Anda di halaman 1dari 48

BAB III ANALISA SITUASI

3.1 Gambaran Umum


3.1.1 Profil RSUD Otanaha
Keberadaan RSUD Otanaha Kota Gorontalo merupakan RSUD milik pemerintah Kota
Gorontalo yang merupakan pengembangan dari Puskesmas perawatan Pilolodaa yang dibangun
pada tahun 1970 dengan nama balai Pengobatan Potanga yang menempati salah satu ruangan
Kantor Camat Kota Barat, pada tahun 1975 dengan berbagai upaya dari segenap unsur
pemerintah dan masyarakat serta biaya suwadaya masyarakat maka penambahan ruangan dengan
bertambah fungsinya menjadi Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Pada tahun 1990 beralih
menjadi Puskesmas Pilolodaa dengan rawat inap Kotamadya Gorontalo. Rumah Sakit Umum
Daerah Otanaha diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 19 Maret 2010 dengan jumlah
pegawai 79 orang yang terdiri dari pejabat struktural 4(empat) orang dan fungsional serta staf
administrasi 79 orang, jumlah tempat tidur pasien 35 TT.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan dan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, maka mulai diupayakan adanya gedung rumah sakit yang representative
berlokasi di kecamatan kota barat + 1 KM dari tempat semula. Pada tahun 2013 secara
berangsur-angsur kegiatan pelayanan rumah sakit Otanaha pindah ke eks gedung dinas social
Provinsi Gorontalo yang bertempat di kelurahan Buladu Kecamatan Kota Barat yang diresmikan
pemakaianya oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 14 Januari 2013. Selanjutnya pada tanggal
13 februari 2013 Instalasi Rawat Darurat diresmikan oleh Walikota Gorontalo. Adapun jumlah
tempat tidur pasien 35 TT, dengan pembagian ruang terdiri dari Rawat jalan yang terbagi (poli
umum, poli bedah, poli anak, poli gigi, poli kebidanan) Rawat Inap terdiri dari (perawatan bedah,
anak, perawatan interna dan kebidanan) serta ruang apotik, laboratorium, instalasi gizi dan
administrasi. Selanjutnya pada bulan desember 2013 bertambah ruang rawat inap kelas III untuk
anak dengan jumlah tempat tidur 15 TT.
Dengan berpindahnya kegiatan RSUD Otanaha ke lokasi yang baru, maka perkembangan
dan kemajuan yang dialami RSUD Otanaha semakin meningkat seiring dengan
perkembangannya melalui pembangunan gedung-gedung baru dan penambahan sumber daya
manusia dalam rangka memenuhi standar rumah sakit menuju akreditas. Perkembangan ini dapat
dilihat dimana pada bulan desember 2013 dibangun fasilitas Instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) untuk layanan 120 TT, bulan oktober 2014 dibangun unit transfusi darah, ICCU dan
ruang perawatan IV Kelas III yang diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada bulan Januari 2015.
Selanjutnya tahun 2015 mulai dirintis pembangunan ruang Radiologi dengan luas bangunan
13x14,5 M2, pembangunan gedung VIP dan penambahan selasar yang menjadi penghubung antar
gedung.
Untuk Tahun 2016 dibangun ruang interna kelas I & II sebanyak 7 kamar, ruang
kebidanan, ruang bedah kelas I, II, III serta ruang operasi dan penambahan ruang VIP sebanyak 8
Kamar. Yang kesemuanya akan diresmikan pada Tahun 2017 oleh Bapak Walikota Gorontalo.
Pada Juli 2017 ruang kebidanan sudah dapat difungsikan yang terdiri dari ruang bersalin
dengan 5 TT ,Gynekologi 1 TT dan ruang nifas dengan 12 TT. RSUD Otanaha mendapatkan
alokasi anggaran dari dana alokasi umum (bantuan Provinsi) dengan pembangunan ruang central
opname dan ruang poliklinik/rawat jalan, yang kesemua ruangan tersebut akan diresmikan pada
akhir Tahun 2017 oleh Bapak Walikota Gorontalo serta akan difungsikan pada awal Tahun 2018.
Pada Tahun 2018 RSUD Otanaha Kota Gorontalo melaksanakan pembangunan kamar
jenazah dan Ruang Central Steril Suplly Department (CSSD).
3.1.2 Visi dan Misi RSUD Otanaha
a. Visi
“Mewujudkan pelayanan kesehatan rujukan regional yang bermutu menuju rumah sakit
yang terakreditasi paripurna di provinsi Gorontalo ”
b. Misi
1) Melaksanakan pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang
medik yang bermutu dan SMART (sopan, manusiawi, ramah, dan terampil)
2) Mengembangkan kemampuan pelayanan dengan kemampuan pengelolaan
lingkungan yang sehat dan produktif
3) Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien, dan accountable
4) Meningkatkan dan mengembangkan sistem rujukan dan jejaring pelayanan medik
3.1.3 Profil Ruang P2 (Interna)
Ruangan P2 (interna) adalah salah satu ruangan yang ada di RSUD. Otanaha yang
merupakan tempat rawat inap penanganan pada pasien penyakit dalam. Ruang P2 terdiri dari
empat ruangan yaitu, ruangan bonsai dan melati sebagai ruang rawat wanita dan ruangan
anggrek dan kamboja untuk ruang rawat pria, yang untuk masing-masing kamarnya
mempunyai 6 bed dan 1 kamar mandi disetiap ruangannya, 1 ruang alat, 1 ruang perawat
dengan 1 kamar mandi dan 1 ruangan untuk ruang kepala ruangan.
Tenaga yang bertugas di ruang P2 terdiri dari Perawat berjumlah 11 orang serta
kepala ruangan 1 orang. Untuk perawat dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan
sebanyak 7 orang, pendidikan DIV Keperawatan sebanyak 1 orang dan pendidikan sarjana
keperawatan dan ners sebanyak 4 orang, serta terdapat tenaga administrasi sebanyak 1 orang.
Ruangan P2 menggunakan metode tim berdasarkan struktur yang terdapat pada
ruangan. Ruang P2 memiliki 24 buah bed, lemari pasien 24 buah, kursi roda sebanyak 1
buah, jam dinding 1 buah di nurse station, kamar mandi perawat 1 buah dan kamar mandi
untuk pasien 4 buah, wastafel 3 buah di ruangan karu, ruangan perawat dan ruangan alat,
tempat sampah 2 buah, tiang infus 24 buah, hand drub 8 buah yang terdapat di depan ruangan
pasien 4, di ruangan alat, ruang karu dan di nurse station, tensi meter 2 buah, stetoskop 2
buah, gunting perban 1 buah, nierbeken 1 buah, tromol kasa 1 buah, termometer 1 buah,
tempat sampah besar 1 buah, timbangan berat badan 1 buah, troli tindakan 2 buah, nebulizer
1 buah, loker perawat 1 buah, Telepon 1 buah, troli emergency 1, lemari obat 2 buah, lemari
emergency 1, lemari BHP 1 buah.
3.1.4 Denah Ruangan P2 (Interna)

Gambar 3.1 denah ruangan P2 (interna)

50
3.1.5 Alur Pasien Masuk di Ruang P2 RSUD Otanaha

Klien mask melalui IRD/pindahan


dari ruangan lain

Perawat IRD/Ruangan sebelumnya


menghubungi ruangan yang akan

Perawat ruangan mengundang keluarga klien untuk:


 Orientasi pasien
 Penyampaian hak dan kewajiban paangansien
 Penyampaian fasilitas ruangan
 Tarif ruangan

Administrasi Pekarya
1. Mengisi registrasi Menyiapkan tempat tidur
2. Pengurusan jaminan Klien Masuk dan fasilitas lainnya
perawatan selambat-
lambatnya 3x24 jam

Diterima oleh BP/Leader (pada pagi, sore, malam hari)


 Orientasi klien
 Pengkajian
 Buat rencana perawatan

Perawat Asociate
Implementasi sesuai rencana yang dibuat oleh BP

Gambar 3.2. Alur Penerimaan Pasien Baru Ruang P2 RSUD Otanaha

5
3.2 M1 (Man /Ketenagaan)
3.2.1 Sumber Daya Manusia
1. Struktur Organisasi Ruangan P2 (Interna) RSUD Otanaha

DIREKTUR
dr. Grace Tumewu

Kasie Keperawatan
Ns. Euis Herawati Hidayat, S.Kep.MM

Kepala Ruangan
Ns. Fatmawaty Y. Mooduto, S.Kep

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2


Ns. Minarty Ismail, S.Kep Syahrain Kasim, Amd.Kep

Anggota Anggota
1. Nurafni Katili, Amd.Kep 1. Lilan Hippy, Amd.Kep
2. Ns. Nur Alvionita Surianto, S.Kep 2. Ns. Vidya V.Hidayat, S.Kep
3. Wisnu Abdullah, Amd.Kep 3. Asri Susanti, Amd.Kep
4. Syamsul Mantali, Amd.Kep 4. Novrianti Djibran, S.Tr.Kep
5. Roy Angio, Amd.Kep
6.

Administrasi
Novianti Umar

Gambar 3.3. Struktur Organisasi di Ruang P2 RSUD Otanaha


Dalam mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat ruangan interna RSUD Otanaha
memiliki jumlah tenaga kerja, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Ketenagaan
No. Nama Jabatan Pendidikan Status Kepegawaian

1. Ns. Fatmawaty Karu Ners PNS


Mooduto, S.Kep
2. Ns. Minarty Ismail, Katim 1 Ners HONORER
S.Kep
3. Syahrain Kasim, Katim 2 DIII PNS
Amd.Kep
4. Nurafni Katili, PA DIII HONORER
Amd.Kep
5. Ns. Nur Alvionita PA Ners HONORER
Surianto, S.Kep
6. Wisnu Abdullah, PA DIII HONORER
Amd.Kep
7. Syamsul Mantali, PA DIII HONORER
Amd.Kep
8. Roy Angio, Amd.Kep PA DIII HONORER
9. Lilan Hippy, Amd.Kep PA DIII HONORER

10. Ns. Vidya V. Hidayat, PA Ners HONORER


S.Kep
11 Asri Susanti, Amd.Kep PA DIII HONORER
7
12. Novrianti Djibran, PA DIV HONORER
S.Tr.Kep

3.2.2 Karakteristik Ketenagaan


1. Karakteristik Ketenagaan Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3.2. Distribusi Ketenagaan berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di Ruang P2 RSUD
Otanaha pada 2022
Spesifikasi
No Jumlah Persen
pekerjaan
1 Perawat 11 84,62%
2 Karu 1 7,69%
3 Administrasi 1 7,69%
Total 13 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel di atas, rata–rata spesifikasi pekerjaan di P2 yang paling banyak
adalah jumlah perawat yaitu terdapat 11 orang (84,62%).
2. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.3 Distribusi Ketenagaan berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang P2 RSUD
Otanaha pada Bulan Februari 2022

No Pendidikan Jumlah Persen

S1
1. Keperawatan 4 33,33%
& Ners
D3
2. 7 58,33%
Keperawatan
D4
3. 1 8,33%
keperawatan
Jumlah 12 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel di atas ketenagaan di Ruang P2 Untuk tingkat pendidikan rata-rata
yang terbanyak adalah DIII keperawatan sebanyak 7 perawat (58,33%), kemudian S1
Keperawatan & Ners sebanyak 4 perawat (33,33%) dan 1 perawat DIV
8 keperawatan (8,33%).
3. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 3.4 Distribusi Ketenagaan berdasarkan Masa Kerja di Ruang P2 RSUD Otanaha
No Masa Kerja Jumlah Persen
1. ≥ 5 Tahun 6 54,55%
2. < 5 tahun 5 45,45%
Jumlah 11 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel di atas, tenaga keperawatan di ruangan P2 memiliki pengalaman
kerja paling tinggi rata-rata ≥ 5 tahun (57,14%)
4. Karakteristik Berdasarkan Pelatihan Yang Diperoleh
Tabel 3.5 Distribusi Ketenagaan berdasarkan Pelatihan yang diperoleh di Ruang P2
RSUD Otanaha
No Pelatihan Jumla Persen
h
1. BTCLS 11 91,67%
2. Belum 1 0,08333333
mengikuti
Pelatihan
Jumlah 12 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel di atas, terdapat perawat yang sudah memperoleh pelatihan
tambahan antara lain pelatihan BTCLS sebanyak 11 orang (91,67%) dan yang belum
mengikuti pelatihan sama sekali adalah 1 orang (0,083%).
3.2.3 Analisa Kebutuhan Tenaga Perawat
Analisa kebutuhan tenaga perawat diruang P2 berdasarkan:
a) Metode Rasio
RSUD Otanaha bertipe C dengan jumlah tempat tidur yang ada diruangan P2
sebanyak 24 tempat tidur. Dimana, terdapat 4 kamar dengan masing-masing 6 tempat tidur
didalamnya, maka jumlah perawat yang dibutuhkan yaitu :
TT : Tenaga Perawat 24 : 11
Jadi kebutuhan tenaga perawat diruang P2 kurang lebih sekitar 2,18 atau 2 orang
b) Rumus Gillies
 Menentukan Rata-rata pasien dalam 1 bulan menggunakan rumus Gillies Dimana:

BOR x Jumlah Tempat Tidur 9

= 68,2 % x 24
= 1,636 atau 2 orang
 Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari, yaitu :
 Perawatan Langsung
Keperawatan Self Care 0 pasien : 0 x 2 jam = 0 jam
Keperawatan partial care 2 pasien : 2 x 3 jam = 6 jam
Keperawatan Total Care 0 pasien : 0 x 3 jam = 0 jam
Jumlah jam perawatan : 6 Jam
 Perawatan Tidak Langsung
Rata-rata pasien perhari x 1 jam = 2 x 1 jam = 2 jam
 Waktu Penyuluhan Kesehatan
Rata-rata pasien perhari x 0,25 jam = 2 x 0,25 jam = 0,5 jam Total jam secara
keseluruhan adalah jam 8,5 jam
 Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan perpasien perhari adalah
8,5 jam : 2 pasien = 4,25 jam/pasien/hari
 Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan P2 interna dengan
menggunan rumus Gillies yaitu :

AxBxC=F=
H (C – D) E G

= 4,25 Jam/pasien/hari x 2 orang/hari x 365 hari


(365 hari – 86 hari/tahun) x 7 jam
= 3102,5 = 1,5 orang atau 2 orang
1.953
Antisipasi cuti, sakit dan lain lain ditambah 20% = 2 x 20 % = 0,4 (1 orang)
Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 2 + 1 = 3 orang
 Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu :
RMS = Rata-rata pasien/ hari x rata rata jam perawatan/hari
Jumlah jam kerja/hari
= 2 orang/hari x 4,25 jam perawat/ hari
7 jam
10
= 1,3 (atau 1 orang)
 Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan
ketentuan menurut Warstler yaitu :
- Proposi dinas pagi = 47 % x 1 orang = 0,47 (1 orang)
- Proposi dinas sore = 36 % x 1 orang = 0,36 (1 orang)
- Proposi dinas malam = 17% x 1 orang = 0,17 (1 orang)
 Kombinasi Menurut Abdellah dan Levice adalah
- Tenaga Profesioal 55 % = 2 x 55 % = 1,1 (1 orang)
- Tenaga non professional 45% = 2 x 45 % = 0,9 (1 orang)
c) Rumus Depkes 2011
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan pada ruangan P2 (interna).
Rata-rata jam perawatan/pasien/hari pada ruangan interna adalah 4,25 jam. Jumlah rata-rata
pasien adalah 2 pasien. Sehingga, jumlah jam perawatan/hari : 2 x 4,25 = 8,5 (9)
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan = jumlah jam perawatan/ hari
Jumlah jam kerja efektif perawat
9 = 1,2 (2 Perawat)
7
Untuk menghitung jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day
(jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti +hari besar) x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif
= 86 x 2 = 0,62 (1 orang)
279
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas tugas non keperawatan seperti
mengerjakan tugas tuugas non keperawatan seperti membuat rincian pasien pulang,
kebersihan ruangan dan lain lain diperkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan
(jumlah tenaga keperawatan + Loss day) x 25 %
(2 + 1 orang) x 25 % = 0,75 atau 1 orang
Jadi, jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + factor koreksi
(2 + 1 orang) + 1 orang = 4 orang
Sehingga, tenaga yang dibutuhkan dalam ruangan perawatan P2 sebesar 4 anak.
d) Rumus Douglas 11
Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan interna.
Klasifikasi dan derajat ketergantungan pasien menurut douglas dibagi menjadi 3
kategori yaitu:
Perawatan minimal care sebanyak 0 pasien
Perawatan parsial care sebanyak 2 pasien
Perawatan total care sebanyak 0 pasien
Table 3.6 Rumus Douglas
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Shift Jumlah pasien Pagi Sore Malam
Minimal 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,10 = 0
Parsial 2 2 x 0,27 = 0,54 2 x 0,15 = 0,3 2 x 0,07 = 0,14

Total 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,30 = 0 0 x 0,20 = 0


Jumlah 0 2,43 1,35 0,63
Jadi, jumlah tennaga perawat yang dibutukan pada :
Shift Pagi 0,54 (1 orang)
Shift Sore 0,3 (1 orang)
Shift malam 0,14 (1 orang)
e) Hasil Wawancara dan Observasi
Berdasarkan perhitungan menurut Gillies, maka ruangan P2 membutuhkan tenaga
perawat sebanyak 2 orang. Dan berdasarkan perhitungan menurut metode rasio ruangan P2
membutuhkan tenaga perawat sebanyak 2 orang. Dalam penentuan jumlah tenaga kerja
perawat diruangan P2 menggunakan perhitungan Gillies ataupun metode rasio sehingga
jumlah tenaga perawat mencukupi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil wawancara kepala
ruangan bahwa menurut kepala ruangan, perawat diruangan P2 belum mencukupi, dimana
jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah tempat tidur. Ini sejalan dengan perhitungan
jumlah perawat dengan menggunakan metode Depkes, 2011 dimana didapatkan hasil ruangan
P2 membutuhkan 4 orang perawat.
Masalah M1 (Man) :
Ketersediaan jumlah perawat yang kurang dari kebtuhan diruangan serta kurangnya
perawat yang telah mengikuti pelatihan dan juga perawat tingkat pendidikan sarjana yang masih
sedikit.

12
3.3 M2 (SARANA DAN PRASARANA)
3.3.1 Tata Letak Gedung
1. Lokasi
Berdasarkan hasil observasi bahwa lokasi bangunan rawat inap ruang P2 terletak pada lokasi
yang tenang, aman dan nyaman, namun masih berada sedikit jauh dari ruangan yang memiliki
hubungan antar ruang pelayanan, seperti laboratorium, radiologi ataupun ruangan terkait lainnya.
Adapun batas-batas lokasi ruang perawatan anak bawah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan radiologi
b. Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga
c. Sebelah selatan berbatasan dengan lahan kosong
d. Sebelah timur berbatasan dengan ruangan tropik
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 24 tahun 2016 Pasal 10 tentang letak
bangunan (site plane), yaitu harus memenuhi syarat zonasi berdasarkan tingkat resiko
penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan tingkat pelayanan
atau kedekatan hubungan fungsi antar ruang pelayanan.
2. Pencahayaan
Terang disemua ruang dengan pencahayaan yang cukup dan adekuat untuk observasi
klinis, yang tersebar di setiap ruangan di ruangan P2.
3. Ventilasi
Terdapat ventilasi dan jendela disetiap ruangan dan setiap ruangan yang terdapat
paparan cahaya matahari.
4. Lantai dan Atap
Lantai keramik, bersih dan kering. Atap di ruangan terpakai tripleks.
5. Dinding
Kondisi dinding disetiap ruangan terpakai keramik dan dinding beton yang cukup kuat
hamper disemua ruangan, namun untuk cat dindingnya masih dalam keadaan bagus.
6. Sarana air bersih
Memiliki 1 kamar mandi di setiap kamar pasien dan airnya bersih, pembuangan air
limbah baik dan lancar.
7. Tempat sampah medis dan non medis terpisah.
8. Terdapat handscrub disetiap pintu ruangan
9. Berdasarkan hasil observasi ruang P2 memiliki 24 tempat tidur dengan klasifikasi
masing-masing ruangan terdapat 6 kamar tidur
Tabel 3.7 Daftar fasilitas untuk pasien di Ruang P2 RSUD Otanaha
No. Nama barang Jumlah Kondisi Ideal
13 Usulan
1 Tempat tidur 24 buah Baik 1:1 -
2 Kipas angin 3 buah Baik 1/ruangan -
3 Kursi Roda 1 buah Baik 2-3/ ruangan Perlu ditambah 2
buah
4 Jam Dinding 1 buah Baik 1/ruangan -
5 Timbangan 1 buah Baik 1/ruangan -
Dewasa
6 Wastafel 3 buah Baik - -
7 TV 1 buah Baik 1/ruangan -
8 Kursi tamu - - - -
9 Tempat sampah 1 buah Baik - -
medis
10 Tempat sampah 1 buah Baik - -
non medis
11 Loker medis 1 buah Baik - -
perawat
12 Kursi perawat 3 buah kursi Baik 1:1 -
panjang
Sumber : Data Primer 2022
Kesimpulan:
Berdasarkan Tabel 3.7 untuk fasilitas bagi pasien di Ruangan P2 berupa tempat tidur,
AC, tempat sampah medis sudah memadai, namun untuk kursi roda hanya 1 buah dan jam
dinding perlu ditambahkan karena jam dinding hanya berada di nurses station diharapkan
untuk setiap kamar pasien memiliki 1 jam dinding. Tempat sampah terdapat di dekat nurse
station sebanyak 2 buah yakni tempat sampah medis dan non medis.
3.3.1 Fasilitas untuk petugas kesehatan
1. Ada ruangan khusus untuk kepala ruangan
2. Terdapat 1 kamar mandi/WC yang berada di ruang perawat dan biasa digunakan oleh
petugas perawat ruang P2
3. Belum ada ruang sholat khusus petugas dan keluarga pasien
4. Belum ada ruang khusus untuk dokter dan gizi
Adapun peraturan Menteri Kesehatan No.56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan
perizinan rumah sakit. Persyaratan peralatan yang ada pada ruang P2 yang ada di Rumah Sakit
Tipe C seperti pada tabel dibawah ini: 14
Tabel 3.8 Daftar alatkesehatan yang ada pada ruangan P2 di Rumah Sakit Tipe C
No. Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1 Lemari es 1 buah Baik 1/ruangan -
2 Tabung O2 5 buah Baik 2/ruangan -
3 Suction 2 Tabung - - 2/ruangan Perlu diadakan
4 Set Instrumen Steril 2 buah Baik 2/ruangan -

5 Manometer O2 5 buah Baik 2/ruangan -


Lengkap
6 Tiang infus 24 buah Baik 1/bed -
7 Tensimeter 2 buah Baik 1/ruangan -

8 Handrub 8 buah 3 terisi sisanya 1:1 Perlu diisi


kosong
9 Stetoskop 2 buah Baik 2/ruangan -
10 Termometer 2 buah Baik 5/ruangan Perlu ditambah 3

11 Pinset anatomis 2 buah Baik 2/ruangan -

12 Gunting nekrotik 2 buah Baik 2/ruangan -

13 Gunting perban 2 buah Baik 2/ruangan -


14 Bengkok 1 buah Baik 1/ruangan -
15 Ambu bag 1 buah Baik 1/ruangan -
16 Saturasi oksigen 1 buah Baik 1/ruangan -
17 Troli obat 2 buah Baik 1/ruangan -
18 EKG 1 buah Baik 1/ruangan -
19 Spatel lidah 2 buah Baik 2/ruangan -
20 Nebulizer 1 buah Baik 1/ruangan -
21 Infus pump - - 3/ruangan Perlu diadakan
22 Syring pump 1 buah Baik 2/ruangan Perlu ditambah 1
22 Troli Emergenci 1 buah Baik 1/ruangan -
23 Troli Tindakan 2 buah
24 Telepon 1 buah Baik 1/ruangan -
25 Alat pemadam 1 buah Baik 15
1/ruangan -
kebakaran
26 Lemari kaca 2 buah 1 buah Lemari 1/ruangan
tempat -
penyimpanan
obat, dan 1 buah
penyimpanan alat
kesehatan
27 Lemari obat 1 buah Baik 1/ruangan -
Sumber: : Data Primer 2022
Kesimpulannya:
Berdasarkan Tabel 3.8 alat kesehatan yang ada di Ruangan P2 berupa lemari es, tabung
O2, manometer O2 lengkap, suction, tensimeter untuk anak, stetoskop anak, tiang infus,
handrub, gunting perban, bengkok, ambu bag, saturasi oksigen, troli obat, EKG, spatel lidah,
nebulizer, infus pump, troli emergenci, telepon, alat pemadam kebakaran, lemari kaca dan
lemari obat sudah memadai. Namun ada beberapa alat kesehatan di ruangan anak lantai bawah
yang perlu ditambahkan seperti termometer syring pump perlu ditambah, serta alat suction dan
infus pump perlu diadakan. Selain itu juga handrub perlu diisi.
3.3.3 Consumable (obat-obatan dan bahan habis pakai)
Obat-obatan dan bahan habis pakai tersedia didalam lemari dan dipakai jika perawat
memerlukannya.
3.3.4 Administrasi penunjang RM
Tabel 3.9 Alat Pencatatan dan pelaporan di ruang P2 RSUD Otanaha
No. Nama barang Ketersediaan
1 Buku injeksi Ada
2 Lembar dokumentasi Ada
3 Buku observasi vital sign Ada
4 Buku timbang terima/formulir Ada
SBAR
5 SOP Ada
6 SAK Ada
7 Buku visite Ada
8 Leaflet 10 penyakit Ada
9 Catatan perkembangan pasien Ada 16
10 Resume keperawatan Ada
11 Formulir catatan pengobatan Ada
12 Formulir medis lengkap Ada
13 Formulir laboratorium Ada
14 Formulir rongent Ada
15 Formulir permintaan darah Ada
16 Formulir keterangan kematian Ada
17 Formulir lembar resep Ada
18 Formulir konsul Ada
19 Formulir register pasien Ada

Berdasarkan Tabel 3.9 Alat Pencatatan dan pelaporan di ruang P2 sudah memiliki banyak
fasilitas alat pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan hasil observasi di ruang P2 terdapat leaflet
10 penyakit namun, leaflet tersebut tidak diberikan kepada pasien ataupun keluarga yang pindah
ruangan maupun yang akan pulang.
Masalah M2 (Material) :
Ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana di ruang P2 masih kurang, seperti alat
kesehatan dan ruang sholat khusus petugas dan keluarga pasien.

3.4 M3 (Method) : Metode Asuhan Keperawatan


1. M 3-1 MAKP
Tabel. 3.10 Metode Asuhan Keperawatan yang di gunakan di ruangan
Jawaban

Pernyataan Ya presentase Tidak Presentase Total


Pengetahuan perawat
mengenai model
asuhan keperawatan 11 100% 0 0%
yang digunakan di
ruangan saat ini
Pemahaman perawat
mengenai model
asuhan keperawatan 11 100% 0 17 0%
yang digunakan saat 100%
ini
Model asuhan
keperawatan cocok
11 100% 0 0%
digunakan di ruangan
atau tidak
Kesesuaian model
asuhan keperawatan
yang digunakan 11 100% 0 0%
dengan visi misi
ruangan

Tabel diatas menunjukkan dari 11 perawat diketahui bahwa semua perawat


(100%) sudah mengetahui dan memahami model asuhan keperawatan yang digunakan di
ruangan saat ini yakni model MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional).
Sebanyak 100 % perawat mengatakan model asuhan keperawatan yang digunakan sudah
sesuai dan cocok digunakan di ruangan.
Tabel. 3.11 Efektifitas dan Efisiensi Model Asuhan Keperawatan
Jawaban

Pernyataan Ya Presentase Tidak Presentase Total


Penggunaan model asuhan
keperawatan menjadikan lama
hari perawatan semakin 10 90,91% 1 0,09%
pendek
Terjadi peningkatan
kepercayaan pasien terhadap 11 100% 0 0%
ruangan
Penggunaan model asuhan
keperawatan tidak 11 100% 0 0% 100%
menyulitkan dan memberikan
beban kerja
berat pada perawat
Penggunaan model asuhan 18
keperawatan tidak 11 100% 0 0%
memberatkan dalam
Pembiayaan
Penggunaan model asuhan
keperawatan mendapat 11 100% 0 0%
banyak kritikan dari pasien.

Tabel diatas menunjukkan dari 11 perawat diketahui bahwa ada sebanyak 90,91%
mengatakan penggunaan model asuhan keperawatan menjadikan lama hari perawatan
semakin pendek dan 0,09% mengatakan sebaliknya. Sebanyak 100% perawat mengatakan
jumlah rata-rata hari rawat inap pasien kurang lebih 2-5 hari. Seluruh perawat juga
mengatakan jika model MAKP tidak memberikan beban kerja berat bagi perawat dan
tidak memberatkan dalam pembiayaan, serta tidak mendapat banyak kritikan dari pasien
di ruangan. Sebanyak 100 % mengatakan penggunaan metode tersebut meningkatkan
kepercayaan pasien.
Tabel 3.12 pelaksanaan model asuhan keperawatan
Jawaban

Pernyataan ya Presentase Tidak Presentase Total


Terlaksana
komunikasi yang 11 100% 0 0%
adekuat antara perawat
dan tim
kesehatan lain
100%
Kontinuitas rencana
keperawatan 11 100% 0 0%
terlaksana
Perawat menjalankan
kegiatan sesuai 11 100% 0 0%
Tupoksi

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 11 orang perawat ada sebanyak 100%
perawat yang mengatakan telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lain, dan sebanyak 0 % mengatakan tidak. 19
Sebanyak 100% perawat
mengatakan kontinuitas rencana keperawatan sudah terlaksana. Ada 100 % perawat yang
mengatakan sudah menjalankan kegiatan sesuai tupoksi.

Tabel 3.13 Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas


Jawaban

Pernyataan ya Presentase Tidak Presentase Total


Job Description
perawat selama ini
sudah jelas 11 100% 0 0%
Perawat mengetahui 100%
kondisi pasien dan 11 100% 0 0%
mampu menilai tingkat
kebutuhan pasien
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 11 orang perawat ada sebanyak 100%
perawat yang mengatakan Job Description (uraian pekerjaan/tugas-tugas) sudah jelas. Dan
semua perawat mengatakan tugas-tugasnya sudah sesuai dengan model asuhan
keperawatan di ruangan, serta mengatakan sudah mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang P2 (interna) RSUD Otanaha
pada tanggal 7 Februari 2022 didapatkan bahwa metode asuhan keperawatan yang
digunakan di ruangan adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Di
ruangan ini terdapat 1 orang kepala ruangan dan 2 tim pelaksanaan pelayanan dimana
masing-masing tim dipimpin oleh 1 orang ketua tim. Tim 1 terdiri dari 5 orang perawat
pelaksana, dan tim 2 terdiri dari 4 orang perawat pelaksana. Selain itu, di ruangan sudah
terjalin kerjasama yang baik antara ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana) serta
antara sesama ketua tim dalam hal memberikan pelayanan keperawatan pada pasien.
Selain itu, di ruangan ini juga sudah ada pembagian perawat shift pagi, shift sore, dan shift
malam.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala
ruangan bahwa penerapan metode MAKP sudah berjalan dengan lancar, dimana perawat
sudah menjalankan tugas sesuai dengan tupoksinya masing- masing baik sebagai ketua
tim maupun sebagai perawat pelaksana di masing masing shift20baik pagi, siang maupun
malam
Berdasarkan data hasil kuesioner, observasi dan wawancara, tidak terdapat
masalah pada M3-1 model asuhan keperawatan profesional.
2. M 3-2 Timbang Terima
Tabel 3.14 pelakssanaan timbang terima
Jawaban

Pernyataan ya presentase Tidak Presentase Total


Pelaksanaan timbang
terima dilaksanakan 11 100% 0 0%
tepat waktu
Timbang terima dihadiri
oleh semua perawat 11 100% 0 0%
yang
Berkepentingan
Perawat mengetahui
persiapan dalam 11 100% 0 0%
pelaksanaan
operan/timbang terima 11 100% 0 0%
100%
Perawat mengetahui hal-
hal yang harus 11 100% 0 0%
dilaporkan pada kegiatan
timbang
Terima
Ada buku khusus untuk
mencatat hasil laporan 11 100% 0 0%
timbang
Terima
Ada kesulitan dalam
mendokumentasikan 4 0,37% 7 63,64%
laporan timbang
Terima
Ada interaksi antara 21
perawat dengan pasien 11 100% 0 0%
saat timbang terim
Perawat tahu mengenai
persetujuan tertulis saat 11 100% 0 0%
penerimaan timbang
Terima
Perawat dievaluasi
kesiapannya oleh kepala 11 100% 0 0%
ruangan
sebelum timbang terima

Dari tabel diatas didapat diketahui bahwa :


a. Sebanyak 100% perawat mengatakan timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu,
sementara ada sebanyak 0% perawat yang mengatakan timbang terima tidak
dilaksanakan tepat waktu.
b. Sebanyak 100% perawat mengatakan timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang
berkepentingan, sedangkan sebanyak 0% mengatakan sebaliknya.
c. Semua perawat (100%) mengatakan mengetahui hal apa saja yang perlu dipersiapkan
dalam timbang terima, hal-hal yang disampaikan dalam pelaporan timbang terima,
d. Sebanyak 100% perawat mengatakan ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan
timbang terima, sedangkan sebanyak 0% mengatakan sebaliknya.
e. Sebanyak 0,36% perawat mengatakan ada kesulitan dalam mendokumentasikan
laporan timbang terima, dan sebanyak 63,64% mengatakan sebaliknya.
f. Sebanyak 100% mengatakan ada interaksi antara perawat dan pasien saat timbang
terima dan 0% lainnya mengatakan sebaliknya.
g. Sebanyak 100% mengatakan tahu tentang persetujuan tertulis saat penerimaan timbang
terima.
h. Sebanyak 100% perawat yang mengatakan selalu dievaluasi kesiapannya oleh kepala
ruangan sebelum melakukan timbang terima dan yang mengatakan tidak dievaluasi ada
sebanyak 0%.
Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan pada 6 perawat shift pagi,
sore di Ruang P2 RSUD. Otanaha pada tanggal 7 – 9 Februari 2022 didapatkan bahwa
pelaksanaan operan shift/timbang sudah optimal dan berjalan sesuai
22 dengan Pelaksanaan
timbang terima terstruktur seperti yang ada di SOP, kegiatan timbang terima di lakukan
setiap hari sebanyak 3 kali, yakni setiap pergantian shift (pagi, sore, malam). Kegiatan
operan/ timbang terima ini didampingi oleh penanggung jawab seperti ketua tim atau
kepala ruangan. Sebagian besar perawat mengatakan pelaksanaan operan shift/timbang
terima di ruangan di lakukan dengan teknik pelaporan di ruangan pasien antar dan
dilanjutkan di rungan nurse station timbang terima dilakukan sekitar kurang lebih dalam
waktu 15 menit, Dimana pada proses timbang terima di diawali dengan menyebutkan
tanggal pasien masuk rumah sakit, lama hari perawatan setiap pasien nama pasien, keluhan
pasien, obat dan intervensi yang telah diberikan serta rencana terapi dan rencana
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada pasien. Pada operan shift pagi ke sore
dan operan shift malam ke pagi dihadiri oleh kepala ruangan, ketua tim dan perawat yang
bertugas. Tetapi untuk operan pada shift sore ke malam hanya dihadiri oleh perawat yang
bertugas saja.
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
bidan. Tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan
pasien saat itu (Nursalam, 2017).
Berdasarkan data hasil kuesioner, observasi dan wawancara, tidak terdapat masalah
pada pelaksanaan Timbang Terima dimana proses yang berjalan sesuai dengan SOP yang
ada di ruangan dan operan sering dilakukan pada setiap pergantian sift (pagi, sore dan
malam) sehingga proses timbang terima berjalan dengan optimal.
3. M3-3 Ronde Keperawatan
Tabel 3.15 Pelaksaan Ronde
Jawaban

Pernyataan ya Presentase Tidak Presentase Total


Ruangan mendukung
adanya kegiatan ronde 11 100% 0 0%
keperawatan
Perawat mengerti
tentang ronde 11 100% 0 0%
keperawatan
Pelaksanaan ronde 23
keperawatan di 11 100% 0 0%
ruangan sudah
Optimal
Keluarga pasien
mengerti tentang 100%
adanya ronde 10 90,91% 1 0,09%
keprawatan
Apakah tim dalam
pelaksanaan kegiatan
ronde 10 90,91% 1 0,09%
keperawatan telah
dibentuk
Tim yang dibentuk
telah mampu
melaksanakan 10 90,91% 1 0,09%
kegiatan ronde dengan
optimal

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 11 responden, semua perawat (100%)


mengatakan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde, sebanyak 100% perawat
mengetahui dan memahami, serta untuk pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan
sebanyak 100% perawat mengatakan sudah optimal. Ronde keperawatan di ruangan tidak
dilakukan rutin setiap bulan, ronde keperawatan akan dilakukan jika ada pasien yang
perlu dilakukan ronde keperawatan. Ada 90,91% perawat mengatakan bahwa keluarga
pasien mengerti tentang adanya ronde keperawatan, tim dalam pelaksanaan kegiatan
ronde keperawatan telah dibentuk dan berfungsi baik dan 0,09% mengatakan tidak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan pada tanggal 8 Februari
2022 di ruang Ruangan P2. Di ruangan tersebut mendukung kegiatan ronde. Ronde
keperawatan di ruangan tidak dilakukan rutin setiap bulan, ronde keperawatan akan
dilakukan jika ada pasien yang perlu dilakukan ronde keperawatan. Namun jika ada
pasien yang mempunyai masalah yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan perawat di ruangan akan melakukan ronde keperawatan dengan melibatkan
Pasien maupun keluarga secara langsung dalam pelaksanaan 24
ronde dengan tujuan agar
dengan dilaksanakannya ronde dapat memecahkan masalah keperawatan pada pada
pasien.
4. M 3-4 Sentralisasi Obat
Tabel. Tabel 3.16 Pengadaan Sentralisasi Obat Di Ruangan
Pernyataan Jawaban Total
Ya Persentase Tidak Persentase (%)
Perawat mengetahui
tentang sentralisasi obat 11 100% 0 0%
100
Ruangan perawat ini
terdapat sentralisasi obat 11 100% 0 0% 100
Sentralisasi obat yang
ada sudah dilaksanakan 11 100% 0 0%
100
secara optimal
Ruang ini perlu di
adakan sentralisasi obat 11 100% 0 0%
100
Perawat pernah diberi
wewenang dalam urusan 11 100% 0 0%
100
sentralisasi obat

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 11 responden, sebanyak 100% perawat


mengetahui tentang sentralisasi obat. Sebanyak 100% perawat mengatakan ruangan
perawat ini terdapat sentralisasi obat. Ada 100% perawat yang mengatakan sentralisasi obat
yang ada sudah dilaksanakan secara optimal.
Berdasarkan data di atas, tidak terdapat masalah pada M3-4 pengadaan sentralisasi
obat di ruangan.
Tabel Tabel 3.17 Efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
Pernyataan Jawaban Total (%)
Ya Persentase Tidak Persentas
e
Perawat mengatakan
model saat ini 11 100% 0 0% 100
menjadikan semakin
25
pendek lama rawat inap
pasien
Terjadi peningkatan
kepercayaan pasien 11 100% 0 0% 100
pada ruangan
Model yang
digunakan saat ini tidak 11 100% 0 0% 100
menyulitkan dan
memberikan beban
berat kerja
bagi perawat
Model saat ini tidak
memberatkan 11 100% 0 0% 100
pembiayaan
Model yang digunakan
mendapat banyak 11 100% 0 0%
kritikan dari pasien
pada ruangan

Table di atas menunjukan bahwa dari 11 responden sebanyak 100% Perawat


mengatakan model saat ini menjadikan semakin pendek lama rawat inap pasien. Sebnyak
100% perawat menyatakan
Terjadi peningkatan kepercayaan pasien pada ruangan. Ada 100% perawat
mengatakan model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan memberikan beban
berat kerja bagi perawat. Sebanyak 100% perawat mengatakan model saat ini tidak
memberatkan.
Berdasarkan data di atas, tidak terdapat masalah pada M3-4 efektifitas dan
efisiensi model asuhan keperawatan.
Tabel 3.18 Alur Penerimaan Obat
Pernyataan Jawaban Total (%)
Ya Persentase Tidak Persentase
Menyatakan ada format
persetujuan sentralisasi 11 100% 0 26 0% 100
Obat

Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari 11 responden sebanyak 100% yang
menyatakan ada format persetujuan sentralisasi obat. Untuk proses penerimaan obat dari
pasien/keluarga pasien, perawat di ruangan mengatakan obat yang diresepkan oleh dokter
langsung diserahkan ke keluarga pasien, kemudian keluarga pasien mengambil obat di
apotik, di bagian apotik akan menjelaskan terkait dosis dan penggunaan obat tersebut
dalam pemantauan perawat.
Tabel 3.19 Cara Penyimpanan Obat
Pernyataan Jawaban Total
Ya Persentase Tidak Persentase (%)
Ruangan terdapat ruangan khusus
untuk sentralisasi obat 11 100% 0 0% 100
Sebelum memberikan obat kepada
pasien perawat selalu 11 100% 0 0%
menginformasikan jumlah 100
kepemilikan obat yang telah
digunakan
Perawat memberikan etiket dan
alamat pada obat-obat pasien 11 100% 0 0% 100

Tabel di atas menunjukan hasil dari pernyataan “ruangan terdapat ruangan


khusus untuk sentralisasi obat” dari 11 responden, seluruh responden dengan presentase
100% mengatakan “ya”. Selanjutnya di dapatkan hasil 11 responden yang menyatakan
“sebelum memberikan obat kepada pasien perawat selalu menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah digunakan”. Dan untuk pernyataan yang ketiga dari 11
responden sebanyak 100% menyatakan “perawat memberi etiket dan alamat pada obat-
obat pasien”, dan sebanyak 0% mengatakan sebaliknya. Dari hasil wawancara didapatkan
bahwa belum ada sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung sentralisasi obat.
Berdasarkan data di atas, tidak terdapat masalah pada M3-4 cara penyimpanan obat.

Tabel 3.20 Cara Penyiapan Obat


Jawaban27 Total
Ya Persentase Tidak Persentase (%)
Pernyataan
Menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah 11 100% 0 0%
Digunakan
100%
Ada format tiap jenis obat
sebelum anda memberikan obat ke 11 100% 0 0%
pasien
Tabel diatas menunjukan 11 responden menyatakan semua perawat (100%)
menyatakan ada format tiap jenis obat sebelum Anda memberikan obat ke pasien.
Sebanyak 100% mereka juga menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah
digunakan.
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. Tujuan
pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, Sehingga kebutuhan Asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi
(Nursalam,2017).
Dari hasil observasi dan wawancara di ruang P2 pada 12 perawat bahwa semua
perawat memisahkan kepemilikan antar obat-obat pasien, dan memberi label di tempat
penyimpanan atau setiap obat-obat pasien. Perawat juga sudah memisahkan tempat
pemisahan obat untuk obat oral, injeksi dan hight alert.
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan dan dua orang perawat
didapatkan alur penerimaan obat yaitu dari dokter ke perawat, kemudian perawat ke
keluarga, keluarga ke apotik, apotik ke keluarga, keluarga ke perawat yang menerima,
kemudian perawat ke pasien untuk obat minum. Hal ini sudah sejalan dengan alur
pelaksanaan sentralisasi obat yang dikemukan oleh Nursalam (2017).
Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan dan perawat di
dapatkan bahwa di ruang P2 tidak terdapat masalah mengenai sentralisasi obat yang ada
di ruang P2 RSUD Otanaha.
5. M 3-5 : Supervisi
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan
asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak
diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan
partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan28 kegiatan memberikan
penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal
yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang
harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi.
Tabel 3.21 Pengetahuan Perawat Terkait Pelaksanaan Supervisi Di Ruangan
Pernyataan Jawaban Total (%)
Ya Persentase Tidak Persentase
Perawat mengerti tentang 100
supervise 11 100% 0 0%
Supervisi telah dilakukan 100
diruangan 11 100% 0 0%
Ada format baku untuk 100
supervisi setiap tindakan 11 100% 0 0%
Format supervisi sudah sesuai 100
standar keperawatan 11 100% 0 0%
Alat untuk supervisi tersedia 100
secara lengkap 11 100% 0 0%
Hasil supervisi di sampaikan 100
kepada perawat 11 100% 0 0%
Ada umpan balik dari supervisor 100
untuk setiap tindakan 11 100% 0 0%
Perawat puas dengan hasil 100
umpan balik 11 100% 0 0%
Ada follow up untuk setiap hasil 100
dari supervise 11 100% 0 0%
Perawat menginginkan
perubahan untuk setiap tindakan 11 100% 0 0% 100
dengan hasil perbaikan dari
supervise
Perawat pernah mendapatkan
pelatihan dan sosialisasi tentang 11 100% 0 0% 100
supervise

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 100%29


perawat mengatakan
mengerti tentang supervisi dan 0% tidak. Sebanyak 100% perawat mengatakan supervisi
telah dilakukan 1x/ sebulan, dan ada format untuk supervisi setiap tindakan. Dan juga
seluruh perawat mengatakan supervisi sudah sesuai standar keperawatan dan alat
instrumen untuk supervisi sudah tersedia secara lengkap. Dan untuk hasil supervisi
disampaikan kepada perawat, sebanyak 100% mengatakan ya, selain itu juga perawat
mengatakan puas dari hasil dari umpan balik dan perawat ada follow up untuk setiap hasil
dari supervisi. Semua perawat 100% menginginkan perubahan untuk setiap tindakan
dengan hasil perbaikan dari supervisi serta seluruh perawat mengatakan pernah mendapat
sosialisasi tentang supervisi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 8 Februari 2022, didapatkan bahwa
perawat mengerti tentang supervisi dan mempunyai format untuk supervisi dan juga
kegiatan supervisi sudah diterapkan di Ruangan P2 yaitu dari kepala ruangan ke katim
dari katim ke PA. Berdasarkan data wawancara dari kepala ruagan dan 3 responden
mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi sudah terjadwal. Supervisi dilakukan oleh
kepala ruangan ke katim, katim ke perawat pelaksana supervisi telah dilakukan 1 bulan
sekali.
6. M3-6 : Penerimaan Pasien Baru
Tabel 3.22 PPB
Pernyataan Jawaban Total
Ya Persentase Tidak Persentase %)
Perawat bersedia
melakukan PPB 11 100% 0 0% 100
Perawat mengerti tentang
Discharge Planning 11 100% 0 0% 100
Sudah ada pembagian tugas
tentang PPB 11 100% 0 0% 100
Sudah ada pemberian
brosur / leaflet saat 8 72,73% 3 0,27% 100
melakukan PPB
Setiap melakukan PPB
perawat melakukan 11 100% 0 0% 100
pendokumentasian
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa:
 Dari semua perawat 100% mengatakan bersedia melakukan30PBB (penerimaan pasien
baru)
 Dari semua perawat (100%) mengatakan mengerti tentang Discharge Planning
 100% perawat mengatakan ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru dan
ada 0% mengatakan tidak ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru
 72,73% perawat mengatakan sudah ada pemberian brosur saat melakukan penerimaan
pasien baru dan ada 0,27% perawat mengatakan belum ada pemberian brosur saat
melakukan penerimaan pasien baru
 Semua perawat 100% mengatakan selesai melakukan penerimaan pasien baru ada
pendokumentasian dan ada 0% perawat mengatan sebaliknya.
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan untuk tahap penerimaan pasien baru
perawat menunjukan kamar atau tempat tidur pasien, dan perawat bersama kariyawan lain
memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan brangkar atau kursi
roda) diberikan posisi yang nyaman, melakukan anamnesa dan pengkajian keperawatan,
serta perawat menyerahkan lembar informed pelaksanaan tindakan keperawatan.
Penjelasan mengenai penerimaan pasien baru dijelaskan seperti struktur pada gambar 3.2
7. M3-7 : Discharge Planning
Discharge planning merupakan transisi perawatan pasien dari pengaturan rumah
sakit ke rumah, penyedia perawatan primer atau masyarakat dan perencanaan pulang yang
efektif sangat penting dalam meningkatkan waktu pemulihan pasien karena merupakan
bagian integral dari perawatan pasien. Impementasi perencanaan pulang yang buruk
dikaitkan dengan berbagai konsekuensi baik untuk pasien / keluarga individu dan sistem
kesehatan secara keseluruhan. (Baker, 2019).
Program discharge planning yang difokuskan pada pemberian penyuluhan
kesehatan kepada pasien meliputi gizi, kegiatan atau pelatihann,obat-obatan dan petunjuk
khusus tentang tanda dan gejala penyakit yang diderita pasien. Sebelum pasien akan
dipulangkan, pasienn dan keluarganya perlu mengetahui bagaimana mengelola kondisi
dan / atau pemulihannya. Mengajar pasien dan keluarganya adalah tugas perawat sebagai
bagian dari strategi inovatif yang berada di garis depan perawatan pasienn (Asmuji,
2018). Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan pasien
yang dimulai segera setelah pasien masuk kerumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses
yang menggambarkan usaha kerjasama antara kesehatan, keluarga, pasien dan orang yang
penting bagi pasien. Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang
terintegritasi yaitu antara perawat dan pasien ( Nursalam, 2017 ).
31
Tabel 3.23 Discharge Planing
Jawaban

Pernyataan Presentase
ya Tidak Presentase Total
Perawat bersedia
Melakukan 11 100% 0 0% 100%
perencanaan pulang
Pembagian tugas
tentang perencanaan 11 100% 0 0%
Pulang
Pemberian
brosur/leaflet saat 11 100% 0 0%
melakukan
perencanaan pulang
Menggunakan bahasa
Indonesia saat 11 100% 0 0%
Melakukan
perencanaan pulang
kepada pasien
Bahasa yang perawat
gunakan dalam 11 100% 0 0%
melakukan
perencanaan pulang
mengalami kesulitan
untuk dipahami
Pasien
Setiap selesai
Melakukan 11 100% 0 0%
perencanaan pulang,
perawat melakukan
pendokumentasian 32

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil semua perawat (100%) bersedia


melakukan perencanaan pulang dan juga perawat mengatakan sudah ada pembagian tugas
tentang perencanaan pulang. Sebanyak 100% perawat mengatakan sudah memberikan
brosur atau leaflet saat melakukan perencanaan pulang, perawat menggunakan bahasa
Indonesia saat melakukan perencanaan pulang dan perawat mengatakan bahasa yang
digunakan dalam melakukan perencanaan pulang tidak mengalami kesulitan untuk
dipahami pasien. 100% perawat melakukan pendokumentasian perencanaan pulang.
Dari hasil wawancara dilakukan pada tanggal 7 – 8 Februari 2022 didapatkan
bahwa Discharge Planning di Ruangan P2 sudah dilakukan namun hanya berupa lisan
dengan memberikan hidup sehat, pola makan yang teratur, makanan-makanan yang harus
dihindari yang berhubungan dengan penyakit klien dan patuh minum obat untuk
mengurangi kekambuhan penyakit klien. Klien juga diberikan pendidikan pendidikan
kesehatan tentang terapi kesehatan mandiri yang dapat dilakukan berhubung dengan
diagnosa keperawatan klien.
Hasil observasi yang didapatkan saat klien siap pulang. Perawat yang melakukan
sesuai standar discharge planning. Karena sudah ada SOP discharge planning diruangan
sesuai Standar operasional rumah sakit dan semuanya sudah tertera dalam bentuk
dokumen rekam medik. Saat pasien akan pulang ke rumah, dimana perawat memberikan
pendidikan kesehatan namun tidak memberikan leaflet kepada pasien yang akan pulang.
8. M3-8 : Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan profesional. Ners profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan.
Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang
lengkap dan jelas sangat dibutuhkan. (Nursalam, 2017).
Dokumentasi diperlukan untuk merencanakan perawatan pasien, indikator dalam
mengembangkan asuhan keperawatan, indikator praktek keperawatan yang bermutu.3
Manfaat lain dokumentasi sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat perawat,
sumber data, sebagai sarana pendidikan dan penelitian dan sebagai prediksi kematian
(Marisih Damanik, 2019: 139)
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses
keperawatan, dan standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi sangat bermanfaat
dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan33 meningkatkan kualitas
dokumentasi keperawatan. (Nursalam, 2017)
Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan
profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian dapat
dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi keterampilan
berkomunikasi dan keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan. (Nursalam, 2017).

Tabel 3.24 Dokumentasi Keperawatan


Jawaban
ya Presentase Tidak Presentase Total

Pernyataan
Ada format
pendokumentasian yang 11 100% 0 0%
baku di ruangan
Perawat sudah
mengerti cara 11 100% 0 0%
pengisian format
dokumentasi
Format yang
digunakan dapat 11 100% 0 0% 100%
membantu perawat
dalam melakukan
pengkajian pada
pasien
Perawat sudah
melaksanakan 11 100% 0 0%
pendokumentasian
dengan tepat waktu
Model dokumentasi
yang digunakan dapat 11 100% 0 0%
menambah beban
kerja perawat
Model dokumentasi 34

yang digunakan ini 11 100% 0 0%


menyita banyak waktu
Perawat

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa saat pendokumentasian di


Ruangan P2 sudah mempunyai format pendokumentasian yang baku. Responden juga
sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar dan dapat membantu
perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebanyak 100% perawat mengatakan
pendokumentasian dilaksanakan tepat waktu dan mengatakan bahwa model dokumentasi
yang digunakan tidak menambah beban kerja dan tidak menyita banyak waktu perawat.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari tanggal 7-9 Februari 2022 yang
didapatkan Pendokumentasian yang berada di ruangan P2 adalah system dokumentasi
yang digunakan menggunakan system dokumentasi SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation) dengan model pendokumentasian menggunakan format
SBAR (Situation, Background, Assessment, recommendation). yang sudah ada dalam
format rekam medik pasien. Yang terdiri dari assesment rawat inap yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi dalam
bentuk SOAP dituliskan dalam CPPT (Catatan Perkembangan Paseien Terintegrasi) dan
dilakukan setiap shift. Ruangan menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI dalam hal pengangkatan
diagnosa keperawatan, tujuan yang diharapkan serta rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
Hasil observasi diperoleh model pendokumentasian dan asuhan keperawatan
perawat di ruangan dilakukan setelah perawat ruangan melakukan hand over/timbang
terima, hasil perkembangan pasien pada shift pagi dicatat oleh perawat shift sore dan
begitupula untuk perkembangan pasien pada shift sore didokumentasikan oleh perawat
shift malam yang ada direkam medik pasien. Dan penulisan evaluasi pasien dalam bentuk
SOAP yang di tulis pada format CPPT.
Catatan keperawatan berisikan pengkajian fisik, catatan mandiri perawat, catatan
perkembangan, hasil TTV. Dokumentasi keperawatan di Ruang P2 dilaksanakan segera
setelah pasien masuk di ruangan..
Tabel 3.25 Uraian lembar dokumentasi di Ruangan P2
Lembar Dokumentasi
Bukti pelayanan rawat inap
35
Ringkasan riwayat kunjungan
Ringkasan masuk dan keluar
Pengkajian keperawatan
Pengkajian awal rawat inap oleh dokter
Resume medis
Lembar konsultasi
Tindakan keperawatan
Check list discharge planning
10. Resume keperawatan
11. Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
12. Kardeks dan grafik
13. Lembar hasil lab
14. Lembar temple hasil pemeriksaan penunjang
15. Formulir persetujuan pemberian informasi darah dan produk darah
16. Daftar keselamatan tranfusi
17. Lembar observasi pemberian tranfusi darah
Lembar tranfusi internal
Persetujuan tindakan medis
Pemberian informasi
Pemberian pendidikan kesehatan pasien
Lembar persetujuan umum

3.5 M4 (Money)
1. Sumber Pendapatan dan Tata Cara Penagihan
a. Jenis Pasien Masuk
1) BPJS
2) JKN
3) Umum

b. Cara pembayaran dan Penagihan


Pembayaran penagihan untuk pasien dengan jaminan maka pembayaran dilakukan
oleh asuransi, sedangkan untuk penagihan pembayaran pelayanan untuk pasien umum
pembayaran dilakukan di Kasir Rumah Sakit.
36
2. Sistem Gaji dan Jasa Perawat
Tabel 3.26 Sistem Gaji dan Jasa Perawat
Golongan Gaji per Bulan
PNS Sesuai Golongan
Perawat Kontrak Rp. 800.000,00
Jasa Per bulan Perawat Sesuai Jumlah Pasien
Jaga Malam Perawat Makan malam Perawat

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa jumlah gaji PNS disesuaikan dengan
golongan masing – masing perawat, sedangkan untuk tenaga perawat kontrak Ners dan D
III Keperawatan gaji per bulan sebesar Rp.800.000. Jasa perbulan perawat disesuaikan
dengan jumlah pasien yang masuk dan poin perawat. Sedangkan untuk jasa jaga malam
perawat diberikan makan malam yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit.
3. Saran dan prasarana
Tabel 3.27 sarana dan prasarana
Sarana dan Pelayanan
No. Jenis Pelayanan
Kelas I Kelas II Kelas III
1. Prawat Inap/hari Rp. 225.000 Rp. 180.000 Rp.142.500

2. IVFD Rp. 47.000 Rp. 36.200 Rp.27.100


3. Nebulizer Rp. 47.000 Rp. 36.200 Rp.27.100

4. NGT Rp. 47.000 Rp. 36.200 Rp.27.100

5. Kateter Rp. 47.000 Rp. 36.200 Rp.27.100

6. Rawat Luka Rp.155.800 Rp.130.200 Rp.100.700

7. Tranfusi Darah Rp.350.000 Rp.350.000 Rp.350.000

8. Oksigen Rp.10.000 Rp.10.000 Rp.10.000

9. EKG Rp.46.600 Rp.40.500 Rp.38.400

Tindakan Keperawatan

- Self Care Rp.14.000 Rp.11.000 Rp.8.500

- Parcial Care Rp.32.500 Rp.27.300 Rp.20.500


8.
- Total Care Rp.51.300 Rp. 11.000 Rp.8.500
37

4. Sumber Daya Manusia


Tabel 3.28
No. Nama Jabatan Pendidikan Status Kepegawaian

1. Ns. Fatmawaty Karu Ners PNS


Mooduto, S.Kep
2. Ns. Minarty Ismail, Katim 1 Ners HONORER
S.Kep
3. Syahrain Kasim, Katim 2 DIII PNS
Amd.Kep
4. Nurafni Katili, PA DIII HONORER
Amd.Kep
5. Ns. Nur Alvionita PA Ners HONORER
Surianto, S.Kep
6. Wisnu Abdullah, PA DIII HONORER
Amd.Kep
7. Syamsul Mantali, PA DIII HONORER
Amd.Kep
8. Roy Angio, Amd.Kep PA DIII HONORER
9. Lilan Hippy, Amd.Kep PA DIII HONORER

10. Ns. Vidya V. Hidayat, PA Ners HONORER


S.Kep
11. Asri Susanti, Amd.Kep PA DIII HONORER

12. Novrianti Djibran, PA DIV HONORER


S.Tr.Kep

5. Peralatan/Alat Kesehatan Untuk Tenaga Kesehatan


Alat kesehatan yang ada di Ruangan P2 berupa lemari es, manometer O2 lengkap,
tensimeter, stetoskop, gunting perban, bengkok, ambubag, EKG, nebulizer, troli emergenci,
tabung O2, telepon, alat pemadam kebakaran, lemari obat dan lemari besi sudah memadai.
Saturasi oksigen 2 buah yang dibutuhkan 1/ruangan, kereta Obat382 buah yang dibutuhkan
1/ruangan, Spatel lidah 2 buah yang dibutuhkan 2/ruangan, Syring pump 1 buah yang
dibutuhkan 2-3/ruangan, pinset anatomis 2 buah yang dibutuhkan 2/ruangan. Adapun alat-alat
kesehatan yang perlu di tambahkan diruangan anak lantai bawah seperti Termometer ada 2,
yang dibutuhkan 5/ruangan dan handrub.
3.6 M5 (Mutu Pelayanan Keperawatan)
Ruang P2 menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat
beberapa aspek penting yang terdapat didalamnya, yaitu:
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem
pelayanan kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan
kesehatan yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety
Institute, 2017).
Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi yang berpotensi atau
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, kerugian dan lain-lain), hal tersebut
dapat dicegah bahkan seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan sebagai suatu
disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien adalah segala sesuatu yang terjadi secara
sengaja atau tidak sengaja dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan
cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden
keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat
membahayakan pasien dan tidak terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien. Enam
sasaran keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit menurut Permenkes No.
1691/Menkes/Per/VIII/2011 yaitu menidentifikasi pasien; meningkatkan komunikasi yang
efektif; peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; kepastian tepat lokasi,
pengurangan risiko infeksi; pengurangan resiko pasien jatuh (Depkes RI, 2011).
a. Mengidentifikasi pasien
Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu
dalam suatu kelas sesuai dengan karateristik tertentu (Bachtiar, 2012). Proses identifikasi
ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti nama, nomor
identifikasi, tanggal lahir atau gelang berkode. Dalam hal ini nomor kamar atau lokasi
tidak digunakan. Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitiam identifikasi pasien, salah satu alat yang digunakan
adalah gelang identitas pasien. Gelang identitas adalah suatu
39 alat berupa gelang
identifikasi yang dipasangkan kepada pasien secara individual yang digunakan sebagai
identitas pasien selama dirawat di rumah sakit. Ada beberapa tindakan atau prosedur yang
membutuhkan identifikasi pasien, yaitu pemberian obat-obatan, prosedur pemeriksaan
radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya seperti transfuse darah,
pengambilan sampel, transfer pasien dan konfirmasi kematian (Dale and Renner, 1997).
Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warna dengan tujuan yang berbeda-
beda, yaitu :
1) Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan
2) Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3) Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat
4) Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien (biru dan pink) untuk
mengidentifikasi pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir dan nomor rekam
medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib dicantumkan, yaitu:
nama lengkap, umur, nomor rekam medis dan jenis alergi pasien.
Berdasarkan hasil data kejadian kesalahan gelang pasien yang didapatkan dari
ruangan P2 selama 1 bulan terakhir pada bulan Januari 2022 didapatkan bahwa tidak ada
kejadian kesalahan gelang pasien dalam 1 bulan terakhir. Dan berdasarkan hasil observasi
pada tanggal 7-8 Februari 2022 didapatkan bahwa sebelum melakukan tindakan
keperawatan perawat menyebutkan nama lengkap pasien dan mengecek kembali nama
lengkap pasien pada gelang identitas yang dipakai oleh pasien.
b. Angka Kejadian Resiko Jatuh
Pasien jatuh merupakan kejadian pasien yang terjatuh ke lantai tanpa sengaja
dengan atau tanpa adanya cedera setelahnya (Agency for Healthcare Research and
Quality, 2013). Kejadian jatuh menjadi salah satu tolak ukur keselamatan pasien, dimana
kejadian jatuh adalah insiden yang tidak diharapkan terjadi upaya pengelolaan pasien
harus memastikan keselamatan pasien dari jatuh. Salah satu alat ukur yang digunakan
untuk mengukur risiko jatuh adalah Humpty Dumpty Falls Scale (HDFS) adalah salah
satu alat ukur/instrumen penilaiain risiko jatuh pada pasien dengan 7 tujuh item yakni
usia, jenis kelamin, diagnosis, gangguan kognitif, faktor lingkungan, respons terhadap
pembedahan/sedasi, dan penggunaan obat. Dengan skoring: Skor 7 – 11 : risiko rendah
untuk jatuh, Skor ≥ 12 : risiko tinggi untuk jatuh, Skor minimal : 7, Skor maksimal : 23.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapatkan data pasien pada tanggal 8
Februari pasien yang dirawat di ruang P2 tidak ada kejadian jatuh.
40
2. Kesalahan Pemberian Obat
Medication Error (ME) atau kesalahan pelayanan obat yaitu setiap kejadian yang
dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau
membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau
pasien. ME dapat terjadi pada proses pengobatan, antara lain: prescribing (peresepan),
transcribing (penerjemahan resep), dispensing (penyiapan), dan administration (Anonim,
2015). Kejadian ME terkait dengan praktisi, produk obat, prosedur, lingkungan atau sistem
(Rusmi dkk., 2012). Hilmer (2016), menyatakan perawat memainkan peran penting dalam
proses pemberian obat sehingga dalam mencegah kesalahan pemberian obat perlu dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan perspesi perawat dalam proses pemberian
obat/ medication Administration. Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak
tepat obat, tidak tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu
pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat.
Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat cara
pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu pemberian dan tidak
waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi selama periode 1 bulan terakhir (Januari),
dari hasil observasi pada tanggal 7-9 Februari 2022 juga didapatkan bahwa pemberian obat
dilakukan secara benar sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.
3. Injury
Cedera kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami
penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat
dari kurnagnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen (WHO,2014). Cedera pada
anak dapat berupa cedera yang tidak disengaja (unintentional injury) dan cedera yang
disengaja (intentional injury) (European Child Safety Alliance, 2014; California Injury
Prevention Network,2012).
Berdasarkan wawancara di Ruangan P2 pada 1 bulan terakhir (Januari 2022) tidak
terdapat pasien yang mengalami restrains dan injury.
4. Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomia adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat
di rumah sakit. Di rumah sakit pasien mendapatkan terapi dan perawatan agar mendapat
kesembuhan. Akan tetapi, rumah sakit dapat juga sebagai depot pengunjung yang berstatus
pembawa (carier). Sumber dari timbulnya infeksi disebabkan karena kurangnya kesadaran
atau pemahaman dalam mencuci tangan (hand hygiene) yang tepat (Depkes RI, 2011).
Menurut (Nursalam, 2011) pengurangan resiko infeksi terkait
41 pelayanan kesehatan
dapat dilakukan dengan:
a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru
baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum ( antar lain dari WHO Patient
Safety)
b. Rumah sakit menerapkan program Hand Hygiene yang efektif
c. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan secara
berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
5. Cara mencuci tangan memakai sabun
Tata cara cuci tangan menurut WHO (2020) terdiri dari beberapa langkah yakni :
a. Cara mencuci tangan memakai pembersih tangan
Berikut cara mencuci tangan memakai pembersih tangan menurt WHO (2020)

b. Waktu Penting Untuk Membersihkan Tangan


Waktu Penting Untuk Membersihkan Tangan menurut WHO (2020) yaitu :

42

c. Momen mencuci tangan


Momen mencuci tangan menurut WHO (2020) yaitu:

Berdasarkan hasil wawancara di Ruangan P2 pada 1 bulan terakhir (Januari 2022)


tidak terdapat pasien yang mengalami Kejadian Infeksi Nosokomial. Berdasarkan hasil
observasi tanggal 7-9 Februari 2022 tidak ditemukan pasien yang mengalami Infeksi
Nosokomial.
6. Kepuasan Pasien
Beberapa aspek yang harus diukur tetang kepuasan pasien antara lain: atribut harapan
pasien dan jasa layanan kesehatan seperti: kompetensi klinis, empati, kesediaan menjawab
keluhan, response, keselamatan, perawatan, lomunikasi, dan lain-lain. Kepuasan menjadi
tolak ukur yang penting bagi pelayanan jasa kesehatan Rumah Sakit.
Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan di ruang P2 RSUD Otanaha
didapatkan bahwa keluarga pasien yang dirawat diruang P2 mengaku puas dengan pelayanan
perawat di ruangan. Menurut data observasi didapatkan bahwa tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayan jasa kesehatan berada di tingkat baik yakni 80%.

3.7 Rumus BOR (Bed Occupation Room)


43
Dari hasil pengkajian pasien rawat inap diruang rawat P2 pada bulan Januari 2022
didapatkan sebagai berikut :
1. Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang P2
Table 3.35 Rekapitulasi kunjungan rawat inap P2
Bulan
No Uraian April
1. Total dirawat 173
2 Jumlah hari rawat 507
3 Jumlah pasien keluar 168
4 Pasien mati 0
1. Efisiensi pelayanan Ruang Rawat Inap P2
a. BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian BOR diruangan pada bulan januari di RSUD Otanaha
ruang P2, rincian penggunaan tempat tidur sebagai berikut
Tabel 3.36 Distribusi BOR Pasien Ruang P2
No Periode Jumlah Pasien jumlah Bed BOR

1. April 173 24

Didapatkan jumlah pasien pada bulan januaril sebanyak 173 pasien, adapun
jumlah tempat tidur 24 TT sehingga :
Rumus menghitung BOR
BOR = Jumlah Hari Rawat x 100
Jumlah TT x Jumlah Hari/Periode
Menghitung BOR dalm 1 bulan
Bulan Januari : BOR = 507 x 100 = 68,14%
24x31
Dapat disimpulkan untuk periode januari 2022 BOR yang didapatkan adalah
68,14%, sedangkan menurut Depkes, 2011 ideal BOR yaitu 60-85%. Dimana kategori
<60% menunjukkan penggunaan tempat tidur belum dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya atau kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat,
sedangkan jika kategorinya menunjukkan nilai >85% ada kemungkinan kejadian
infeksi nosokomial yang tinggi atau dapat menunjukkan tingkat pemanfaatan atau
penggunaan tempat tidur yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan hasil penilaian BOR
44
untuk 1 bulan terakhir diruang perawatan anak lantai bawah masuk dalam kategori
ideal.
b. ALOS ( Average Length Of Stay)
Menurut Depkes RI (2015) ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Dimana indicator ini disamping dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut, secara umum nilai
ALOS yang ideal yaitu antara 6-9 hari (Depkes RI 2005)

ALOS = Jumlah lama rawat rata-rata


Jumlah pasien yang keluar hidup + mati
Jumlah lama rawat di Ruang P2 pada 1 bulan terakhir adalah 507 hari
Sedangkan jumlah pasien pada 1 bulan terakhir adalah 173
Jumlah pasien keluar adalah 168
Sehingga, hasil ALOS dalam 1 bulan terakhir adalah:
ALOS = 507 = 3,01 (3 hari perawatan)
168
Berdasarkan hasil perhitungan ALOS selama 1 bulan terakhir dapat
disimpulkan rata-rata lamanya pasien dirawat diruang P2 adalah 3,01 hari atau 3 hari.
c. TOI (Turn Over Interval)
Toi adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dan telah diisi
kesaat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Dimana idealnya tempat tidur menurut Depkes, 2005
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
TOI = (Jumlah tempat tidur x periode) – hari perawatan
Jumlah pasien yang keluar hidup + mati
= (24 x 31) - 507

168
= 1,41 hari TOI = 2 Hari
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur diruang P2 1 bulan terakhir masuk kedalam kategori ideal.
d. BTO (Bed Turn Over)
Bed Turn Over adalah frekuensi pemakaian tepat tidur pada satu periode,
45 Idelnya satu tempat
beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satuan waktu tertentu.
tidur dalam satu tahun dipakai >30 kali (Depkes, 2005)
BTO = Jumlah pasien keluar hidup + Mati
Jumlah tempat tidur
= 168 = 7 kali
24
Jumlah pasien dalam 1 bulan terakhir adalah : 173
Berdasarkan hasil perhitungan BTO selama 1 bulan terakhir, diperoleh rata-
rata frekuensi pemakaina tempat tidur diruang P2 adalah 7 kali putaran dalam 1
bulan, jadi 7 x 12 bulan yaitu 84 x. Sehingga hal ini menunjukkan pemakaian bed
diruang P2 masuk dalam kategori ideal.

46
No Analisis SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
1. M1
Strengths
- 5 orang perawat
0,5 2 1
memiliki
pengalaman kerja >
5 tahun
S = 3,4
- Uraian
ketenagakerjaan di
ruang P2
 4 orang perawat 0,8 3 2,4
s1 ners
 7 orang perawat
d3
 1 orang perawat
d4 S-W

Weakness = 3,4-6,9
= -3,5
- Perawat yang
mengikuti pelatihan
0,9 3 2,7
selain BTCLS tidak
ada
- Lebih dari setengah
total perawat 47
0,7 3 2,1
diruangan
W = 6,9
pengalaman
kerjanya < 5 tahun
- Perawat dengan
tingkat pendidikan 0,7 3 2,1

d3 lebih banyak dari


s1 ners
Opportunity
0,7 3 2,1 O = 2,1
- Ada kerjasama
antara klinik dengan
institusi pendidikan
O-T
kesehatan
= 2,1-2,3
Threats = -0,3
- Ada tuntutan tinggi
0,8 3 2,4
akan pelayanan T = 2,4

yang profesional
2. M2
Strengths
- Adanya nurse
0,8 3 2,4
station S = 3,6
- Tersedianya
administrasi 0,6 2 1,2

penunjang (buku
injeksi, buku visite,
S-W
SOP, dll) = 3,6 – 6,1
Weakness = 2,5
- Kurangnya beberapa
1 4 4
fasilitas diruangan
W = 6,1
- RS tipe c 0,7 3 2,1
Opportunity
0 0 0 O=0
-
Threats
- Ada kesenjangan 48
T = 2,4
0,8 3 2,4
antara jumlah pasien
dengan peralatan O–T
= 0 – 2,4
yang ada
= -2,4

Anda mungkin juga menyukai