanan ANC Terpadu ANC terpadu diantaranya adalah umur,
Tabel 3 Distribusi Kelengkapan Pelayanan kepemimpinan, sikap dan motivasi yang baik.
ANC Terpadu di Puskesmas Tepus II tahun Peran tenaga kesehatan dalam
2018 kelengkapan pemeriksaan kehamilan sejalan
No. Standart ANC Frekuensi Persentase dengan penelitian yang dilakukan oleh
Terpadu ( n=200) (%) (Fitrayeni, Suryati, & Faranti, 2015) bahwa
1 Lengkap 144 72 kunjungan ANC tidak lengkap banyak terdapat
2 Tidak lengkap 56 28
Jumlah 200 100
pada responden dengan peran bidan kurang
baik dibandingkan peran bidan yang baik. Hasil
analisis bivariat diketahui ada hubungan yang

77
Jurnal SMART Kebidanan, 2019, 6 (2), 70-79 ©SJKB 2019
DOI: http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v6i2.272 pISSN: 2301-6213, eISSN: 2503-0388
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb

bermakna antara peran bidan dengan kalender kehamilan, totebag dan mug. Dengan
kelengkapan kunjungan ANC (p value = 0,003). media tersebut ibu hamil dapat melihat lebih
Sarana prasarana juga mendukung ibu nyata dampak yang ditimbulkan apabila ibu
hamil untuk memperoleh pelayanan antenatal hamil tidak melakukan pemeriksaan dengan
care dengan lengkap. Ketersediaan reagen lengkap (Setiono, Mulyanto, & Haryadi, 2015).
untuk pemeriksaan laboratorium harus
mencukupi sesuai dengan sasaran ibu hamil KESIMPULAN DAN SARAN
yang ada. Pemeriksaan laboratorium rutin dan Pelayanan Antenatal Care Terpadu yang
khusus sangat bermanfaat untuk mendeteksi lengkap sesuai standar 10 T sebanyak 144
faktor risiko yang muncul pada ibu hamil. Hal ini orang (72%) dan ibu hamil yang memperoleh
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pelayanan ANC kurang lengkap 57 orang
Azizah dalam (Nuraisya, 2018) bahwa ANC (28%). Ibu hamil diharapkan segera mungkin
terpadu penting dilaksanakan untuk mendeteksi melakukan pemeriksaan kehamilan setelah
adanya masalah dalam kehamilan. Hal ini diketahui hamil, sehingga memperoleh
menunjukkan betapa pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kehamilan sesuai standar karena
ANC terpadu yang dilaksanakan oleh dapat mendeteksi adanya faktor-faktor risiko
Puskesmas yang memiliki sumber daya yang muncul seawal mungkin, diharapkan
manusia dan sarana laboratorium yang lebih komplikasi bisa diminimalkan dan diberikan
memadai. penanganan sesegera mungkin.
Perlunya peningkatan kesadaran
masyarakat untuk periksa hamil seawal
mungkin lebih ditingkatkan melalui kerjasama REFERENSI
lintas sektoral. Dukungan keluarga masyarakat Addina, N. (2018). Hubungan Usia dan Tingkat
dan lintas sektoral berpengaruh terhadap Pendidikan Ibu hamil terhadap
perubahan perilaku kesehatan seperti ditulis Kepatuhan Melaksanakan Ante Natal
(Marmi & Margiyati, 2013) bahwa ada lima Care (ANC) di RSI Pekajangan.
determinan perilaku yaitu adanya niat, Publikasi Ilmiah.
Dukungan dari masyarakat, terjangkaunya Benson, R. c., & Pernoll, M. I. (2008). Buku
informasi adanya otonomi/kekebasan pribadi Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
dan adanya kondisi dan situasi yang EGC.
memungkinkan. Christiana , E., Sofoewan, S., & Fitriani, H.
Kelengkapan ibu dalam memperoleh (2016). Faktor-faktor yang berhubungan
pelayanan ANC terpadu dipengaruhi kepatuhan dengan kinerja Tenaga Kesehatan
ibu dalam melakukan pemeriksaan. Tingkat Dalam Pelayanan Antenatal Care
pendidikan, mempengaruhi kelengkapan ibu Terpadu. Jurnal Kebidanan dan
dalam memperoleh pelayanan ANC sejalan Keperawatan, 135-142.
dengan penelitian (Rachmawati, Puspitasari, & Corneles, S. M., & Losu, F. N. (2015).
Cania, 2017) kepatuhan ibu hamil dalam Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC) Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
dipengaruhi oleh faktor usia, tingkat pendidikan, Kehamilan Risiko Tinggi. Jurnal Ilmiah
sikap, jarak tempat tinggal, penghasilan Bidan.
keluarga, sarana media informasi, dukungan Creswell, J. W. (2017). Research Design
suami, dukungan keluarga serta dukungan dari Pendekatan Kualitatif,kuantitatif dan
petugas kesehatan. Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam Dinkes DIY. (2017). Profil Kesehatan.
pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan Yogyakarta: Dinkes DIY.
melalui iklan layanan masyarakat. Iklan layanan Fitrayeni, Suryati, & Faranti, R. M. (2015).
masyarakatdapat melalui audio visual yang Penyebab Rendahnya Kelengkapan
menarik ditambah leaflet, poster, pulpen, Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran.
78
Bundarini dan Fitriahadi, Gambaran Kelengkapan Antenatal Care Terpadu ..….
SJKB, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 70-79

Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, Mufdlilah. (2009). Panduan Asuhan Kebidanan


101-107. Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.
Heriati. (2009). Faktor-faktor yang Nuraisya, W. (2018). Deteksi Risiko Tinggi
mempengaruhi rendahnya Cakupan Kehamilan pada Pelayanan
kunjungan ulang Pemeriksaan ANCTerpadu di Puskesmas Bendo
Kehamilan (K4) di Puskesmas Sei Kabupaten Kediri. Jurnal Kesehatan
Nyamuk tahun 2008. Skripsi FKM Andalas, 7(2).
UNAIR. Oktavia, N., & Lolli, E. Z. (2018). Pelaksanaan
Hipson, M. (2016). Hubungan antara Umur, Konseling pra-tes meningkatkan tingkat
Paritas dan Pendidikan dengan Kejadian Pemahaman Ibu hamil tentang
Eklapmsia di Rumah Sakit pemeriksaan HIV dan Hepatitis B . Jurnal
Muhammadiyah Palembang. Temu Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah,
Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian 40-48.
Masyarakat RAKERNAS AIPKEMA. Onyeajam, D. J., Xirasagar, S., Khan, M. M.,
Irianti, S. (2017). Determinan Kunjungan K4 Hardin, J. W., & Odutolu, O. (2018).
pada ibu hamil Trimester III di Poli Antenatal Satisfaction in a developing
Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten country: a cross-sectional strudy from
Pandeglang. Faletehan health Jurnal. nigeria. BMC Public health, 18:363.
Kemenkes. (2014). Pedoman Antenatal Care Puskesmas Tepus II. (2018). Laporan PWS
Terpadu. KIA.
Kompas. (2016). Terlalu Lelah Bekerja Puspitasari, E., Hakimi, M., & Nurhidayati, E.
Pengaruhi Ukuran Janin. (2017). Hubungan Faktor
Kusmiyati, Y. (2010). Perawatan Ibu Hamil. Sosiodemografi dengan Kunjungan
Yogyakarta: Fitramaya. Antenatal Care. Jurnal Kebidanan dan
Kusyanti, F., & Maydianasari, L. (2019). Studi Keperawatan, 55-61.
Kasus Kinerja Bidan Dalam Pelaksanaan Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., & Cania,
Antenatal Care (ANC) Terpadu Di E. (2017). Faktor-faktor yang
Puskesmas Wilayah Kerja Dinas mempengaruhi Kunjungan Antenatal
Kesehatan Kabupaten Magelang Jawa Care (ANC). Majority, Volume 7 No 1.
Tengah. Jurnal Medika Respati, Vol 14 Saminem. (2009). Kehamilan Normal. Jakarta:
Nomor 1. EGC.
Lesilolo, T. N., Engka, J. N., & Wunguow, H. I. Septiningsih. (2018). Hubungan Pelaksanaan
(2016). Hubungan Pemberian Tablet Standar Pelayanan Antenatal Care
Besi Dan Antenatal Care Terhadap (ANC) dengan Deteksi Risiko Tinggi
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil di Pada Ibu hamil Oleh Tenaga Kesehatan
Kabupaten Bolaang Mongondouw Utara. di Puskesmas Gamping I
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4 Sleman.Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Nomor 1. 'Aisyiyah Yogyakarta.
Makmun, I., & Ismarwati. (2016). Pengaruh Setiono, T., Mulyanto, E., & Haryadi, T. (2015).
Pemberian Pendidikan Kesehatan Meningkatkan Kesadatran Ibu hamil
Terhadap Sikap Mengkonsumsi Tablet Terhadap antenatal Care (Pemeriksaan
Fe Pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Kehamilan) melalui Iklan layanan
dan Keperawatan, 95-102. Masyarakat.Skripsi. Kudus: Universitas
Marmi, & Margiyati. (2013). Pengantar Dian Nuswantoro
Psikologi Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

79

Anda mungkin juga menyukai