Anda di halaman 1dari 4

Gabriel Gusti Tegar Arief Mulyawan

3018210086 / Kelas D
Tugas 4
Kontrak Karya Freeport di Indoensia
Di Indonesia terkait kontraktual pedoman yang menjadi acuan sebagai negara yang
menganut sitem civil law dimana hukum tertulis yang diakui eksistensinya, dapat dilihat
dalam buku ke III Burgeijk Wetboek (BW) Indonesia yaitu pasal 1320 BW yang menentukan
terkait empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu : Kesepakatan, Kecakapan, suatu hal
tertentu dan adanya kausa yang diperbolehkan. Penjabaran terkait hukum kontrak di
Indonesia ini terdapat dalam Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH
Perdata. Sehingga setiap kontrak yang dibuat di Indonesia klausa yang menjadi komponen
harus mengacu pada ketentuan yang diatur secara baku dalam KUH Perdata. Diluar daripada
itu maka secara undang-undang perjanjian tersebut batal demi hukum jika kesepakatannya
tidak terkorelasi dengan syarat-syarat perjanjian sebagaimana Bab III mengatur.
Kontrak Karya merupakan jalan masuk bagi penanam modal asing ingin berinvestasi
dan melakukan kegiatan usaha pertambangan di Indonesia. Dimana pada saat Kontrak Karya I
tahun 1967 dan Kontrak Karya II Tahun 1991 berpedoman pada Undang-undang Nomor 11
Tahun 1967 sehingga setiap Kontrak Kerjasama di bidang Pertambangan Mineral dan
Batubara diwujudkan dalam bentuk Kontrak Karya yang berdasarkan pada Pasal 10 Ayat (1)
Undangundang Nomor 11 Tahun 1967.17 Kemudian bentuk Perjanjian Kerja Pengusahaan
Pertambangan (PKP2B) diatur berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996.
Kontrak yang dianut dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 disini, bukanlah kontrak
keperdataan pada umumnya namun merupakan “Kontrak Publik”. Menurut pendapat Prayudi
Atmosudirjo, bahwa kontrak publik ini merupakan perbuatan hukum publik (bestuurdad)
yang bersegi dua, di mana Pemerintah sebagai pejabat publik melakukan perjanjian dengan
pihak swasta untuk melakukan kegiatan tertentu, dengan tetap tunduk aturanaturan dalam
bidang publik yang juga dibuat oleh Pemerintah sebagai Pejabat Publik. Hal ini tentunya
sangat terkait sangat terkait dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 yang mengamanatkan konsep
penguasaan oleh negara terhadap sumeber daya alam di Indonesia. Tidak mungkin dapat
dihilangkan konsep negara sebagai pemegang hak penguasaan atas sumber daya alam,
didalam pembuatan kontrak tersebut. Kedua undang-undang tersebut menjadi dasar hukum
yang mengawali eksistensi Kontrak Karya di Indonesia. Pada tanggal 12 Januari 2009,
UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara disahkan
dan diundangkan untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967.
Keberadaan undang-undang tersebut membawa dampak terjadinya perubahan yang
signifikan bagi dunia pertambangan mineral dan batubara (pertambangan minerba) di
Indonesia. Penghapusan Kontrak Karya menjadi salah satu perubahan yang dominan dalam
pengaturan undang-undang baru tersebut. Dalam pengaturan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009, pintu masuk bagi penanam modal asing dalam pertambangan minerba tidak lagi
melalui Kontrak Karya, melainkan melalui perizinan. Dengan menggunakan mekanisme
perizinan, kedudukan Pemerintah menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan penanam
modal asing. Harapannya, Pemerintah akan lebih mampu mengupayakan terwujudnya
pengaturan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah menyadari bahwa perubahan rezim Kontrak Karya menjadi rezim perizinan
membutuhkan masa penyesuaian, maka Pasal 169 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
mengatur:
“Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a) Kontrak Karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara
yang telah ada sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diberlakukan
sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian.
b) Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya
pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada huruf a
disesuaikan selambatlambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.
c) Pengecualian terhadap penerimaan negara sebagaimana dimaksud pada huruf
b adalah upaya peningkatan penerimaan negara.”
Kedudukan Hukum Kontrak Karya (KK) PT. Freeport Indonesia pasca berlakunya
UU No 4 Tahun 2009, terkait keharusan beralih ke Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Freeport McMoran adalah salah satu perusahaan tambang internasional terbesar didunia yang
berasal dari Phoenik Arizona Amerika Serikat yang melakukan Kontrak Karya dengan negara
Indonesia, dan kemudian berbadan hukum Indonesia dan bernama PT Freeport Indonesia.
Pada saat kontrak karya dilakukan Bob Duke menjadi ahli hukum PT Freeport Indonesia
untuk menyiapkan kontrak yang dikenal dengan kontrak karya. Namun pada kenyataanya
kontrak karya yang dilakukan tidak memberikan posisi yang baik bagi Indonesia.
Kontrak Karya yang dilakukan yang dilakukan pada dasarnya adalah kontrak
konsensi yang sebagian besar sahamnya dikuasai oleh perusahaan Freeport McMoran dan
dengan dilandasi dengan klausul yang disebut stabilization clauses, artinya bahwa
pertambangan/consesions agreement yang sudah ditandatangani hari ini oleh pihak Freeport
McMoran dan pemerintah Indonesia berdasarkan hukum positif yang berlaku hari ini dan
tidak boleh dirubah seenaknya oleh para pihak dalam perjanjian, dan merubahnya harus
melewati proses negosiasi. Stabilisation clauses tersebut pada perkembanganya menyebabkan
berbagai persoalan, karena hukum di Indonesia terus berkembang dan bunyi kesepakatan
dalam kontrak karya sudah tidak sesuai lagi dengan aturan perundang undangan di Indonesia
dan konsep pengelolaan pertambangan untuk kemakmuran rakyat. Padahal pada prinsipnya
penanaman modal asing menurut Rosyidah Rakhmawati, tidak boleh mengakibatkan
ketergantungan yang terusmenerus serta tidak merugikan kepentingan nasional. Selain itu
juga perlu adanya peningkatan kemandirian dalam pelaksananaan pembangunan dan
mencegah keterikatan serta campur tangan asing.
Dalam UU Minerba yang telah di sahkan pada tahun 2009 bahwa sebelumnya
menganut sistem Kontrak Karya sebagai bentuk hukum perjanjian, dengan UU yang baru ini
berubah ke sistem perizinan. Oleh sebab itu maka pemerintah tidak lagi berada dalam posisi
yang sejajar dengan pelaku usaha, dan menjadi pihak yang memberi izin kepada pelaku usaha
di industri pertambangan mineral dan batubara. Namun ternyata dalam UU Minerba tersebut
tidak menghapuskan konsep kontrak karya/perjanjian karya, padahal sudah sangat jelas
bahwa konsep kontrak karya sama sekali tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
Seiring berkembangnya dunia pertambangan di Indonesia kemudian DPR RI merubah
UU No.11 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan dan menggantinya dengan
UU No 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, perubahan yang paling
mendasar adalah perubahan rezim kontrak menjadi rezim perizinan. Namun sepertinya
pemerintah tidak menghapuskan secara total mengenai ketentuan aturan kontrak yang telah
ada sebelumnya, hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 169 a UU Minerba bahwa dalam UU
tersebut secara jelas masih mengakui adanya kontrak karya yang menyebutkan bahwa:
“Kontrak Karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah ada
sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya
kontrak/perjanjian”. Ketentuan tersebut tentu menimbulkan ketidakjelasan posisi pemerintah
dalam hal pengelolaan pertambangan. Walaupun dalam hal ini pemerintah kedudukanya lebih
tinggi sebagai governmnent bukan sebagai pelaku business namun pengakuan terhadap
adanya Kontrak Karya merupakan ketidaktegasan pemerintah dalam perubahan rezim
perizinan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia.
Pada tahun 2017 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai
Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.
Pasal 17 Permen ESDM No. 5 Tahun 2017 menyebutkan, pemegang Kontrak Karya dapat
melakukan penjualan hasil pengolahan ke luar negeri dalam jumlah tertentu paling lama lima
tahun dengan ketentuan melakukan perubahan bentuk pengusahaan pertambangannya
menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi dan membayar bea keluar serta
memenuhi batasan minimum pengolahan. Disini menunjukkan bahwa jika PT Freeport
Indonesia ingin melakukan penjualan hasil pengolahan ke luar negeri maka harus mengajukan
perubahan status dari kontrak karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus. Berdasarkan
siaran pers Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 00115.Prs/04/SJI/2017,
tanggal 29 Agustus 2017 tentang Kesepakatan Final Perundingan Antara Pemerintah dan PT
Freeport Indonesia dihasilkan halhal sebagai berikut:
a) Landasan hukum yang mengatur hubungan antara Pemerintah dan PT Freeport
Indonesia akan berupa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), bukan berupa
Kontrak Karya (KK).
b) Divestasi saham PT Freeport Indonesia sebesar 51% untuk kepemilikan Nasional
Indonesia. Hal-hal teknis terkait tahapan divestasi dan waktu pelaksanaan akan
dibahas oleh tim dari Pemerintah dan PT Freeport Indonesia.
c) PT Freeport Indonesia membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau
smelter selama 5 tahun, atau selambatlambatnya sudah harus selesai pada 2022,
kecuali terdapat kondisi force majeur.
d) Stabilitas Penerimaan Negara. Penerimaan negara secara agregat lebih besar
dibanding penerimaan melalui Kontrak Karya selama ini, yang didukung dengan
jaminan fiskal dan hukum yang terdokumentasi untuk PT Freeport Indonesia.
e) Setelah PT Freeport Indonesia menyepakati 4 poin di atas, sebagaimana diatur
dalam IUPK maka PT Freeport Indonesia akan mendapatkan perpanjangan masa
operasi maksimal 2x10 tahun hingga tahun 2041.
Perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia (FI) telah
memasuki babak klimaksnya. Semenjak diberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) No. 1/2017
tentang Perubahan Keempat PP No. 23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara dan aturan turunannya, menunjukan Indonesia yang
semakin berdaulat diatas negeri sendiri. Kedudukan Undang-Undang No 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara juga semakin tercermin di PP ini.
Melihat perkembangan dan sejarah, polemik pengelolaan wilayah tambang Timika
oleh PTFI telah berlangsung cukup lama. Pada tahun 2014, Pemerintah mengeluarkan PP No.
77/2014 yang merupakan perubahan ke 3 dari PP No. 23/2010. Dalam peraturan ini, Freeport
wajib melakukan divestasi minimal 30%, membayar bea keluar dan wajib membangun
fasilitas pemurnian/smelter. Pada faktanya, Freeport belum juga menyelesaikan fasilitas
pemurnian sesuai kapasitas tertentu sebagaimana mestinya hingga tahun 2017. Hingga kini,
baru 9,36% saham PTFI yang dikuasai pemerintah Indonesia. Namun dengan diterbitkannya
PP No 1/2017, Pemerintah mewajibkan divestasi sebesar 51% atau lebih besar dari minimal
30% sebagaimana diamanatkan PP No. 77/2014, setelah 50 tahun lebih perusahaan raksasa
tersebut mengeruk kekayaan tambang Pulau Papua, Indonesia. Status Freeport yang semula
berupa Kontrak Karya (KK) dan memiliki kedudukan sama dengan pemerintah pun kini telah
berubah menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dimana negara sebagai pemberi
izin memiliki posisi lebih tinggi terhadap perusahaan pemegang izin. "Landasan hukum yang
mengatur hubungan antara Pemerintah dan Freeport akan berupa IUPK, bukan berupa KK.
Ke depan tidak ada lagi KK, tapi IUPK. Ada stabilitas penerimaan negara yang besarannya
akan lebih baik dari pada KK", berdasarkan ungkapan dari Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral, Ignasius Jonan. Selain hal diatas, dengan adanya jaminan fiskal dan hukum,
penerimaan negara yang diterima akan lebih besar bila dibandingkan dengan KK. Ini
membuktikan bahwa penyelesaian perundingan secara baik bersama PT Freeport menunjukan
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah pemerintah untuk menjaga kedaulatan sumber
daya mineral Indonesia. PT Freeport Indonesia telah mendapatkan Izin Usaha Pertambangan
Khusus (IUPK) yang berlaku selama 8 bulan, yang mulai berlaku tanggal 10 Februari 2017
sampai dengan 10 Oktober 2017. Dengan IUPK yang sifatnya sementara itu, Freeport bisa
mengekspor konsentrat lagi sampai 10 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai