Land Management, Land Administration System & Cadastre
A. Land Management Land management atau manajemen lahan adalah suatu proses pengelolaan, penggunaan serta pengembangan sumberdaya lahan dari perspektif lingkungan maupun ekonomi, menuju pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan lahan adalah proses dimana sumber daya lahan dimanfaatkan dengan baik Pengelolaan lahan yang berkelanjutan adalah pengelolaan lahan tanpa merusak proses ekologi atau mengurangi keanekaragaman hayati seperti keanekaragaman spesies, populasi, habitat dan ekosistem. Lahan sering dikelola untuk berbagai manfaat untuk mendukung kehidupan manusia. Untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang, pengelolaan lahan perlu mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial dan lingkungan yang tergambar dalam suatu paradigma pengelolaan lahan. Paradigma pengelolaan lahan bersifat kompleks dan sangat interdisipliner. Lahan dan properti harus dilihat sebagai aset dan sumber daya alam yang langka. Pengelolaan tanah dan properti yang tepat sangat penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal itu didasari dari konteks suatu negara dalam membuat struktur pengelolaan lahan. Struktur dalam pengelolaan lahan tiap negara sangat berbeda-beda. Kegiatan pengelolaan lahan dapat digambarkan oleh tiga komponen dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yaitu : 1. Land policy framework (kerangka kebijakan pertanahan) Kerangka kebijakan pertanahan adalah bagian dari kebijakan nasional untuk, mempromosikan tujuan seperti memajukan pembangunan ekonomi, keadilan sosial, pemerataan dan stabilitas politik yang berkaitan dengan keamanan kepemilikan, perpajakan properti riil, kontrol penggunaan lahan, pengelolaan lingkungan, dll. 2. Land information infrastructure (infrastruktur informasi pertanahan) Infrastruktur informasi pertanahan adalah rangkaian informasi fungsi administrasi pertanahan yang menjamin pengelolaan hak, pembatasan dan tanggung jawab yang tepat. Infrastruktur informasi pertanahan ini berupa data kadaster dan topografi serta infrastruktur data spasial (berbagi data, pemulihan biaya, akses ke data, model dan standar data). 3. Land administration function (fungsi administrasi pertanahan) Fungsi administrasi pertanahan ini didasarkan pada kebijakan pertanaha dan difasilitasi oleh prasarana informasi pertanahan yang memberikan informasi yang lengkap dan terkini tentang lingkungan binaan dan alam. Dalamn kata lain, fungsi administrasi pertanahan ini menggabungkan kebijakan pertanahan dan informasi pertanahan sehingga menjadi satu kesatuan fungsi pertanahan demi terciptanya pembangunan berkelanjutan. B. Land Administration System Land administration system atau sistem administrasi pertanahan adalah proses penentuan, pencatatan, dan penyebaran informasi tentang penguasaan, nilai, dan penggunaan tanah ketika menerapkan kebijakan pengelolaan tanah. Administrasi pertanahan, baik formal maupun informal, terdiri dari berbagai sistem dan proses untuk mengelola hak atas tanah, regulasi penggunaan lahan serta penilaian tanah dan perpajakan. Administrasi pertanahan dilaksanakan melalui serangkaian prosedur untuk mengelola informasi tentang hak dan perlindungannya. Administrasi pertanahan membutuhkan aktor untuk melaksanakan prosedur. Dalam pengaturan adat, pemimpin adat memainkan peran utama dalam administrasi tanah, misalnya dalam mengalokasikan hak dan menyelesaikan sengketa. Sedangkan dalam pengaturan yang lebih formal, lembaga administrasi pertanahan dapat mencakup pendaftaran tanah, survei tanah, perencanaan kota dan pedesaan, dan penilaian tanah dan perpajakan, serta sistem pengadilan. Sistem Administrasi Pertanahan berkaitan dengan empat fungsi administrasi pertanahan yaitu:
1. Land tenure (kepemilikan tanah)
Land tenure atau kepemilikan tanah bearasal dari kata kerja Prancis "tenir" yang berarti "memegang” sehingga kepemilikan tanah adalah nama yang diberikan dalam sistem hukum umum dimana tanah dimiliki oleh seorang individu, yang dikatakan "memegang" tanah. Kepemilikan lahan merupakan bagian penting dari struktur sosial, politik dan ekonomi. Ini multi-dimensi, membawa ke dalam bermain aspek sosial, teknis, ekonomi, kelembagaan, hukum dan politik yang sering diabaikan tetapi harus diperhitungkan. Aturan tenurial lahan dapat didefinisikan dengan baik dan dapat ditegakkan di pengadilan formal atau melalui struktur adat dalam suatu komunitas. Aturan tenurial menentukan bagaimana hak milik atas tanah akan dialokasikan dalam masyarakat nantinya. Secara sederhana, sistem kepemilikan lahan menentukan siapa yang dapat menggunakan sumber daya apa untuk jangka waktu berapa lama serta kondusi yang seperti apa. Ada berbagai macam mode kepemilikan dan penguasaan tanah yaitu penguasaan tanah tradisional dan kepemilikan tanah feodal. 2. Land value (nilai tanah) Land value atau nilai tanah adalah penilaian nilai tanah dan properti; pengumpulan pendapatan melalui perpajakan; dan pengelolaan dan penyelesaian sengketa penilaian tanah dan perpajakan. Unsur-unsur yang membentuk nilai tanah adalah Utilitas atau kegunaan, kelangkaan dan keinginan. Faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu berupa atribut fisik tanah, kekuatan hukum atau pemerintah, faktor sosial, dan kekuatan ekonomi. Terdapat beberapa prinsip-prinsip Penilaian Tanah, yaitu : a) Utilitas, kelangkaan, dan keinginan b) Batasan kepemilikan dan penggunaan lahan c) Faktor-faktor yang berkontribusi pada nilai tanah d) Penggunaan tanah tertinggi dan terbaik Terdapat pula tata cara penilaian lahan, yaitu : a) Mendefinisikan tugas b) Menentukan data yang dibutuhkan dan sumbernya c) Mengumpulkan dan merekam data d) Memverifikasi data e) Menganalisis dan menafsirkan data f) Memperkirakan nilai pasar g) Pemeriksaan & analisis publik nilai pasar tanah h) Pembaruan penilaian secara berkala
3. Land use (penggunaan tanah)
Land use atau penggunaan tanah disini bemaksud penggunaan lahan oleh manusia. Penggunaan lahan adalah deskripsi tentang bagaimana orang memanfaatkan lahan. Penggunaan lahan ini melibatkan pengelolaan dan modifikasi lingkungan alam atau hutan belantara menjadi lingkungan binaan seperti ladang, padang rumput, dan pemukiman. Penggunaan lahan juga telah didefinisikan sebagai "pengaturan, kegiatan dan masukan yang dilakukan orang dalam jenis tutupan lahan tertentu untuk memproduksi, mengubah atau memeliharanya" (FAO, 1997a; FAO/UNEP, 1999). Penggunaan lahan dan praktik pengelolaan lahan memiliki dampak besar pada sumber daya alam termasuk air, tanah, nutrisi, tanaman dan hewan. Informasi penggunaan lahan dapat digunakan untuk mengembangkan solusi untuk masalah pengelolaan sumber daya alam seperti salinitas dan kualitas air. Perencanaan penggunaan lahan adalah istilah yang digunakan untuk cabang kebijakan publik yang mencakup berbagai disiplin ilmu yang berusaha untuk mengatur dan mengatur penggunaan tanah dengan cara yang efisien dan etis, sehingga mencegah konflik penggunaan lahan. Untuk itu harus diperhatikan 3 hal sebagai berikut, yaitu : a) Kontrol tata guna lahan melalui adopsi kebijakan tataruang dan regulasi guna lahan tingkat nasional, regional, dan lokal b) Penguatan regulasi tata guna lahan c) Pengelolaan dan “adjudication” konflik tata guna lahan.
4. Land development (pengembangan tanah).
Land development atau pengembangan tanah yaitu pengembangan lahan yang mengacu pada pengubahan lanskap dalam beberapa cara seperti perubahan bentuk-lahan dari kondisi alam atau semi-alamiahnya untuk tujuan epertanian atau perumahan. Pengembangan lahan ini erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur baru, Implementasi rencana konstruksi, dan perubahan (konversi) guna-lahan melalui ijin perencanaan dan ijin penjaminan. C. Cadastre Cadastre atau kadaster menurut International Federation of Surveyors (FIG 1995) mendefinisikan kadaster sebagai “sistem informasi pertanahan berbasis persil dan terkini yang berisi catatan kepentingan atas tanah (misalnya hak, pembatasan dan tanggung jawab). Ini biasanya mencakup deskripsi geometris bidang tanah yang terkait dengan catatan lain yang menggambarkan sifat kepentingan, kepemilikan atau kendali kepentingan tersebut, dan seringkali nilai bidang dan peningkatannya. Secara singkat kadaster adalah tentang identifikasi bidang tanah untuk tujuan mengamankan hak atas tanah, menilai nilai tanah/pajak, dan mengendalikan penggunaan tanah. Identifikasi bidang tanah dalam sistem kadaster menyediakan infrastruktur dasar untuk menjalankan sistem yang saling terkait, dimana memfasilitasi administrasi tiga bidang utama, yaitu dalam bidang kepemilikan tanah, nilai tanah, dan penggunaan tanah.