Disusun oleh:
Ai Nazly Nur Daima
12100119055
Preseptor:
Gustomo, dr., SpA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Clinical Science Session
(CSS) mengenai Sindrom Nefrotik dan Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptokokus.
Laporan Clinical Science Session (CSS) ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran UNISBA.
Dengan tersusunnya Laporan Clinical Science Session (CSS) ini, penulis tak
lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu dalam penyusunan kesimpulan Clinical Science Session (CSS) ini
hingga selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat
sebagai preseptor Gustomo, dr., SpA yang telah membimbing kami dengan baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
dengan karakteristik sindrom nefritik dan sindrom nefrotik. Salah satu contoh
terkadang piuria dan granular RBC. Penyebab tersering pada sindrom nefrotik
adalah adanya minimal changes disease (MCD) yang ditandai dengan proteinuria
sedikit atau tidak adanya hematuria dan kelainan sedimen urin lainnya.7
diperkirakan 2-5 per 100.000 setiap tahunnya pada anak usia <16 tahun. Insidensi
di Indonesia diperkirakan 6 kasus per 100.000 anak setiap tahunnya pada anak
usia <14 tahun. Penyebab tersering sindrom nefrotik adalah idiopatik atau
Salah satu penyebab sindrom nefritik yang sering pada anak adalah
streptococci (GABHS) yang sering terjadi pada anak usia 6-15 tahun. Banyak dari
kasus GNAPS merupakan self limiting disease namun tidak sedikit juga yang
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
Insidensi sindrom nefrotik diperkirakan 2-5 per 100.000 setiap tahunnya
pada anak usia <16 tahun. Insidensi di Indonesia diperkirakan 6 kasus per
100.000 anak setiap tahunnya pada anak usia <14 tahun. Anak dengan
sindrom nefrotik berisiko tinggi mengalami kematian akibat yang biasanya
disebabkan oleh infeksi. Perbandingan anak laki-laki berbanding perempuan
adalah 2:1. Sebanyak 80% anak dengan sindrom nefrotik memiliki respon
yang baik terhadap pengobatan kortikosteroid, tetapi sekitar 50% diantaranya
akan relaps berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi dengan
pengobatan steroid.1,3 Pada umumnya sindrom nefrotik sensitif steroid
sebelum usia 8 tahun (terutama sebelum 6 tahun) dengan puncak kejadian
pada usia 4-5 tahun.3
2.1.3 Etiologi
1. Berdasarkan etiologi
Berdasarkan etiologinya sindrom nefrotik dibedakan menjadi sindrom
nefrotik primer atau idiopatik, gangguan genetik atau kongenital, dan
sindrom nefrotik sekunder.2
2. Berdasarkan histologi
a. Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM)
b. Sindrom Nefrotik Kelainan Nonminimal (SNKNM)
o Glomerulosklerosis Fokal Segmental (GSFS)
o Glomerulonefritis Proliferatif Mesangial (GNPM)
o Glomerulonefritis Membrano Proliferatif (GNMP)
o Glomerulopati Membranosa (GM)3
Sebagian besar SNKM (90%) memiliki respons yang baik terhadap
pengobatan steroid.
2.1.5 Patogenesis
Endotel kapiler berfungsi untuk menyaring protein plasma ukuran besar (70kD)
sehingga tidak dapat lolos dari proses filtrasi. Namun untuk protein berukuran
kecil seperti albumin masih dapat lolos dari proses filtrasi. Selanjutnya membran
tidak dapat lolos pada proses filtrasi. Yang terakhir lapisan paling luar terdapat
hipoalbuminuria.
Terdapat dua teori terjadinya edema pada sindrom nefrotik. Teori yang
pertama adalah teori underfilled yaitu saat terjadi penurunan tekanan onkotik
intravaskular. Hipoalbuminuria menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid
Teori yang kedua adalah teori overfilled yaitu saat terjadi retensi natrium
renal dan air. Keadaan ini menyebabkan ekspansi volume plasma dan cairan
edema.
Gambar 6. Mekanisme edema menurut teori overfilled.4
1. Proteinuria massif
protein/kreatinin urin >2,5. Dengan pemeriksaan Esbach, kadar protein dalam urin
2. Hipoalbuminemia
3. Edema
4. Hiperlipidemia
normal.3
1.1.7 Diagnosis1,2
1. Anamnesis
Keluhan yang biasa dirasakan pasien adalah bengkak pada kedua kelopak
mata, perut, tungkai, atau seluruh tubuh juga dapat disertai penurunan
jumlah urin, urin keruh, atau urin kemerahan (hematuria).
2. Pemeriksaan fisik
Pasien biasanya datang dengan edema di kedua kelopak mata, tungkai,
asites, dan edema skrotum/labia; terkadang ditemukan hipertensi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah:
a. Urinalisis
Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang mengarah
kepada infeksi saluran kemih
b. Protein urin kuantitatif
Dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio protein:kreatinin pada urin
pertama pagi hari. Pada urinalisis ditemukan proteinuria masif (≥2+), rasio
albumin kreatinin urin >2 dan dapat disertai hematuria.
c. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah didapatkan hypoalbuminemia (<2,5g/dL),
hiperkolesterolemia (>200mg/dL), dan laju endap darah yang meningkat.
1.1.9 Tatalaksana
Batasan6
A. Diitetik
- Pemberian protein normal sesuai RDA (recommended daily
allowances) 1,5-2g/kgBB/hari.
- Diit rendah garam 1-2g/hari jika ada edema.
B. Diuretik
- Pemberian loop diuretic seperti furosemide 1-3mg/kgBB/hari,
jika perlu dikombinasikan dengan spironolakton (antagonis
aldosterone, diuretik hemat kalium) 2-4mg/kgBB/hari. Sebelum
diberikan diuretik perlu disingkirkan kemungkinan hypovolemia.
Pada pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu perlu dilakukan
pemantauan elektrolit kalium dan natrium darah.
- Pengobatan relaps
- Terjadi relaps pada dosis rumat > 1 mg/kgBB dosis alternating atau
thrombosis, sepsis
2. Levamisol
3. Sitostatika
pengobatan.6
infeksi.6
4. Siklosporin (CyA)
sitostatik dapat diberikan MMF. MMF diberikan dengan dosis 800 – 1200
penurunan dosis steroid selama 12-24 bulan. Efek samping MMF adalah
1. Siklofosfamid (CPA)
2. Siklosporin (CyA)
1.1.10 Komplikasi
4. Infeksi
5. Peritonitis
6. Infeksi kulit
7. Anemia
biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran respiratori bagian atas. SN resisten
steroid biasanya memiliki prognosis tidak baik dan akan berlanjut menjadi
2.2.1 Definisi
2.1.6 Epidemiologi1,8
- GNAPS sering terjadi pada usia 6-15 tahun dan jarang terjadi pada usia di
bawah 2 tahun.
(GABHS) melalui ISPA atau piodermi dengan perioder laten 1-2 minggu
- Kasus GNAPS diawali ISPA sebesar 45,8% sedangkan melalui infeksi kulit
31,6%.
2.1.7 Etiologi
beta hemolitik serotipe 12, kadang juga oleh tipe 1,4,6, dan 25
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitik serotipe 49, kadang juga oleh
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Lingkungan (higienitas)
4. Sosioekonomi.10
2.2.5 Patogenesis
2.2.6 Patofisiologi
biasanya normal. Hal tersebut akan menyebabkan filtrasi fraksi berkurang sampai
radang di glomerulus.
intrarenal.
sehingga dapat menyebabkan edema dan hipertensi. Efek proteinuria yang terjadi
pada GNAPS tidak sampai menyebabkan edema lebih berat, karena hormon-
aldosteron dan anti diuretik hormon (ADH) tidak meningkat. Edema yang berat
berlangsung selama 1-3 minggu yang didahului oleh ISPA dan 3 minggu
lain.
2. Edema
Edema merupakan gejala yang paling sering, pertama kali muncul namun
menghilang pada akhir minggu pertama. Edema yang paling sering terjadi
tetapi mulai berkurang pada siang dan sore hari. Selanjutnya edema pada
daerah tungkai, perut (asites), dan genitalia eksterna (edema
3. Hematuria
seperti teh pekat, air cucian daging atau berwarna seperti cola biasanya
4. Hipertensi
mmHg). Hipertensi ini tidak perlu diobati karena cukup dengan istirahat
yang cukup dan diet yang teratur tekanan darah akan kembali normal.
5. Oliguria
kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari. Gejala ini akan muncul jika sudah adanya
penurunan fungsi ginjal atau gagal ginjal akut. Seperti gejala-gejala yang
2.2.8 Diagnosis1
1. Anamnesis
- Riwayat infeksi saluran nafas atas (faringitis) 1-2 minggu sebelumnya atau
infeksi kulit (pyoderma) 3-6 minggu sebelumnya
- Umumnya pasien datang dengan hematuria nyata (gross hematuria) atau
sembab pada kedua mata dan tungkai
- Kadang-kadang pasien datang dengan kejang dan penurunan kesadaran
akibat ensefalopati hipertensi
- Oliguria/anuria akibat gagal ginjal atau gagal jantung
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
2.2.10 Tatalaksana8
1. Istirahat
timbul dalam minggu pertama perjalanan penyakit GNAPS. Saat fase akut
2. Diet
Bila edema berat, diberikan makanan tanpa garam, sedangkan bila edema
ringan, pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-1 g/hari. Protein dibatasi bila
kadar ureum meninggi, yaitu sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari. Asupan cairan harus
diperhitungkan dengan baik, terutama pada penderita oliguria atau anuria, yaitu
jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan pengeluaran, berarti asupan
cairan = jumlah urin + insensible water loss (20-25 ml/kgBB/ hari) + jumlah
keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal (10 ml/kgBB/hari).
3. Antibiotik
yaitu Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika terdapat
alergi terhadap golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30
mg/kgbb/hari.8
4. Simptomatik
a. Bendungan sirkulasi
Bila terjadi edema berat atau tanda-tanda edema paru akut perlu diberikan
diuretik, misalnya furosemid. Bila tidak berhasil, maka dapat dilakukan dialisis
peritoneal.
b. Hipertensi
Hipertensi ringan cukup dengan istirahat dan pembatasan cairan yang baik
maka tekanan darah bisa kembali normal dalam waktu 1 minggu. Hipertensi
sedang atau berat tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2
diatas, pada keadaan asupan oral cukup baik dapat juga diberi nifedipin secara
sublingual dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hari yang dapat diulangi setiap 30-60
menit bila diperlukan. Hipertensi berat atau hipertensi dengan gejala serebral
diulangi hingga 3 kali atau diazoxide 5 mg/ kgbb/hari secara intravena (IV).
kalori yang cukup dalam bentuk karbohidrat. Bila terjadi asidosis harus diberi
2.2.12 Prognosis
Prognosis dubia ad bonam karena dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2
minggu bila tidak ada komplikasi (self limting disease). Pada anak 85-95% kasus
kronik. Kematian bisa terjadi terutama dalam fase akut akibat gangguan ginjal
akut (Acute kidney injury), edema paru akut atau ensefalopati hipertensi.8
2.2.13 Pemantauan