8 -a2p
2,j5
un(1i 2)0:220 1-29, Juni p- ISSNp2–3IS3S7N-2337 - 4306
DOI : https://doi.org/10.35800/jitpt.5.1.202027449
ProgramStudiPemanfaatanSumberdayaPerikananFakultasPerikanandanIlmu
KelautanUniversitasSamRatulangiManado,95115
Abstract
PENDAHULUAN
Selama berabad-abad sumberdaya perikanan melalui penggunaan berbagai jenis alat
telah menjadi bagian dalam ketahanan penangkapan ikan seperti jaring, pancing,
pangan dan penghidupan bagi masyarakat tombak, panah dan perangkap. Desain dan
pesisir pada umumnya. Berbagai upaya telah kontruksi alat penangkapan ikan biasanya
diakukan dalam mengekploitasi sumberdaya disesuaikan dengan kebutuhan operasi
perikanan ini antara penangkapan dan jenis ikan yang
*
Ala matuntukpenyuratan:
E-mail: 16051405033@student.unsrat.ac.id
A.R.
mengalami perkembangan baik dari sisi jumlah
menjadi tujuan penangkapan. (Fauzi, 2005 maupun dalam pengembangan teknis alat.
dalam Pengembangan teknis alat pukat cincin merupakan
Salawangi, 2011). hal yang penting untuk dilakukan dalam upaya
Menurut Katiandagho (1989). Usaha meningkatkan kemampuan tangkap dari alat
pengembangan perikanan merupakan upaya tersebut. Infor masi tentang kondisi dan
untuk menaikkan produksi perikanan yang kemampuan
dapat ditempuh dengan meningkatkan daya
tangkap, yang berarti menaikkan kemampuan
operasi penangkapan ikan disertai dengan
penggunaan teknologi yang lebih baik. Salah
satu alat penangkapan ikan yang banyak
digunakan di Sulawesi Utara adalah alat
pengakapan ikan pukat cincin atau dikenal
dengan nama ‘soma pajeko’, dimana alat
tangkap ini sangat efektif untuk menangkap
ikan pelagis kecil yang bergerombol dengan
kepadatan yang tinggi. Purse seine
merupakan alat penangkapan ikan yang
penting baik untuk perikanan pantai maupun
perikanan lepas pantai dengan tujuan
penangkapan adalah ikan-ikan yang tingkah
lakunya antara lain membentuk schoal
(gerombolan), dan berada dekat dengan
permukaan air (sea surface), (Ayodyoa, 1976
dalam Sudir man dan Mallawa 2004).
Kabupaten Kepulauan Sangihe secara
geografis terletak pada posisi antara 2°4’13" –
4°44’22" LU dan 125°9' 8" - 125°56'57" BT dan
posisinya terletak di antara Kabupaten
Kepulauan Sitaro dengan Kabupaten
Kepulauanan Mindanao (Pilippina) (Rahmat
dan Salim, 2013). Sebagai daerah kepulauan
Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki
wilayah laut yang lebih luas dibandingkan
dengan wilayah daratan sehingga
sumberdaya laut di wilayah ini sangat
melimpah. Pemanfaatan sumberdaya laut di
Kabupaten Kepulauan Sangihe menunjukkan
bahwa perikanan tangkap masih
mendominasi total produksi perikanan dari
daerah kepulauan ini, dengan total produksi
perikanan tangkap pada tahun 2009 mencapai
7.135,85 ton (Anonimous, 2010 dalam
Wuaten, 2011).
Kelurahan Tidore terletak di Kota Tahuna
yang berada di Kecamatan Tahuna bagian
Timur, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Di
daerah ini nelayan cukup banyak
menggunakan alat tangkap pukat cincin
dalam usaha penangkapan ikan mereka
disamping menggunakan alat-lat
penangkapan ikan yang lain. Dari waktu ke
waktu alat pukat cincin di daerah ini
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan dasar penelitian studi
kasus. Penelitian yang bersifat deskriptif
adalah menggambarkan, menguraikan
dan mengumpulkan peristiwa-peristiwa
secara faktual sistematis dan akurat
sesuai dengan obyek penelitian
(Suryabrata, 1987). Menurut Ariyanto
(1986) studi kasus yaitu penelitian yang
mempelajari kasus-kasus tertentu pada
obyek- obyek yang terbatas. Aspek
kajian atau obyek dalam penelitian ini
adalah tentang deskripsi konstruksi dan
efisiensi teknis dari unit alat pukat cincin.
Pengumpulan data dilakukan dalam
beberapa tahap untuk data primer dan
data sekunder. Data primer meliputi
pengambilan data melalui pengukuran
kapal, pengukuran bagian-bagian jaring
pukat cincin dan pengambilan data
efisiensi teknis melalui pengukuran
beberapa parameter untuk
mendapatkan kecepatan melingkar
jaring, kelajuan tenggelam jaring dan
kelajuan penarikan tali kolor. Data
sekunder diperoleh melalui melalui
berbagai informasi yang berhubungan
dengan keberadaan nelayan yang
menggunakan alat tangkap pukat cincin
dan pengutipan berbagai literatur yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Metode analisis data meliputi: gaya
tenggelam, gaya apung, dan hanging
ratio dari komponen alat tangkap pukat
cincin, juga dianalisis kelajuan melingkar
jaring, kelajuan tenggelam tali pemberat,
dan kelajuan penarikan tali cincin.
Gaya apung dan gaya tenggelam
dihitung dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh
Nomura and Yamasaki (1977) yaitu :
F = W (1/P – 1 ) dan Fs = W (1 – 1/ P)
dimana :
E = Hanging
ratio Lw = Panjang
tata
Lst = panjag terentang
dimana:
Vm= kelajuan melingkar jaring (m/detik)
Sm= lintasan melingkar jaring (m)
t = waktu yang dibutuhkan selama lintasan
(detik)
=
dimana :
dimana:
Vt = kelajuan penarikan tali cincin (m/detik)
Sp = lintasan penarikan tali cincin - (m)
t = waktu yang dibutuhkan selama lintasan
Tabel 5. Panjang tali cincin, waktu yang dibutuhkan selama penarikan dan kelajuan penarikan tali cincin
Panjang (m) Waktu Yang Dibutuhkan (detik) Kelajuan penarikan (m/detik)
488,6 2371,84 0,206
488,6 2251,61 0,217
Gambar 4. Hubungan antara kedalaman tali pemberat dan waktu tenggelam tali pemberat.
memberikan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian,
KESIMPULAN
Pukat cincin SL Tidore termasuk pukat
cincin tipe jepang dengan jaring kantong
terdapat pada bagian tengah, dan di
bagian sisi kiri dan kanan terdapat bagian
jaring bahu, perut, dan sayap. Secara
umum pukat cincin SL Tidore memiliki
ukuran panjang 400 meter dan lebar atau
dalam pada bagian kantong 80 meter.
Hangingratio setiap bagian jaring berbeda
- beda yaitu 53% pada bagian kantong,
56% pada bagian bahu, 58% pada perut,
dan 60% pada bagian sayap, dan memiliki
perbandingan gaya apung dan gaya
tenggelam sebesar 2.31 : 1 (932.063 kgf :
402.778 kgf ). Capaian efisiensi teknis
adalah sebagai berikut : rata-rata kelajuan
melingkar jaring adalah 2,819 meter/detik,
rata-rata kelajuan tenggelam tali pemberat
adalah 0,265 meter/detik, dan rata- rata
kelajuan penarikan tali cincin adalah 0,215
meter/detik. Berdasarkan pada konstruksi
dan efisiensi teknis, maka pukat cincin SL
Tidore termasuk dalam kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktis.
Bina Aksara, hal 53.
Itaka Y, 1971. Purse Seine Desing and
construction in relation to Fish Behavior
and Fishing
Condition in : H. Kristjonson. Hal 253 – 256. Fish
News Book London.
Katiandagho 1989, Seri Dokumentasi dan
publikasi ilmiah.
Teknologi Penangkapan Ikan. 190 halaman.
Marzuki, S. 1976, Teknik Penangkapan
Untuk Keperluan Proyek Pembinaan
Latihan Perikanan. Bali 29 hall.
Nomura and T. Yamazaki 1977 . Fishing Techniques
(1) Japan International coonperation Agency.
Tokyo.206.p.
Salawangi, 2011. Pengoperasian Purse Seine KM.
Sentosa 02 Di Perairan Sekitar Rumpon.
Karya Tulis Ilmiah. Program Studi
Teknologi
Penangkapan Ikan . Politeknik Negeri Nusa
Utara Tahuna.
Sears, F.w. dan P.J.Soedarjana, 1970.
Mekanika, panas dan Bunyi Bina Cipta,
Jakarta
Sudirman H, dan Malawa A, 2004. Teknik penangkapan
Ikan.
Rineka Cipta Jakarta. Tanggal Terbit 2004.
Suryabrata, j., 1987. Metodologi Penelitian.
CV.
Rajawali Jakarta 126 hal.
Tewu F, 1996. Studi Tentang Perbandingan
Efisiensi Teknis Pukat cincin Desain Lama
Dan Baru Di Kotamadya Bitung. Program
Studi Pemamfaatan Sumberdaya Perikanan
Universitas Sam Ratu Langi. Skripsi
Halaman
10
Wuaten, 2011. Kajian Perikanan Tangkap Ikan
Julung-Julung di Perairan Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Tesis. Program
Studi Ilmu Perairan. Program Pasca Sarjana.
Universitas Sam Ratulangi Manado