Anda di halaman 1dari 9

FARMASI-QU

Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT


JALAN DI INSTALASI FARMASI RS HELSA JATIRAHAYU BEKASI

Oleh

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2


Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta

ABSTRAK

Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Kualitas


pelayanan kefarmasian di rumah sakit mempengaruhi tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga kefarmasian dalam pelayanan obat
kepada pasien. Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan pelayanan kesehatan
yang mampu memberikan kepuasan kepada pasien.
Metode penelitian dengan pendekatan cross sectional yaitu observasi ataupun
dengan pengumpulan data sebanyak 360 responden, yang bertujuan untuk
mengetahui evaluasi cara kerja petugas farmasi demi terjaminnya mutu standar
layanan kesehatan dan menciptakan kepuasan terhadap pasien. Data yang diperoleh
diolah dengan menggunakan statistik uji Chi-Square.
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Helsa Jatirahayu Bekasi
menunjukan bahwa karakteristik responden meliputi umur tertinggi berumur 38-50
tahun total (39,2%) dan PValue=(0,00), tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA total
(63,9%) dan PValue=(0,00), jenis pekerjaan tertinggi adalah karyawan swasta total
(36,9%) dan PValue=(0,00) maka dapat disimpulkan bahwa umur, tingkat pendidikan
dan jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan pasien.
Jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki total (55,8%) dan PValue=(0,165) maka dapat
disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kepuasan pasien.

Kata Kunci: mutu pelayanan, kepuasan pasien dan pelayanan rawat jalan

PENDAHULUAN serta penyajian informasi obat siap


Latar Belakang pakai bagi semua pihak di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian merupakan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
salah satu pelayanan penunjang medik sebagai penyelenggara pelayanan
terapeutik yang tidak dapat dipisahkan farmasi harus mampu memberikan
dari pelayanan rumah sakit secara pelayanan yang bermutu, yaitu dengan
keseluruhan. Instalasi Farmasi Rumah memenuhi kebutuhan dan kepuasan
Sakit (IFRS) merupakan satu-satunya pasien sesuai standar yang berlaku,
unit di rumah sakit yang mengelola salah satunya adalah standar akreditasi
barang-barang farmasi, mulai Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
pengadaan hingga mendistribusikannya 2020 yang mengacu pada Joint
kepada pasien. IFRS bertanggung Commission International (JCI).
jawab atas semua barang farmasi yang Standar akreditasi ini berfokus pada
beredar di rumah sakit, dan patient safety dan mewajibkan
bertanggung jawab atas pengadaan pemenuhan patient safety goals bagi
rumah sakit yang diakreditasi. Standar

44
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

akreditasi ini berisi standar mutu untuk pelayanan yang diberikan oleh petugas
keseluruhan pelayanan di rumah sakit, farmasi tentang ketersediaan obat
termasuk manajemen dan penggunaan pasien, ketidaksabaran yang petugas
obat sebagai standar mutu pelayanan tunjukkan ketika melayani pasien dan
farmasi di rumah sakit.2 waktu tunggu yang sangat lama.
Mutu adalah kepatuhan terhadap Dari latar belakang tersebut, penulis
standar yang telah ditetapkan. bermaksud melakukan penelitian
Sementara, mutu pelayanan kesehatan dengan judul “Hubungan Mutu
adalah yang merujuk pada tingkat Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien
kesempurnaan pelayanan kesehatan Rawat Jalan di Instalasi Farmasi RS
dalam menimbulkan rasa puas pada Helsa Jatirahayu Bekasi” guna
diri setiap pasien. Sama halnya dengan meninjau seberapa besar pengaruh
kebutuhan dan tuntutan, makin mutu pelayanan farmasi terhadap
sempurna kepuasan tersebut, makin kepuasan pasien.
baik pula mutu pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien dalam menilai Rumusan Masalah
mutu atau pelayanan yang baik, dan Rumusan masalah pada penelitian
merupakan pengukuran penting yang ini adalah apakah petugas Farmasi
mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini sudah memberikan pelayanan yang
tentu akan memberikan informasi sesuai dengan mutu pelayanan farmasi
terhadap suksesnya pemberi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Helsa
pelayanan bermutu dengan nilai dan Jatirahayu Bekasi sehingga
harapan pasien yang mempunyai menimbulkan rasa puas terhadap
wewenang sendiri untuk menetapkan pasien?
standar mutu pelayanan yang di
kehendaki. Kepuasan pasien adalah Tujuan Penelitian
perasaan senang atau kecewa 1. Tujuan umum
seseorang yang muncul setelah Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan antara kinerja (hasil) mengetahui Hubungan Mutu
yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) Pelayanan terhadap Kepuasan
yang diharapkan.1 Pasien Rawat Jalan di Instalasi
Berdasarkan hasil survei awal yang Farmasi RS Helsa Jatirahayu
telah dilakukan di Rumah Sakit Helsa Bekasi”.
Jatirahayu Bekasi, sebanyak 100 2. Tujuan khusus
hingga 120 orang dalam sehari berobat a. Untuk mengetahui karakteristik
di Rumah Sakit Helsa Jatirahayu. responden meliputi (umur, jenis
Dengan 11 orang pasien yang telah kelamin, tingkat pendidikan,
saya wawancarai mengenai kepuasan jenis pekerjaan)
pasien terhadap mutu pelayanan yang b. Untuk mengetahui tingkat mutu
diberikan oleh petugas farmasi, 7 pelayanan farmasi di Instalasi
diantaranya mengatakan bahwa Farmasi Rumah Sakit Helsa
mereka puas dengan pelayanan yang c. Untuk mengetahui tingkat
di berikan oleh petugas farmasi ketika kepuasaan pasien terhadap
melayani beberapa pertanyaan yang di pelayanan farmasi di Instalasi
ajukan dan juga ketika memberikan Farmasi Rumah Sakit Helsa
informasi mengenai obat yang akan d. Adanya hubungan antara
mereka konsumsi. Sedangkan 4 karakteristik responden dengan
diantaranya merasa tidak puas dengan tingkat kepuasan pasien.

45
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional


Jenis Penelitian Definisi operasional variabel adalah
Jenis penelitian yang digunakan suatu definisi mengenai variabel yang
adalah penelitian survei dengan dirumuskan berdasarkan karakteristik-
pendekatan menggunakan desain karakteristik variabel tersebut yang
cross sectional. Metode penelitian dapat diamati. Definisi operasional
dengan pendekatan cross sectional dalam penelitian ini meliputi:
adalah suatu penelitian untuk
mempelajari suatu dinamika korelasi Populasi dan Sampel
antara faktor-faktor resiko dengan efek, 1. Populasi Penelitian
dan dengan suatu pendekatan, Jumlah populasi dalam penelitian
observasi ataupun dengan ini adalah pasien rawat jalan yang
pengumpulan data pada suatu saat berobat di Rumah Sakit Helsa
tertentu, yang bertujuan untuk Jatirahayu Bekasi sebanyak 3600
mengetahui evaluasi cara kerja petugas populasi.
farmasi demi terjaminnya mutu standar 2. Kriteria Sampel
layanan kesehatan.15 Kriteria Inklusi
1. Dewasa berkisar umur 17- 50
Hipotesis Tahun
Adanya hubungan Hipotesis dari 2. Bersedia diteliti
penelitian ini adalah adanya rasa tidak 3. Terdaftar sebagai pasien rawat
puas yang dirasakan oleh pasien jalan
terhadap pelayanan yang diberikan 4. Tidak ada gangguan kejiwaan
petugas Farmasi. 5. Tidak ada gangguan komunikasi

Waktu dan Tempat Sampel


1. Waktu Penelitian Jumlah sampel dalam penelitian ini
Penelitian ini dilaksanakan pada berdasarkan rumus perhitungan sampel
bulan Januari 2021 dengan teknik Slovin yang dikutip oleh
2. Tempat Penelitian Dr. Soekidjo Notoatmodjo15 yaitu :
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Keterangan:
Rumah Sakit Helsa Jatirahayu n = Jumlah Sampel
Bekasi N = Jumlah Populasi
e = Batas Toleransi Eror (5%)
Variabel Penelitian Penyelesaian:
1. Variabel Independent Diketahui : N = 3600
Variable Independent yang meliputi e = 5%
umur, jenis kelamin, tingkat Jawab :
pendidikan, dan jenis pekerjaan. n= .
2. Variabel Dependent
Variabel Dependen yaitu n=
.
mengetahui adanya hubungan n
antara karakteristik responden
terhadap kepuasan pasien n=
n = 360

46
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

Jadi jumlah sampel yang diambil Penelitian ini menggunakan kuesioner


sebanyak 360 orang dari pasien rawat langsung (google form) yang terdiri dari
jalan di Rumah Sakit Helsa Jatirahayu. pertanyaan-pertanyaan tertutup dan
berbentuk pilihan, pengumpul data
Teknik Pengumpulan Data adalah peneliti sendiri.
Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data peneliti Pengolahan dan Analisa Data
menggunakan metode kuesioner Pengolahan Data
(Google Form). Metode kuesioner Pengolahan data adalah cara,
adalah teknik pengumpulan data yang proses, ataupun perbuatan
dilakukan dengan cara memberi memperoleh data. Data yang sudah
seperangkat pertanyaan atau terkumpul kemudian diolah dengan
pertanyaan tertulis kepada pasien komputer, ataupun mekanisme
untuk dijawab. pengolahan data tersebut adalah
1. Jenis Pengambilan Data sebagai berikut :
Jenis Pengambilan data dalam 1. Collecting
penelitian ini adalah pengumpulan Mengumpulkan data yang berasal
data hasil dari penlilaian pasien dari kuesioner (google form)
yang didapat melalui kuesioner atau 2. Checking
lembar pernyataan yang Memeriksa kelengkapan jawaban
merupakan suatu teknik kuesioner dengan tujuan agar data
pengambilan data yang dilakukan diolah secara benar sehingga
melalui serangkaian pernyataan pengolahan data memberikan hasil
yang ditujukan kepada responden. yang valid.
2. Cara Pengumpulan Data 3. Cooding
Teknik pengumpulan data Pada langkah ini jawaban atau hasil
dengan menggunakan kuesioner yang diperoleh diklasifikasikan
tertutup (google form) berupa link menurut jenisnya kedalam bentuk
kuesioner diberikan kepada Pasien yang lebih ringkas setelah diberi
Rawat Jalan di Rumah Sakit Helsa skor atau menggunakan kode-kode
Jatirahayu untuk diisi. tertentu sebelum diolah dengan
a. Peneliti mengunjungi masing- komputer. Seperti misalnya untuk
masing responden di instalasi jenis kelamin diberi kode 1 untuk
farmasi tempat dilakukannya perempuan dan 2 untuk laki-laki.
penelitian. Pertama, peneliti Koding atau pemberian kode ini
memperkenalkan diri, sangat berguna dalam
menjelaskan tujuan dan memasukkan data (data entry).
prosedur yang akan dilakukan. 4. Entering
b. Selanjutnya responden Data entry, yakni jawaban –
menjawab pertanyaan- jawaban dari masing – masing
pertanyaan yang tertera pada responden yang masih dalam
formulir (google form) dengan bentuk “kode” (angka atau huruf)
menggunakan gadget berupa dimasukkan ke dalam program
Tab. Setelah selesai diisi, computer yang digunakan peneliti
sebelumnya diperiksa yaitu SPSS. SPSS yang di gunakan
kelengkapan jawaban dan dalam penelitian ini adalah SPSS
peneliti menjamin 26.
kerahasiaannya.

47
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

5. Data Processing kelompok umur 17-27, 105


Semua data yang telah di input ke responden (84,7%) dengan
dalam aplikasi computer akan kelompok umur 28-37 dan 120
diolah sesuai dengan kebutuhan responden (85,1%) dengan
dari penelitian. kelompok umur 38-50. Dapat
diketahui bahwa responden yang
Analisis Data banyak datang dan bersedia
Data diuraikan langkah-langkah mengisi kueisoner yaitu dengan
dalam mengelola data dan teknik-teknik kelompok umur 38-50 tahun. Dan
menganalisa data yaitu sebagai berikut: berdasarkan hasil uji analisa
a. Analisis Univariat bivariat antara variabel umur
Merupakan analisa yang responden dengan kepuasan
dilakukan untuk menganalisis tiap pasien didapatkan p = 0,00 lebih
variabel dari hasil penelitian. kecil dari α = 0,05 yang dapat
Analisis Univariat digunakan untuk diartikan bahwa terdapat hubungan
mendeskripsikan data yang yang bermakna (signifikan) antara
dilakukan tiap variabel dari hasil umur dengan kepuasan pasien.
penelitian. Data yang terkumpul Menurut Gunarsa
disajikan dalam bentuk tabel mengungkapkan bahwa
distribusi frekuensi.15 bertambahnya umur seseorang
b. Analisis Bivariat dapat berpengaruh pada
Analisis Bivariat adalah analisis kesehatannya, dimana terjadi
yang digunakan untuk mengetahui kemunduran struktur dan fungsi
hubungan antara variabel bebas organ, sehingga masyarakat yang
dengan variabel terikat berusia lebih tua cenderung lebih
menggunakan uji statistik meliputi banyak memanfaatkan pelayanan
adanya hubungan antara kesehatan dibandingkan dengan
karakteristik responden dengan usia muda. Seperti halnya pada
tingkat Kepuasaan pasien. Untuk pasien usia tua, yang mengalami
analisa bivariat dilakukan analisa gangguan muskuloskeletal, akan
statistik dengan menggunakan uji mengalami penurunan fungsi pada
kategori Chi Square. Interprestasi kesembuhan tulangnya, dimana
data dapat dilihat dari nilai dapat mengakibatkan keterbatasan
signifikansi yang diperoleh. Jika yang panjang, sehingga dapat
nilai signifikan di dapat <0,05 maka meningkatkan ketergantungan pada
dapat ditarik kesimpulan bahwa orang lain.10
antara variabel 1 dan variabel 2 2. Hubungan antara jenis kelamin
memiliki hubungan yang kuat. responden dengan kepuasan
pasien
HASIL PENELITIAN DAN Berdasarkan 360 responden
PEMBAHASAN yang telah mengisi data
1. Hubungan antara umur karakteristik responden, maka
responden dengan kepuasan dapat diketahui yaitu terdapat 121
pasien responden (76,1%) dengan berjenis
Berdasarkan 360 responden kelamin perempuan, dan 166
yang telah mengisi data, maka responden (82,6%) dengan berjenis
dapat diketahui yaitu terdapat 62 kelamin laki-laki. Dan berdasarkan
responden (65,3%) dengan hasil uji analisa bivariat antara

48
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

variabel jenis kelamin responden dapat diartikan bahwa terdapat


dengan kepuasan pasien hubungan yang bermakna
didapatkan p = 0,165 lebih besar (signifikan) antara tingkat
dari α = 0,05 yang dapat diartikan pendidikan dengan kepuasan
bahwa tidak terdapat hubungan pasien.
yang bermakna antara jenis Menurut Notoatmodjo bahwa
kelamin dengan kepuasan pasien. tingkat pendidikan merupakan salah
Hal ini sesuai dengan penelitian satu faktor yang mempengaruhi
Aulia Nur Hidayati, Chriswardani harapan dan persepsi pasien
Suryawati dan Ayun Sriatmi (Jurnal terhadap pelayanan kesehatan.16
Kesehatan Masyarakat 2014) yang Dan menurut siagian, menyatakan
dilakukan di Rumah Sakit Islam bahwa semakin tinggi tingkat
Sultan Agung Semarang bahwa pendidikan seseorang semakin
terbukti tidak adanya hubungan besar pula keinginan dan
antara jenis kelamin dengan harapannya, maka tingkat
kepuasan pasien. pendidikan yang tinggi akan
Menurut Dolinsky cenderung menyebabkan tingkat
mengemukakan bahwa persepsi kepuasan yang rendah sehingga
dan reaksi terhadap gangguan sakit diperlukan pelayanan yang
dipengaruhi oleh sex, ras, berkualitas tinggi untuk
pendidikan, kelas ekonomi dan latar mendapatkan kepuasan23.
belakang budaya. Dari pernyataan 4. Hubungan antara tingkat
tersebut antara pria dan wanita pendidikan responden dengan
akan relatif sama dalam merasakan kepuasan pasien
kepuasan.12 Berdasarkan 360 responden
3. Hubungan antara tingkat yang telah mengisi data karakteristik
pendidikan responden dengan responden, maka dapat diketahui
kepuasan pasien yaitu terdapat 37 responden (62,7%)
Berdasarkan 360 responden tidak bekerja, 61 responden (89,7%)
yang telah mengisi data dengan jenis pekerjaan wirausaha,
karakteristik responden, maka 111 responden (83,5%) dengan
dapat diketahui yaitu terdapat 6 jenis pekerjaan karyawan swasta, 53
responden (66,7%) dengan tingkat responden (84,1%) dengan jenis
pendidikan SD, 28 responden pekerjaan IRT dan 25 responden
(87,5%) dengan tingkat pendidikan (67,6%) dengan jenis pekerjaan
SMP, 206 responden (89,6) dengan PNS. Dapat diketahui bahwa
tingkat pendidikan SMA dan 47 responden yang banyak datang dan
responden (52,8%) dengan tingkat bersedia mengisi kueisoner yaitu
pendidikan Perguruan Tinggi (D3, dengan jenis pekerjaan karyawan
S1, S2, S3). Dapat diketahui bahwa swasta. Dan berdasarkan hasil uji
responden yang banyak datang dan analisa bivariat antara variabel jenis
bersedia mengisi kueisoner yaitu pekerjaan responden dengan
dengan tingkat pendidikan SMA. kepuasan pasien didapatkan p =
Dan berdasarkan hasil uji analisa 0,00 lebih kecil dari α = 0,05 yang
bivariat antara variabel tingkat dapat diartikan bahwa terdapat
pendidikan responden dengan hubungan yang bermakna
kepuasan pasien didapatkan p = (signifikan) antara jenis pekerjaan
0,00 lebih kecil dari α = 0,05 yang dengan kepuasan pasien

49
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

Menurut Barata menyatakan yaitu sebanyak 360 orang


bahwa pekerjaan mempengaruhi (100%).
tingkat kepuasan pasien terhadap d. Mutu pelayanan farmasi dari
pelayanan kesehatan yang Empati (Emphaty) yang paling
diterimanya karena orang yang banyak adalah Baik yaitu
bekerja lebih menginginkan adanya sebanyak 343 orang (95,3%)
keseimbangan antara pelayanan sedangkan kurang baik
yang diterima dengan biaya yang sebanyak 17 (4,7%).
dikeluarkan.6 e. Mutu pelayanan farmasi dari
Bukti Langsung (Tangibles)
KESIMPULAN DAN SARAN yang paling banyak adalah
Kesimpulan Baik yaitu sebanyak 346 orang
1. Informasi tentang karakteristik (95,6%) sedangkan kurang
responden dari 360 responden baik sebanyak 14 (3,9%)
adalah sebagai berikut : Dapat disimpulkan bahwa
a. Umur responden yang paling penilaian dari responden
banyak datang ke Instalasi terhadap mutu pelayanan
Farmasi RS Helsa Jatirahayu farmasi terbanyak adalah Baik
berumur 37-50 tahun sebanyak 3. Penilaian Kepuasan Pasien dengan
141 (39,2%). Pelayanan Farmasi dari 360
b. Jenis kelamin responden paling responden paling banyak adalah
banyak adalah laki-laki Puas sebanyak 287 orang (79,7%).
sebanyak 201 orang (55,8%). Dapat disimpulkan bahwa pengaruh
c. Tingkat Pendidikan responden mutu pelayanan farmasi terhadap
paling banyak adalah SMA kepuasan pasien sangat
sebanyak 230 orang (63,9%) berpengaruh.
d. Pekerjaan responden paling 4. Hubungan antara kelompok umur
banyak yaitu bekerja sebagai dengan kepuasan pasien
karyawan swasta sebanyak 133 didapatkan p = 0,00 < p = 0,05 yang
orang (36,9%) dapat diartikan bahwa ada
2. Penilaian Mutu Pelayanan Farmasi hubungan yang bermakna antara
berdasarkan 5 dimensi dari 360 kelompok umur dengan kepuasan
responden adalah sebagai berikut : pasien.
a. Mutu pelayanan farmasi dari 5. Hubungan antara jenis kelamin
Ketanggapan(Responsiveness dengan kepuasan pasien
) yang paling banyak adalah didapatkan p = 0,165 > p = 0,05
Baik yaitu sebanyak 344 orang yang dapat diartikan bahwa tidak
(95,6%) sedangkan kurang ada hubungan yang bermakna
baik sebanyak 16 (4,4%). antara jenis kelamin dengan
b. Mutu pelayanan farmasi dari kepuasan pasien.
Kehandalan (Reliablility) yang 6. Hubungan antara tingkat
paling banyak adalah Baik pendidikan dengan kepuasan
yaitu sebanyak 348 orang pasien didapatkan p = 0,00 < p =
(96,7%) sedangkan kurang 0,05 yang dapat diartikan bahwa
baik sebanyak 12 (3,3%). ada hubungan yang bermakna
c. Mutu pelayanan farmasi dari antara tingkat pendidikan dengan
Jaminan (Assurance) yang kepuasan pasien.
paling banyak adalah Baik

50
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

7. Hubungan antara jenis pekerjaan 6. Barata, A. A., 2006. Dasar-Dasar


dengan kepuasan pasien Pelayanan Prima. PT Elex Media
didapatkan p = 0,00 < p = 0,05 yang Komputindo, Jakarta.
dapat diartikan bahwa ada 7. Desi Rusmiati, 2017. Metodologi
hubungan yang bermakna antara & Biostatistik. Rajawali pers.
jenis pekerjaan dengan kepuasan Depok.
pasien. 8. Dianita, P,S., 2017. Tingkat
Kepuasan Pasien Terhadap
Saran Pelayanan Obat Di Apotek
Saran yang dapat saya berikan Wilayah Kecamatan Mertoyudan
sebagai masukan dalam upaya Kabupaten Magelang, Jurnal
meningkatkan kepuasan pasien rawat Farmasi Sains dan Praktis, Vol.
jalan terhadap pelayanan kefarmasian III, No.2, November.
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Helsa 9. Evi Sa’adah Dkk,. 2015.
Jatirahayu Pengaruh Mutu Pelayanan
1. Perlu adanya penambahan tenaga Farmasi terhadap Kepuasan dan
kerja sehingga obat segera Loyalitas Pasien Rawat Jalan
disiapkan dan waktu tunggu tidak dengan Cara Bayar Tunai Di
melebihi waktu standar RSUD Gambira, Jurnal aplikasi
pengambilan obat racik ≤30 menit. manajemen, Vol 13.
2. Sebaiknya obat selalu tersedia di 10. Gunarsa, Singgih.2008. Psikologi
rak dan gudang farmasi sehingga Perawatan. Jakarta.
mempermudah pelayanan dan 11. Jurnal Keperawatan, 2014.
meminimalisir ketidakpuasan Volume 2. Nomor 1. Faktor-faktor
pasien terhadap pelayanan farmasi yang Berhubungan Dengan
karena ketersediaan obat yang Tingkat Kepuasan Pasien Rawat
kosong. Inap Terhadap Pelayanan
Keperawatan Di Ruang Internal
DAFTAR PUSTAKA RSUD Noongan.
1. A. Supriyanto, Ernawati., 2010. 12. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Pemasaran Industri Jasa 2014. Volume 2. Nomor 1.
Kesehatan, CV Andi Offset, Analisis Hubungan Karakteristik
Yogyakarta. Pasien Dengan Kepuasan
2. Aditama, T.Y., 2002. Pelayanan Pelayanan Rawat Jalan
Farmasi Dalam Manajemen Semarang Eye Center (SEC)
Administrasi Rumah Sakit, UI Rumah Sakit Islam Sultan
Press, Jakarta. Agung, Semarang.
3. Al-Assaf A.F, MD, CQA., 2009. 13. Muninjaya, Gde AA, 2013,
Mutu Pelayanan Kesehatan, Manajemen Mutu Pelayanan
Perspektif Internasional, Jakarta. Kesehatan,EGC, Jakarta.
4. Anjaryani, Wike Diah,. 2009. 14. Notoadmodjo, S. 2014.
Kepuasan Pasien Rawat Inap Metodologi Penelitian
Terhadap Pelayanan Perawat Di Kesehatan, Rineka Cipta,
RSUD tugurejo. H 36, Semarang. Jakarta.
5. Arikunto, S., 2017, Prosedur
Penelitian, Rineka Cipta 15. Notoadmodjo, S. 2014. Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Rineka Cipta, Jakarta.

51
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta
FARMASI-QU
Jurnal Kefarmasian
Vol 9 Edisi Januari 2022
ISSN 2809-1493

Zuzana1 dan Gustiansih Eva2

16. Notoatmodjo, S., 2005.


Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
17. Parasuraman, A Zeithaml,
Valerie A, dan L Berry., 2001.
Delivering Quality Service. The
Free Press A Divission Of Mac
Millian inc, H 64, New York.
18. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014,. tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit.
19. Permenkes RI, 2009. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
No.51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
20. Philip, Kotler dan Kevin.L.K,.
2012. Manajemen Pemasaran
Jilid 1. Erlangga. H 55. Jakarta.
21. Prof. Dr. A. Gde Muninjaya A.
MPH., 2011. Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan, Jakarta.
22. Prof. Dr. J.P. Charles Siregar,
M.Sc., Apt. 2005. Farmasi Klinik,
Jakarta.
23. Siagian, S. P., 2000. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bumi
Aksara, Jakarta.
24. Sugiyono, 2011, Statiska Untuk
Penelitian, Alfabeta, Bandung.

52
Jurnal Farmasi-qu Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta

Anda mungkin juga menyukai