Anda di halaman 1dari 9

Apa itu Pondasi?

(Harian Bisnis)
Pondasi adalah struktur bangunan paling bawah dan dasar yang berfungsi menyalurkan beban
dari struktur diatasnya ke lapisan tanah pendukung atau batuan yang berada di bawahnya. 

Sebagai elemen struktur bawah bangunan dan bagian terendah dari sebuah bangunan, maka
pondasi langsung berhubungan dengan tanah.

Cara kerja pondasi adalah menahan beban dari bangunan diatasnya lalu disalurkan melalui
elemen struktur horizontal atau vertika yang selanjutnya beban tersebut dilanjutkan ke tanah
dasar.

Perencanaan pondasi harus didasari beberapa aspek, diantaranya:

 Fungsi dari bangunan.


 Jenis tanah.
 Kedalaman tanah keras pendukung pondasi.
 Aspek biaya (finansial).
Syarat Umum Pembuatan Pondasi Bangunan (Ilmu Rumah)
Pembuatan pondasi tidak bisa dibuat sembarangan. Selain didasari pada beberapa aspek yang
telah disebutkan sebelumnya, pondasi juga harus memenuhi syarat-syarat lainnya, diantaranya:

 Kedalaman pondasi harus memadai dan mampu menghindarkan pergerakan tanah lateral dari
bawah pondasi.
 Sistem pondasi harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau pergeseran
tanah.
 Sistem pondasi harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh bahan
berbahaya yang terdapat di dalam tanah.
 Pondasi harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan geometri konstruksi atau
lapangan selama proses pelaksanaan perlu dilakukan.
 Harus memenuhi syarat standar untuk perlindungan lingkungan. 
 Jika kondisi tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. 
 Kalau tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang mini pile, pondasi sumuran atau pondasi
bored pile.
 Jika tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan tanah maka
jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.
Fungsi Pondasi pada Sebuah Bangunan (Konstruksi Sipil)
Dalam sebuah pembangunan, pondasi memiliki peranan yang sangat penting. Fungsi utama
pondasi adalah sebagai penopang beban bangunan.

Selain itu, melalui pondasi yang kuat, maka akan menghasilkan bangunan yang kuat dan
kokoh.

Pondasi juga berfungsi sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas
muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut.  

Jika pondasi tidak dibuat benar, maka ada kemungkinan bangunan akan mengalami masalah di
kemudian hari. 

Misalnya, pembangunan rumah di tanah bekas sawah, sehingga kondisi tanah belum stabil,
membutuhkan perencanaan pondasi yang tepat. 
Jenis-jenis Pondasi
Secara umum, jenis pondasi  dibedakan menjadi tipe dangkal dan pondasi dalam. Pondasi tipe
dangkal biasanya dibuat di kedalaman yang rendah sekitar 1/3 dari panjang pondasi dengan
kedalaman 3 meter.

Sementara pondasi tipe dalam dibuat pada permukaan tanah dengan kedalaman pondasi lebih
dari 3 meter.

Untuk lebih jelas, berikut ini jenis pondasi yang digunakan pada bangunan: 

Tipe Dangkal: Pondasi Tapak  


Pondasi tapak adalah pondasi yang terbuat dari susunan beton bertulang dengan memiliki
struktur yang kuat. Biasanya, pondasi tapak dipasangkan pada tanah yang memiliki sifat keras
dan memiliki bangunan struktur yang tinggi. 

Bentuk pondasi tapak dirancang dengan tumpuan yang terpusat pada satu titik sebagai
penahan beban bangunan dengan detail melingkar atau persegi, dengan opsi lain secara
bertingkat untuk menampung bobot berat dari kolom. 

Bila tanah di lokasi adalah tanah keras dan juga memiliki kedalaman tidak lebih dari 3 meter.
Untuk pondasi dangkal ini kita bisa menggunakan pondasi telapak maupun strauss pile dan
juga bisa menggunakan cakar ayam. Karena pondasi-pondasi tersebut masuk dalam kategori
pondasi dalam. 

Pondasi dangkal ini hanya cocok di terapkan untuk tanah keras, bukan tanah gambut dan
sejenisnya. Pondasi dangkal ini hanya cocok digunakan untuk bangunan diatasnya yang
bebannya tidak terlalu besar dan tidak pula bertingkat banyak.

Baca Juga: Pertimbangan dan Tips Membangun Rumah Bertingkat


Tipe Dangkal: Pondasi Jalur (Strip Foundation) (UD Harga Bangunan)
Jenis pondasi jalur didesain dengan bentuk persegi memanjang yang terbuat dari material batu
kali, pecahan batu, dan cor beton yang dicampur tanpa adanya tulang.

Pondasi jalur atau pondasi memanjang digunakan untuk bangunan dengan beban memanjang.

Tipe Dangkal: Pondasi Bentuk Rakit (Raft Foundation)


Pondasi rakit disusun dari pelat beton bertulang yang berukuran besar yang dipakai pada tanah
yang memiliki daya tahan rendah. Jenis pondasi ini dibuat untuk bangunan rumah dengan area
luas dan struktur pembagian beban yang tersebar secara merata. 

Komposisi utamanya terbuat dari susunan beton-beton berukuran besar menggunakan bantuan
beton bertulang sebagai antisipasi lahan yang memiliki daya tahan rendah.  

Tipe Dangkal: Pondasi Sumuran (Cyclop Beton)


Pondasi sumuran adalah salah satu jenis pondasi dalam yang menjadi peralihan antara pondasi
dangkal serta pondasi tiang. Bentuk struktur pondasi ini layaknya sumur bulat yang terbuat dari
beton selebar 60-80 cm dipasang dengan kedalaman 1-2 meter di bawah permukaan tanah. 

Bak penampung kosong ini nantinya akan dipenuhi dengan campuran beton cor, bebatuan kali,
serta berbagai elemen besi pada bagian atas.
Tipe Dangkal: Pondasi Umpak
(Dark Specialist Ds Note)
Pondasi rumah umpak adalah jenis pondasi yang cocok diterapkan pada daerah yang rawan
bencana gempa bumi. Jenis pondasi umpak tahan terhadap goncangan bisa jadi pilihan karena
kemampuannya untuk menyesuaikan struktur bangunan di kala tanah bergoyang.

Ini didapatkan dari penempatan pondasi di atas tanah yang dibuat sangat padat menggunakan
batu kali yang diikat dengan konstruksi sloof. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang-
tiang penyangga dan digunakan pada rumah sederhana.

Tipe Dangkal: Pondasi Beton Lajur


(Beton Percast)
Masih jenis pondasi tipe dangkal, model beton lajur punya kekuatan penopang yang sangat baik
karena proses konstruksi yang mendukung jejeran kolom bangunan dengan rangka beton
bertulang yang telah dipadatkan. 

Biaya yang perlu dikeluarkan untuk membangun pondasi ini juga lebih murah dibandingkan
pondasi batu kali yang cocok untuk pengganti pondasi dengan ukuran yang lebar.

Tipe Dalam: Pondasi Tiang Pancang


(Asiacon)
Pondasi tiang pancang menggunakan sistem pabrikasi, terbuat dari beton jadi yang ditancapkan
ke dalam tanah. Jenis pondasi satu ini cocok diterapkan pada tanah yang memiliki kondisi
lembek atau memiliki kandungan air yang tinggi.

Keuntungan menggunakan pondasi tiang pancang adalah mendapatkan mutu beton dengan
kualitas yang terjamin.

Apabila tanah dilokasi adalah bukan tanah keras dan juga memiliki kedalaman yang sangat
dalam bahkan bisa mencapai belasan bahkan puluhan meter dari muka tanah. Untuk pondasi
dalam bisa menggunakan pondasi tiang pancang atau bor pile. 

Pondasi dalam ini cocok bila diterapkan pada tanah yang lunak, seperti tanah gambut dan
sejenisnya dan juga cocok digunak untuk bangunan-bangunan dengan beban yang besar dan
bertingkat.

Dari semua jenis pondasi tersebut tentunya ada kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Terlebih pada pondasi dalam seperti tiang pancang dan juga bor pile. Berikut kelebihan dan
kekurangan antara pondasi tiang pancang dan juga bor pile:

Baca Juga: Cara Membuat Bedeng Pekerja 1 M2


Tipe Dalam: Pondasi Piers(Pinterest)
Pondasi piers memiliki fungsi meneruskan beban berat struktural pada bangunan. Tak berbeda
jauh dengan model tiang pancang, piers foundation dirancang dengan pemasangan struktur ke
liang galian yang telah dipersiapkan sebelumnya. 

Bentuknya memakai material beton precast yang dapat dibuat sesuai kebutuhan sehingga
menghemat biaya yang perlu dikeluarkan untuk proses konstruksi. 
Pondasi Bore Pile
(YouTube)
Pondasi bore pile merupakan pondasi yang dibangun di dalam permukaan tanah dengan cara
membuat lubang.

Lubang pondasi bore pile dibuat menggunakan bor kemudian dimasukkan ke kedalaman tanah
yang dibutuhkan. 

Pondasi ini dapat menahan beban struktur dengan melawan gaya angkat, sehingga dapat
membantu struktur bagian dalam.

Tiang Pancang
(Pixabay)
Kelebihan

 Waktu pengerjaannya cepat.


 Pemancangan mudah.
 Kualitas dan mutu terjamin.
 Pelaksanaanya tidak menimbulkan getaran dan tidak pula menimbulkan suara yang bising
seperti tiang pancang.
Kekurangan

 Saat pelaksanaan menimbulkan getaran yang besar dan juga suara yang sangat bising,
sehingga mengganggu lingkungan sekitar.
 Bor pile
 Waktu pelaksanaan terlalu lama.
 Pelaksanaannya lebih rumit dan butuh ketelitian serta pengawasan yang ketat.
 Kualitaspun tidak bisa dijamin, karena pelaksanaan dan pembuatan dilakukan secara manual
tidak menggunakan mesin cetak seperti halnya tiang pancang.
Untuk pondasi dalam penggunaannya tergantung lokasi proyek. Apabila jauh dari pemukiman
lebih disarankan menggunakan pondasi tiang pancang, tapi apabila lokasi proyek tersebut di
tengah-tengah lingkungan penduduk, maka lebih disarankan menggunakan bor pile
Pengertian Sloof

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof berfungsi
mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban yang tersalurkan
setiap titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding
dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah.
Sebagai tambahan pada sloof, untuk bangunan tahan terhadap gempa maka disempurnakan
pada ikatan antara sloof dengan pondasi yaitu dengan memberikan angker dengan beri
diameter 12 mm dengan jarak 1,5 meter. namun angka ini dapat berubah untuk bangunan
yang lebih besar atau bangunan bertingkat banyak.

Secara singkat, sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas


pondasi. Kesimpulannya, Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari atas (dinding dan kolom)
untuk disalurkan ke pondasi. Sehingga semua beban yang terdistribusikan ke dalam pondasi
kurang lebih sama. Selain itu Sloof berfungsi sebagai pengikat antara dinding, kolom dan
pondasi.

Definisi Sloof
Sloof merupakan jenis konstruksi beton bertulang yang sengaja di desain khusus luas
penampang dan jumlah pembesiannya disesuaikan dengan kebutuhan beban yang akan dipikul
oleh sloof tersebut nantinya. Untuk menentukan luas penampang (ukuran sloof ini), dibutuhkan
perhitungan teknis yang tepat agar sloof tersebut nanti “benar-benar mampu” untuk memikul
beban dinding bata diatasnya nanti. Untuk itu, ada baiknya kita menggunakan jasa konsultan
untuk menghitung dan mendesain dimensi sloof ini.

ilustrasi tie beam

Sloof kadang juga di sebut Tie Beam, atau Grade Beam. Semua wujudnya sama tapi fungsinya
yang berbeda-beda. Sloof adalah elemen penting dalam struktur yang berada pada dasar
struktur tersebut, sloof serupa dengan balok namun perbedaannya terletak pada tempatnya
saja.

Sloof atau Tie Beam sebagian besar sekarang di pakai adalah dari beton bertulang yang di
hitung sesuai dengan ketentuan pondasi yang ada dengan dasar mengunakan SNI sebagai
sumber acuan perhitungan.

Fungsi Sloof
Fungsi sloof sangat penting dalam struktur, diantaranya sebagai penahan beban yang ada di
atasnya seperti dinding, jendela, kusen untuk di salurkan ke ujung-ujungnya atau ke bagian
pondasi sehingga pondasi tidak langsung menerima beban dari atas.

letak sloof sebagai penahan dan pengikat


Sloof berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut “berdiri” pada beton
yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding
rumah menjadi retak atau pecah. Selain itu Sloof juga memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Menerima beban dari bagian bangunan diatasnya, seperti pasangan dinding, pintu,
jendela, dan sejenisnya.
2. Meratakan beban yang diterima dari bangunan diatasnya untuk kemudian disalurkan
menuju pondasi.
3. Sebagai pengikat antar kolom sehingga struktur bangunan menjadi kaku dan aman
terhadap goncangan akibat angin, gempa, dan lain-lain.
4. Sebagai dinding penahan material urugan tanah, pasangan keramik dan berbagai
macam pekerjaan lantai bangunan agar bisa tetap berada pada posisi yang
direncanakan.
5. Sloof juga bisa difungsikan sebagai ornamen untuk memperindah arsitektur
bangunan, terutama sloof yang lokasinya diatas permukaan tanah sehingga bisa
langsung terlihat oleh orang.
Selain itu, dari segi sosial, dengan adanya sistem struktur sloof maka beberapa orang bisa
memperoleh pendapatan, ada tukang bangunan yang mendapatkan upah kerja, ada pengusaha
besi begel yang mendapat keuntungan dari penjualan, ada toko bangunan yang mendapatkan
laba dari hasil penjualan material, ada juga arsitek atau insinyur yang mendapatkan
penghasilan dari kegiatan menghitung, merancang dan melaksanakan pembangunan.

Baca Juga:

 Download Gambar Skema Penulangan Sloof Format DWG AutoCAD


 Download Detail Potongan Sloof, Kolom, dan Balok DWG AutoCAD
 Cara Menghitung Panjang Besi Kolom diatas Pondasi Tapak (Kolom dibawah Sloof)

Macam-Macam Sloof
Berikut ini beberapa macam sloof yang biasa di pakai oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya, diantaranya sebagai berikut:

1. Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang


sloof beton bertulang

Konstruksi sloof ini bisa digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut
dimaksudkan untuk rumah atau gedung (bangunan) tidak bertingkat dengan perlengkapan
kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton
bertulang adalah > 15/20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga bisa dimanfaatkan
sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.2. Konstruksi Sloof dari Batu Bata

sloof batu bata

Rollag dibuat dari susunan batu bata yang di pasang dengan cara melintang dan diikat dengan
adukan pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rollag ini tidak
memenuhi syarat untuk membagi beban.
3. Konstruksi Sloof dari Kayu
ilustrasi sloof dari kayu

Konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat),
sloof dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di atas pondasi
lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal.

Metode Pelaksanaan Sloof


Dalam pengerjaan sloof pada bangunan proyek, pengerjaan sloof mempunyai metode
pelaksanaan sesuai dengan gambar kerja. Berikut langkah-langkah dalam pekerjaan sloof:

1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix Formula
untuk pekerjaan sloof.
2. Menyiapkan sepatu kolom. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada titik
koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan. Sepatu kolom biasanya
menggunakan besi stek yang dibor pada lantai.
3. Melakukan perakitan besi sesuai dengan soft drawing.
4. Memasang bekisting sloof, jangan lupa beton decking atau tahu beton penyangga besi
tulangan. Tujuan beton decking ini untuk menjaga jarak selimut beton agar tidak
berubah selama proses pengecoran.
5. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran sloof yang
digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci sloof tersebut harus
menggunakan tie rod. Tie rod bisa dibuat sendiri atau membeli yang sudah jadi. Jika
ingin membuat sendiri bisa menggunakan as drat ukuran 10 mm, besi ulir 10 mm dan
plat besi tebal 3-5 mm. Jarak sloof sangat tergantung dari jarak pasangan kolom.
Apabila jarak kolom sekitar 3-4 m maka jumlah sabuk sloof 2 dengan jarak dibagi
rata. Namun jika jarak kolom lebih dari 4 m maka menyesuaikan dengan prinsip
semakin ke bawah jarak sabuk semakin pendek karena bebannya lebih besar di
bawah.
6. Memasang pipa support Untuk menjaga horizontal dari sloof terhadap kolom.Untuk
mendapatkan sloof struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh miring ataupun
goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa support dinilai sangat
penting.
7. Setelah komponen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan
mendapatkan persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton sesuai
dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus dibantu
dengan menggunakan alat concreate vibrator.
Untuk metode pemasangan dan pengecoran sloof untuk rumah pada umumnya dapat dilihat
dibawah ini:

1. Setelah pondasi batu kali telah selesai dicor, selanjutnya buatlah anyaman sloof
langsung diatas pondasi. Mengapa, sebab besi sloof harus masuk kepada tiang kolom
sehingga membentuk ayaman. Besi yang biasa digunakan untuk sloof biasanya
berukuran 8 mm ke atas. Semakin besar, semakin kuat.
2. Setelah anyaman sloof berhasil dibuat, buatlah papan bekisting untuk sloof. Cara
pembuatannya yaitu ambil dua buah papan bekisting dan satukan dengan kayu kaso.
Jarak lebar antara papan bekisting adalah sebesar bata yang akan digunakan. Bahkan
para tukang biasanya langsung mengambil bata saat pemakuan papan beskisting.
3. Jika papan bekisting telah dibuat, simpanlah papan bekisting diatas pondasi batu kali.
Posisi besi sloof harus ditengah papan bekisting, sehingga coran bisa menutupi besi
sloof.
4. Pergunakan juga papan kaso untuk menyetel posisi papan bekisting sloof dan
gunakan pula kertas bekas pembungkus semen untuk menutup celah sehingga coran
sloof tidak keluar.pemasangan bekisting sloof
5. Setelah papan bekisting dipasang, selanjutnya adalah membuat coran. Takarannya
adalah 1:2:3, yang artinya satu untuk semen, dua untuk split dan tiga untuk pasir.
Pergunakan air secukupnya. Di lapangan takaran air biasanya cukup encer, dengan
maksud beton yang encer akan bisa mengisi ruang-ruang sloof sehingga hasilnya
akan lebih mulus.pengecoran sloof
6. Saat coran masuk kepada papan bekisting sloof pergunakan palu dari kayu untuk
diketuk-ketuk. Pergunakan pula besi untuk ditusuk-tusuk, gunanya agar coran
memasuki setiap ruang dari sloof.
7. Diamkan selama 1 sampai 3 hari sampai mengering dan papan bekisting sloof bisa
dibuka yang kemudian hasilnya bisa anda lihat sendiri.hasil cetakan sloof
Sekian pembahasan kali ini mengenai pengertian sloof, semoga dengan membacanya bisa
menambah ilmu pengetahuan rekan-rekan sekalian. Jangan lupa share artikel ini ke sosial
media jika dirasa bermanfaat untuk orang banyak. Follow juga fanspage blog ini di facebook.
Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Semoga bermanfaat 🙂

Anda mungkin juga menyukai