Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

PADA KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

Nurwijaya Fitri

20181050026

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
1. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyak
kesempatan untuk berbagi rasa, dan pikiran. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan
mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
Menurut carpenito (2001), menarik diri adalah suatu usaha untuk menghindari
interaksi dengan orang lain dan menghindari berhubungan, ini merupakan pertahanan
terhadap stressor dan ansietas yang berhubungan dengan suatu stressor atau ancaman.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah
suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan kejiwaan dan menjadikan
dirinya merasa tersisihkan, tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain
disekitarnya sehingga sulit untuk diajak bicara dan senang menyendiri.
2. Penyebab Isolasi Sosial
Menurut Direja (2011), terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor
predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari
orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.
a.   Faktor Predisposisi
1)    Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
Tahap Perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi
dan awal perilaku mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan
inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi,
bekerjasama, dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim
dengan teman sesama jenis
kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman
lawan jenis atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung
antara oang tua dan teman,
mencari pasangan, menikah
dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil
kehidupan yang sudah
dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan
dan mengembangkan
perasaan keterikatan dengan
budaya
Sumber : Stuart dan Sundeen (1995), hlm.346 dikutip dalam fitria(2009)
2)    Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan di luar keluarga.
3)    Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis,
dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4)    Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran
dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
b.   Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor
internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1)    Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2)    Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhinya kebutuhan individu.
3. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial
A. Subyektif
 Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Pasien merasa tidak berguna
 Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
B. Obyektif
 Tidak memiliki teman dekat
 Menarik diri
 Tidak komunikatif
 Pasien sering menunduk
 Tindakan berulang dan tidak bermakna
 Asyik dengan pikirannya sendiri
 Tidak ada kontak mata
 Tampak sedih, afek tumpul
4. Akibat yang ditimbulkan dari Isolasi Sosial
Perilaku isolasi sosial (menarik diri) dapat berisiko terjadinya perubahan
persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan
suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca
indera, diaman orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik/histerik. Halusinasi
merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori
eksternal yang meliputi lima perasaan (penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman, perabaan) akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran.
5. Rentang Respon

 Respons Adaptif
Rentang respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudyaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain
individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
1)    Menyendiri : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
2)    Otonomi : suatu kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3)    Bekerjasama : kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
4)    Interdependen : saling ketergantungan antara individu dan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b.    Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons
maladaptif :
1)    Menarik diri: seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2)    Ketergantungan: seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3)    Manipulasi: seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4)    Curiga: seseorang gagal mengembangkan percaya terhadap orang lain.

6. Pohon Masalah
7. Penatalaksanaan
A. Therapy Farmakologi
Electri Convulsive Therapi, (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik
dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien
gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
B. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini
bertujuan memberi stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.
C. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan
harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan
memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus
psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan
tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi
psikologis seseorang (Dermawan, Deden 2013)
8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
I. Identitas pasien  meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS. Informan, tanggal pengkajian, No rumah pasien dan
alamat
II. Keluhan utama  keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari
orang lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, mrnolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehri-hari.
III. Faktor predisposisi  kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua yang tidak
realisis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya,
perubahan struktur sosial, perceraian, putus sekolah, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi misalnya perkosaan, perlakuan orang lain yang tidak
mengahargai pasien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
IV. Aspek fisik/biologis  hasil pengukuran TTV, dan keluhan fisik yang dialami
oleh pasien
V. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh  menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perasaan tubuh, persepsi
negative tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri  ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan, dan tidak mampu mengambil keputusan.
3) Peran  berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri  mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri  perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
 Pasien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan
hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat
 Keyakinan pasien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spiritual)
6) Status mental  kontak mata pasien kurang/tidak dapat
mempertahankan kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan,
pasien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang
lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
7) Kebutuhan persiapan pulang
 Pasien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
 Pasien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersihkan dan merapikan pakaian
 Pada observasi mandi dan cara berpakaian pasien terlihat rapi
 Pasien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
 Pasien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar
8) Mekanisme koping  pasien apabila mendapat masalah takut atau
tidak mau menceritakannya pada orang lain (lebih sering menggunakan
koping menarik diri)
9) Aspek medic  terapi yang diterima pasien bisa berupa terapi
farmakologi ECT, psikomotor, TAK, dan rehabilitas.
B. Diagnosa
1. Isolasi sosial : menarik diri
C. Intervensi
Isolasi sosial
1. Tujuan umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2. Tujuan khusus
a. Tujuan khusus 1: klien dapat membina hubungan saling percaya dan dapat
menyebutkan penyebab isolasi sosial
1) Kriteria evaluasi
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak
mata, klien mauberjabat tangan, menyebutkan nama, menjawab salam,
dan menyebutkan penyebab isolasi sosial.
2) Intervensi
a) Sapa klien dengan ramah
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji
e) Identifikasi penyebab isolasi sosial
b. Tujuan khusus 2: klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain serta kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
1) Kriteria evaluasi
Klien menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
sertakerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
2) Intervensi
a) Diskusikan bersama klien keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
b) Ajarkan kepada klien cara berkenalan dengan satu orang
c) Anjurkan kepada klien untuk memasukan kegiatan berkenalan
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah
c. Tujuan khusus 3: klien dapat berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain secara bertahap
1) Kriteria evaluasi
Klien berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain secara
bertahap.
2) Intervensi
a) Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian klien
b) Beri kesempatan pada klien mempraktekkan cara berkenalan
dengan dua orang
c) Ajarkan klien berbincang-bincang dengan dua orang tentang topik
tertentu
d) Anjurkan kepada klien untuk memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah
d. Tujuan khusus 4: klien dapat terlibat dalam aktivitas sehari-hari
1) Kriteria evaluasi
Klien terlibat dalam aktivitas sehari-hari.
2) Intervensi
a) Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian klien
b) Jelaskan tentang obat yang diberikan, meliputi jenis, dosis, waktu,
manfaat dan efek samping obat
c) Anjurkan klien memasukan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal
kegiatan harian dirumah
d) Anjurkan klien untuk bersosialisasi dengan orang lain
e) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
f) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami
klien dan proses terjadinya
g) Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat klien

Anda mungkin juga menyukai