Anda di halaman 1dari 3

ORIENTALISME DALAM PERSPEKTIF EDWARD SAID DAN

TRIBALISME POLITIK
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Teguh Santosa, MA.

Disusun oleh:
Syarah Shabrina
NIM. 11201130000029
Kelas HI-3C

Dalam perkembangan selama berabad-abad, agama-agama di dunia yakni Yahudi, Kristen,


dan Islam memiliki pertentangan antar kelompok di agama itu sendiri. Persamaan dan perbedaan
yang dilihat dalam studi agama inilah disebut orientalisme. Orientalisme berkembang dan
mendapat perhatian di kalangan Barat. Dalam pengertiannya, orientalisme berasal dari kata orient
yang berarti Asia atau Timur. Orientalisme merupakan kajian yang dilakukan oleh para ilmuwan
Barat yang mentikberatkan pada ambisi geografis dan mempelajari hal-hal yang berbau dunia
Timur. Orientalisme adalah suatu gerakan atau sikap tidak simpati orang Barat yang berhubungan
dengan bidang penelitian ilmu, tradisi, peradaban, dan kebudayaan orang-orang Timur (Muslim
khususnya Arab). Agar semakin jelas makna orient, dapat dibandingkan dengan pengertian
occident, yaitu suatu wilayah yang sebagian besar dipengaruhi oleh peradaban kuno, yaitu Yunani
dan Romawi, atau disebut dengan Barat. Occident ini utamanya terdiri dari Eropa dan Amerika
Serikat, atau saat ini dikenal adalah Inggris, Perancis, dan Amerika. Tujuan orientalisme sendiri
secara singkat adalah untuk melumpuhkan kekuatan Islam, memanfaatkan Islam, menyiapkan
jalan penjajah Kristen untuk menguasai dunia Islam, serta menempatkan di bawah pengaruh
penjajahan. Hal ini dikatakan bahwa orientalisme termasuk penjelasan tentang pendekatan historis
yang bertujuan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi di masa lalu dengan mengungkapkan
karya dan pemikiran tentang dunia Islam. Latar belakang munculnya orientalisme ini juga
berkaitan dan ditandai dengan adanya kemajuan peradaban umat Islam yang mendapat perhatian
dari orang-orang Barat. Objek kajian tentang orientalisme ini cukup luas, diantaranya mencakup
hal-hal yang berkenaan dengan bangsa-bangsa Timur seperti Bahasa, peradaban, agama, dan
kebudayaan, serta lingkungannya, atau dapat dikatakan meliputi seluruh bidang kehidupan dan
sejarah bangsa-bangsa Timur.
Orientalisme mulai merebak sejak Edward Said menerbitkan bukunya yaitu Orientalism:
Western Conception of The Orient pada tahun 1978. Edward Said adalah seorang putra dari
pasangan Mariam Said dan Maire Jaanus yang lahir pada 1 November 1935 di Yerussalem,
Palestina. Buku Orientalisme karya Edward Said ini merupakan penggugatan cara pandang sarjana
Eropa yang selama berabad-abad telah menghegemoni dunia Timur khususnya Arab, dan buku ini
juga telah menjadi karya suci yang harus dibaca oleh mereka yang studi Islam atau hubungan Islam
dan Barat. Said juga mengatakan bahwa orientalisme adalah gaya berfikir yang dibuat antara
Timur dan Barat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa banyak anggapan terhadap orang Barat
lebih maju dari pada orang Timur, bahkan sering kita dengar bahwa orang Barat menjajah orang
Timur. Pada masa dimulainya orientalisme, Timur dikatakan sebagai kolonialisme yang irrasional,
tidak memiliki moral, kekanak-kanakan, dan berbeda. Sedangkan Barat lebih rasional, berbudi
luhur, dewasa, dan normal. Bangsa Timur adalah bangsa yang layak untuk diadili, dikaji,
dipaparkan, dan didisiplinkan.
Edward Said juga menjelaskan orientalisme yang laten dan nyata. Berdasarkan para
akademisi orientalis dalam memandang Timur, menurut mereka Timur merupakan bangsa yang
terbelakang, degenerasi dan tidak setara dengan Barat yang mencerminkan pandangan kesukuan
atau tradisional. Buku Robert Knox yang berjudul The Races of Man, didalamnya mengemukakan
bahwa Eropa/Barat jika ditentangkan dengan Timur akan kalah. Bangsa Timur disamakan dengan
unsur-unsur dalam masyarakat Barat yang termasuk kelompok orang gila, penjahat, dan miskin.
Menurut bangsa Barat, jika dilihat secara langsung Timur merupakan masalah-masalah yang harus
dipecahkan, dibatasi karena kekuatannya. Oleh karena itu, Timur dipandang dengan perspektif
yang harus diperintah dan dikuasai. Said juga menggambarkan dari segi warna kulit, yang dimana
warna kulit para orientalis Eropa/Barat secara aktual dan dramatis sangat berbeda dengan orang
pribumi, atau sering disebut Barat manusia kulit putih dan Timur manusia kulit non putih. Dari
segi inilah mereka menganggap bahwa mereka adalah otoritas yang harus dipatuhi oleh orang non
kulit putih. Para orang kulit putih ini memiliki sikap yang superioritas dengan menganggap bahwa
mereka lebih baik, lebih tinggi dan beradab, dan lebih cendekia dibandingkan dengan orang kulit
non putih. Dengan sikap yang superior tersebut, bahkan mereka menganggap orang Timur tidak
mampu memerintah negaranya sendiri. Ada sebagian kalangan yang menegaskan bahwa latar
belakang orientalisme mencakup dua hal, yaitu ekonomi dan politik. Ekonomi ini bermaksud pada
sejumlah negara Barat untuk mengekspansi ke Timur guna memenuhi kebutuhan sumber alam.
Sedangkan politik bermaksud bahwa negara-negara Barat berambisi menguasai negara-negara
Timur termasuk dunia Islam yang dapat dilihat hingga abad sekarang ini.

Adapun pembahasan tentang tribalisme politik yang dikemukakan oleh Amy Chua pada
bukunya yang berjudul Political Tribes, memiliki hubungan dengan Indonesia. Buku tersebut
terbit berdasarkan maraknya politik identitas di seluruh dunia. Diseluruh dunia, ketegangan antara
tribal politik kerap bergolak menjadi pertentangan kekuasaan. Tribal-tribal atau suku-suku tersebut
berbeda karena agama atau suku. Hal tersebut terbukti bahwa dalam tribalisme selalu ada
persaingan antara kelompok-kelompok manusia yang menunjukkan bahwa suatu kelompok akan
memberi tanggapan yang sangat berbeda secara tidak sadar hanya dengan melihat wajah dari ras
atau budaya lain, yang dimana hal ini juga masuk kepada suatu yang disebut dengan politik
identitas.
Proses demokrasi di Indonesia merupakan proses demokrasi yang tidak terlepas dari
orientasi identitas agama dan etnis. Identitas etnis dan agama adalah dua hal yang menjadi suatu
yang sangat berpengaruh dengan politik kesukuan. Hal ini dapat dilihat pada keikutsertaan partai-
partai politik yang mengikuti pemilu atau pilkada sebelumnya. Proses demokrasi seringkali tidak
bisa terlepas dari berbagai ragam identitas agama dan etnis yang dijadikan alat politik. Menurut
Lukmantoro, secara teoritis politik identitas adalah kegiatan politis yang mengedepankan
kepentingan suatu kelompok atau anggota-anggota yang memiliki kesamaan identitas atau
karakteristik, yakni ras, etnisitas, gender, atau keagamaan. Political tribes ini muncul atas
kesadaran individu untuk menafsirkan identitas unik dalam bentuk relasi dalam identitas leluhur
terkait etnis dan agama. Namun dalam perjalanannya, political tribes ini dibujuk oleh kelompok
mayoritas untuk meraih dominasi kekuasaan.
Contoh yang sangat terlihat yang terjadi di Indonesia adalah banyaknya keterlibatan etnis
Tionghoa pada kegiatan perpolitikan yang semakin berkembang. Terlebih sekarang ini di era
presiden Jokowi, identitas Tionghoa sangat mendominasi di berbagai wilayah Indonesia. Salah
satu hal yang dapat dijadikan contoh adalah diangkatnya Ahok menjadi gubernur DKI yang
menggantikan Jokowi. Bahkan contoh lainnya dapat kita lihat di pemerintahan Indonesia sekarang.
Ironinya hal ini termasuk pertarungan kedua tribal yang sangat pecah pada Pilkada atau Pilpres
antara orang yang beridentitas Tionghoa dan asli Indonesia.
Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terkait orientalisme,
masyarakat dunia semakin belajar dan mengambil pelajaran untuk lebih hidup harmonis tanpa
memandang diri atau rasnya lebih baik dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Hal inilah inti
terpenting dari buku karya Edward Said yaitu Orientalism: Western Conception of The Orient.
Dengan kefasihannya dalam menguasai retorika Barat, Edward Said mampu menyajikan buku
yang sangat penting bagi Eropa kepada Timur yang selama berabad-abad dari sudut pandang Eropa
yang memiliki kekeliruan terhadap Timur yang membuat Timur menggunakan hingga celaka
dalam menilai dirinya sendiri. Dengan demikian, orientalisme bukan semata-mata suatu bahasan
politis yang dicerminkan secara pasif oleh kebudayaan, kesarjanaan, atau suatu intuisi. Terlebih
orientalisme bukan pula suatu representasi dan pengungkapan imperialism Barat untuk
menjatuhkan dunia Timur. Tetapi, orientalisme merupakan kajian yang menyebarkan kesadaran
geopolitis kedalam ilmu, ekonomi, sosiologi, sejarah, dan filologi. Selain itu, terkait tribalisme
politik yang terjadi di dunia maupun di Indonesia menurut Amy Chua, tribalisme adalah suatu
insting manusia yang paling kuat dan paling tua. Tribalisme memfokus pada kesamaan suku,
agama, ras, keyakinan politik, kepentingan bersama, dan lain sebagainya. Tribalisme dapat
mempengaruhi cara pandang suatu anggota kelompoknya atau suatu anggota sukunya tentang
dunia di sekitar mereka. Mereka melakukan sengketa terhadap suku lain untuk meraih
dominasinya. Persengketaan tersebut tidak akan selesai dan tidak akan direlakan apabila kelompok
minoritas yang mendapatkan atau mendominasi tujuannya.

REFERENSI
https://publika.rmol.id/read/2019/12/11/413154/politik-tribal.
https://www.kompasiana.com/meitasari/551163dd8133116547bc5f9a/orientalisme.
Nasrudin, Juhana. 2018. Politik Identitas dan Representasi Politik. Jurnal Studi Agama-Agama.
Vol.1 Nomor 1 Tahun 2018. Hlm 34-47. Diakses dari
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/hanifiya/article/download/4260/2498.
Said, Edward W. 2003. Orientalism: Western Conception of The Orient.

Anda mungkin juga menyukai