Surface Air Kerma (Esak) : Analisa Pengaruh Faktor Eksposi Terhadap Entrance

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371

Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 271- 278

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE


SURFACE AIR KERMA (ESAK)
Muhammad Irsal, Eko Hidayanto dan Zaenal Arifin
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang
E-mail : muhammad.irsal15@gmail.com

ABSTRACT
The research has been analyzed of the effect of exposure factors at the entrance surface air kerma (ESAK)
of the thorax radiographs. This research uses anthropomorphic phantom, multipurpose detectors, FFD 100 cm, with
radiation field 25 cm × 25 cm. irradiation conditions is given by the variation of expose factors using tube voltage
50-100 kV and tube current-time 2-20 mAs. The results of research showed that the effect of the tube voltages to the
entrance surface air kerma experience is increase a specific approximated by an polynomial equation with a
correlation coefficient value R2 = 1 and the variation of the tube current-time increased linearly approximated by a
approach linear equation R2 = 1, uses of tube current time under 4 mAs with resulted lower the entrance surface air
kerma based on IAEA Safety Series No. 115 (1996) is 0.4 mGy at examination of thorax radiographic, and conducted
a calculation uncertainly value of every expose factors using variations of tube voltage and tube current-time based
on scenarios three of IAEA Technical Report Series No. 457(2007).
Keywords: entrance surface air kerma, thorax radiography, the tube voltage, tube current-time, phantom
anthoropomorphic.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang analisa pengaruh faktor eksposi terhadap entrance surface air kerma
(ESAK) pada pemeriksaan radiografi thorak. Penelitian ini menggunakan pantom anthropomorphic, detektor
multipurpose, FFD 100 cm, dengan luas lapangan penyinaran 25 cm x 25 cm. kondisi penyinaran diberikan dengan
variasi faktor eksposi menggunakan tegangan tabung 50-100 kV dan arus-waktu tabung 2-20 mAs. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pengaruh tegangan tabung terhadap entrance surface air kerma menyalami kenaikan yang
spesifik dengan pendekatan persamaan polinomial dengan nilai koefisien kolerasi R2 = 1 dan pada variasi arus-waktu
tabung mengalami kenaikan secara linear dengan pendekatan persamaan linear dengan nilai koefisien kolerasi R2 =
1, pada penggunaan arus-waktu tabung dibawah 4 mAs menghasilkan entrance surface air kerma yang lebih rendah
berdasarkan rekomendasi IAEA Safety Series No. 115 tahun 1996 yaitu 0.4 mGy pada pemeriksaan radiografi thorax,
serta dilakukan perhitungan nilai ketidakpastian setiap faktor eksposi pada penggunaan variasi tegangan tabung dan
waktu-arus tabung pada skenario tiga berdasarkan IAEA Technical Report Series No 457 tahun 2007.
Kata kunci: entrance surface air kerma, radiografi thorak, tegangan tabung, arus-waktu tabung, phantom
anthoropomorphic.

PENDAHULUAN Dalam IAEA Technical Report Series No.


Pada pemeriksaan radiografi tidak luput 457 mengacuh pada ICRU 74 tahun 2005,
dari efek yang akan ditimbulkan bagi pasien, Entrance Surface Dose (ESD) adalah salah satu
akibat interkasi sinar-x dengan sel-sel tubuh satuan kuantitas yang digunakan dalam
manusia. Efek yang di timbulkan radiasi yaitu diagnostik untuk menyatakan dosis radiasi yang
efek deterministik dan efek stokastik. Efek diterima objek radiasi (phantom atau pasien)
deterministik yaitu efek yang memiliki dosis yang diukur pada pusat berkas utama
ambang dan gejala akan segera nampak tidak dipermukaan phantom atau pasien. [2].
ada waktu tenggang, sedangkan efek stokastik Entrance surface air kerma (ESAK) adalah
yaitu efek yang terjadi tanpa ada dosis ambang pengukuran nilai kerma udara pada
batas dan terdapat tenggang sebelum gejala pertengahan sumbu penyinaran sinar-X di
mulai tampak. Efek somatik dapat bersifat permukaan pantom, ESAK direkomendasikan
stokastik atau deterministik, sedangakan efek oleh ICRU untuk dosimetri pada pencitraan
genetik selalu bersifat stokastik. [1]. medis, namun banyak publikasi yang

271
Muhammad Irsal, dkk Analisa Pengaruh.....

menggunakan dosis entrance skin dose atau terhadap entrance surface air kerma (ESAK),
ESD [3]. Pengukuran entrance surface air untuk mengetahui nilai dosis pada variasi
kerma dapat dilakukan dengan pengukuran tegangan tabung dan arus-waktu tabung.
secara tidak langsung dengan menggunakan
incident air kerma dan factor backscatter atau DASAR TEORI
dapat melakukan pengukuran secara langsung
menggunakan thermoluminesensi dosimeter KERMA (Kinetic Energy Released in
TLD.[4] MAtter). Kerma menurut definisi IAEA adalah
Sebelumnya telah dilakukan penelitian jumlah seluruh energi kinetik awal yang
oleh Ida Bagus Manuaba pada tahun 2010 ditransfer dari partikel tak bermuatan (foton) ke
tentang pengukuran Entrance Surface Dose partikel bermuatan (elektron) dalam suatu
(ESD) pada pemeriksaan dada computed material dengan massa tertentu.[7].
radiography (CR) dengan beberapa metode Pengukuran entrance surface air kerma
pengukuran, dengan hasil penelitian dapat ditentukan dengan pengukuran secara
menunjukan hasil pengukuran ESD rata-rata tidak langsung dengan menggunakan incident
thorax (PA) di tiga rumah sakit. Nilai ESD thorax air kerma dan factor backscatter atau dapat
PA di tiga rumah sakit memiliki pola yang sama, melakukan pengukuran secara langsung
yaitu ESD cenderung meningkat terhadap menggunakan TLD.[4]
kenaikan ketebalan pasien dan penggunaan faktor Pengukuran ESAK menggunakan nilai
eksposi standar. Pada pengukuran ESD secara incindet air kerma dan faktor backscatter
tidak langsung menunjukkan bahwa hasil diudara, pemilihan faktor backscatter
pengukuran ESD secara langsung menggunakan didasarkan pada HVL dan ukuran lapangan
TLD tidak berbeda jauh hasilnya jika dilakukan yang digunakan. Persamaan ESAK tidak
dengan menggunakan metoda kalkulasi. langsung :
Sistem proteksi radiasi untuk pasien yang
mendapat paparan radiologi diagnostik diatur = (1)
oleh prinsip-prinsip pembenaran dan optimasi,
termasuk pertimbangan tingkat referensi = Y d (2)
diagnostik (Diagnostic Reference Levels). Oleh
karena itu, prosedur radiologi diagnostik
Ke : entrance surface air kerma (mGy)
dibenarkan jika manfaat kepada pasien yang
B : backscatter factor
dihasilkan dari gambaran radiologi harus lebih
Ki : incident air kerma (mGy)
besar dari pada paparan terhadap pasien.
Y(d) : tube output pada jarak d (mGy/mAs)
Setelah paparan medis telah dibenarkan, maka
Plt : tube loading (mAs)
prinsip optimasi harus diterapkan, yaitu
d : jarak fokus ke detector
pemeriksaan radiologi harus dilakukan dengan
dFTD : jarak fokus ke meja pemeriksaan
peralatan dan parameter eksposi yang
tp : tebal objek radiasi (pasien/pantom)
memastikan dosis untuk pasien serendah
mungkin dan sejalan dengan tujuan
Tube output pada jarak d (Y(d))
diagnostik.[5].
merupakan fungsi kVp dan hubungan didekati
International Atomic Energy Agency
dengan persamaan power (power function),
(IAEA) pada buku Safety Series No. 115
regresi power biasanya digunakan untuk
merekomendasikan nilai ESD pada pasien
menampilkan data hasil experiment yang
pemeriksaan radiografi thorak adalah 0.4 mGy
meningkat dengan laju peningkatan yang
[6].
spesifik.[7]. Power function sesuai dengan
Pada penelitian ini akan membahas
persamaan :
mengenai analisa pengaruh faktor eksposi

272
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 271- 278

= (3)

Dimana c dan b adalah konstan, x


merupakan tube output pada jarak d (Y(d))
disetiap faktor eksposi tegangan tabung yang
digunakan.
Pengukuran entrance skin air kerma
secara langsung dengan menggunakan TLD
yang ditempelkan ke kulit. Satu TLD tidak di
lakukan paparan untuk menentukan koreksi
dosis latar.[4].

METODE PENELITIAN Gambar 1. Bagan penelitian

A. Alat dan Bahan Dengan Faktor eksposi divariasikan 6


Penelitian dilakukan dengan kali terhadap tegangan tabung dengan interval
menggunakan pesawat sinar-X merk GE 630 kenaikan 10 kV dari tegangan tabung 50 sampai
mA, pantom anthropomorphic dan dengan 100 kV dengan nilai arus-waktu tabung
multipurpose detektor piranha, selain itu juga yang sama 10 mAs dan faktor eksposi
detektor piranha digunakan sebagai alat divariasikan 6 kali terhadap arus-waktu tabung
pengujian kesesuaian pesawat sinar-X. dengan variasi arus-waktu tabung 2 sampai
dengan 20 mAs dengan nilai tegangan tabung
B. Prosedur Penelitian yang sama yaitu 60 sesuai dengan faktor
Dalam penelitian ini akan dilakukan eksposi pada pemeriksaan radiografi thorak,
perhitungan entrance surface air kerma pada Jarak dari fokus-meja pemeriksaan 100 cm.
pantom anthropomorphic chest dengan terlebih
dahulu melakukan pengukuran nilai incident HASIL DAN PEMBAHASAN
air kerma menggunakan detektor piranha Dalam penelitian ini dilakukan
dengan variasi tegangan tabung (kV) dan arus- pengukuran incident air kerma sebelum
waktu tabung (mAs) yang berbeda. mendapatkan nilai dari entrance surface air
Pertama dilakukan uji kesesuaian agar kerma (ESAK), Incident air kerma adalah
pesawat sinar-X pada saat penelitian dalam kerma diudara yang berasal dari penyinaran
keadaan prima. yaitu penentuan akurasi sinar-X yang diukur dipusat sinar-X pada
tegangan tabung, penentuan akurasi waktu pertengahan posisi pantom tanpa
paparan, penentuan dosis radiasi keluaran, memperhitungkan factor backscatter. Nilai
penentuan waktu paruh, dan reproduksibilitas. entrance surface air kerma (ESAK) didapatkan
Setelah persiapan alat kemudian di lakukan dari perhitungan parameter penyinaran dan
pengukuran incident air kerma dan perhitungan keluaran dari tabung sinar-x. Data yang diambil
entrance surface air kerma (ESAK) dengan dari beberapa paramter tegangan tabung dan
melakukan variasi pada tegangan tabung dan waktu paparan yang divariasikan. Langkah-
arus-waktu tabung. langkah yang dilakukan adalah jarak antara
fokus dengan detektor pada jarak 100 cm,
pastikan tabung sinar-x dan meja pemeriksaan
tidak mengalami kemiringan, detektor
diletakan pada permukaan pantom pada
pertengahan lapangan penyinaran. Pengukuran
incident air kerma pada tegangan tabung

273
Muhammad Irsal, dkk Analisa Pengaruh.....

pesawat diberikan variasi 50 kV -100 kV perhitungan yang diperlihatkan pada grafik


dengan arus-waktu tabung konstan 10 mAs, pada gambar 3:
menghasilkan nilai keluaran output 1.6

Incident air kerma (mGy)


(mGy/mAs) 0.0330 – 0.1457 mGy/mAs dengan 1.4
nilai mAs yang cenderung konstan membuat 1.2
nilai dosis dipengaruhi oleh nilai kV yang 1
digunakan. Hubungan kV yang digunakan 0.8
dengan output pada pesawat diperlihatkan oleh 0.6
Pengukuran
grafik pada gambar 2 : 0.4
0.2 Perhitungan
0.16
0.14 0
Output (mGy/mAs)

0.12 40 50 60 70 80 90 100
0.1 Tegangan tabung (kV)
0.08 Gambar 3. Grafik hasil pengukuran dan perhitungan
0.06 pada tegangan tabung
0.04 y = 0,000008x2,142
0.02 R² = 0,9978 Pengukuran incident air kerma terhadap
0 variasi mAs pesawat, data pesawat yang
40 50 60 70 80 90 100 diambil bervariasi dengan rentang mengikuti
Tegangan tabung (kV) kenaikan mAs dari pesawat GE mulai dari arus-
waktu tabung 2 mAs sampai 20 mAs, dengan
Gambar 2. Grafik persamaan power (power function)
tegangan tabung menggunakan 60 kV pada keseluruhan
penyinaran. Hasil pengukuran ditampilkan
Dari grafik persamaan power (power dalam bentuk grafik pada gambar 4 :
function) terlihat bahwa nilai dosis naik secara 1.2
spesifik terhadap kenaikan kV dengan
1
persamaan garis :
Eksposi (mGy)

0.8
y = 0,000008x2,142 (4)
0.6
Dengan nilai koefisien korelasi R2 = 0.4
0,9978, arus-waktu tabung (mAs) yang y = 0,0519x - 0,0023
0.2
R² = 1
cenderung konstan, memperkuat linearitas
0
hubungan tegangan tabung dengan dosis pada 0 5 10 15 20
pesawat radiografi GE. Dari persamaan garis
Arus-waktu tabung (mAs)
ini dapat digunakan untuk menghitung nilai
Gambar 4. Grafik persamaan linear arus-waktu tabung
keluaran dosis (output) pada jarak d [Y(d)] terhadap eksposi
dengan x sebagai nilai tegangan tabung saat
melakukan eksposi pada pesawat sinar-X. Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai
Nilai incident air kerma hasil pengukuran keluaran dosis eksposi mempunyai hubungan
dan perhitungan menggunakan persamaan 2 linear terhadap kenaikan mAs, Dengan nilai
dengan nilai keluaran output menggunakan koefisien korelasi R2 = 1, nilai keluaran dosis
persamaan 4, mempunyai hasil yang cenderung (output) yang cenderung sama memperkuat
sama pada setiap eksposi tegangan tabung (kV), linearitas hubungan mAs dengan dosis pada
maka di tampilkan grafik tegangan tabung (kV) pesawat radiografi.
yang digunakan terhadap hasil incident air Nilai incident air kerma hasil pengukuran
kerma menggunakan pengukuran dan dan perhitungan menggunakan persamaan 2
dengan nilai keluaran output menggunakan

274
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 271- 278

persamaan 4, mempunyai hasil yang cenderung 2.5


sama pada setiap eksposi menggunakan variasi
arus-waktu tabung (mAs), maka di tampilkan 2

ESAK (mGy)
grafik arus-waktu tabung (mAs) yang
1.5
digunakan terhadap hasil incident air kerma
menggunakan pengukuran dan perhitungan 1
yang diperlihatkan oleh grafik pada gambar 5 :
1.2 0.5 y = 0,0003x2 - 0,0092x + 0,1527
R² = 1
Incident air kerma (mGy)

1 0
0.8 40 60 80 100
Tegangan tabung (kV)
0.6
Gambar 6. Grafik persamaan polynomial tegangan
0.4 Pengukuran tabung
0.2 Perhitungan
0 Dengan nilai koefisien korelasi R2 = 1
0 5 10 15 20 nilai arus-waktu tabung yang cenderung
Arus-waktu tabung (mAs)
konstan memperkuat linearitas hubungan
Gambar 5. Grafik hasil pengukuran dan perhitungan
kenaikan tegangan dengan dosis ESAK. Ini
pada arus-waktu tabung sesuai dengan literature pada buku Bushberg
pada tahun 2002 bahwa kenaikan eksposi
Entrace skin air kerma adalah paparan mendekati kVp2 (Eksposi ≈ kVp2)
yang diukur dengan satuan mGy pada pusat Pada variasi arus-waktu paparan dengan
sumbu sinar-X dimana titik tersebut merupakan menggunakan persamaan 1 diatas, nilai ESAK
daerah yang akan dikenai radiasi dengan pada variasi arus-waktu tabung adalah dari
memperhitungkan faktor backscatter. Data 0.135 – 1.359 mGy, jadi kenaikan arus-waktu
yang diambil adalah parameter tegangan tabung tabung mempengaruhi nilai ESAK. Hubungan
dan waktu paparan yang divariasikan. untuk linear mAs terhadap ESAK diperlihatkan oleh
mendapatkan nilai ESAK, tube output pada grafik pada gambar 7:
jarak d [Y(d)] merupakan fungsi kV dan 1.6
hubungan didekati dengan persmaan grafik 1.4
power function, berdasarkan data pengukuran 1.2
ESAK (mGy)

incident air kerma pada pesawat GE didapatkan 1


persamaan 4 untuk [Y(d)]. 0.8
Maka perhitungan nilai ESAK 0.6
(Persamaan 1) dengan mengasumsikan nilai 0.4 y = 0,068x - 0,001
0.2 R² = 1
faktor backscatter (BSF) berdasarkan
0
rekomendasi TRS 457 tahun 2007, Dari hasil
0 5 10 15 20
didapatkan nilai ESAK dari 0.445 – 2.233 mGy,
Arus-waktu tabung (mAs)
nilai BSF juga mempengaruhi ESAK karna
Gambar 7. Grafik persamaan linear arus-waktu tabung
semakin tinggi tegangan tabung yang
digunakan maka semakin tinggi juga BSF. Dengan nilai koefisien korelasi R2 = 1,
Hubungan linear menggunakan persamaan nilai tegangan tabung yang cenderung konstan
polinomial tegangan tabung terhadap ESAK memperkuat linearitas hubungan kenaikan
diperlihatkan oleh grafik pada gambar 6: arus-waktu tabung dengan dosis ESAK.
Faktor eksposi dipengaruhi oleh kualitas
dan kuantitas sinar-X, tegangan tabung

275
Muhammad Irsal, dkk Analisa Pengaruh.....

berhubungan dengan kualitas dan ketidakpastian pada variasi tegangan tabung


memperlihatkan nilai maksimum energi yang pada masing-masing eksposi ditampilkan pada
dimiliki oleh sinar-X, Efesiensi sinar-X sangat tabel 1 sebagai berikut:
berhubungan dengan pemberian tegangan Tabel 1. Ketidakpastian pengukuran pada
tabung pada penyinaran radiogarfi, nilai tegangan tabung (kV)
penyinaran dalam rentang energi diagnostik Perluasan relatif ketidakpastian (k=2)
sebanding dengan jumlah sesuai dengan Perhitungan Perhitungan
eksposi ≈ kVp2 incident air entrance surface air
Arus-waktu tabung berhubungan dengan kerma (5.6%) kerma (6%)
kuantitas sinar-X, pada penggunaan arus-waktu 0.348 ± 0.019 0.445 ± 0.026
tabung yang digunakan sebanding dengan nilai 0.515 ± 0.028 0.679 ± 0.040
elektron yang mengalir dari katoda ke anoda 0.71 ± 0.039 0.980 ± 0.058
persatuan waktu. 0.95 ± 0.053 1.339 ± 0.080
Pada penelitian ini faktor eksposi standar 1.22 ± 0.068 1.756 ± 0.105
pada pemeriksaan thorak mempunyai nilai 1.53 ± 0.085 2.233 ± 0.133
dosis ESAK cukup besar yaitu 0.679 mGy
sedangkan dosis pada pemeriksaan radiografi Nilai ketidakpastian pada variasi arus-
thorak yang direkomdasikan oleh IAEA Safety waktu tabung pada masing-masing nilai
Series No.115 yaitu 0.4 mGy, tetapi data hasil incident air kerma dan entrance surface air
penelitian memperlihatkan dosis yang rendah kerma ditampilkan pada tabel 2 sebagai berikut:
dengan pada penggunaan nilai arus-tabung < 4 Tabel 2. Ketidakpastian pengukuran pada arus-
mAs. untuk menekan dosis ESAK agar lebih waktu tabung (mAs)
rendah kita dapat menggunakan tegangan Perluasan relatif ketidakpastian (k=2)
tabung tinggi, menurut Bushberg pada tahun Perhitungan Perhitungan
2002 bahwa untuk mendapatkan eksposi incident air kerma entrance surface air
dengan transmisi yang sama pada ketebalan (5.6%) kerma (6%)
pasien 20 cm, yaitu dengan cara menaikan salah 0.103 ± 0.0057 0.135 ± 0.0018
satu parameter penyinaran nilai tegangan 0.206 ± 0.0115 0.271 ± 0.016
tabung dengan memberikan kompensasi 0.412 ± 0.023 0.543 ± 0.032
penurunan nilai arus-waktu tabung untuk 0.515 ± 0.028 0.679 ± 0.040
menghasilkan densitas gambaran yang hampir 0.824 ± 0.046 1.087 ± 0.065
sama. Maka persamaannya adalah: 1.03 ± 0.057 1.359 ± 0.081

× 1= 2 (6) Dari kedua tabel di atas memperlihatkan


hasil ketidakpastian pengukuran skenario tiga
Pada faktor eksposi tegangan tabung menunjukan nilai standar deviasi dari range
tinggi lebih banyak radiasi yang di transmisikan nilai pada setiap pegukuran incident air kerma
sehingga dosis yang diserap rendah dan dan entrance surface air kerma berdasarkan
penggunaan mAs yang sangat rendah juga IAEA TRS 457 tahun 2007
mengakibatkan dosis radiasi menjadi sangat
kecil [8]. KESIMPULAN
Ketidakpastian pengukuran skenario tiga Hasil pengukuran entrance surface air
dimana kondisi peralatan pengukuran radiasi kerma pada variasi tegangan tabung 50-100 kV
dijaga ketat yaitu kualitas radiasi, arah radiasi, dengan arus-waktu tabung tetap 10 mAs
densitas udara. Perhitungan nilai incident air didapatkan nilai pengukurannya 0.445 sampai
kerma dan entrance surface air kerma nilai dengan 2.233 mGy. Tegangan tabung

276
Youngster Physics Journal ISSN : 2302 - 7371
Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 271- 278

menentukan kualitas radiasi sinar-X, Iranian journal of medical physics,


menyebabkan faktor backscatter juga ikut Nigeria.
meningkat, ini dapat menurunkan kontras [6] Safety Series No. 115., 1996,
gambaran radiografi dan menaikan nilai dosis
International Basic Safety Standards for
ESAK maka diperlukan kompensasi penurunan
nilai arus-tabung untuk menekan nilai ESAK. Protection against Ionizing Radiation
Hasil pengukuran entrance surface air and for the Safety of Radiation Sources,
kerma pada variasi arus-waktu paparan 2-20 International Atomic Energy Agency,
mAs dengan tegangan tabung tetap 60 kV Vienna.
didapatkan nilai pengukurannya 0.135 sampai [7] Pradana A. E. D., 2011, Pengukuran
dengan 1.359 mGy. Arus-waktu tabung Penggunaan kV pada Pemeriksaan
menentukan kuantitas dari sinar-X dimana
Thorak Anak Terhadap Kualitas Gambar
semakin besar nilai arus-waktu tabung yang
digunakan maka densitas gambaran radiografi dan Dosis Radiasi, Universitas Indonesia
dan dosis ESAK akan bertambah, untuk FMIPA, Jakarta.
menekan densitas dan dosis ESAK dengan [8] Manuaba B. I., 2010, Pengukuran
menggunakan faktor eksposi tegangan tabung Entrance Surface Dose (ESD) pada
tinggi. Pemeriksaan Dada Computer
Pada penggunaan arus-waktu tabung Radiography (CR) dengan Beberapa
dibawah 4 mAs menghasilkan entrance surface
air kerma yang lebih rendah berdasarkan Metode Pengukuran, Universitas
rekomendasi IAEA Safety Series No. 115 tahun Indonesia FMIPA, Jakarta.
1996 yaitu 0.4 mGy pada pemeriksaan
radiografi thorak.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Akhadi M., 2000, Pengantar Tekhnologi


Nuklir, PT. Rineka Cipta Jaksa, Jakarta.
[2] Winarno G., 2012, Optimasi Citra
Radiografi dan Entrance Surface Dose
(ESD) Menggunakan Sistem Fuji
Computed Radiography, Universitas
Indonesia FMIPA, Jakarta.
[3] UNSCEAR., 2010, Sources and Effects
Of Ionizing Radiation, volume I, United
Nations, New York.
[4] Technical report series No 457., 2007,
dosimetry in diagnostic radiology : an
international code of pratice, Publishing
Section International Atomic Energy
Agency Wagramer Strasse 5, Austria.
[5] Nsikan U., 2013, Doses received by
patients during thorax x-ray examination,

277

Anda mungkin juga menyukai