Modul 1. Pengenalan Rusunawa
Modul 1. Pengenalan Rusunawa
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penulisan modul Pengenalan Rusunawa merupakan bagian yang perlu diketahui oleh
para peserta diklat, untuk memberikan wawasan dalam memahami modul-modul
diklat yang terkait dalam pelatihan ini.
Dalam modul Pengenalan Rusunawa ini diuraikan masalah kriteria perencanaan dan
kriteria teknis bangunan dari rusunawa bertingkat rendah dan rusunawa bertingkat
tinggi, sehingga para peserta diklat dalam menjalankan pengawasan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Uraian dalam modul Pengenalan Rusunawa ini sudah barang tentu akan terkait
dengan diklat modul yang lain, yaitu
a. Modul Diklat Pemanfaatan Rusunawa
b. Modul Diklat Pengelolaan Rusunawa
c. Modul Diklat Perencanaan Pemeliharaan Dan Perawatan Rusunawa
d. Modul Diklat Pemeliharaan Rusunawa
e. Modul Diklat Perawatan Rusunawa
f. Modul Diklat Kunjungan Lapangan Rusunawa
g. Modul Diklat Semunar Rusunawa
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1)
menegaskan bahwa, Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
Jika kita melihat kondisi sekarang, dimana masih banyaknya masyarakat
berpenghasilan rendah (yang untuk selanjutnya dalam modul diklat 1 ini kami sebut
sebagai MBR) yang masih banyak yang belum mampu dan belum dapat menghuni
rumah yang layak, khususnya di daerah seputar perkotaan, dan hal ini akan
mengakibatkan timbulnya dan terbentuknya kawasan yang kumuh. Program
Pemerintah untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah dan sekaligus
untuk memenuhi kebutuhan perumahan tersebut, salah satunya dapat dilakukan
dengan melalui pembangunan rumah susun sebagai bagian dari pembangunan
perumahan mengingat keterbatasan lahan di perkotaan. Pembangunan rumah susun
ini diharapkan mampu mendorong pembangunan perkotaan yang sekaligus menjadi
solusi peningkatan kualitas permukiman. Dan masyarakat berpenghasilan rendah
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 1
adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah susun.
Jenis rusunawa adalah rusunawa bertingkat rendah dan rusunawa bertingkat tinggi.
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi,
menyebutkan definisi Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah
susun sederhana dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum
20 lantai.
Setelah mengikuti mata diklat Pengenalan Rusunawa ini, peserta dapat memahami
kebijakan dan program Pemerintah tentang penyelenggaraan rusunawa di
Indonesia, jenis-jenis rusunawa dan sasaran pembangunan rusunawa
1. Jenis-jenis rusunawa.
a. Rusunawa bertingkat rendah
b. Rusunawa bertingkat tinggi
2. Sasaran pembangunan rusunawa
a. Rusunawa untuk TNI/POLRI
b. Rusunawa untuk pekerja
BAB II
JENIS-JENIS RUSUNAWA
2.1 Rusunawa Bertingkat Rendah
Rumuah Susun Sederhana Sewa adalah untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan
memberikan akomodasi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan dapat
dihuni dan sewa. Rumuah Susun Sederhana Sewa merupakan program pemerintah.
Dalam. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 14 /Permen/M/2007
1
Sumber data-data dalam narasi ini diambil dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1988 Tentang Rumah Susun
2
Sumber data-data dalam narasi ini diambil dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
05/Prt/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat
Tinggi
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 10
2.2.1 Kriteria Perencanaan Rusunawa Bertingkat Tinggi
1) Kriteria Umum.
2) Kriteria Khusus.
Kriteria Umum:
Kriteria Khusus
Kepemilikan unit rusuna bertingkat tinggi menjadi hak milik pembeli dalam hal
Rusuna dibangun sebagai Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami), sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Status perizinan
Selain dari pada itu perlu pula ditambahkan yang termasuk dalam Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 21.Tahun 2011
Tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sewa, yang sebagai
pengganti Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat9/PERMEN/M/2008
tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pada
Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan pemenuhan kebutuhan hunian rumah susun sewa.
Bahwa Bantuan pembangunan rumah susun sewa harus memenuhi persyaratan
administratif sebagai berikut:
a. Surat permohonan
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 14
1) Surat permohonan ditujukan kepada Menteri
2) Surat permohonan untuk bantuan pembangunan rumah susun dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) PNS pada instansi Pemerintah ditandatangani oleh pimpinan
Kementerian atau Lembaga;
b) PNS pada instansi daerah provinsi ditandatangani oleh gubernur;
c) PNS pada instansi daerah kabupaten/kota ditandatangani oleh
bupati/walikota;
d) pegawai negeri di lingkungan TNI ditandatangani oleh Menteri
Pertahanan Republik Indonesia;
e) pegawai negeri di lingkungan POLRI ditandatangani oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia;
f) mahasiswa, tenaga pendidik, peneliti, dan kependidikan ditandatangani
oleh pimpinan perguruan tinggi atau ketua yayasan dan dilengkapi
dengan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional atau
Kementerian Agama sesuai kewenangannya;
g) siswa dan/atau santri, tenaga pendidik, dan kependidikan
ditandatangani oleh pimpinan perguruan tinggi atau ketua yayasan dan
dilengkapi dengan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional
atau Kementerian Agama sesuai kewenangannya;
h) pekerja paramedis, dan pekerja industri, ditandatangani pimpinan
lembaga, ketua yayasan, pimpinan BUMN/D, atau ketua koperasi
dengan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, Kementerian
Perindustrian, atau Kementerian/lembaga terkait sesuai
kewenangannya;
i) petugas pada kawasan perbatasan, pekerja di daerah tertinggal,
masyarakat sangat miskin, atlet, dan nelayan ditandatangani pimpinan
BUMN/D atau bupati/walikota dengan rekomendasi dari Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Sosial, Kementerian
Pemuda dan Olahraga atau Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai
kewenangannya.
b. Proposal
Dalam hal terjadi perubahan lokasi dan/atau perubahan disain bangunan rumah
susun sewa, wajib menyampaikan surat yang ditandatangani oleh pimpinan
lembaga, ketua yayasan, pimpinan BUMN/D, atau ketua koperasi untuk mendapat
persetujuan Kepala Satuan Kerja yang melaksanakan pembangunan bantuan rumah
susun sewa. Persetujuan terhadap perubahan lokasi dan/atau perubahan disain
bangunan disampaikan kepada Deputi Bidang Perumahan Formal sebagai laporan.
Dalam hal lembaga, yayasan, BUMN/D, koperasi atau kabupaten/kota calon
penerima bantuan tidak memenuhi persyaratan proposal beserta kelengkapannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, maka Menteri dapat melakukan penundaan
program bantuan pembangunan rumah susun sewa.
Delatasi
pemisahan
struktur
Delatasi atau pemisahan struktur
> 50 m > 50 m
e. Pertandaan (Signage)
b. RTBL merupakan tindak lanjut rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana
teknik ruang kabupaten/kota, dan sebagai panduan rancangan kawasan,
dalam rangka perwujudan kesatuan karakter, kualitas bangunan gedung
dan lingkungan yang berkelanjutan, serta merupakan instrumen guna
meningkatkan:
(a) SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding
bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
(b) SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur beton untuk
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
(c) SNI 03-3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan
blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan
gedung, atau edisi terbaru;
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan 24
Rusunawa
(d) SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan pengecoran beton, atau
edisi terbaru;
(e) SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal, atau edisi terbaru; dan
(f) SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton
ringan dengan agregat ringan, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
(1) SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi
terbaru; dan
(1) SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung, atau edisi terbaru; dan
(2) SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana
jalan keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada
gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
1) Bahan bangunan rusuna bertingkat tinggi yang digunakan harus aman bagi
kesehatan penghuni dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
2) Penggunaan bahan bangunan yang tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan harus:
a) menghindari timbulnya efek silau dan pantulan bagi pengguna
bangunan gedung lain, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya;
b) menghindari timbulnya efek peningkatan temperatur lingkungan di
sekitarnya;
c) mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan
d) menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah lingkungan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
1) Persyaratan Getaran
a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dan
getaran pada bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mengikuti
standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap getaran pada
bangunan gedung.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan 40
Rusunawa
b) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
2) Persyaratan Kebisingan
a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada
bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempertimbangkan jenis
kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik
yang berada pada bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung.
b) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dipenuhi standar tata
cara perencanaan kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan
gedung.
c) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
2.2.5.1 Umum
b. Biaya produksi serta biaya prasarana dan sarana rusuna bertingkat tinggi
besarnya dihitung berdasarkan harga yang berlaku disetiap daerah.
a. Komponen biaya pembangunan fisik rusuna bertingkat tinggi terdiri atas biaya
untuk pekerjaan arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal.
b. Biaya yang dapat dioptimasi untuk pekerjaan yang terkait dengan persyaratan
kenyamanan dan persyaratan kemudahan meliputi :
c. Biaya yang tidak dapat dioptimasi untuk pekerjaan terkait dengan persyaratan
keselamatan dan persyaratan kesehatan meliputi :
1) Biaya perizinan
2) Pajak dan retribusi
3) Subsidi bunga bank KPR Rusuna
2.3 Rangkuman
Kepemilikan unit rusuna bertingkat tinggi menjadi hak milik pembeli dalam
hal Rusuna dibangun sebagai Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami), sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Status perizinan
Pertandaan (Signage)
Persyaratan Keselamatan
Persyaratan Getaran
- harus mengikuti standar tata cara perencanaan kenyamanan
terhadap getaran pada bangunan gedung.
- Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.
Persyaratan Kebisingan
- harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan
peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada
pada bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung.
- harus dipenuhi standar tata cara perencanaan kenyamanan
terhadap kebisingan pada bangunan gedung.
- Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.
2.4 Latihan
2) Sebutkan persyaratan apa saja yang harus dimiliki oleh bangunan rusunawa
tingkat tinggi
4) Jelaskan masalah sirkulasi lalu lintas dan fasilitas parkir pada halaman bangunan
gedung rusunawa
7) Persyaratan apa saja yang harus dimiliki bangunan gedung rusunawa agar
terpenuhi persyaratan kesehatan bangunan gedung tersebut.
10) Apa yang sdr ketahui tentang persyaratan sistem air minum dan sanitasi,
jelaskan secara singkat dan lengkap
11) Apa yang sdr ketahui tentang persyaratan pematusan/penyaluran air hujan
16) Apa yang dimaksud dengan kemudahan hubungan horizontal dalam bangunan
gedung rusunawa
18) Jelaskan apa yang dimaksud dengan sarana evakuasi dalam bangunan gedung
rusunawa
19) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat dan
Lansia
20) Perlukah dalam jenis rusunawa tingkat rendah maupun rusunawa tingkat tinggi,
menyediakan sarana evakuasi bagi semua orang termasuk penyandang cacat
dan lansia yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur evakuasi
UNTUK
SIAPA
BANTUAN FASILITASI
APBN (APBN +
NON APBN)
3
Diambil dari: Rapat konsultasi regional Deputi bidang Perumahan Formal Kementerian
Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Bali 9 September 2014, sesuai PERMENPERA No
21/tahun 2011, tentang Bantuan Stimulan Rusunawa
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan 63
Rusunawa
g. Kesatrian adalah suatu tempat atau pangkalan militer yang di dalamnya terdapat
fasilitas, sarana dan prasarana perkantoran serta perumahan kesatuan untuk
menunjang aktivitas anggota satuan dan dipimpin oleh komandan kesatrian.
a. Rusun Jabatan Perwira/PNS Gol III, diperuntukkan bagi pejabat yang berpangkat
Perwira Pertama atau PNS Gol III atau pejabat lain yang setingkat;
b. Rusun Jabatan Bintara/PNS Gol II, diperuntukkan bagi pejabat yang berpangkat
Bintara atau PNS Gol II atau pejabat lain yang setingkat; dan
c. Rusun Jabatan Tamtama/PNS Gol I, diperuntukkan bagi pejabat yang berpangkat
Tamtama atau PNS Gol I atau setingkat
Sedangkan rumah negara tipe Rusun yang di luar Kesatrian atau dalam suatu
komplek perumahan Kemhan/TNI diperuntukkan bagi anggota di lingkungan
Kemhan dan TNI yang terdiri atas :
a. Rusun Perwira/PNS Gol III, diperuntukkan bagi anggota yang berpangkat Perwira
atau PNS Gol III atau setingkat;
b. Rusun Bintara/PNS Gol II, diperuntukkan bagi anggota yang berpangkat
Bintara/PNS Gol II atau setingkat; dan
c. Rusun Tamtama/PNS Gol I, diperuntukkan bagi anggota yang berpangkat
Tamtama/PNS Gol I atau setingkat
Dalam Program Pembangunan rusun untuk TNI yang dimaksud, anggota yang berhak
menempati sesuai dengan ketentuan, adalah sebagai berikut :
a. Anggota yang resmi sebagai anggota organik sejak diterbitkan Surat Perintah
Tugas dari Pembantu Pengguna Barang Milik Negara Eselon 1 (PPBMNE-1) atau
pejabat yang ditunjuk di lingkungannya masing-masing; dan
b. Anggota dapat menggunakan rumah negara tipe Rusun golongan II berdasarkan
persetujuan dari Pembantu Pengguna Barang Milik Negara Eselon 1 (PPBMNE-1)
atau pejabat yang ditunjuk di lingkungannya masing-masing
a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan
permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan
budaya;
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan
kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan
memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;
c. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman
kumuh;
d. Mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien,
dan produktif;
e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni
dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan
perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;
f. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah
susun;
g. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau,
terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan
dan permukiman yang terpadu; dan
h. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan,
dan kepemilikan rumah susun.
Jadi bisa dikatakan pembangunan Rumah Susun (Rusun) dari pihak Pemerintah
adalah tujuan yang sangat baik untuk membuat penduduk Indonesia yang kurang
mampu atau masih tinggal di lingkungan yang kurang layak untuk menikmati
pembangunan yang telah dilakukan pemerintah dengan cara suatu wadah atau
ruang untuk beraktivitas dengan layak dan sehat
6
Gambar 3.5 Rusunawa Pekerja
7
Gambar 3.6. Rusunawa untuk pendidikan berasrama. STAINU KEBUMEN
7
Diambil dari : Presentasi Deputi Bidang Perumahan Formal Kementerian Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Bali, 09 September 2014
9
Gambar 3.8. Rusunawa mahasiswa
Perlu diketahui bahwa dalam undang-undang No 20 tahun 2011 tentang rusun, tidak
mengatur pemanfaatan rusun untuk fungsi bukan hunian
10
Gambar 3.9. Rusunawa fungsi campuran
3.6 Rangkuman
10
https: //www.tumblr.com/tagged/pekerjaan + umum
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan 74
Rusunawa
Sasaran penghunian rusunawa untuk TNI/POLRI, pekerja, dan pendidikan berasrama
mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
a. Tujuan penghunian untuk TNI/POLRI adalah untuk memenuhi kebutuhan
tentang perumahan dinas anggota POLRI, untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota POLRI khususnya ditingkat Bintara dan Perwira Utama beserta
keluarganya yang diselenggarakan secara selektif, sekaligus dalam rangka
mendukung tugas-tugas operasional yang memerlukan kecepatan gerak dan
keutuhan satuan. Ditinjau dari kedinasan dan efisiensi waktu, kecepatan anggota
POLRI dari rumah/tempat tinggal rusunawa menuju tempat bertugas akan
berdampak positif terhadap pelayanan POLRI kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan dan pelayanan secara cepat, hal ini selaras dengan
kebijakan dan strategi POLRI untuk peningkatan kecepatan dan kehadiran
anggota POLRI dalam pemberian bantuan kepada masyarakat. Dengan program
Pemerintah, POLRI telah didukung dengan sejumlah fasilitas rumah
dinas/asrama POLRI yang telah dimanfaatkan oleh anggota POLRI/PNS beserta
keluarganya. Tetapi jika ditinjau dari jumlah tempat hunian, kondisi rumah dinas,
sistem pengelolaan dan pengaturan penghuniannya masih belum dapat
mendukung secara optimal dalam pelaksanaan tugas dan kesejahteraan anggota
POLRI/PNS. Masih ada beberapa anggota POLRI/PNS yang
mengontrak/menyewa rumah karena menunggu giliran untuk mendapatkan
fasilitas rumah dinas/asrama/rusunawa. Untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan rumah dinas POLRI dan sekaligus untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota POLRI khususnya ditingkat Bintara dan Perwira Utama
beserta keluarganya diselenggarakan secara selektif, sekaligus dalam rangka
mendukung tugas-tugas operasional yang memerlukan kecepatan gerak dan
keutuhan satuan.
b. Tujuan penghunian untuk pekerja adalah merupakan hunian yang dibangun
untuk kebutuhan para pekerja dan bersifat non komersiil. Biasanya rusun
pekerja ini dibangun dilokasi dekat dengan daerah industri dimana mereka
bekerja. Dalam runawa pekerja ini tidak mengutamakan adanya ruang bersama
dalam masing-masing lantai dan kelengkapan fasiilitas umum disediakan secara
kondisional. Kelengkapan fasilitas pelayanan umum dalam skala yang kecil.
Kelengkapan sarana dan prasarana disediakan hanya untuk memberikan
kesejahteraan pekerjanya, sehingga kelengkapan sarana dan prasarana yang
diberikan dalam lingkup yang kecil, yang hanya untuk memenuhi kebutuhan
3.7 Latihan
10) Berapa sekurang-kurangnya luas unit untuk hunian bagi pendidik dan/atau
tenaga kependidikan yang lajang
11) Berapa sekurang-kurangnya luas unit untuk hunian bagi pendidik dan/atau
tenaga kependidikan yang sudah berkeluarga
13) Dimanfaatkan untuk apa saja lantai dasar dari rusunawa untuk pendidikan
berasrama
16) Kriteria apa saja untuk mendapatkan bantuan pembangunan baru dan/atau
rehabilitasi
18) Persyaratan teknis apa saja yang harus dimiliki oleh rumah susun campuran
PENUTUP
4.1 Simpulan
a. Jika dilihat dari kondisi kota-kota besar di Indonesia, di mana masih banyak tata
letak bangunan yang belum sinkron dengan kebutuhan dari segala sektor
kegiatan, maka perlu adanya rencana pengembangan kota untuk jangka waktu
50 tahun. Dengan demikian pembangunan rusunawa-rusunawa dapat
terrencana dengan baik.
c. Dengan kondisi kota-kota besar di Indonesia, dimana lahan sangat susah didapat
dan mahal, padahal semua kegiatan terfocus di daerah perkotaan, maka
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan 78
Rusunawa
gedung-gedung yang tinggi (termasuk rusunawa) akan mengakibatkan
kemacetan lalu-lintas, yaitu pada jam-jam sibuk jam pagi (berangkat kerja, dan
sekolah)dan pada jam-jam sibuk sore (pulang dari bekerja). Padahal
pembangunan rusunawa tidak mungkin dibangun pada daerah remote area
tetapi justru harus pada daerah yang dekat dengan kegiatan kerja. Dalam hal ini
rusunawa akan ikut menyumbang kemacetan juga. Dengan demikian perlu
segera adanya transportasi massal, yang aman, nyaman, dan andal, sedemikian
sehingga semua kegiatan lebih mudah dan lebih nyaman ditempuh dengan
transportasi umum.
Demikian materi “Pengenalan Rusunawa” disampaikan dengan harapan bahwa modul diklat
ini dapat membekali peserta diklat dalam menjalankan tugasnya. Dalam modul diklat
“Pengenalan Rusunawa” ini kami menguraikan jenis-jenis rusunawa dan sasaran
pembangunan rusunawa untuk membekali para peserta diklat, dalam pemahaman modul
diklat selanjutnya, untuk uraian masalah pemeliharaan dan perawatan rusunawa.
Sudah barang tentu modul diklat ini belum sempurna, kami tetap mengharapkan kritik dan
perbaikan dari kalangan terkait yang akan menggunakan modul diklat ini.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 Tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Utilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 60/Prt/1992 Tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun
12. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 5 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penulisan Modul Pendidikan Dan Pelatihan
13. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 9 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Widyaiswara
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung