Akuntansi Perpajakan
Akuntansi Perpajakan
Disusun oleh :
Intan Puspita Sari
KONVERSI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR MAJU
2018
1
I . AKUNTANSI DAN KEGIATAN PERUSAHAAN
2. Definisi/Pengertian Akuntansi.
a. American Institute of Certified Public Accountant ( AICPA )
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolong-golongan, dan pengikhtisaran
dengan cara tertentu dan dalam suatu ukuran moneter transaksi dan kejadian
yang pada umumnya bersifat keuangan, dan penginterpretasian hasil-hasilnya.
b. American Accounting Association ( AAA )
Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
c. Accounting Principle Board (APB)
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi
kuantitatif,umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatau badan usaha
ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif.
Kesimpulan :
1. Akuntansi bersangkutan dengan kejadian/peristiwa keuangan dalam suatu
kesatuan usaha.
2. Akuntansi berkaitan dengan pemprosesan informasi kuantitatif tentang
transaksi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.
3. Informasi yang dihasilkan akuntansi bermanfaat baik bagi pihak manajemen
( intern ) maupun bagi pihak luar ( ekstern ) yang berkepentingan terhadap
kesatuan usaha tersebut.
4. Dalam memenuhi fungsinya sebagai sumber informasi, maka akuntansi
membutuhkan bahasa pelaporan, aturan-aturan permainan atas praktik yang
dilaksanakan.
3. Asumsi Dasar dan Prinsip-prinsip Akuntansi.
a. Asumsi Dasar.
Kesatuan Usaha ( Economic Entity )
Asumsi ini memandang perusahaan sebagai kesatuan usaha atau entitas
yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Dengan demikian maka
seluruh pencatatan dan dan laporan dibuat untuk perusahaan terpisah dari
transaksi pemilik.
2
Asumsi ini menganggap bahwa jika tidak ada bukti yang menyatakan
sebaliknya, maka perusahaan akan hidup terus. Berbagai metode penilaian
dan pengalokasian dalam akuntansi didasarkan atas asumsi ini.
b. Prinsip-prinsip Akuntansi.
Prinsip Biaya ( The Cost Principle)
Prinsip biaya atau biaya historis (historical cost ) yaitu dasar penilaian untuk
mencatat perolehan barang, jasa, harga pokok ,beban, pendapatan, dan
ekuitas, atau dengan perkataan lain penilaian yang didasarkan pada harga
pertukaran atau harga perolehan saat tanggal perolehan.
3
yang serupa sepanjang waktu. Penerapan prinsip ini akan membuat laporan
keuangan lebih komparabel dan lebih berguna.
4
5. Proses Akuntansi.
Kegiatan akuntansi meliputi :
1. Pengidentifikasian dan pengukuran data relevan untuk pengambilan
keputusan;
2. Pemprosesan data dan pelaporan informasi yang dihasilkan;
3. Pengomunikasian informasi kepada pemakai laporan.
. Mengana-
Pemakai
Pencatatan Penggolongan Pengikhti- Laporan lisis dan
Transakaksi informasi
saran akuntansi menginter-
akuntansi
pretasikan
5
sebagai berikut :
Pemilik
Kreditur
Uang Tunai
Perusahaan menjual
Perusahaan mengubah barang atau jasa kepada
uang tunai menjadi aset pelanggan. Pada akhirnya
produktif akan diterima uang tunai
Perusahaan
menghasilkan barang
atau jasa
6
Transaksi usaha adalah kejadian atau peristiwa yang mempengaruhi posisi keuangan
perusahaan, artinya mengakibatkan berubahnya jumlah atau komposisi persamaan
antara kekayaan dan sumber pembelanjaan. Transaksi usaha dapat berupa transaksi
intern dan transaksi ekstern.
Transaksi tersebut harus diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian diukur dan dicatat.
Ukuran yang digunakan dalam akuntansi adalah satuan uang.
8.Persamaan Akuntansi.
Analisis akuntansi berlangsung dalam kerangka acuan yang disebut persamaan
akuntansi ( accounting equation ). Persamaan akuntansi menyatakan bahwa sumber-
sumber daya ekonomi dari kesatuan /entitas tertentu adalah sama dengan klaim-
klaim atas sumber-sumber daya tersebut. Persamaan akuntansi menyajikan aset-aset
perusahaan dan hak-hak atas aset-aset tersebut. Persamaan akuntansi memberikan
landasan untuk pemahaman sistem akuntansi konvensional perusahaan.
Aset = Kewajiban + Modal
Setiap transaksi usaha dapat dinyatakan dalam bentuk dampaknya terhadap
persamaan akuntansi. Oleh karena itu, maka persamaan tersebut dapat digunakan
untuk mencatat semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan.
9. Laporan Keuangan.
Produk akhir dari proses akuntansi adalah Laporan Keuangan ( Financial Statement )
Laporan Keuangan terdiri dari :
a. Neraca ( Balance Sheet )
b. Laporan Laba-Rugi ( Income Statement)
c. Laporan Arus Kas ( Statement of Cash Flows)
d. Laporan Perubahan Modal ( Statement of Stockholder’s Equity )
e. Catatan atas Laporan Keuangan ( Notes to Financial Statement )
7
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Transaksi
Pengikhtisaran Penggolongan
I.Tahap Pencatatan.
1. Bukti transaksi.
Setiap transaksi perlu ada buktinya untuk memastikan keabsahan transaksi yang
dicatat, dan sebagai rujukan apabila terjadi masalah di kemudian hari. Bukti transaksi
dapat berasal dari perusahaan sendiri ( bukti intern ) atau diperoleh dari pihak luar
( bukti ekstern )
Buku Pembelian
8
Bulan Januari 200A
Halaman : ............
Debet Kredit
Tanggal Nomor Faktur Keterangan Ref.
Pembelian Serba-serbi Utang Dagang
Buku Penjualan
Bulan Januari 200A
Halaman : ........
Tanggal Nomor Faktur Ref. Jumlah
9
Transaksi-transaksi yang telah dicatat dalam Buku Harian secara berkala
dipindahkan ke akun yaitu formulir khusus yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi sejenis. Kumpulan akun yang saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan, misalnya semua akun yang digunakan dalam sebuah
perusahaan disebut buku besar (General Ledger).
Nama Akun
Sisi sebelah kiri (debit) Sisi sebelah kanan (kredit)
b. Klasifikasi Akun
Akun dalam Buku Besar biasanya diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya sebagai
aset, kewajiban, modal, pendapatan dan beban.
Pengklasifikasian akun-akun dilakukan sesuai dengan ketentuan bahwa transaksi
akuntansi disamping dicatat, harus digolong-golongkan. Penggolong-golongan
transaksi berarti bahwa transaksi yang mempunyai sifat yang sama harus
dilaporkan sebagai satu kesatuan, misal : perlengkapan.
10
Setiap penambahan Aset dan Beban, akan dicatat di sebelah debit, dan setiap
pengurangan akan dicatat di sebelah kredit.
2. Akun Kewajiban, Modal, dan Pendapatan
Setiap penambahan Kewajiban, Modal, dan Pendapatan akan dicatat di
sebelah kredit, dan setiap pengurangan akan dicatat di sebelah debit.
Dilihat dari pengaruhnya terhadap akun Neraca dan Laporan Laba Rugi, jurnal
penyesuaian dapat digolongkan sebagai berikut :
(1) Jurnal penyesuaian yang mempengaruhi akun beban dan utang.
Jurnal penyesuaian ini perlu dibuat karena adanya beban yang telah terjadi
tetapi belum dicatat. Beban-beban ini disebut beban harus dibayar (accrued
expenses).
(2) Jurnal penyesuaian yang mempengaruhi akun beban dan aset.
Jurnal penyesuaian ini perlu dibuat karena saldo akun yang ada sudah tidak
mencerminkan keadaan akun dan aset yang sebenarnya. Beban-beban ini
disebut beban yang dibayar di muka (prepaid expenses).
(3) Jurnal penyesuaian yang mempengaruhi akun pendapatan dan aset.
Jurnal penyesuaian ini berhubungan dengan pendapatan yang telah dihasilkan
tetapi belum dicatat. Kadang-kadang pendapatan ini disebut pendapatan yang
masih harus diterima (accrued revenues).
11
Jurnal penyesuaian ini berhubungan dengan saldo akun pendapatan atau
utang yang sudah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Pendapatan jenis ini disebut pendapatan diterima di muka (unearned
revenues).
6. Laporan Keuangan.
(a) Neraca (Balance Sheet )
Neraca disusun berdasarkan angka-angka yang tercantum dalam Neraca Lajur.
Secara garis besar aset dikelompokkan menjadi aset lancar, investasi jangka
panjang, dan aset tetap. Sedangkan sisi kewajiban dalam neraca dikelompokkan
menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Selisih antara
aset dan kewajiban adalah modal, yang merupakan hak pemilik atau kekayaan
perusahaan. Dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas, modal terdiri
dari modal disetor dan saldo laba ditahan ( retained earning ).
12
Neraca ini dapat disusun dalam bentuk akun (account form) atau bentuk
laporan ( report form ). Neraca dalam bentuk akun, sisi kiri atau debit adalah
aset dan sisi kanan atau kredit adalah kewajiban dan modal.
Neraca dalam bentuk laporan, kelompok aset diurutkan sebelah atas, kewajiban
dan modal diurutkan sesudah aset.
Pada dasarnya ada 4 macam jurnal penyesuaian yang memerlukan jurnal balik :
a. Beban yang harus dibayar ( accrued expenses )
13
b. Beban dibayar di muka ( prepaid expenses ) apabila beban tersebut mula-mula
dicatat pada akun beban ( bukan akun aset)
c. Pendapatan yang masih harus diterima ( accrued revenues )
d. Pendapatan diterima di muka ( unearned revenues ) apabila pendapatan
tersebut mula-mula dicatat pada akun pendapatan ( bukan akun utang )
14
III . POS – POS NERACA.
Dalam pos-pos neraca ini yang akan dibahas adalah pos-pos neraca tertentu yang erat
kaitannya dengan laporan laba rugi.
Surat-surat berharga ini pada akhir tahun buku dinilai pada harga yang lebih rendah
antara harga perolehan ( cost ) dan harga pasar ( market ) ( Lower Of Cost Or Market
– LOCOM ). Apabila ternyata harga pasar lebih rendah daripada harga
pokok/perolehan, maka harga saham harus diturunkan dengan dengan melakukan
jurnal sebagai berikut :
( D ) Kerugian penurunan harga surat-surat berharga Rp.....................
(K) Surat-surat berharga Rp.................
atau dapat dibentuk akun penyisihan penurunan harga surat-surat
berharga,sehingga jurnalnya adalah sebagai berikut:
( D ) Kerugian penurunan harga surat-surat berharga Rp...................
(K) Penyisihan penurunan harga surat-surat berharga Rp.................
B, Piutang
Piutang disajikan di neraca dalam jumlah neto setelah dikurangi penyisihan piutang
tak tertagih ( allowance method ). Pada dasarnya terdapat dua cara untuk menaksir
jumlah penyisihan piutang tak tertagih, yaitu :
a. Berdasarkan saldo piutang;
b. Berdasarkan jumlah penjualan neto.
Jurnal penyesuaian untuk pembentukan penyisihan piutang tak tertagih adalah :
( D ) Beban piutang tak tertagih Rp..........................
(K) Penyisihan piutang tak tertagih Rp.........................
15
Jika telah dapat dipastikan bahwa piutang kepada debitur tertentu tidak dapat
ditagih misalnya debitur telah pailit, bangkrut atau tidak diketahui lagi
keberadaannya maka piutang tersebut harus dihapusbukukan.
Piutang yang telah dihapusbukukan, akan dikeluarkan dari catatan perusahaan dan
dibuat jurnal sebagai berikut :
( D ) Penyisihan piutang tak tertagih Rp...........................
(K) Piutang dagang Rp.....................................
( D ) Bank Rp............................
(K) Piutang dagang Rp.................................
( D ) Bank Rp............................
( K ) Piutang dagang Rp...................................
16
Pembentukan penyisihan piutang tak tertagih tidak diperkenankan untuk
kepentingan pajak kecuali untuk usaha tertentu, karena pembentukan penyisihan
piutang tak tertagih termasuk dalam pengertian pembentukan atau pemupukan
dana cadangan.
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak diperkenankan dalam pajak,
namun demikian terdapat pengecualian ( Pasal 9 ayat (1) huruf c ) yaitu :
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi; perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang ;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan jaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri.
yang ketentuan dan syarat syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
C. Persediaan.
Persediaan barang dagangan ( merchandise inventory ) adalah barang-barang
perusahaan untuk dijual kembali. Persediaan barang dagangan pada umumnya dinilai
pada harga terendah antara harga pokok/perolehan dan harga pasar (LOCOM) atau
nilai yang diharapkan dapat direalisasikan (net realizable value - selling price less
estimated cost to complete and sell )
Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagangan disajikan baik dalam neraca
maupun dalam laporan laba rugi jika perusahaan mengadministrasikan persediaan
berdasarkan sistem persediaan periodik ( periodic inventory system ) . Persediaan
barang dagangan yang yang tercantum di neraca mencerminkan nilai barang
dagangan yang ada pada tanggal neraca, sedangkan dalam laporan laba rugi
persediaan barang dagangan muncul dalam harga pokok penjualan. Terdapat saling
hubungan antara persediaan barang dagangan pada tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya dan tahun yang akan datang. Oleh karena itu kesalahan dalam
menentukan nilai persediaan barang dagangan akan mempengaruhi tidak saja
laporan laba rugi dan neraca tahun berjalan, tetapi juga neraca dan laporan laba rugi
tahun yang akan datang.
Dalam menetapkan harga pokok persediaan, dapat digunakan metode sebagai
berikut:
a. Pertama Masuk Pertama Keluar ( First In First Out = FIFO )
b. Terakhir Masuk Pertama Keluar ( Last In First Out = LIFO )
c. Rata-rata ( Average ) :
Rata-rata sederhana ( Simple Average )
Rata-rata tertimbang ( Weighted Average )
Rata-rata gerak ( Moving Average )
17
a. Identifikasi Khusus ( Special Identification )
b. Metode Taksiran ( Estimated Method )
metode eceran ( retail method )
metode laba bruto ( gross profit method )
18
aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus diukur pada
jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler
untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari
jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut
langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan
tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan
nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba
rugi.
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui
dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut
langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan
tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
(4) Penyusutan.
a.Pengertian.
Penyusutatan atau depresiasi bukanlah proses di mana perusahaan
mengakumulasikan dana untuk mengganti aset tetapnya. Penyusutan bukan
pula cara untuk menghitung nilai yang berlaku dari aset tetap. Penyusutan
adalah alokasi yang sistematis dari harga perolehan aset selama periode-
periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan suatu aset.
Akumulasi penyusutan bukanlah dana penggantian aset, melainkan jumlah
seluruh harga perolehan aset yang telah dipergunakan selama periode-periode
sebelumnya.
b.Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban
penyusutan tahunan yang tepat adalah :
* Harga perolehan aset.
* Nilai sisa atau nilai residu
* Masa manfaat
* Metode penyusutan.
c. Metode Penyusutan.
Terdapat beberapa metode penyusutan, yaitu:
(1) metode garis lurus ( straight line method)
(2) metode pembebanan yang menurun ( decreasing charge methods )
a) metode jumlah angka tahun ( sum of years digit method )
b) metode saldo menurun ( declining balance method)
(3) metode berdasarkan penggunaan ( activity method )
a) metode jam jasa ( service hours method )
b) metode jumlah unit produksi ( production output method )
(4) metode penuyusutan khusus ( special depreciation method )
a) jenis dan kelompok ( group and composite method )
b) anuitas ( annuity )
19
Dalam Pasal 11 UU PPh ditentukan :
1) Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan,hak
guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan ,
menagih dan memelihara penghasilan,
2) Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut.
3) Metode penyusutan yang digunakan adalah :
a.Bangunan : metode garis lurus.
b.Harta berwujud lainnya: metode garis lurus atau metode saldo menurun.
4) Masa manfaat ditentukan sebagai berikut :
Bukan bangunan:
* kelompok 1 : 4 tahun
* kelompok 2 : 8 tahun
* kelompok 3 : 16 tahun
* kelompok 4 : 20 tahun
Bangunan :
Permanen : 20 tahun
Tidak permanen : 10 tahun
Pengelompokan harta berwujud yang dapat disusutkan diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
5) Nilai sisa buku
Pada akhir masa penyusutan nilai sisa buku harus nol.
Harta berwujud yang masih dalam proses sewa guna usaha ( leasing ) untuk sewa
pembiayaan ( financial lease ) tidak boleh disusutkan baik oleh lessee maupun oleh
lessor. Karena lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas harta yang masih dalam
proses leasing, maka seluruh sewa guna usaha yang dibayar oleh lessee merupakan
beban fiskal yang dapat dikurangkan.
Suatu aset tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan adalah jumlah uang kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar sumber daya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset pada saat perolehan
atau saat produksi.
20
3.Pengeluaran Setelah Perolehan.
Pengeluaran setelah aset tidak berwujud diperoleh diakui sebagai beban pada saat
terjadinya pengeluaran, kecuali :
a. pengeluaran tersebut besar kemungkinannya akan meningkatkan manfaat
ekonomis masa depan sehingga menjadi lebih besar daripada standar kinerja
yang diperkirakan semula; dan
b. pengeluaran tersebut dapat diukur dan dikaitkan dengan aset secara andal
4.Amortisasi
a. Pengertian.
Amortisai adalah alokasi sistematis dari nilai aset tidak berwujud yang dapat
didepresiasi selama masa manfaat aset tersebut.Jumlah yang dapat diamortisasi
dari aset tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan
perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Pada umumnya masa manfaat suatu
aset tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aset siap
digunakan. Amortisasi harus mulai dihitung saat aset siap untuk digunakan.
b.Metode.
Metode amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomis oleh
perusahaan. Metode ini meliputi metode garis lurus, metode saldo menurun dan
metode jumlah unit produksi. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara
andal, maka harus digunakan metode garis lurus. Biaya amortisasi setiap periode
harus diakui sebagai beban kecuali diperkenankan untuk dimasukkan ke dalam
nilai tercatat aset lain seperti amortisasi aset tidak berwujud yang digunakan
dalam proses produksi dimasukkan ke dalam nilai tercatat persediaan.
21
d. Metode satuan produksi untuk hak penambangan migas
e. Metode satuan produksi secara terbatas untuk hak pengusahaan hutan, hak
penambangan selain migas dan hak pengusahaan alam lainnya.
f. Metode garis lurus dengan jangka waktu amortisasi sesuai dengan masa
kontraknya untuk kontrak bangun guna serah ( build, operate, transfer )
22
IV. PENGAKUAN PENGHASILAN DAN BEBAN
A. PENGHASILAN.
1. Pengertian.
a. Menurut akuntansi .
Menurut pragarf 6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23
“ pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”
Selanjutnya dalam Kerangka Dasar dan Penyajian Laporan Keuangan, penghasilan
(income) didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatan ( revenues) dan
keuntungan (gains). Pendapatan (revenues ) adalah penghasilan yang timbul dari
aktivitas perusahaan yang biasa (normal) dan dikenal dengan sebutan yang
berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan
sewa.
Keuntungan (gains) mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definsi
penghasilan yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat
ekonomi, dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan.
Keuntungan meliputi misalnya pos yang timbul dari pengalihan aset tidak lancar.
Jika diakui galam laporan laba-rugi, keuntungan biasanya dicantumkan terpisah
karena informasi mengenai pos tersebut berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Keuntungan biasanya dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi
dengan beban yang bersangkutan.
b.Menurut pajak.
Menurut Pasal 4 ayat (1) UU PPh, penghasilan adalah “setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama atau dalam bentuk apapun, termasuk...”
Berdasarkan definisi di atas penghasilan mengandung unsur-unsur :
a). setiap tambahan kemampuan ekonomis,
b). yang diterima atau diperoleh,
c). baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia ( global income),
d). yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan,
e). dengan nama atau dalam bentuk apapun.
Tidak seluruh penghasilan menjadi objek Pajak Penghasilan. Dalam Pasal 4 ayat (3)
UU PPh ditentukan jenis-jenis penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
diantaranya dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
23
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan atau atau berkedudukan di Indonesia dngan syarat :
a) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
b) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25 % dari jumlah modal yang disetor.
Selain itu dalam Pasal 4 ayat (2) ditentukan bahwa penghasilan tertentu dapat
dikenai pajak yang bersifat final yang diatur atau berdasarkan Peraturan
pemerintah.
3. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan adalah proses untuk mencatat atau memasukkan secara formal suatu
pos dalam akun dan laporan keuangan entitas. Pengakuan ini meliputi penjelasan
suatu pos baik dengan kata-kata maupun angka, dan jumlah itu termasuk dalam
angka total laporan keuangan. Untuk aset dan kewajiban, pengakuan menyangkut
pencatatan bukan hanya perolehan atau terjadinya pos itu tetapi juga perubahan
sesudahnya, termasuk penghapusan dari laporan keuangan yang sebelumnya diakui.
24
a) Kriteria.
Secara umum ada dua kriteria yang dapat dijaikan dasar untuk mengakui
pendapatan, yaitu :
1. Telah terealisasi (realized), yaitu bila terjadi transaksi pertukaran antara barang
yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas, atau
ada kepastian akan segera terealisasi ( realizable), di mana barang hasil
pertukaran dapat segera diubah ( dikonversi) menjadi kas atau klaim untuk
menerima kas.
Syarat barang yang mudah dikonversi adalah :
* Memiliki harga per unit yang pasti dan barang tersebut tidak terpengaruh
oleh perubahan bentuk dan ukuran barang, misalnya logam mulia.
* Mudah dijual tanpa memerlukan biaya besar.
2. Pendapatan terbentuk (earned) yaitu bila kegiatan menghasilkan barang dan
jasa telah berjalan dan secara substansial telah selesai.
b. Saat Pengakuan.
1. Selama kegiatan produksi.
Pendapatan dapat diakui selama kegiatan produksi, meskipun produk yang
dihasilkan masih dalam proses produksi. Contohnya adalah perusahaan
konstruksi yang memerlukan penyelesaian dalam beberapa periode akuntansi.
Taksiran pendapatan dilakukan dengan dua pendekatan :
* Persentase biaya.
* Persentase penyelesaian pisik.
3. Saat penjualan.
Pada umumnya perusahaan mengakui pendapatan pada saat penjualan yang
merupakan dasar yang paling jelas dan objektif. Kapan saat yang tepat
dijadikan dasar yang menandai terjadinya penjualan ?
Menurut pragraf 13 PSAK 23 ditentukan bahwa pendapatan dari penjualan
barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a.perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan kepada pembeli;
b.perusahaan tidak lagi mengelola atau pengendalian efektif atas barang yang
dijual;
25
c.jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal;
d.besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e.biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan
dapat diukur dengan andal.
Menurut Pasal 4 ayat (1) UUPPh dinyatakan bahwa penghasilan adalah setiap tambahan
kemapuan ekonomis yang diterima atau diperoleh .......
Kata-kata yang menyatakan “diterima atau diperoleh” mengandung arti bahwa
penghasilan baru diakui setelah ada realisasi.
Dalam memori penjelasan Pasal 28 ayat (5) UU KUP dikemukakn sebagai berikut:
“Pengetian diperoleh merujuk kepada stelsel akrual (accrual basis) yaitu suatu metode
penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti bahwa penghasilan diakui pada waktu
diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan
penghasilan itu diterima atau kapan biaya itu dibayar secara tunai. Termasuk dalam
pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan berdasarkan metode
persentase tingkat penyelesaian pekerjaaan yang umumnya dipakai dalam bidang
konstruksi dan metode lain yang digunakan dalam bidang usaha tertentu seperti build,
operate, and transfer (bot) dan real estat. Perlu dikemukakan bahwa terhitung mulai 1
Januari 2009 berdasarkan PP Nomor 40 Tahun 2009 ttg perubahan PP Nomor 51 Tahun
2008, pengenaan Pajak Penghasilan atas jasa konstruksi adalah bersifat final.
Pengertian diterima merujuk kepada stelsel kas (cash basis) yaitu penghasilan baru
dianggap sebagai penghasilan apabila telah benar-benar diterima secara tunai dalam
suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar
telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu. Stelsel kas biasanya digunakan
oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa, misalnya transportasi,
hiburan, restoran, yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan pembayarannya
tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan barang
atau jasa ditetapkan pada saat pembayaran diterima dari pelanggan, dan biaya-biaya
ditetapkan pada saat barang , jasa , dan biaya operasi lain dibayar. Dengan demikian
pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan penghitungan yang mengaburkan terhadap
penghasilan yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan
mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh karena itu untuk penghitungan
Pajak Penghasilan, pemakaian stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain
sebagai berikut :
1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok
penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
26
2) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan hanya dapat
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas atau konsisten.
4. Pengukuran
Penghasilan diukur dalam satuan nilai tukar produk/jasa dalam suatu transaksi yang
wajar ( arm’s length transaction ). Nilai tukar tersebut menunjukkan ekuivalen kas atau
nilai diskonto tunai dari uang yang diterima atau akan diterima dari transaksi penjualan.
B. BEBAN (EXPENSES)
1. Pengertian
Menurut pragraf 70 butir b Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, beban (expenses) adalah “penurunan manfaat ekonomi selama periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau timbulnya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal “ Beban mencakup baik kerugian (loss) maupun beban yang timbul
dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dari
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi misalnya beban pokok penjualan,
gaji, dan penyusutan. Beban ini biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset
seperti kas atau setara kas, persediaan, dan aset tetap.
Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin
timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian
mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi dan pada hakekatnya tidak berbeda
dari beban lain. Kerugian dapat timbul misalnya dari bencana kebakaran, banjir, seperti
juga yang timbul dari pelepasan aset tidak lancar. Definisi beban juga mencakup
kerugian yang belum direalisasi misalnya kerugian yang timbul dari pengaruh kenaikan
kurs valuta asing dalam hubungannya dengan pinjaman perusahaan dalam mata uang
tersebut. Kalau kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara
terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan
pengambilan keputusan ekonomi. Kerugian sering kali dilaporkan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan penghasilan yang bersangkutan.
2. Pengakuan ( Recognition)
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaiatan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti bahwa pengakuan beban terjadi bersamaan
dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset, misalnya akrual hak
karyawan atau penyusutan aset tetap.
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya
yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang bisanya disebut
pengaitan biaya dengan pendapatan ( matching of cost with revenues) ini melibatkan
pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan
27
secara langsung dan bersama-sama dari transaksi dan peristiwa lain yang sama;
misalnya berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan ( cost or
expense of good sold ) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh
dalam penjualan barang.
Jika manfaat ekonomi yang diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi
dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukam secara luas atau tidak
langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar alokasi yang sistematis dan
rasional. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan
penggunaan aset seperti aset tetap, goodwill, paten, merek dagang. Dalam kasus
semacam ini, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi. Prosedur alokasi ini
dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat
ekonomi yang bersangkutan.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika pengeluaran tidak menghasilkan manfaat
ekonomi masa depan atau jika sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak
memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai
aset
Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa
pengakuan aset, seperti jika timbul kewajiban akibat garansi produk.
3. Pengukuran.
Dasar pengukuran yang lazim digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah
biaya historis ( historical cost). Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang
lain. Misalnya persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis
atau nilai realisasi bersih ( lower cost or net realizable value). Menurut biaya historis aset
dicatat sebesar kas atau setara kas atau nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar atau kewajiban (obligation) atau keadaan tertentu ( misalnya
pajak penghasilan ) dalam jumlah kas atau setara kas yang diharapkan kan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
28
V. LAPORAN KEUANGAN.
1. Pengertian.
Laporan keuangan adalah keluaran atau hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan
keuangan ini berfungsi sebagai bahan informasi bagi pemakainya dalam
pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga berfungsi sebagai
pertanggungjawaban atau akuntabilitas dan sebagai indikator kesuksesan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Agar laporan keuangan dapat disusun dengan baik maka perusahaan harus
menyelenggarakan pembukuan. Menurut Pasal 1 angka 26 UU KUP disebutkan
bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
2. Penyelenggaraan Pembukuan
Dalam Pasal 28 UU KUP ditentukan bahwa wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan wajib
menyelenggarakan pembukuan berlandaskan itikad baik dan dan mencerminkan
keadaan atau kegitan usaha yang sebenarnya.
Dikecualikan dari kewjiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib
menyelenggarakan pencatatan adalah :
a ) wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang diperkenankan menghitung penghasilan neto dengan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto.
b ) wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
3. Laporan Keuangan
Setiap tahun buku berakhir wajib pajak menyusun laporan keuangan yang disebut
laporan keuangan komersial. Laporan keuangan ini adalah merupakan produk akhir
dari proses akuntansi yang diselenggarakan perusahaan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pada dasarnya laporan
keuangan komersial ini tidak harus mencerminkan seluruh pertimbangan-
pertimbangan perpajakan. Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP ditentukan bahwa
pembukuan harus diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum, kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan
lain. Dengan demikian atas laporan keuangan komersial yang telah disusun
perusahaan masih perlu dilakukan penyesuaian atau rekonsiliasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan agar dapat digunakan atau
dijadikan sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh. Laporan Keuangan yang telah
direkonsiliasi tersebut disebut laporan keuangn fiskal.
29
4. Perbedaan Tetap ( Permanent Differences ) dan Perbedaan Sementara
( Temporary Differences)
a. Perbedaan Tetap.
Perbedaan tetap adalah perbedaan antara laba akuntansi/komersial dan laba
fiskal yang timbul karena administrasi pajak menghitung laba fiskal berbeda dari
laba menurut akuntansi tanpa koreksi di kemudian hari. Hal ini mengakibatkan
adanya perbedaan total laba selama masa hidup perusahaan antara laba yang
dihitung menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan
laba yang dihitung menurut ketentuan PSAK ( Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan ).
Perbedaan tetap ini meliputi :
(1) Penghasilan yang telah dipotong PPh yang bersifat final tidak dilaporkan
sebagai bagian dari penghitungan laba rugi fiskal. Contoh : penghasilan dari
penjualan transaksi saham di bursa efek, dan penghasilan bunga deposito.
(2) Penghasilan yang bukan objek pajak tidak dimasukkan sebagai penghasilan
dalam penghitungan laba rugi fiskal. Contoh : dividen yang diterima
perusahaan atas penyertaan modal pada perusahaan lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 3 ) huruf f UU PPh.
(3) Pemberian natura merupakan kenikmatan kepada karyawan, bukan
penghasilan bagi pihak yang menerima dan tidak boleh dibebankan sebagai
pengurang penghasilan untuk tujuan fiskal.
(4) Biaya representase yang tidak dipertanggungjawabkan dalam daftar
nominatif berdasarkan ketentuan yang berlaku tidak boleh dibebankan
sebagai pengurang penghasilan.
(5) Pajak Penghasilan, sanksi administrasi pajak berupa bunga, denda dan
kenaikan, tidak boleh dibebankan sebagai pengurang penghasilan.
(6) Sumbangan dalam bentuk apapun tidak dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan ( kecuali ada ketentuan khusus yang mengaturnya )
(7) Rugi yang timbul dari penarikan aset tetap yang tidak digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tidak boleh
dibebankan sebagai pengurang penghasilan.
(8) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak lain yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan, tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan karena pada dasarnya pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan adalah pengeluaran yang jumlahnya wajar
sesuai kelaziman usaha.
(9) Dalam hal terjadi kompensasi timbal balik ( offset ) utang piutang di antara
Wajib Pajak yang melakukan pengalihan dalam rangka penggabungan atau
peleburan usaha, maka penghapusan utang bagi debitur bukan merupakan
penghasilan, sedangkan penghapusan piutang bagi debitur bukan
merupakan biaya.
b. Perbedaan Sementara.
Perbedaan sementara merupakan perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan
biaya tertentu menurut PSAK dan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang mengakibatkan pergeseran pengakuan penghasilan dan beban
30
antara satu tahun ke tahun pajak lainnya. Perbedaan ini akan terkoreksi secara
otomatis.
Perbedaan sementara ini meliputi :
(1) Piutang Usaha.
Untuk tujuan fiskal pengakuan kerugian atas piutang pada hakekatnya
digunakan penghapusan langsung ( direct write off ) sedangkan untuk tujuan
komersial digunakan metode penyisihan ( allowance method )
(2) Persediaan
Untuk tujuan fiskal persediaan hanya boleh dinilai berdasarkan harga
perolehan dengan metode rata-rata atau metode pertama masuk pertama
keluar secara taat asas, sedangkan untuk tujuan komersial dapat juga
digunakan metode terakhir masuk pertama keluar, dan apabila harga pasar
turun sampai di bawah harga perolehan, harus dikoreksi menjadi harga
pasar. Untuk tujuan fiskal tidak diperkenankan melakukan penyisihan
penurunan harga atau kerugian karena keusangan persediaan, sedangkan
untuk tujuan komersial, penyisihan berdasarkan masa yang lalu atau
keadaan yang diketahui merupakan keharusan.
(3) Harta Berwujud
Untuk harta berwujud perbedaan waktu dapat disebabkan saat mulai
dilakukan penyusutan, metode penyusutan, nilai sisa, dan masa manfaat
Untuk tujuan fiskal penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan,
penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.
Sedangkan untuk tujuan komersial penyusutan dimulai pada saat siap atau
mulai digunakan. Metode penyusutan yang digunakan untuk tujuan fiskal
adalah metode garis lurus atau metode saldo menurun, sedangkan untuk
tujuan komersial dapat juga digunakan metode penyusutan lainnya. Untuk
tujuan fiskal nilai sisa buku pada akhir masa penyusutan harus nol,
sedangkan untuk tujuan komersial tergantung pada kebijakan perusahaan.
Demikian juga masa manfaat harta berwujud untuk tujuan fiskal ditentukan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan untuk tujuan komersial
ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
(4) Harta Tak Berwujud
Untuk tujuan fiskal, amortisasi harta tak berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun dilakukan dengan metode garis lurus atau
metode saldo menurun, sedangkan untuk tujuan komersial dapat juga
dilakukan metode jumlah unit produksi. Masa manfaat dan tarif amortisasi
untuk tujuan fiskal ditentukan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, sedangkan untuk tujuan komersial ditentukan sendiri
oleh perusahaan.
(5) Biaya Pendirian dan Biaya Perluasan Modal.
Untuk tujuan fiskal, pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan
modal, diamortisasi sesuai dengan masa manfaat dan tarif yang telah
ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
atau dibebankan pada tahun terjadinya, sedangkan untuk tujuan komersial,
biaya-biaya ini dapat ditangguhkan dan diamortisasi dengan tarif sesuai
taksiran masa manfaat.
31
(6) Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan.
Untuk tujuan fiskal, pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak
diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan kecuali yang ditentukan
dalam Pasal 9 huruf c UU PPh.
32
f.cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri;
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
(8) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
yang dibayar oleh Wajib Paja orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi
kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan Wajib Pajak yang
bersangkutan;
(9) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
keuangan;
(10) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
(11) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan , dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang yang diterima badan amil zakat;
(12) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang menjadi tanggungannya;
(13) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
(14) Pajak penghasilan;
(15) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu atau anggota.
33