Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Hermawati dan Sastrawan dengan judul penelitian Analisis Implementasi

Kebijakan Program Penanggulangan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Lombok

Utara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian

ini adalah untuk pelaksanaan implementasi program penanggulangan stunting

terintegrasi untuk intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sentisif telah

dijalankan oleh pihak-pihak terkait, namun dampak yang diberikan kepada

masyarakat untuk penurunan prevalensi stunting atas program yang dijalankan

tidak begitu signifikan dalam memberikan dampak.Masih banyaknya hambatan

dalam pelaksanaan program kegiatan sehingga program yang telah direncanakan

tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya. Salah satu faktornya yaitu lemahnya

SDM yang masih kurang pada setiap OPD, lalu anggaran yang belum bisa

dimobilisasi secara efektif dan efisien sehingga perencanaan program kebijakan

penanggulangan stunting masih terhambat.

Penelitian relevan selanjutnya, dilakukan oleh Fitriani Pramita Gurning,

Rahmia Yunita Sari S, Rizky Widya Astuti, Ummu Balwis Munafarida Sinambela

dengan judul Implementasi Program Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di

Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2020. Penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian

9
10

ini adalah dari sisi kekuatan, bahwa ketersediaan sarana pelayanan seperti

puskesmas dapat dikatakan sudah ada dan tersebar di Kota Medan. Lalu pada segi

tenaga pengelola program juga sudah dapat dikatan baik karena sudah dilakukan

pemberian Pendidikan dan pelatihan. Dari sisi kelemahan yaitu adanya keterbatasan

petugas dalam pemantauan dan keterbatasan waktu serta focus Dinas Kesehatan

yang beralih pada penanggulangan wabah Covid-19. Dari sesi peluang, sudah ada

Undang-Undang Kesehatan dan Peraturan Menteri Keuangan yang menyokong

pelaksanaan program stunting. Dari sisi ancaman yaitu masyarakat yang masih

rendah akan tingkat kependuliannya terhadap program stunting, keadaan sanitasi

yang masih kurang dan keadaan pandemic Covid-19 yang sedang melanda

berpengaruh pada pandemic Covid-19 yang sedang melanda berpengaruh pada

penghasilan masyarakat sehingga memiliki keterbatasan dalam pemenuhan gizi

anak. Implementasi program pencegahan dan penanggulangan stunting yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2020, sudah dilakukan tetapi

masih belum optimal yang mana dibuktikan dengan target pencapaian atas program

stunting nasional yang tidak tercapai oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Itu semua

terjadi karena pandemic Covid-19 yang sedang terjadi membuat fokus Dinas

Kesehatan beralih.

Penelitian relevan lainnya, penelitian yang dilakukan oleh Adriana Rodino

Fallo, dengan judul Implementasi Kebijakan Pencegahan Stunting oleh Dinas

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Timor Tengah Selatan

di Kecamatan KIE. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah Implementasi kebijakan


11

pencegahan stunting oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Kab Kabupaten Timor Tengah Selatan di Kecamatan KIE masih adanya

permasalahan dalam implementasinya dilihat dari aspek komunikasi, dimana dinas

terkait telah melakukan sosialisasi stunting kepada masyarakat serta dampak

stunting bagi anak, tetapi masyarakat menganggap bahwa stunting terjadi akibat

dari faktor keturunan bukan kekuarangan gizi. Implementasi kebijakan pencegahan

stunting oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kab

Kabupaten Timor Tengah Selatan di Kecamatan KIE masih adanya permasalahan

dalam implementasinya dilihat dari aspek komunikasi, dimana dinas terkait telah

melakukan sosialisasi stunting kepada masyarakat serta dampak stunting bagi anak,

tetapi masyarkakt menganggap bahwa stunting terjadi akibat dari faktor keturunan

bukan kekuarangan gizi. Dilihat dari teori Edward III, dari segi sumber daya,

implementasi kebijakan ini memiliki sumber daya yang cukup, namun masih

kekurangan SDM dari sisi kauntitas dan kualitas untuk melakukan penyuluhan

pengawasan pengendalian kasusu stunting di Kecamatan Kie. Dari segi disposisi,

para pelaksana kebijakan memiliki karakterisitik keberhasilan akan implementasi

kebijakan pencegahan stunting walaupun masih ada ditemui beberapa penyuluh

yang acuh dalam mengimplementasikan kebijakan. Dari segi sturktur birokrasi

implementasi kebijakan tersebut telah dinilai cukup kuat namun masih harus ada

pembenahan dari sisi regulasi untuk lebih tegas dalam menangani permasalahan

stunting serta menghilangkan ego sectoral antar SKPD yang bertanggung jawab

dalam pencegahan permasalahan stunting.


12

Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang Hasil Penelitian
Digunakan
Hermawati dan Analisis Implementasi Menggunakan Untuk pelaksanaan implementasi
Sastrawan Kebijakan Program penelitian program penanggulangan stunting
Penanggulangan Stunting kualitatif terintegrasi untuk intervensi gizi
Terintegrasi di Kabupaten deskriptif spesifik dan intervensi gizi sentisif
Lombok Utara telah dijalankan oleh pihak-pihak
terkait, namun dampak yang diberikan
kepada masyarakat untuk penurunan
prevalensi stunting atas program yang
dijalankan tidak begitu signifikan
dalam memberikan dampak.Masih
banyaknya hambatan dalam
pelaksanaan program kegiatan
sehingga program yang telah
direncanakan tidak berjalan dengan
sebagaimana mestinya. Salah satu
faktornya yaitu lemahnya SDM yang
masih kurang pada setiap OPD, lalu
anggaran yang belum bisa
dimobilisasi secara efektif dan efisien
sehingga perencanaan program
kebijakan penanggulangan stunting
masih terhambat.

Fitriani Pramita Implementasi Program Penelitian Dari sisi kekuatan, bahwa


deskriptif dengan ketersediaan sarana pelayanan seperti
Gurning, Rahmia Pencegahan dan
pendekatan puskesmas dapat dikatakan sudah ada
Yunita Sari S, Penanggulangan Stunting di kualitatif dan dan tersebar di Kota Medan. Lalu pada
subjek penelitian segi tenaga pengelola program juga
Rizky Widya Wilayah Kerja Dinas
dipilih secara sudah dapat dikatan baik karena sudah
Astuti, Ummu Kesehatan Kota Medan purposive dilakukan pemberian Pendidikan dan
pelatihan. Dari sisi kelemahan yaitu
Balwis Munafarida Tahun 2020
adanya keterbatasan petugas dalam
Sinambela. pemantauan dan keterbatasan waktu
serta focus Dinas Kesehatan yang
beralih pada penanggulangan wabah
Covid-19. Dari sesi peluang, sudah
ada Undang-Undang Kesehatan dan
Peraturan Menteri Keuangan yang
menyokong pelaksanaan program
stunting. Dari sisi ancaman yaitu
masyarakat yang masih rendah akan
tingkat kependuliannya terhadap
program stunting, keadaan sanitasi
yang masih kurang dan keadaan
pandemic Covid-19 yang sedang
melanda berpengaruh pada
penghasilan masyarakat sehingga
memiliki keterbatasan dalam
13

pemenuhan gizi anak. Implementasi


program pencegahan dan
penanggulangan stunting yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Medan tahun 2020, sudah dilakukan
tetapi masih belum optimal yang mana
dibuktikan dengan target pencapaian
atas program stunting nasional yang
tidak tercapai oleh Dinas Kesehatan
Kota Medan. Itu semua terjadi karena
pandemic Covid-19 yang sedang
terjadi membuat fokus Dinas
Kesehatan beralih.

Adriana Rodino Implementasi Kebijakan Metode Implementasi kebijakan pencegahan


Fallo Pencegahan Stunting oleh penelitian stunting oleh Dinas Pengendalian
Dinas Pengendalian deskriptif dengan Penduduk dan Keluarga Berencana
Penduduk dan Keluarga pendekatan Kab Kabupaten Timor Tengah Selatan
Berencana Kabupaten kualitatif. di Kecamatan KIE masih adanya
Timor Tengah Selatan di permasalahan dalam implementasinya
Kecamatan KIE dilihat dari aspek komunikasi, dimana
dinas terkait telah melakukan
sosialisasi stunting kepada
masyarakat serta dampak stunting
bagi anak, tetapi masyarkakt
menganggap bahwa stunting terjadi
akibat dari faktor keturunan bukan
kekuarangan gizi. Dilihat dari teori
Edward III, dari segi sumber daya,
implementasi kebijakan ini memiliki
sumber daya yang cukup, namun
masih kekurangan SDM dari sisi
kauntitas dan kualitas untuk
melakukan penyuluhan pengawasan
pengendalian kasusu stunting di
Kecamatan Kie. Dari segi disposisi,
para pelaksana kebijakan memiliki
karakterisitik keberhasilan akan
implementasi kebijakan pencegahan
stunting walaupun masih ada ditemui
beberapa penyuluh yang acuh dalam
mengimplementasikan kebijakan.
Dari segi sturktur birokrasi
implementasi kebijakan tersebut telah
dinilai cukup kuat namun masih harus
ada pembenahan dari sisi regulasi
untuk lebih tegas dalam menangani
permasalahan stunting serta
menghilangkan ego sectoral antar
SKPD yang bertanggung jawab dalam
pencegahan permasalahan stunting.

Sumber: Hasil Olahan Peneliti Tahun 2021


14

2.2. Teori
Untuk dapat mencapai tujuan penelitian, maka peneliti megutip beberapa

teori yang relevan yang digunakan untuk dasar dalam melaksanakan penelitian.

2.2.1 Evaluasi Kebijakan

Sebuah kebijakan publik harus tetap diawasi dan salah satu mekanisme

pengawasan tersebut disebut evaluasi kebijakan. evaluasi diperlukan untuk melihat

kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan

untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan

publik. Evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas suatu “fenomena” di

dalamnya terkandung pertimbangan nilai (valuejudgment) tertentu. Menurut

Mustopadidjaja (Mustari et al., 2015), fenomena yang dimaskud adalah yang

berkaitan dengan tujuan, sasaran kebijakan, kelompok sasaran yang ingin

dipengaruhi, berbagai instrumen kebijakan yang digunakan, responsi dari

lingkuangan kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang terjadi dan sebagainya.

Evaluasi kebijakan adalah hal yang penting dalam kebijakan publik karena

merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat

membuahkan hasil yaitu dibandingkan antara hasil yang diperolah dengan tujuan

dan/atau target kebijakan publik yang ditentukan. Evaluasi kebijakan publik bukan

hanya melihat hasil (outcomes) atau dampak (impacts), tetapi juga untuk melihat

bagaimana proses pelaksanaan suatu kebijakan dilaksanakan. Menurut Weiss

(Mustari et al., 2015), unsur-unsur penting yang terkandung dalam evaluasi

kebijakan adalah :
15

a. Untuk mengukur dampak dengan bertumpu pada riset yang digunakan.

b. Dampat tersebut menekankan pada suatu hasil dari efisiensi, kejujuran,

moral yang melekat pada aturan-aturan atau standar.

c. Perbandingan antara dampak dengan tujuan, menekankan pada penggunaan

kriteria yang jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilakukan

dengan baik.

d. Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan selanjutnya dan

perbaikan kebijakan pada masa mendatang sebagai tujuan sosial.

2.2.2 Model Evaluasi Kebijakan Publik William N Dun

Menurut William N. Dunn (2018, h 332), evaluasi mempunyai fungsi utama

dalam analisis kebijakan, sebagai berikut:

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi

mengungkapkan sejauh mana tujuan tertentu dan tujuan lainnya telah

tercapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-

nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan

mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik

dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam

hubungan dengan masalah yang dituju. Dalam menanyakan kepantasan

tujuan dan sasaran, anlis dapat menguji alternatif sumber nilai (misalnya,
16

kelompok kepentingan dan pegawai negeri, kelompok-kelompok klien)

maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis,

ekonomi, legal, sosial, subtantif).

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat member

sumbanagan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh,

dengan menunjukan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan

ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi alternatif kebijakan

yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif

kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan

yang lain.

Di bawah ini adalah kriteria Evaluasi Kebijakan menurut Dunn, sebagai berikut:

Tipe Kriteria Pernyataan Ilustrasi

Efektivitas Apakah hasil yang Unit pelayanan


diinginkan telah dicapai ?

Efisiensi Seberapa banyak usaha yang Unit biaya manfaat bersih,


diperlukan untuk mencapai Ratio Cost Benefit
hasil yang diinginkan?

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian Biaya tetap efektivitas tetap


hasil yang diinginkan
memecahkan masalah?

Perataan/Ekuitas Apakah biaya manfaat Kriterua Pareto, Kriteria


didistribusi dengan merata Kaldor-Hicks
pada kelompok-kelompok
berbeda?

Responsivitas Apakah hasil kebijakan Konsisteni dengan suvey


memuaskan kebutuhan warga negara
preferensi
17

Ketepatan/Kelayakan Apakah hasil (tujuan) yang Program publik harus merata


diinginkan benar-benar dan efisien
berguna atau bernilai?

Selanjutnya Dunn membagi evaluasi kebijakan menjadi tiga berdasarkan

waktu evaluasi, yaitu “sebelum dilaksanakan”, “pada waktu dilaksanakan” dan

“sesudah dilaksanakan”. Evaluasi pada waktu pelaksanaan umumnya disebut

sebagai evaluasi proses, sementara evaluasi setelah kebijakan diimplementasikan

disebut sebagai evaluasi konsekuensi kebijakan atau evaluasi dampak pengaruh

kebijakan atau disebut juga evaluasi sumatif. Dunn membagi tiga pendekatan

evaluasi implementasi kebijakan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal dan evaluasi

keputusan teoritis. Berikut pendekatan evaluasi kebijakan yang dikemukakan oleh

Dunn:

a. Evaluasi Semu

Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil kebijakan, tanpa

berusaha mempertanyakan nilai atau nilai hasil ini kepada orang, kelompok, atau

masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa

ukuran nilai atau nilai jelas dengan sendirinya atau tidak kontroversial. Dalam

evaluasi semu, analis biasanya menggunakan berbagai metode (desain eksperimen

semu, kuesioner, pengambilan sampel acak, teknik statistik) untuk menjelaskan

variasi dalam hasil kebijakan dalam hal input kebijakan dan variabel proses.

b. Evaluasi Formal
18

Evaluasi formal adalah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil kebijakan tetapi

mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan kebijakan-program yang telah

diumumkan secara resmi oleh pembuat kebijakan dan administrator program.

Asumsi utama evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan sasaran yang diumumkan

secara resmi adalah ukuran yang tepat dari nilai atau nilai kebijakan dan program.

jenis evaluasi formal yaitu formatif dan sumatif.

c. Evaluasi Keputusan Teoritis

Evaluasi keputusan teoritis adalah pendekatan yang menggunakan metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang andal dan valid tentang hasil

kebijakan yang secara eksplisit dihargai oleh banyak pemangku kepentingan.

Perbedaan utama antara evaluasi teoretis keputusan, di satu sisi, dan evaluasi semu

dan evaluasi formal di sisi lain, adalah bahwa evaluasi teoretis keputusan mencoba

memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan sasaran yang tersembunyi serta

nyata dari para pemangku kepentingan. Salah satu tujuan utama evaluasi keputusan

teoritis adalah untuk menghubungkan informasi tentang hasil kebijakan dengan

nilai-nilai dari berbagai pemangku kepentingan.

Dalam penelitian ini akan menggunakan kriteria evaluasi kebijakan menurut

Dunn, yang terdiri dari 6 (enam) indikator evaluasik kebijakan yaitu Efektivitas,

Efisiensi, Kecukupan, Pemerataan, Responsivitas, dan Ketepatan/ Kelayakan

terkait dengan Evaluasi Kebijakan Program Percepatan Pencegahan Stunting di

Kabupaten Pasaman Barat.


19

2.2.3 Program Pencegahan Stunting

Program pencegahan stunting merupakan serangkaian kegiatan atau

program yang dijalankan dalam rangka untuk melakukan pencegahan terjadinya

stunting pada janin, ibu hamil, balita, anak-anak. Program pencegahan stunting

bertujuan untuk mencegah terjadinya stunting dan juga untuk menurunkan

presentase angka terjadinya stunting. Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan

Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, terdapat kegiatan pencegahan stunting di

nagari yang dituangkan dalam 5 (lima) paket layanan. Lima paket layanan tersebut

terdiri dari:

a. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

b. Konseling gizi terpadu

c. Sanitasi dan air bersih (jamban)

d. Perlindungan sosial

e. Pendidikan anak usia dini.

2.3. Skema Pemikiran

Visi dan misi Presiden RI untuk Implementasi Perbup Nomor 33 Tahun 2019
menurunkan angka stunting agar tentang Aksi Konvergensi Program atau
menghasilkan SDM yang berkualitas Kegiatan Percepatan Pencegahan Stunting di
sehingga bonus demografi 2024 dapat Kabupaten Pasaman Barat. Pelaksanaan
tercapai Program-Program Percepatan Pencegahan
Stunting di Kabupaten Pasaman Barat

Indikator Evaluasi:
1. Efektivitas Evaluasi Kebijakan pada Program
Percepatan Pencegahan Stunting di
2. Efisiensi Kabupaten Pasaman Barat
3. Kecukupan
4. Pemerataan
5. Responsivitas
6. Ketepatan/ Kelayakan
20

2.4. Definisi Konsep

Konsep bisa disebut sebagai istilah dan definisi yang merupakan gambaran

secara abstrak akan suatu kejadian baik individu, kelompok yang menjadi pusat

perhaitan ilmu sosial. Dengan adanya konsep, peneliti dapat menyederhanakan

pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk mewakili beberapa kejadian yang

berkaitan satu dengan lainnya. Untuk dapat batasan yang jelas pada masing-masing

konsep yang diteliti, maka peneliti mengemukakakn definisi konsep, sebagai

berikut:

1. Evaluasi Kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Evaluasi

merupakan kegiatan pemberian nilai atas suatu “fenomena” di dalamnya

terkandung pertimbangan nilai (valuejudgment) tertentu.

2. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat dari

kekurangan gizi kronis, sehingga menyebabkan antara lain anal terlalu

pendek untuk usianya, terganggunya perkembangan otak, kecerdasan dan

gangguna metabolisme tubuh. Stunting sebagai suatu kondisi kesehatan,

yang mana pertumbuhan pada janin, bayi dalam kandungan, balita, anak-

anak, dan remaja yang mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai standar

atau normalnya yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pola hidup dan

lingkungan tempat tinggal.

3. Program percepatan pencegahan stunting merupakan program-program atau

kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk dapat mencegah terjadinya


21

kondisi kekurangan gizi pada janin, bayi dalam kandungan, balita, anak-

anak, dan remaja yang menyebabkan terjadinya stunting.

2.5. Definisi Operasional

Dalam penelitian tentang Evaluasi Kebijakan pada Program Percepatan

Pencegahan Stunting di Kabupaten Pasaman Barat, peneliti mendeskripsikan

masalah dengan menggunakan teori pengukuran evaluasi kebijakan menurut Dunn,

sebagai berikut:

Tabel 2.2

Definisi Operasional

Variabel Indikator Definisi Operasional Cara Mengukur

Evaluasi Efektivitas Apakah hasil yang 1. Kebutuhan akan


Kebijakan diinginkan telah dicapai ? kecukupan gizi
terpenuhi.
2. Menurunkan jumlah
angka stunting.
3. Peningkatan
keberhasilan pencegahan
stunting.

Efisiensi Seberapa banyak usaha 1. Menganalisis situasi


yang diperlukan untuk program penurunan
mencapai hasil yang stunting.
diinginkan? 2. Penyusunan rencana
kegiatan.
3. Mengadakan rembuk
stunting.
4. Menyusun peraturan dan
sistem manajemen data
stunting
5. Pengukuran dan
publikasi data stunting.
6. Melakukan pengawasan
terhadap dengan riview
kinerja tahunan.

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian 1. Menurunkan angka


hasil yang diinginkan stunting sesuai standar
memecahkan masalah? nasional.
22

2. Masyarakat hidup
sejahtera tanpa adanya
stunting.

Perataan/ Ekuitas Apakah biaya manfaat 1. Ketepatan target atau


didistribusi dengan sasaran.
merata pada kelompok- 2. Ketepatan distribusi
kelompok berbeda? program.
3. Jangkauan atau cakupan
sasaran.

Responsivitas Apakah hasil kebijakan 1. Proses sosialisasi


memuaskan kebutuhan program.
preferensi? 2. Ketergantungan pada
program

Ketepatan/Kelaya Apakah hasil (tujuan) 1. Menurunnya penderita


kan yang diinginkan benar- stunting.
benar berguna atau 2. Meningkatnya
bernilai? kesejahteraan
masyarakat.
3. Terciptanya masyarakat
yang lebih sehat.

Sumber: Olahan Peneliti, Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai