Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Refleksi Minggu Ke-8

Oleh:
Ai Nurhasanah
CGP Angkatan 4

Pada Jurnal Refleksi Minggu Ke-8 ini, saya akan menerapkan Model Model Six Thinking Hats
diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari
berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara
berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu,
dengan semakin sering melatih keenam “topi”, kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih
mendalam. Keenam topi tersebut berikut penggunaannya dalam jurnal refleksi adalah:

1) Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman


yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.

Pengalaman setelah mempelajari materi Budaya positif, ketika menangani kasus yang terjadi di kelas
saya masih kesulitan untuk menerapkan langkah-langkah restitusi. Biasanya ketika siswa
menghadapai masalah, saya menposisikan sebagai penghukum dan pembuat orang lain bersalah.
Anak biasa langsung dipanggil dan menanyakan langsung kenapa berbuat seperti itu dan langsung
memberikan konsekwensi berupa hukuman agar anak menjadi jera dan tidak melakukan kesalahan.
Saya merasa ketika anak sudah tidak melakukan kesalahan lagi, efek jera yang saya berikan berhasil.
Tetapi ternyata keberhasilan yang ditampakkan oleh siswa hanya bersifat sementara, karena tidak
lahir dari kesadaran pribadi, tetapi hanya dilakukan untuk menghindari hukuman yang diberikan.

2) Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya
perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.

Perasaan saat mempelajari materi ini ada kebingungan, karena ada materi seolah-olah kontradiktif
dengan pemahaman sebelumnya. Pada materi ini saya masih berpendapatan pemberian hadiah
merupakan salah satu sarana untuk memotivasi siswa agar dapat berprestasi dan menjadi bentuk
pengakuan akan keberhasilan yang sudah dicapainya. Ketika saya membaca penghargaan dapat
memberikan dapak yang negatif,saya merasa ada yang salah dalam teori tersebut. Tetapi ketika
diskusi kelompok akhirnya saya pahami bahwa pemberian hadiah yang terus menerus dapat
membuat siswa salah orentasi ketika belajar atau menerapkan kedisiplinan, sehingga pemberian
hadiah harus sesuai dengan moment yang tepat dan tepat juga sasarannya.
3) Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.

Hal-hal positif yang dapat saya ambil yakni : Dalam menghadapi permasalahan siswa, saya harus
dapat mengetahui kebutuhan dasar apa yang dibutuhkan oleh siswa tersebut. Dari kelima
kebutuhan dasar yang ada, pada setiap siswa akan memiliki kecenderungan yang berbeda-beda,
sehingga kita perlu sabar dan jeli(mengetahuikebutuhan dasarnya) ketika siswa tersebut membuat
masalah. Dengan pendekatan restitusi penangan masalah juga akan lebih bijak, dan dapat
mengembalikan kepercayaan diri serta menumbuhkan tanggungjawab pribadi karena didorong
untuk memahami cara penyelesaiannya sendiri. Langkah-langkah restitusi memberikan arahan
kepada saya dalam bertindak dengan memposisikan saya sebagai manager. Harapannya agar siswa
tersebut dapat mengontrol dirinya dan menguasai emosi pribadinya.

4) Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.

Kendala yang dihadapi ketika ingin menwujudkan budaya positif ada di lingkungan sekolah yaitu ada
beberapa rekan sejawat yang masih berpendapat bahwa hukuman dapat membentuk kedisiplinan
yang efektif dan pengelompokkan kelas yang berdasarkan peringkat. Pengelompokkan kelas
berdasarkan peringkat memberikan beberapa dampak positif dan negatif. Dampak positif, untuk
kelas unggulan pada proses KBM akan lebih aktif dan pemberian materi dapat sesuai dengan target
pencapaian. Para siswa didorong untuk lebih kreatif dan inofatif karena terjadi persaingan/
kompetisi yang cukup ketat. Akan tetapi sebaliknya untuk kelas-kelas yang terkahir (peringkat akhir)
anak-anak menjadi malu, kurang percaya diri dan merasa diri mereka tidak mampu untuk bersaing.
Hal ini menciptakan lingkungan yang kurang mendukung untuk menerapkan budaya positif.

5) Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.

Untuk menciptakan budaya positif, saya harus berkolaborasi dengan rekan rekan sejawat dalam
menerapkan restitusi dalam penanganan masalah anak-anak. Tugas penanganan anak bukan
menjadi tugas guru BK saja, tetapi kami juga harus dapat memberikan andil dalam penanganan
kedisiplinan terutama dalam menumbuhkan rasa percaya diri serta rasa tanggungjawab yang
melekat pada pribadi siswa. Mensosialisasiakan materi pada modul ini pada seluruh warga sekolah
merupakan hal yang wajib kami sampaikan, sebagai langkah awal dalam penerapan budaya positif.
Selanjutkan kami perlu menyusun langkah-langkah yang konkrit dalam pembentukan budaya positif,
misalnya membiasakan membuatan kesepakatan kelas atau keyakinan kelas sebagai landasan dalam
melakukan sesuatu.
6) Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah
mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Dari hasil pembelajaran kali ini, Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah : Untuk menciptakan
budaya positif maka perlu memahami :

1. Perubahan paradigma stimulus-respon menjadi teori kontrol


2. Konsep disiplin positif dan motivasi prilaku manusia
3. Kebutuhan dasar manusia
4. Membuat keyakinan kelas
5. Lima posisi kontrol
6. Segitiga restitusi

Anda mungkin juga menyukai