Peleburan (fusi) dari organisasi pemuda itu ternyata semakin lama semakin
diperlukan karena kaum pemuda sangat merasakan bahwa bentuk
organisasi masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun,
Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond, Studerence Minahasa, dan
pemuda kaum Theosofi. Haal ini jelas tampak adanya perbedaan pada
waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1. Dalam pembicaraan ternyata
kepentingan daerah masih sangat menonjol. Masalah bahasa juga
menunjukkan masalah yang tak mudah mendapatkan kesepakatan dalam
kongres tersebut. Di samping itu juga masih tampak sifat mementigkan
daerah misalnya tentang adat yang ada di daerah masing – masing. Untuk
membentuk cita – cita bersama seperti rasa persatuan dan kesatuan
bangsa, maka hal – hal tersebut sangat menghambat. Untuk itulah, maka
para peseta merasa tidak puas dan ingin melanjutkan Kongres Pemuda
yang berikutnya.
Sebenarnya dalam Kongres Pemuda I tersebut, para peserta dan
pemimpin Kongres telah menunjukkan usaha yang keras untuk mencapai
suatu cita – cita persatuan. Namun, mengingat baru pertama kali Kongres
Pemuda dilaksanakan, maka untuk mencapai cita – cita yang dikehendaki
masih mengalami kesulitan. Fanatisme terhadap adat masih sangat kuat
dan berpengaruh besar terhadap semua pembicaraan. Pemimpin Kongres
Moh. Tabrani pandai menjaga jangan sampai terjadi perpecahan, karena
setiap pembicaraan yang menjurus kearah perbedaan adat dan
pandangan, segera diambil jalan tengah untuk dinetralisasi.
Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda I itu, antara lain ialah
sebagai berikut :
a. Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia (walaupun dalam
hal ini masih tampak samar – samar)
b. Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot,
dan lain – lain.
Jadi, para peserta memang menyadari bahwa pada saat itu masih sulit
untuk membentuk kebulatan tekad dalam perjuangan mencapai cita – cita
Nasional. Selain itu, belum banyak para anggota Perhimpunan Indonesia
yang kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota Perhimpunan
Indonesia yang mengikuti Kongres pemuda I tersebut. Oleh karena itu,
cita-cita untuk mencapai persatuan memang belum kuat.
2. Kongres Pemuda II
Ide penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan
Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang
beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres Pemuda II
berlangsung pada 27-28 Oktober dalam tiga tahap rapat. Rapat pertama
berlangsung di gedung Katholieke Jongelingen Bond di Waterlooplein
(sekarang Lapangan Banteng), lalu dipindahkan ke Oost Java Bioscoop di
Konigsplein Noord (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara), dan kemudian
Gedung Kramat 106 baru dipakai untuk rapat ketiga sekaligus penutupan
rapat.
Kalau pada bulan April 1926 telah berlangsung Kongres Pemuda I yang
bias dikatakan belum berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka
dalam Kongres Pemuda II benar – benar dapat memenuhi harapan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Namun kongres Pemuda I tidak dapat dikatakan
gagal total karena telah berhasil meletakkan dasar – dasar perstuan.
Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi menjadi tiga
pertemuan. Pertemuan pertama, Sabtu, 27 Oktober, 1928, di laksanakan di
Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (GOC), Waterlooplein sekarang
Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Ketua GN Sugondo Djojopuspito
berharap konferensi ini akan memperkuat semangat persatuan di benak
pemuda. Acara dilanjutkan dengan penjelasan tentang makna dan
Moehammad Yamin hubungan persatuan dengan pemuda. Menurut dia,
ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, sejarah,
bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Siti Sundari, salah satu pembicara dalam kongres pemuda II itu, masih
mempergunakan bahasa Belanda. Hanya saja, dua bulan kemudian,
sebagaimana ditulis Dr Keith Foulcher, pengajar jurusan Indonesia di
Universitas Sydney, Australia, Siti Sundari mulai menggunakan bahasa
Indonesia.
Akan tetapi, apa yang diperkirakan oleh Van Der Plass sangatlah
meleset. Sejarah telah membuktikan bahwa kongres itu telah menjadi "api"
yang mencetuskan persatuan nasional bangsa Indonesia untuk melawan
kolonialisme.
Pada mulanya keras suara dari beberapa pihak, supaya bahasa persatuan
hendaknya satu bahasa yang telah matang,yang dimaksud adalah bahasa
Jawa. Dikatakan bahwa bahasa Jawa telah memiliki jumlah kata dan
pengertian yang besar tetapi sebaliknya penantang-penantang
mengatakan bahwa bahasa Jawa bukan bahsa demokratis tetapi bahasa
feudal.Sedangkan rakyat Indonesia akan dibina menjadi masyarakat yang
demokratis.Karena hal ini, Mohammad Yamin kemudian meminta pendapat
dari seorang pakar bahasa Jawa. Beliau berpendapat bahwa bahasa
Melayu yang harus di pakai sebagai bahasa persatuan,karena bahasa
Melayu memiliki banyak kemungkinan untuk berkembang dengan baik
seperti bahasa Inggris. Maka diterimalah bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan.
Sumpah Pemuda
Bagi bangsa Indonesia Sumpah Pemuda memiliki nilai yang tinggi yakni
sebagai penegas pentingnya persatuan dalam upaya mencapai
kemerdekaan. Keputusan Kongres Pemuda II yang kemudian dikenal
dengan istilah Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah
yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti kita telah ketahui, butir
penting Sumpah Pemuda berisi tentang penegasan satu tanah air, satu
bangsa, dan satu bahasa, yakni Indonesia. Tiga hal ini merupakan faktor
penting bagi negara kita.
Perlu disadari bahwa Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal
yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Para pemuda telah
menyadari bahwa dalam bangsa yang beraneka ragam tidak akan bisa
membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri. Ini artinya
Sumpah Pemuda mengadung semangat persatuan dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika. Semangat dan tekad persatuan itu akhirnya menjadi
kenyataan setelah tanggal 31 Desember 1930 dalam Konferensi Pemuda
di Solo terbentuk “Indonesia Moeda”. Hal tersebut memberikan bukti
bahwa para pemuda kita lebih mengutamakan persatuan dan kepentingan
bangsa daripada kepentingan pribadi, golongan, maupun kedaerahan.
Dengan demikian, kehadiran Indonesia Moeda merupakan pelopor dalam
upaya secara nyata untuk mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa. Puncaknya dari hasil semangat persatuan akhirnya dapat
diwujudkan saat bangsa Indonesia meraih kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945.
Selain itu, saat ini nilai dan semangat Sumpah Pemuda khususnya bagi
pelajar juga harus mampu menanamkan sikap kemandirian untuk tidak
tergantung pada situasi dan kondisi yang ada atau menunggu perhatian
dari orang lain. Sehingga generasi muda yang akan datang akan selalu
siap menghadapi segala perubahan dengan kreatifitas serta inovatif dalam
memanfaatkan apa yang tersedia dengan maksimal untuk hasil yang
optimal