Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Distosia bahu adalah kelahiran
kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacralpromontory karena itu tidak
bisa lewat masuk ke dalam panggul.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu
memasuki panggul dalam posisi oblig. bahu posterior memasuki panggul lebih
dahulu sebelum bahu anterior. ketika kepala melakukan putaran paksi luar bahu
posterior berada dicekungan tulang sakrum atau disekitar spina ischiadika dan
memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui
belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada
dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka
bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis.
Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan
putar fraksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu
posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign).

B. Etiologi
Sebab-sebab distocia bahu dapat dibagi menjadi tiga golongan besar :
1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar karena kuat.
a. Karena kelainan his :
Inersia Uteri Hipotonik, adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah /
tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong
anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering
dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti
anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta
pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala
pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala
pengeluaran. Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
1) Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang
tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan
persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah
penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
2) Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik,
kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru
pada dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominis atau karena
sesak nafas.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang, letak
dahi, hydrochepalus atau monstrum.
3. Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir. Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif
memanjang, yaitu :
a. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).
b. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
c. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
d. Serviks yang menetap.
e. Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.
f. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.
C. Klasifikasi
1. Distosia karena kelainan tenaga

2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.

3. Distosia karena kelainan panggul

4. Distosia karena kelainan traktus genitalis.

5. Distosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan
yang berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan
diabetes pada ibu.

D. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di
bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan
sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar
akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir
mengikuti kepala.

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada distorsia bahu di bagi menjadi 2
yaitu :
1. Komplikasi Maternal
a. Perdarahan pasca persalinan
b. Fistula Rectovaginal
c. Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral
neuropathy”
d. Robekan perineum derajat III atau IV
e. Rupture Uteri
2. Komplikasi Fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura Clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
e. Fraktura humerus

F. Penatalaksanaan
1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat
diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan
traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi. Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan
usaha untuk membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai
maneuver :
a. Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan
dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin.

Gambar: 1
b. Maneuver Mc Robert
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan
fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu . Tindakan ini dapat
menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak
berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu
depan yang terhimpit.

Gambar : 2
Gambar : 3
c. Maneuver Woods
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka
bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.

Gambar : 4
d. Persalinan bahu belakang
Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus
posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas
didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku.Tangan janin
dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin. Lengan posterior
dilahirkan
Gambar : 5
e. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
1) Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan
tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan
langkah berikutnya.
2) Ta
ng
an

mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan


kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk
melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu
mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis

Gambar : 6
f. Pematahan klavikula
Dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
g. Maneuver Zavanelli
Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui
SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai
dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan
secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.
h. Kleidotomi
Dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
i. Simfsiotomi
Menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan emergensi berikut
ini pada kasus distosia bahu :
1) Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi
2) Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
3) Lakukan episiotomi mediolateral luas.
4) Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah
untuk melahirkan kepala.
5) Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.

G. Penanganan
Penanganan distosia bahu :
1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan
lunak dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang.
Meminta bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi :
Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada kepala
janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis. Meminta
seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah
bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan : Pakailah sarung tangan yang telah
didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan ke dalam vagina. Lakukan
penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum bayi untuk
memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu. Jika diperlukan, lakukan
penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan : Masukkan tangan ke dalam vagina.
Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi
pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan ruangan untuk
bahu depan agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain :
Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.

Anda mungkin juga menyukai