Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH TATA HUKUM INDONESIA

 Sebelum Kemerdekaan Indonesia


A. Sejarah Sebelum Adanya VOC (Belanda)
Jaman dahulu sebelum Indonesia merdeka, para saudagar dan para petani melakukan jual beli suatu
barang dengan sistem barter. Dalam masa Kerajaan atau Kesultanan telah mempunyai aturan atau
hukum tersendiri yang bisa berupa titah seorang Raja, yang merupan panutan dan harus ditaati oleh
rakyatnya. Saat adanya peperangan, seseorang yang melakukan kejahatan, perkawinan, ataupun jual
beli mereka biasanya menggunakan Hukum adat (kebiasaan) atau agama dan titah Rajanya yang
sebagai penentu dalam kebijakan hukum.
B. Masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) (1602-1799)
VOC yaitu perusahaan dagang Belanda yang melakukan perdagangan di Indonesia, hukum yang
berlaku adalah tuchtrecht (hukum disiplin) yang merupakan hukum yang berlaku di atas kapal kapal
VOC, serta terdiri atas Hukum Belanda Kuno dan asas-asas hukum Romawi. VOC diberi hak-hak
istimewa oleh pemerintah Belanda yaitu hak octrooi, hak monopoli pelayaran dan perdagangan,
mengumumkan perang, serta hak mengadakan perdamaian.
Setelah VOC memperluas daerah jajahannya di Nusantara untuk memperbesar keuntungan, VOC
memaksa aturan dalam bidang perdagangan dan "hukum disiplin" yang dibawa oleh negeri asalnya
untuk ditaati oleh orang pribumi. Gubernur Jenderal Pieter Both diberi wewenang untuk membuat
peraturan untuk daerah-daerah yang dikuasai oleh VOC. Kecuali itu, Jenderal Pieter Both juga diberi
wewenang untuk memutuskan perkara-perkara perdata dan pidana.
Setiap peraturan yang dibuat Voc diumumkan, tetapi tidak disimpan dalam arsip, sehingga tidak
diketahui lagi peraturan yang masih berlaku dan tidak berlaku. Kemudian VOC menyusun kembali
secara sistematis, dan diumumkan di Batavia dengan nama Statuta Batavia. Aturan-aturan tidak
tertulis dan tidak tertulis berlaku bagi masyarakat pribumi yaitu hukum adatnya masing-masing. VOC
dibubarkan oleh pemerintah Belanda pada tanggal 31 Desember 1799.
C. Masa Penjajahan Belanda
Setelah VOC berakhir, wilayah kekuasaan Hundia Belanda diambil alih oleh pemerintahan Belanda.
Pada tahun 1799, saat itu Belanda sedang dijajah oleh Prancis. Namun, Hindia Belanda tetap dikuasai
oleh pemerintah Belanda. Lalu Belanda mengirimkan Herman William Daendels yang banyak
menggunakan kebijakan-kebijakan seperti di bidang politik yang membagi wilayah Jawa menjadi 9
daerah bagian, menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahnan, dan menjadikan penguasa pribumi
seperti bupati dan bangsawan sebagai pegawai pemerintah Belanda, serta membentuk pengadilan
klining bagi pribumi, penyederhanaan berbagai upacara pada keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Johannes Van Den Boch, adalah orang yang memprakarsai sistem tanam paksa (cultur stetsel), dengan
sistemnya adalah rakyat diwajibkan menyediakan 1/2 dari tanahnya untuk ditanami tebu, kopi, nila,
dll untuk didagangkan dan diekspor di pasaran Eropa. Jenis-jenis produk Hukum Kolonial :
a) Reglement op de Rechterlijke Organisatie (RO) atau Peraturan Organisasi Pengadilan (POP).
b) Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB) atau ketentuan-ketentuan umum tentang
perundang-undangan.
c) Burgerlick Wetboek (BW) atau Hukum Perdata dan Wetboek van Koopenhandel (WvK) atau
Hukum Dagang.
d) Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (RV) atau peraturan tentang Hukum Acara
Perdata.
e) Wetboek van Strafrecht (WvS) atau KUHP.
f) Herziene Indonesische Reglemen (RIB) atau Hukum acara Pidana dan Perdata untuk Jawa
dan Madura.
g) Rechtsreglement Buitengewesten atau Hukum acara Pidana atau Perdata untuk luar Jawa dan
Madura.
Pembagian penduduk menurut hukum ketatanegaraan Hindia Belanda menurut pasal 163 Indische
Staatsregeling :
1) Golongan Eropa, ditentukan dalam Pasal 131 IS adalah hukum perdata, hukum pidana
materiil, dan hukum acara.
2) Golongan Pribumi, adalah hukum adat dalam bentuk tidak tertulis.
3) Golongan Timur Asing
D. Masa Penjajahan Jepang
Akibat PD 2, Jepang ingin membuat sebuah Imperiumnya Asia, salah satunya Indonesia. Pada Januari
1942 Jepang pertama kali mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur dan penguasaannya di Balikpapan,
Pontianak, Banjarmasin, dan tempat tempat penting seperti Batavia, dll. Alasan Jepang ke Indonesia
adalah untuk memenuhi kebutuhan minyak bumi dan bahan mentah lainnya serta memenuhi angkatan
perang. Sehingga sekutu yang masih berada di Indonesia, menyerah tanpa syarat dan menyerahkan
daerah jajahannya kepada Jepang.
Pada masa penjajahan Jepang daerah Hindia dibagi menjadi Indonesia Timur, dibawah kekuasaan AL
Jepang yang berkedudukan di Makkasar dan Indonesia Barat, dibawah kekuasaan AD Jepang yang
berkedudukan di Jakarta. Peraturan-peraturan yang digunakan untuk mengatur pemerintahan dibuat
dengan dasar "Gun Seirei" melalui Osamu Seirei. Pasal 3 Osamu Seirei No. 1/1942 menentukan
bahwa :
"Semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari pemerintah yang lalu
tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal tidak bertentangan dengan peraturan pemerintahan
militer".
 Pasca Kemerdekaan Indonesia
A. Berakhirnya Penjajahan Jepang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 pengeboman di Hirosima oleh sekutu, dan tanggal 8 Agustus 1945
pengeboman kembali oleh sekutu di Nagasaki. Jepang mengaku kalah dalam PD 2, bala tentara
Jepang yang berada di Indonesia menunggu komando dari pemerintah Jepang untuk evakuasi atau
keluar dari Indonesia. Para tokoh gerakan bangsa Indonesia berjuang agar Indonesia Merdeka.
Kemudian Jepang memberikan janji kemerdekaan tanpa syarat kepada Indonesia.
Maka pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuklah BPUPKI yang diketuai oleh Dr.K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat dan anggotanya sebanyak 60 orang, dimulailah persidangan dengan 2 agenda
utama yaitu Rancangan Undang Undang Dasar dan Dasar Negara Indonesia.
B. Masa UUD 1945 (17 Agustus 1945-26 Desember 1949)
Setelah bangsa Indonesia merdeka, maka Indonesia telah mengambil sikap untuk menentukan nasib
sendiri, mengatur dan menyusun negaranya serta menetapkan tata hukumnya sehingga pada tanggal
18 Agustus ditetapkanlah Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi Indonesia belum mempunyai cukup
produk Hukum (peraturan), serta kemungkinan terjadi Rechtsvacum (kekosongan hukum). Maka
terdapat pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (sebelum amandemen) yang berbunyi :
"Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang
baru menurut Undang-Undang Dasar ini".
C. Masa Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-16 Agustus
1950)
Berdirinya Republik Indonesia Serikat berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar tahun 1949. Tata
Hukum yang berlaku adalah tata hukum yang terdiri ata peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku
pada masa 1945-1949 dan produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah Negara Republik
Indonesia Serikat. Hal tersebut telah ditentukan dalam pasal 192 KRIS.
Wilayahnya meliputi seluruh daerah Indonesia yang terdiri atas :
1. Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur,
Negara Madura, Negara Sumatera Timur dan Negara Sumatera Selatan.
2. Kesatuan politik yang berkebangsaan yaitu Jawa Tengah, Bangka Belitung, Riau, Kalimantan
Barat, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur.
3. Daerah-daerah lainnya yang bukan daerah bagian.
D. Masa UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950-4 Juli 1959)
Pada periode UUDS 1950, bangsa Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dan diberlakukan
sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Tata Hukum yang terdiri atas
semua peraturan yang dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal 142 UUDS 1950, ditambah dengan
peraturan baru yang dibentuk oleh pemerintah negara.
E. Masa Kembali ke UUD 1945 (5 Juli 1959-13 Oktober 1999)
Setelah keluarnya Dekrit Presiden, maka UUDS 1950 tidak belaku lagi dan kembali berlakunya UUD
1945. Diakibatkan kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti
UUDS 1950. Pokok isi dekrit :
 Dibubarkannya Konstituante.
 Diberlakukannya kembali UUD 1945.
 Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sememtara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang diberlakukan dalam waktu sesingkat-
singkatnya.
 Semua ketentuan kembali pada ketentuan awal yang ada UUD 1945.
 Tata hukum yang perlaku pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri atas semua peraturan
yang berlaku pada tahun 1950-1959 dan yang dinyatakan masih berlaku berdasarkan
ketentuan Pasal 1 dan 2 Aturan Peralihan UUD 1945 dengan ditambah berbagai peraturan
yang dibentuk setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut terbit.
F. Masa Amandemen UUD 1945 (21 Oktober 1999-Sekarang)
Tujuan perubahan UUD 1945 adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, HAM,
Pembagian Kekuasaan, eksisitensi negara demokrasi dan negara hukum.
 Tahun 1999 = Sidang umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan pertama
UUD 1945 (Pembatasan Kekuasaan Presiden).
 Tahun 2000 = Sidang tahunan MPR, tanggal 7-18 Agustus 2000 perubahan kedua UUD 1945
(Pemerintahan Daerah, DPR dan kewenangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang negara dan
Lagu kebangsaan).
 Tahun 2001 = Sidang tahunan MPR, tanggal 1-9 Nobember 2001 Perubahan ketiga UUD
1945 (bentuk dan kedaulatan negara, kewenangan MPR, kekuasaan kehakiman).
 Tahun 2002 = Sidang tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan keempat UUD
1945 (DPD bagian MPR, perekonomian, pendidikan).

Anda mungkin juga menyukai