Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN PANCASILA

OLEH :

TRI JULIA FAUZILLA


5201144009

DOSEN PENGAMPU

FAZLI RACHMAN, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati
dalam menyelesaikan Critical Book Report (CBR), adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi
mata kuliah “Pendidikan Pancasila“. Saya telah menyusun Critical Book Report ini dengan sebaik-
baiknya tetapi mungkin masih ada kekurangan-kekurangan untuk mencapai kesempurnaan. Saya
selaku penulis menerima berbagai kritik yang sifatnya membangun agar Critical Book Report ini
menjadi lebih baik lagi.

Dalam penyusunan Critical Book Report ini kiranya dapat memberikan kontribusi positif
bagi pembaca dimanaa setelah membaca Critical Book Report ini dapat menambah wawasan
pembaca untuk lebih memperdalam mata kuliah ini.
Selanjutnya, saya berharap semoga Critical Book Report ini dapat dipahami. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan. Akhir kata penulis
saya ucapkan terima kasih.

Batang kuis, 19 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................

1.2 Tujuan..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................

2.1 Identitas Buku......................................................................................................................

2.2 Hasil Kajian ....................................................................................................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan dan Saran .................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, menjadi dasar


pedoman dalam segala pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan
negara Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan. Dalam
perguruan tinggi. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi
dasar maju atau tidaknya suatu bangsa, pendidikan sekarang menjadi
kebutuhan yang sangat diwajibkan untuk mengikuti perkembangan suatu
zaman. Perkembangan teknologi yang semakin pesat diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan karena dapat mempermudah
pelaksanaan pembelajaran, oleh karena itu media pembelajaran
mempunyai peran sangat penting dalam proses pembelajaran.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penelitian dalam makalah ini ialah:


1. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 IDENTITAS BUKU


Buku Utama
Judul Buku : PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI
Penulis : Drs. Syamsir, M.Si., Ph.D. ; Ali Amran, SH., M.H.; Prof. Dr. Mashudi,
M.Pd. ; Surya Dharma, S.Pd., M.Si
Penerbit :-
Kota Terbit : Palembang
Tahun Terbit 2014
ISBN :-

Buku Pembanding
Judul Buku : PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN
TINGGI Penulis : DRS. H.M. ALWI KADERI, M.Pd.I
Penerbit : ANTASARI PRESS
Kota Terbit : Banjarmasin
Tahun Terbit :-
ISBN :-
2.2 HASIL KAJIAN
BUKU UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN

Tujuan, Manfaat, dan Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila


1. Tujuan Pendidikan Pancasila
Secara umum Tujuan Utama Pendidikan Pancasila adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara, sikap dan
perilaku cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan
nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para mahasiswa calon
sarjana/ilmuwan NKRI yang sedang mengkaji dan akan menguasai
IPTEKS.
Secara khusus tujuan Pendidikan Pancasila terkandung dalam tujuan
Pendidikan Nasional, yaitu: meningkatkan manusia yang berkualitas,
berimtak, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggungjawab, dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani ... dan
harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakwanan sosial, kesadaran
pada sejarah bangsa, sikap menghargai jasa para pahlawan, dan
berorientasi ke masa depan.
Disamping itu, menurut hasil lokakarya mata kuliah Pendidikan
Pancasila tahun 1978, tujuan perkuliahan Pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi adalah:
1) Mahasiswa mengerti dan menghayati tentang Pancasila yang sah dan
benar sebagaimana uang telah dirumuskan secara formal dalam
Pembukaan UUD 1945, alenia IV
2) Mahasiswa mengamankan Pancasila dari segala macam bahaya
darimana pun datangnya
3) Mahasiswa dapat mengamalkan Pancasila dalam kehidupannya seharihari dalam
masyarakat sesuai dengan keahliannya masing-masing.
4) Mahasiswa ikut aktif berperan dalam mengusahakan kelestarian
Pancasila, Pandangan hidup bangsa dan dasar Negara Republik
Indonesia
2. Manfaat Pendidikan Pancasila
Mempelajari Pendidikan Pancasila merupakan upaya untuk memahami dan
memperoleh pengetahuan Pancasila secara baik dan benar, dalam arti
yuridis konstitusional dan objektif ilmiah. Setijo, P (2009) menjelaskan
secara yuridis konstitusional yakni mengingat Pancasila sebagai dasar
negara dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan
penyelenggaraan negara Republik Indonesia termasuk melandasi hukum
yang berlaku. Secara objektif ilmiah artinya Pancasila dasar negara adalah
suatu nilai kerokhanian. Objektif artinya Pancasila bukan milik subjek
tertentu, tapi milik semua manusia, semua rakyat, dan bangsa Indonesia.
Ilmiah berarti dinalar melalui akal sehat atau logika. Artinya ajaran
Pancasila bukan hanya doktrin belaka yang harus diterima, akan tetapi
dirasa kehadirannya secara logis.
3. Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila
Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 (Pasal 35 ayat 3) tentang
Pendidikan Tinggi dijelaskan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib
memuat mata kuliah: a) Agama; b) Pancasila; c) Kewarganegaraan; dan d)
Bahasa Indonesia yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baik pada
program sarjana maupun diploma.

BAB II PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA

A. Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia


Mempelajari Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia berarti pada intinya sama dengan menelusuri rumusan Pancasila
sepanjang sejarah Bangsa Indonesia. Pancasila baru mulai dirumuskan pada
zaman penjajahan Jepang oleh para pejuang bangsa yang ada dalam Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
B. Sumber Historis, Sosiologis dan Politis tentang Pancasila dalam
Sejarah Bangsa
Perumusan Pancasila merupakan proses dialektika yang terjadi dalam
sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) ketika masuk dalam pembahasan tentang dasar dari
berdirinya negara Indonesia. Sehingga, pemikiran para anggota BPUPKI
kembali menggali nilai-nilai yang tumbuh dan hidup di dalam masyarakat
Indonesia. Nilai-nilai ini dapat dilihat dari tiga sumber utama yaitu:
1. Sumber historis
2. Sumber sosiologis
3. Sumber politis
C. Sejarah dan Proses Penggalian, Penyusunan, dan Perumusan Pancasila
Ketika para pendiri bangsa Indonesia sedang bersidang dalam sidang
BPUPKI yang menjadi momentum untuk pengkajian secara mendalam
tentang persiapan kemerdekaan Indonesia, mereka dihadapkan pada
pertanyaan fundamental yaitu “di atas dasar apakah negara Indonesia
merdeka didirikan?”. Sebuah pertanyaan yang akan menghasilkan
pemikiran mendalam dan mendasar tentang dasar yang menjadi perdebatan
di sidang BPUPKI.
BAB III
PANCASILA DAN DASAR NEGARA

A. Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia


Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang berdiri
diatas keberagaman. Setiap negara memiliki pijakan yang menjadi landasan
berdirinya sebuah negara. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
B. Perlunya Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia Arti penting Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia lebih kepada penyelenggaraan negara. Bagaimana semua
komponen negara terutama Pemerintah dapat menyelenggarakan negara dengan
berpedoman pada nilainilai Pancasila. Pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan
bangsa Indonesia, sehingga Pancasila merupakan cerminan dari jiwa dan cita-cita
hokum bangsa Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai yang dianut bangsa
Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang
berdiri di atas keberagaman. Setiap negara memiliki pijakan yang menjadi landasan
berdirinya sebuah negara. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia, hal ini termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea ke
empat.

BAB IV PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK


INDONESIA

A. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi Undang-undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 adalah konstitusi
negara Republik Indonesia. Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945
disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) dan mulai berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945.

B. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara Fundamental Seperti telah
disebutkan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang
fundamental (staatsfundamentalnorm) yang memberikan faktor-faktor mutlak bagi
adanya suatu tertib hukum Indonesia dan berkedudukan sebagai asas bagi hukum
dasar baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta peraturan-peraturan hukum yang
lainnya yang lebih rendah.

BAB V PANCASILA DAN SISTEM FILSAFAT

A. Pancasila Adalah Suatu Filsafat Pancasila sebagai filsafat didasarkan atas pendapat
para ahli dan teori causalitas Aristoteles (Zurmaini Yunus, 1985). Beberapa pendapat
mengatakan bahwa Pancasila adalah suatu filsafat. Meskipun dinyatakan dalam
bentuk yang berbeda-beda, tetapi tidak ada pertentangan antara satu dengan yang lain.
Semua pendapat mengakui bahwa Pancasila adalah suatu filsafat. Muh. Yamin
(1962), misalnya, menegaskan bahwa Pancasila tersusun secara harmonis dalam suatu
sistem falsafah.
BAB VI PANCASILA DAN ETIKA POLITIK

A. Pengertian Etika dan Etika Politik Indonesia Mengkaji etika berarti mengkaji baik,
buruk, benar ataupun salah. Etika juga sering dikaitkan dengan hal yang pantas
ataupun yang tidak pantas. Etika merupakan salah satu cabang filsafat. Etika
merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-
predikat nilai „betul‟ (right) dan „salah‟ (wrong) dalam arti „susila‟ (immoral). Sebagai
pokok bahasan yang khusus, etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan
orang dapat disebut susila atau bijak (Kattsoff, 2004).

BAB VII PANCASILA DAN IDEOLOGI NASIONAL (1)


A. Hakikat Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata “idea” dan “logos”. Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos
yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-
cita, yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian, cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau
paham yang diyakini kebenarannya. Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah,
ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran
tentang pengertian-pengertian dasar (Kaelan, 2010).

BAB VIII PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL (2)


A. Pancasila
sebagai Ideologi Negara (Nasional) Ideologi berasal dari kata Idein atau Idea dan
Logia dalam bahasa Yunani. Idein berarti melihat sedangkan Idea yang berati raut
muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, pengertian dasar dan cita-cita. Logia berarti
ajaran, sehingga secara harfiah Ideologi dapat diartikan sebagai ajaran atau ilmu
tentang gagasan dasar atau buah pikiran (Science des ideas).

BAB IX PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL


DAN POLITIK

A. Pengertian Paradigma Nomenkelatur Paradigma berasal dari bahasa latin, yakni


kata para dan deigma. Para berarti disamping, di sebelah dan dikenal sedangkan
deigma berarti suatu model, teladan, arketif dan ideal. Dalam masalah populer, istilah
paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengadung konotasi pengertian
sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber, asas, serta arah dan tujuan dari
suatu perkembangan, perubahan, serta proses dalam suatu bidang tertentu (Kealan,
2002).
BUKU PEMBANDING

BAB I PENDAHULUAN
Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang asing. Pancasila terdiri
atas lima sila, dia diabadikan dalam Naskah Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke
empat, dia dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Sekalipun di dalam
Pembukaan tersebut tidak secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namum setiap
yang membacanya sudah pasti mengetahuinya, bahwa yang dimaksud dalam
pernyataan terakhir dari alinea ke empat pembukaan UUD 1945 tersebut adalah
Pancasila. Sebagai Dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum. Sehingga seluruh tatanan hidup bernegara yang bertentangan dengan
Pancasila sebagai kaedah hukum konstitusional, pada dasarnya tidak berlaku dan
harus dicabut. Sebagai dasar negara, Pancasila telah terkait dengan struktur kekuasaan
secara formal.

BAB II PENGERTIAN PANCASILA, TUJUAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN


PANCASILA

A. Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis dan Terminologis Bila kita kaji
secara ilmiah tentang apa fungsi dan kedudukan Pancasila, niscaya akan tampak
bahwa Pancasila itu memiliki pengertian yang luas, baik dalam konteks
kedudukannya sebagai Dasar Negara, sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Sebagai
Ideologi Bangsa dan Negara, atau dalam konteks sebagai kepribadian bangsa, serta
dalam proses terjadinya. Sehingga terdapat berbagai macam terminologi yang harus
kita deskripsikan secara objektif. Sehingga dalam konteks pembahasan tentang
pengertian Pancasila ini, akan kita jumpai berbagai macam penekanan, sesuai dengan
kedudukan dan fungsi Pancasila tersebut, terutama dalam perumusan dan pembahasan
yang berdasarkan sejarah (kajian diakronis) Pancasila, sejak masih berupa nilai-nilai
yang terdapat dalam pandangan hidup bangsa, hingga menjadi menjadi Dasar Negara,
bahkan sampai pada tataran pelaksanaannya dalam sejarah kenegaraan Indonesia di
masa lalu. Misalnya ketika masa Orde Lama sedang berkuasa, pada saat itu kita
jumpai berbagai macam rumusan Pancasila yang berbeda-beda. Agar kita dapat
memahaminya secara baik dan benar, maka kita harus mendeskripsikannya secara
objektif, sesuai dengan kedudukan dan perumusan dari Pancasila itu sendiri.

BAB III PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA

Pancasila sebagai dasar negara RI sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945
oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara RI. Nilai-nilai tersebut berupa adat-
istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai relegius. Nilai-nilai tersebut telah melekat dan
teramalkan oleh masyarakat ketika itu dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itulah
maka Kausa Materialis dari Pancasila itu pada dasarnya adalah Bangsa Indonesia itu
sendiri.

BAB IV PERTUMBUHAN PAHAM KEBANGSAAN INDONESIA


Indonesia sebagaimana yang ada seperti saat ini sesungguhnya ia merupakan suatu
kesatuan proses dari perjalanan panjang bangsa ini. Karena bangsa Indonesia terbentuk
dari penggalan-penggalan sejarah yang kadang tampak lepas dan tercerai, tetapi pada
hakikatnya masing-masing episode itu tak terpisahkan antara yang satu dengan yang
lain. Ada benang merah yang menghubungkan antara penggalanpenggalan sejarah
tersebut.

BAB V PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Sistem Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar kata


sistem, misalnya sistem pemerintahan, sistem pendidikan, sistem perekonomian,
sistem sosial dan lain-lain, termasuk juga apa yang akan dibahas berikut ini, yaitu
sistem filsafat. Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem adalah apabila di dalamnya
terdapat bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan, saling bekerja
sama, dan saling berkaitan satu sama lain, dan beroprasi secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi sistem bukanlah seperangkat unsur yang berdiri
sendiri dan tidak teratur, tapi melainkan merupakan satu kesatuan yang mengandung
keteraturan, keruntutan (kohesif), di mana masing-masing unsur itu bekerja sesuai
dengan fungsinya untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan.

BAB VI PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI


BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

A. Dasar Filosofis Pancasila sebagai dasar negara dan bangsa adalah merupakan
nilai-nilai yang sistematis, fundamental dan menyeluruh. Oleh sebab itu maka sila-
sila Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, hierarkhis dan sistematis.
Sehingga kelima sila dari pancasila tersebut bukan terpisah-pisah dan makna sendiri-
sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna yang utuh pula. Dalam konteks yang
demikianlah pengertian sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem filsafat.

BAB VII PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA


INDONESIA.

A. Pengertian Ideologi Secara etimologis Istilah ideologi berasal dari kata “idea”,
yang dapat diartikan sebagai “gagasan, konsep, pengertian dasar, dan citacita”, serta
“logos” yang berarti “ilmu”. Sedangkan kata “idea” itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu dari kata “ eidos”, yang berarti bentuk. Disamping itu ada pula kata
“Idein” yang berarti melihat. Maka secara harfiah idiologi dapat diartikan dengan
ilmu pengertianpengertian dasar, yang dalam keseharian “idea” disamakan artinya
dengan cita-cita. Yaitu cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai.
Sehingga cita-cita tersebut sekaligus menjadi dasar, menjadi pandangan atau faham.
(Kaelan, Achmad Zubaidi, 2007: 30).

BAB VIII PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK


A. Pendahuluan Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, pada hakikatnya merupakan
suatu nilai, sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma
hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan atau pilitik dan lain-lain. Walaupun
demikian norma- norma yang terdapat di dalam Pancasila adalah merupakan nilai-
nilai yang mendasar, sehingga ia tidak merupakan nilai-nilai yang langsung menjadi
norma-norma, yang dapat dijadikan pedoman, dalam suatu tindakan atau bersifat
praktis.

BAB IX DEMOKRASI PANCASILA


A. Hakikat Demokrasi Kata demokrasi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu
pengertian secara etimologis atau bahasa, dan pengertian secara terminologi atau
istilah. 1. Pengertian Demokrasi Secara Etimologis Secara etimologis atau secara
bahasa, demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua perkataan, yaitu
“demos” yang berarti rakyat, dan “cratos” atau
“cratein” yang berarti pemerintah. Dari kata tersebut berarti demokrasi adalah
mengandung arti pemerintahan rakyat, yang lebih dikenal dengan pengertian
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. (government from the
people, by the people and for the people).

BAB X HAK-HAK DAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DASAR/ASASI MANUSIA


DALAM PANCASILA

A. Pendahuluan Istilah hak-hak Asasi Manusia dalam bahasa Perancis, disebut


dengan: droit de‟l homme, yang berarti “hak manusia”. Dalam bahasa Inggeris disebut
dengan: “human right”, dan dalam bahasa Belanda “mensen rechten”, yang
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan: Hak-Hak Kemanusiaan atau Hak-
Hak Asasi Manusia. (Subandi Al Marsudi, 2003: 95).
Sementara apabila kita memperhatikan isi dari “Declaration des droits de l‟homme et
du Citoyen” (Pernyataan hakhak manusia dan warga negara) Perancis, di dalamnya
mengandung pengertian dari hak-hak asasi manausia, yaitu hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari hakikat dari manusia
itu sendiri, dan karena itu ia bersifat suci.(H.M.Ridwan Indra Ahadian, 1991: 15).

BAB XI PANCASILA SEBAGAI PRADIGMA KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
A. Pengertian
Paradigma Istilah Paradigma sebagai suatu konsep, kali pertama diperkenalkan oleh
Thomas Kuhn dalam bukunya The structure of Scientific Revolution (1970: 49), dan
kemudian dipopulerkan dalam teori sosial oleh Robert Freidrichs (1970). Ia
mengatakan intisari dari pengertian Paradigma adalah asumsi-asumsi dasar dan
asumsi-asumsi teoretis yang umum, (merupakan suatu sumber nilai) sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan, sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan
itu sendiri.

BAB XII AKTUALISASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


A . Pancasila dalam kehidupan maksudnya adalah praktik sikap dan perilaku manusia
(baik sebagai masyarakat, bangsa dan Negara) yang sesuai dengan nilai-nilai moral
Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari. Makna tersebut pada dasarnya rasional,
wajar, dan memang harus seperti itu. Tetapi dalam kenyataannya, sangat sulit untuk
mewujudkannya. Dan hal tersebut tak peduli bagi mereka yang telah memperoleh
penghargaan dipundaknya sekalipun.

BAB XIII UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DAN PERUBAHANNYA.


A.Pengertian, Kedudukan, Fungsi dan Sifat UUD 1945 Yang dimaksud dengan
Undang-Undang Dasar atau UUD 1945, adalah hukum dasar tertulis. Dan Undang-
undang dasar tersebut mengikat, baik kepada pemerintah, setiap lembaga negara,
lembaga masyarakat, serta setiap warga negara Indonesia dimanapun berada. Dan
sebagai Undang-Undang Dasar ia berisikan norma-norma, aturan atau ketentuan-
ketentuan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Sebagai hukum dasar tertulis, UUD
dalam kerangka tata aturan atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku, ia
menempati kedudukan yang tinggi, yang mempunyai fungsi sebagai alat pengontrol
bagi norma hukum yang kedudukannya lebih rendah. Sehingga diketahui apakah telah
sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar tersebut.
BAB XIV PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA

A. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Untuk maksud tersebut Pancasila sering


disebut dengan: berbagai pengertian, misalnya: way of life, weltanschauung,
Wereld en levensbeschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan
hidup, pedoman hidup, dan petunjuk hidup. Dalam pengertian tersebut Pancasila
dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari. Atau dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas hidup
atau kehidupan di dalam segala bidang. Ini berarti, bahwa semua tingkah laku
dan tindak perbuatan setiap manusia Indonesia, harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari semua sila Pancasila. (Dardji Darmodihardjo, 1978: 17).

BAB XV HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN BATANG TUBUH


UUD 1945, DAN HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 45 DENGAN PANCASILA.

A. Makna Pembukaan UUD 1945 Apabila Undang-Undang Dasar merupakan sumber


hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia, maka Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan
dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral
yang ingin ditegakkan, baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan
pergaulan dengan bangsa-bangsa di dunia. (M. Syamsudin, dkk. 2009: 149).

Perbandingan Buku Utama dengan Buku Pembanding


Buku Utama
Penggunaan Bahasa pada buku satu lebih baku sehingga pembacaa lebih mudah
mengerti dan memahami pesan penulis.selain itu buku satu lebih baik karena
mejelaskan bagaiman pendekatan perguruan tinggi dalam pancasila. Memiliki Bab
yang singkat dan mudah dipahami secara rinci dan jelas. Kekuranganya tidak jelasnya
identisas dalam buku ini sehingga rumit mencari buku dalam memilah buku ini.

Buku Pembanding
Dibandingkan dengan buku satu (utama), Buku ini lebih menjelaskan pembahasan
mengenai pancasila. Memilik 15 Bab yang perbab nya menjelaskan mudah di pahami.
Dibuku ini tidak tercantum tahun terbit dan penerbit nya. Keterkaitan antara bab pada
buku ini sangat berhubungan antara bab ke bab yang lainnya.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing,


mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan, anak usia
dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.(Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Setijo, P menjelaskan secara yuridis konstitusional yakni mengingat Pancasila sebagai dasar
negara dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara
Republik Indonesia termasuk melandasi hukum yang berlaku. Pancasila bukan hanya doktrin
belaka yang harus diterima, akan tetapi dirasa kehadirannya secara logis.
Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 Bahasa Indonesia yang wajib diikuti oleh
seluruh mahasiswa baik pada program sarjana maupun diploma.

B. Saran
Kiranya penulis buku semakin dapat menyajikan buku yang jauh lebih baik lagi sehingga
dapat membantu para pembaca untuk mendapat kan informasi yang disajikan dari buku.
Semoga critical book review ini juga dapat memberikan informasi bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai