Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan


kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri. Ada beberapa
letak sungsang yaitu : presentasi bokong, presentasi bokong sempurna, presentasi bokong
kaki tidak empurna dan presentasi kaki (Mochtar, 1998).
Letak sunggang terdiri dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sunggang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada
25% dari persalinan terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7%
persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada
kehamilan aterm (Yatinem, 2009).
Dengan meningkatknya morbiditas dan mortalitas, baik pada ibu maupun bayi
dengan kehamilan presentasi bokong, maka diupayakan beberapa usaha untuk
menghindari terjadinya persalinan dengan bayi presentasi bokong, salah satu diantaranya
adalah dengan knee-chest posotion.
Insidens presentasi bokong meningkat pada kehamilan ganda 25 % pada gemeli
janin pertama, dan 50 % pada janin kedua. Kehamilan muda juga berhubungan dengan
meningkatnya kasus ini, 35 % pada kehamilan kurang dari 28 minggu, 25 % pada
kehamilan 28 – 32 minggu, 20 % pada kehamilan 32 – 34 minggu, 8 % pada kehamilan
34 – 35 minggu, dan 2 – 3 % setelah kehamilan 36 minggu.
Adanya kehamilan presentasi bokong sering dihubungkan dengan meningkatnya
kejadian beberapa komplikasi sebagai berikut : kesulitan yang meningkat dalam
persalinan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, mengakibatkan
persalinan prematur, sehingga kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) meningkat,
pertumbuhan janin terhambat (PJT), tali pusat pusat menumbung, plasenta previa,
anomali janin (mioma uteri), kehamilan ganda, panggul sempit (contracted pelvis),
multiparitas, hidramnion atau oligohidramnion, presentasi bokong sebelumnya.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun Rumusan Masalah Makalah ini adalah :


1. Apa pengertian dari Presentasi sungsang?
2. Apa saja macam-macam Presentasi Sungsang?
3. Apa penyebab dari Presentasi Sungsang?
4. Bagaimana mekanisme pertolongan pada Persalinan Presentasi Sungsang
Spontan Brach dan Manual Aid?

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah :


1. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian dari Presentasi sungsang.
2. Mahasiswa mampu memahami tentang macam-macam Presentasi Sungsang.
3. Mahasiswa mampu memahami tentang penyebab dari Presentasi Sungsang.
4. Mahasiswa mampu memahami tentang mekanisme pertolongan pada Persalinan
Presentasi Sungsang Spontan Brach dan Manual Aid.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan


kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa
jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki. pada presentasi bokong
akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya setinggi
bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksan dalam hanya dapat diraba
bokong. Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kedua
kaki. pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki disamping
bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas (Sarwono, 2007).

B. KLASIFIKASI

Presentasi sunsgang di klasifikasikan menjadi :


1. Letak bokong
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan
demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong. Frekunsi 50-70 %
(Sarwono, 2007).
2. Letak sungsang sempurna
Yaitu letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong
kaki sempurna atau lipat kejang), frekunsinya 75%.

3
3. Letak sungsang tidak sempurna
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (inkomplit or
footling) (10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu
kaki disamping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat keatas. Pada presentasi
kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki. Selain bokong bagian terendah
juga kaki dan lutut, terdiri dari:
a. Kedua kaki: letak kaki sempurna.
b. Satu kaki : letak kaki tidak sempurna, frekunsi 24%.
c. Kedua lutut: letak lutut sempurna
d. Satu lutut :letak lutut tidak sempurna, frekuensi 1%
Posisi bokong ditentukan oleh 4 sakrum, ada 4 posisi yaitu:
a. Sakrum kiri depan.
b. Sakrum kanan depan.
c. Sakrum kiri belakang
d. Sakrum kanan belakang.

C. PENYEBAB

Faktor penyebab predisposisi dari letak sungsang adalah:


1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong.
2. air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain –
lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara.
7. Gemeli (kehamilan ganda)

4
8. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.
10. Sebab yang tidak diketahui.

D. KOMPLIKASI

Komplikasi presentasi sungsang persalinan pervaginam


a. Komplikasi ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu adalah : Perdarahan, Trauma jalan lahir,
infeksi.
b. Komplikasi pada anak
1) Sufokasi / aspirasi
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga
uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia.
Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi.
2) Asfiksia
3) Trauma intrakranial
Terjadi sebagai akibat Panggul sempit, Dilatasi servik belum maksimal
(after coming head), Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua
terlalu cepat).
4) Fraktura / dislokasi
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif yaitu :Fraktura tulang
kepala, Fraktura humerus, Fraktura klavikula, Fraktura femur, Dislokasi
bahu.
5) Paralisa nervus brachialis
Yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan pada pleksus
brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat
regangan pada leher saat membebaskan lengan.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. SPONTAN BRACH

1. Pengertian
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri, tanpa tarikan ataupun
manipulasi selain menyangga bayi. dibagi menjadi 3 tahap :
a. Fase Lambat Pertama
Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus. Disebut fase lambat oleh
karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan
jalannya persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu
jalannya persalinan.
b. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh
karena dalam waktu < 8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus
sudah berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan
PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
c. Fase lambat Kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada
tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala
yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya
dekompresi kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.

2. Mekanisme Persalinan
Terdapat perbedaan dasar antara persalinan pada presentasi sungsang
dengan persalinan pada presentasi belakang kepala. Pada presentasi belakang kepala,
bila kepala sudah lahir maka sisa tubuh janin akan mengalami proses persalinan
selanjutnya dan umumnya tanpa kesulitan. Pada presentasi sungsang, lahirnya
bokong dan bagian tubuh janin tidak selalu dapat diikuti dengan persalinan kepala

6
secara spontan. Dengan demikian maka pertolongan persalinan sungsang
pervaginam memerlukan keterampilan khusus dari penolong persalinan. Engagemen
dan desensus bokong terjadi melalui masuknya diameter bitrochanteric bokong
melalui diameter oblique panggul. Panggul anterior anak umumnya mengalami
desensus lebih cepat dibandingkan panggul posterior. Pada saat bertemu dengan
tahanan jalan lahir terjadi putar paksi dalam sejauh 450 dan diikuti dengan
pemutaran panggul anterior kearah arcus pubis sehingga diameter bi-trochanteric
menempati diameter antero-posterior pintu bawah panggul. Setelah putar paksi
dalam, desensus bokong terus berlanjut sampai perineum teregang lebih lanjut oleh
bokong dan panggul anterior terlihat pada vulva. Melalui gerakan laterofleksi tubuh
janin, panggul posterior lahir melalui perineum. Tubuh anak menjadi lurus
( laterofleksi berakhir ) sehingga panggul anterior lahir dibawah arcus pubis.
Tungkai dan kaki dapat lahir secara spontan atau atas bantuan penolong persalinan.
Setelah bokong lahir, terjadi putar paksi luar bokong sehingga punggung berputar
keanterior dan keadaan ini menunjukkan bahwa saat itu diameter bisacromial bahu
sedang melewati diameter oblique pintu atas panggul. Bahu selanjutnya mengalami
desensus dan mengalami putar paksi dalam sehingga diameter bis-acromial berada
pada diameter antero-posterior jalan lahir. Segera setelah bahu, kepala anak yang
umumnya dalam keadaan fleksi maksimum masuk panggul melalui diameter oblique
dan kemudian dengan cara yang sama mengalami putar paksi dalam sehingga bagian
tengkuk janin berada dibawah simfisis pubis. Selanjutnya kepala anak lahir melalui
gerakan fleksi. Engagemen bokong dapat terjadi pada diameter tranversal panggul
dengan sacrum di anterior atau posterior. Mekanisme persalinan pada posisi
tranversal ini sama dengan yang sudah diuraikan diatas, perbedaan terletak pada
jauhnya putar paksi dalam ( dalam keadaan ini putar paksi dalam berlangsung sejauh
900). Kadang-kadang putar paksi dalam terjadi sedemikian rupa sehingga punggung
anak berada dibagian posterior dan pemutaran semacam ini sedapat mungkin
dicegah oleh karena persalinan kepala dengan dagu didepan akan jauh lebih sulit
bila dibandingkan dengan dagu di belakang selain itu dengan arah pemutaran seperti
itu kemungkinan terjadinya hiperekstensi kepala anak juga sangat besar dan ini akan
memberi kemungkinan terjadinya “after coming head” yang amat besar.

7
3. Teknik / Penatalaksanaan

a. Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang


sekitar 5 cm.
b. Suntikkan 5 unit oksitosin dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his
berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan
terselesaikan.
c. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah,
bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong
berada pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada
pada bokong janin (gambar 1)
d. Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak
ke perut ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir .
e. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu
jari sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-
jari berada pada pinggang janin (gambar 2)
f. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan
( gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau
kearah kanan sesuai dengan posisi punggung anak.
g. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir
mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
h. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis
searah jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi
kepala janin
i. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan
seperti pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang
kepala.

8
B. MANUAL AID

1. Pengertian

Untuk melahirkan lengan dan bahu dapat di lakukan prasat secara klasik ,
cara mueller, atau cara loevset. Terdiri dari 3 tahapan :
a. Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech).
b. Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
c. Persalinan kepala dibantu oleh penolong.

2. Indikasi

Persalinan secara bracht mengalami kegagalan, dari semula memang hendak


melakukan pertolongan secara manual aid, dipergunakan bila bahu terhenti di pintu
bawah panggul. Keuntungan dari perasat ini adalah jari penolong tidak masuk jauh
ke dalam jalan lahir, sehingga kemungkinan infeksi kurang.

3. Teknik / Penatalaksanaan
a. Cara Klasik
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga
bokong dan kaki lahir.
2) Tali pusat dikendorkan.
3) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk
melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang.
4) Dengan tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk
melahirkan bahu kanan bayi yang berada di belakang. Masukkan dua
jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan
lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.

9
5) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah
bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu
dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

b. Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan
cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir. Melahirkan bahu depan terlebih
dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, ke
arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan. Setelah bahu dan lengan
depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan
belakang.

c. Cara Loevset
Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala /
nuchal arm yaitu :
1) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua
tangan. Memutar bayi 180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah
penunjuk jari tangan yang muchal.
2) Memutar kembali 180 derajat ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke
kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara
Klasik atau Muller.

d. Ekstraksi Kaki
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan
ibu-bayi. Keadaan bayi / ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1) Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha
sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus
ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua
jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
2) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari

10
diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari
lain di depan betis, kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha
lahir.
3) Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua
ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di
depan paha.
4) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir
kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti
bokong telah lahir.
5) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang
akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan
trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.

e. Teknik Ekstraksi Bokong


Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di
dasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu
yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1) Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin,
dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian
depan. Dengan jari ini lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik
curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan
penolong yang lain menekam pergelangan tadi dan turut menarik curam
ke bawah.
2) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah
simfisis, maka jari telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha
ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
3) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau
Lovset.

11
f. Cara melahirkan kepala
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila
dengan Bracht kepala belum lahir).
1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah
memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas
tangan kanan).
2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong
persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir
dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut..

12
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian
rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri). Ada 4 tipe kelainan
letak sungsang yaitu:
1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke
atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian
pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong
2. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi
bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling )
( 10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian
paling rendah adalah satu atau dua kaki.

B. SARAN

Di sarankan kepada pembaca terutama petugas kesehatan agar dapat lebih


memahami apa yang di maksud dengan kelainan letak sungsang serta dapat
menanggulangi kejadian letak sungsang yang dapat berakibat kematian pada ibu dan
bayi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta 2005

Prawirohardjo, Sarwono . 2005 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : Bina Pustaka sarwono


prawiroraharjo Jakarta 2005

Mauren Boyle, Micheal, J., Kreo. Kedaruratan dalam Persalinan. 2008. Jakarta: EGC

arney, H., Kriebs, M., Jan., Gegor, L., Carolyn. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4. vol 2.
2008. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai