Anda di halaman 1dari 21

KONSEP PEMERIKSAAN FISIK IBU POST PARTUM, PEMERIKSAAN

TINGGI FUNDUS UTERI DAN PEMERIKSAAN DIATESIS RECTUS


ABDOMINIS

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Cut Fadhlina Rizki Zabrina (P07120120045)


2. Liwaul Hamdi (P07120120053)
3. Khairunnisak (P07120120052)
4. Rika Mayda (P07120120064)

Tk.2 Reguler B

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Dewi Marianthi, S. Kp,. M. Kep, Sp. Mat

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH

PRODI D-III KEPERAWATAN BANDA ACEH

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memeberikan rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, ketenangan jiwa
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dengan judul
“Konsep Pemeriksaan Fisik Ibu Post Partum, Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri
Dan Pemeriksaan Diatesis Rectus Abdominis” Penelitian ini disusun dalam rangka
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Pendidkan program
Diploma III (D-III) prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Aceh.

Walaupun karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, namun sedikit dapat
menambah wawasan dan pengetahuan untuk terus berjuang mencapai kesempurnaan
yang mungkin membutuhkan perjuangan yang tiada henti-hentinya.Maka dari itu
besar harapan kami untuk masukan saran dan kritik guna perbaikan dan
kesempurnaan karya tulis ini, sehingga dapat menghantarkan para mahasiswa untuk
mengembangkan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional yang dicita-
citakan.

Demikian pula keterbatasan pengetahuan yang kami miliki masih dalam


proses belajar, sehingga terdapat banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini. Karena itu sepatutnya kami menyampaikan terima kasih kepada Dr. Dewi
Marianthi, S. Kp,. M. Kep, Sp. Mat yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk membimbing kami. Selesainya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Dan terimaksih kepada teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam menyeselesaikan karya tulis ilimiah ini.

Kamis, 17 Febuari 2022

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................2
C. Manfaat.......................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
A. Pengertian...................................................................................................................3
a. Pengertian Post Partum.........................................................................................3
b. Pengertian Fundus Uteri........................................................................................3
c. Pengertian Diatesis Rectus Abdominis.................................................................4
B. Penyebab.....................................................................................................................4
a. Penyebab Post Partum...........................................................................................4
b. Penyebab Tinggi Fundus Uteri..............................................................................5
c. Penyebab Diatesis Rectus Abdominis...................................................................6
C. Patofisiologi.................................................................................................................7
a. Patofisiologi Post Partum.......................................................................................7
b. Patofisiologi Tinggi Fundus Uteri.........................................................................7
c. patofisiologi Diatesis Rectus Abdominis...............................................................8
BAB III....................................................................................................................................9
PROSEDUR TINDAKAN.......................................................................................................9
A. Pemeriksaan Fisik Post Partum................................................................................9
B. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri..........................................................................12
C. Pemeriksaan Diatesis Rectus Abdominis................................................................14
BAB IV..................................................................................................................................15

ii
PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan...............................................................................................................15
B. SARAN......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Postpartum/masa nifas merupakan masa pulih kembali mulai dari


persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kirakira 6-
8 minggu. Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian seperti
perubahan fisik, psikologis untuk menghadapi masa nifas yang bila tidak
ditangani segera, akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan
kematian bagi ibu di waktu masa nifas/masa peurperium (Indriyani, 2013).

Masa peurperium/masa nifas merupakan masa mengembalikan alat


genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari
atau enam minggu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Puerperium dibagi menjadi 3
yaitu puerperium dini, pueperium intermedial, dan remote puerpuerium
(Indriyani, 2013). Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate 24
jam pertama dan early postpartum period (minggu pertama) sedangkan perubahan
secara bertahap kebanyakan terjadi pada late postpartum period (minggu kedua-
minggu ke enam).

Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan
atau HPP (Haemorrhage Postpartum) (Indriyani, 2013). Perdarahan paska
persalinan biasanya terjadi pada masa postpartum yang lebih dari 500 cc segera
setelah bayi lahir. Menentukan jumlah 2 perdarahan pada saat persalinan sulit
karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan di kain pada alas
tidur. Manifestasi klinis pada perdarahan adalah klien mengeluh lemah, limbung,
berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi
> 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr (Purwoastuti & Walyani, 2015). Tempat yang

1
baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta.Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4
cm, permukaan tidak rata, berbenjol karena banyaknya vena yang di tutupi oleh
trombus. Selain itu, kuman juga dapat masuk melalui serviks, vagina dan
perineum.

Terjadinya infeksi dapat terjadi karena manipulasi penolong yang tidak


steril atau pemeriksaan dalam berulangulang, alat-alat tidak steril, infeksi droplet,
sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi oleh kuman dan virus, infeksi
nosokomial rumah sakit, infeksi intrapartum dan hubungan seksual akhir
kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini (Purwoastuti & Walyani,
2015).

B. Tujuan

Agar Mahasiswa mengetahui konsep pemeriksaan fisik ibu post partum,


pemeriksaan tinggi fundus uteri dan pemeriksaan diatesis rectus abdominis

C. Manfaat

Sebagai bahan masukan bagi responden ibu postpartum untuk lebih peduli
dalam menjaga kebersihan area vagina pasca persalianan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada masa nifas, dan berperan penting dalam menjaga
kesehatan fisik maupun psikologisnya dalam perawatan masa nifas.

Sebagai acuan bagi mahasiswa selanjutnya, agar mahasiswa yang


dilakukan lebih representatif dan lebih baik dari mahasiswa sebelumnya dan di
harapkan lebih mampu menambah dan memperkaya khasanah keilmuan
keperawatan serta dapat di gunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya yang
berfokus pada keefektifan petugas kesehatan dalam bertugas untuk memberikan
informasi atau pendidikakan kesehatan pada ibu pasca persalinan atau masa nifas
untuk mencegah terjadinya infeksi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
a. Pengertian Post Partum

Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan.


Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke
enam setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada
saat sebelum hamil (Marmi, 2012). Post partum adalah waktu penyembuhan
dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian
terhadap hadirnya anggota keluarga baru. (Mitayani, 2011). Post Partum
adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih
seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

b. Pengertian Fundus Uteri

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan


melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pada
perempuan tidak hamil uterus memunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml
atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang
mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir
kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter
atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2009; h. 175).

Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot,


sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal
itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar.
Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah
korpus pada bulanbulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan
bertambahnya

3
usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan ketebalannya hanya
berkisar 1.5 cm bahkan kurang.

c. Pengertian Diatesis Rectus Abdominis

diastasisrecti adalah kondisi di mana otot perut mengalami pemisahan


akibat pengembangan saat hamil. Adanya tekanan dari rahim untuk
mendukung tumbuh kembang janin, serta adanya hormon kehamilan, dapat
menyebabkan otot-otot sixpack melebar. Otot sixpack merupakan otot sisi kiri
dan kanan rektus abdominis yang menutupi bagian depan perut. Ketika jarak
pada otot-otot ini bermasalah, jaringan perut bisa kehilangan elastisitasnya.

Akibatnya, perut pun hampir tidak bisa kembali seperti kondisi sebelum
Mama hamil. Pada sebagian kasus, perut dengan diastasis recti akan tampak
kendur dan tampak sedikit menggembung jika dilihat dari arah samping.

B. Penyebab
a. Penyebab Post Partum

Tubuh tiap pasien memiliki reaksi berbeda-beda ketika terjadi perdarahan.


Akan tetapi, ada sebagian kasus yang mengalami perdarahan post partum
lebih parah. Berikut berbagai hal yang bisa menyebabkan perdarahan post
partum secara berlebihan/postpartum hemorrhage (PPH):

1. Adanya perdarahan post partum yang terjadi akibat robekan ataupun


sayatan episiotomi yang lebar pada perineum atau vagina.
2. Atonia uteri adalah kondisi hilangnya tonus otot rahim sehingga tidak
dapat berkontraksi, menekan pembuluh dan mengurangi aliran darah.
Situasi ini menjadi penyebab utama perdarahan post partum dan dapat
disebabkan oleh kondisi kehamilan lainnya, seperti polihidramnion.

4
3. Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta bayi menutup seluruh atau
sebagian leher rahim yang menghubungkannya dengan bagian atas
vagina.
4. Retensi plasenta, yaitu kondisi ketika sebagian atau seluruh jaringan
plasenta tidak keluar setelah melahirkan
5. Kekurangan enzim thrombin dapat menyebabkan gangguan
perdarahan akibat kegagalan pembekuan darah.
6. Rahim yang pecah (ruptur) juga dapat menyebabkan perdarahan post
partum. Namun, kasus ini merupakan kondisi yang jarang terjadi.

b. Penyebab Tinggi Fundus Uteri


Ada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh
hormon estrogen dan sedikit oleh progesteron. Hal ini dapat lihat dengan
perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan kehamian ektopik. Akan
tetapi, setelah kehamilan 12 minggu penambahan ukuran uterus didominasi
oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan, tuba fallopii, ovarium,
dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus, sementara
pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi
plasenta juga memegaruhi penebalan sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus
yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih
cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak
rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda Piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk
aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilannya,
daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis
pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus akan bertambah lebih cepat
dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval. Ismus uteri pada
minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan
tanda Hegar. Pada akhir kehamilan kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu

5
besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan
menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan ke atas, terus
tumbuh hingga hampir menyentuh hati.
c. Penyebab Diatesis Rectus Abdominis
Berbagai penyebab diastasis recti atau diastasis rekti adalah sebagai berikut:

1. Peregangan otot-otot rektus abdominus (perut) yang berlebihan dan terlalu


kuat.
2. Koordinasi otot perut bagian dalam, depan, dan samping yang buruk atau
kurang berjalan dengan baik sehingga saling tarik-menarik.
3. Peningkatan berat badan yang terlalu berlebihan saat hamil.
4. Mekanisme tubuh kurang optimal dalam mengembalikan perut ke ukuran
semula setelah melahirkan karena penambahan berat badan saat hamil.
5. Proses pengencangan otot-otot perut sulit kembali normal.

Penyebab diastasis rekti atau pemisahan perut yang tampak membesar juga
bisa terjadi karena adanya perubahan hormon.Perubahan hormon tersebut
membuat otot perut menipis dan meregang selama kehamilan.

Tekanan dari tubuh bayi yang sedang tumbuh saat masa kehamilan juga
turut andil sebagai penyebab diastasis recti atau diastasis rekti. Tekanan dari
tubuh bayi terjadi bersamaan dengan tumbuhnya rahim yang dibantu oleh
adanya hormon kehamilan. Hormon kehamilan ini bekerja dengan cara
melembutkan jaringan-jaringan penghubung (linea alba) yang terdapat di
sekitar otot perut. Pemisahan yang membuat perut tampak membesar ini
terjadi saat pertumbuhan rahim yang sedang mengandung bayi selama
kehamilan menyebabkan dua otot perut terpisah.

6
C. Patofisiologi
a. Patofisiologi Post Partum
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkansirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga sehingga pembuluh
darahpembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehinga
pedarahan 16 terjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi
yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari
perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong
pada keadaan shock hemoragik.

b. Patofisiologi Tinggi Fundus Uteri


Ada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh
hormon estrogen dan sedikit oleh progesteron. Hal ini dapat lihat dengan
perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan kehamian ektopik. Akan
tetapi, setelah kehamilan 12 minggu penambahan ukuran uterus didominasi
oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan, tuba fallopii, ovarium,
dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus, sementara
pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi
plasenta juga memegaruhi penebalan sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus
yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih
cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak
rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda Piscaseck.

7
c. patofisiologi Diatesis Rectus Abdominis
Saat sedang menjalani masa kehamilan, rahim yang membesar
menyebabkan otot perut meregang. Hal ini menyebabkan otot perut yang
bertemu pada bagian tengah terpisah dengan jarak yang abnormal.Kondisi
otot perut yang terpisah dapat menyebabkan munculnya tonjolan di tengah
perut yang bisa kita lihat saat otot perut tegang. Sementara itu, diastasis
recti yang terjadi pada bayi yang baru lahir diakibatkan karena otot perutnya
belum berkembang dan menyatu dengan sempurna, terutama jika lahir
prematur.

8
BAB III

PROSEDUR TINDAKAN

A. Pemeriksaan Fisik Post Partum


a. Pengertian Tindakan
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada ibu postpartum untuk
mengidentifikasi permasalahan yang mungkin terjadi selama periode
postpartum.

b. Tujuannya
1. Memeriksa keadaan umum ibu postpartum
2. Mendeteksi adanya permasalahan kesehatan pada ibu postpartum

c. Bahan/Alat
1. Tensimeter dan stetoskop
2. Termometer
3. Hammer
4. Sarung tangan bersih
5. Bengkok

d. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Mengidentifikasi periode dan perubahan klien post partum
 Periode :
a. Immediate post partum: Periode 2 jam pertama post partum.
Observasi setiap 30 menit
b. Early post partum : Periode minggu pertama setelah post
partum

9
c. Late post partum : Periode minggu kedua samapai keenam post
partum
 Perubahan psikologi :
a. Taking In (fase ketergantungan) Klien berfokus pada dirinya
dan tergantung pada orang lain, biasanya ibu membicarakan
pengalaman melahirkan. Fase ini Berlangsung 1-2 hari.
b. Taking Hold (fase ketergantungan Klien mulai berinisiatif dan
mandiri memenuhi 55 ke mandiri) kebutuhan dirinya dan
bayinya. Fase ini berlangsung hari ke-3 s/d minggu ke-4/5.
c. Letting go (Fase kemandirian) Klien sudah merasakan diri dan
bayinya saling terikat. Fase ini berlangsung minggu ke-5 s/d
ke-6.
d. Honey moon Fase intim dimana telah terjadi kontak yang lama
antara ayah, ibu dan bayi sebagai keluarga baru.
3. Melakukan anamnesa kesehatan meliputi: Identitas klien, identitas
penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan saat ini, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu dan saat ini,
serta riwayat keluarga (penyakit keturunan).
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
Rerata pernafasan.
5. Melakukan pemeriksaan fisik pada daerah kepala: Mata/penglihatan
(anemis, edema palpebra, penglihatan kabur, ikterik), adanya
kloasma/melasma, caries gigi, nyeri telan, pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran vena jugularis.
6. Melakukan pemeriksaan fisik pada daerah dada dan payudara: Suara
nafas, suara jantung, pembesaran payudara, konsistensi payudara,
hiperpigmentasi areola, keadaan puting, produksi ASI, nyeri, warna dan
suhu sekitar payudara (tanda-tanda infeksi akibat bendungan ASI).
Gambar cara mengeluarkan ASI

10
7. Melakukan pemeriksaan fisik pada daerah perut: Observasi adanya luka
operasi, striae, posisi uterus, kontraksi uterus, involusi uteri peregangan
mekanis dinding abdomen selama hamil dan persalinan). Posisikan klien
seperti pada gambar untuk memeriksa adanya diastasis rektus
abdominalis.
8. Melakukan pemeriksaan ekstremitas: Adakah edema tungkai, periksa
refleks patella, periksa akral perifer, adakah varises.
9. Melakukan pemeriksaan pada vulva, vagina, perineum, dan rectum:
 Pakai sarung tangan bersih
 Posisikan klien pada posisi sims (miring ke arah luka episiotomi / ke
arah yang sakit).
 Observasi adanya perdarahan (jumlah, warna, bau).  Lochea
 Periksa adanya luka episiotomy: adakah kemerahan, bengkak,
penyatuan jaringan, serum, nyeri. Kaji tanda-tanda infeksi pada luka
dengan kriteria REEDA (Redness, Echimosis & Eritema, Edema,
Discharge, Approximation)
 Periksa adanya hemoroid pada rectum.
 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
10. Penutup, Merapikan pasien dan peralatan
11. Dokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan
12. Ucapkan terima kasih dan salam.

11
B. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri

Mengukur tinggi fundus uteri adalah teknik pengukuran dengan


menggunakan meteran yang dilakukan pada ibu hamil dengan cara mengukur dari
puncak fundus uteri sampai diatas simfisis pubis.
Tujuan dari dilakukannya tindakan ini yaitu sebagai salah satu indikator
untuk menentukan kemajuan janin, sebagai perkiraan usia kehamilan secara kasar
dan membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko tinggi yang dapat
mengganggu kehamilan.

Prosedur Kerja 
1. Tahap Terminasi
a. Persiapan Perawat
        - Identifikasi catatan keperawatan dan data medis pasien
        - perawat Mencuci tangan
b. Persiapan pasien
- Menjelaskan Prosedur kepada pasien dan keluarga pasien dan
meminta izin akan dilakukannya prosedur
     - Menjaga privacy dengan menutup pintu atau dengan memasang tirai
c. Persiapan alat
        - Pita Ukuran
     - Bantal

2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, memastikan identitas pasien dengan cara
memanggilnya.
b. Menjelaskan kembali prosedur dan tujuan tindakan pengukuran fundus
uteri kepada pasien dan keluarga

12
3. Tahap kerja
a. menganjurkan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
b. sebelum dilakukan tindakan anjurkan pasien untuk buang air kecil agar
hasil pengukuran lebih akurat.
c. pastikan privacy dari pasien terjaga dengan menutup pintu dan jendela
atau memasangkan tirai
d. posisikan pasien tidur terlentang dengan memberi bantal tidur di bagian
kepala
e. melakukan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), cara mengukur dengan
meletakkan ujung alat ukur tepat diatas simpisis pubis, ukur sepanjang
garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurve fundus
f. tentukan tinggi fundus uteri

4. Tahap Terminasi
a. mengevaluasi perasan pasien
b. menyimpulkan hasil kegiatan
c. melakukan kontrak untuk kegiatan pengukuran selanjutnya
d. perawat mencuci tangan

5. Tahap Dokumentasi
a. mencatat hasil pengukuran tinggi fundus uteri dan perkiraan usia
kehamilan kedalam catatan keperawatan

13
C. Pemeriksaan Diatesis Rectus Abdominis

Lakukan pemeriksaan diastasis recti abdominis ( lakukan jika tidak


ada luka SC) dengan cara :
1. Letakkan dua atau tiga jari tangan perawat secara vertikal , tepat dibawah
pusat klein .
2. Anjurkan klien untuk mengangkat kepala dan bahu tanpa dibantu
3. Raba dan rasakan berapa jari yang terjepit oleh dinding abdomen ketika
klien duduk
4. Simpulkan keadaan diastasis recti abdominis

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam
setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum
hamil.
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Pada perempuan tidak
hamil uterus memunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama
kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung
janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya
mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata
1100 gram.

Diastasisrecti  adalah kondisi di mana otot perut mengalami pemisahan


akibat pengembangan saat hamil. Adanya tekanan dari rahim untuk mendukung
tumbuh kembang janin, serta adanya hormon kehamilan, dapat menyebabkan
otot-otot sixpack melebar. Otot sixpack merupakan otot sisi kiri dan kanan rektus
abdominis yang menutupi bagian depan perut. Ketika jarak pada otot-otot ini
bermasalah, jaringan perut bisa kehilangan elastisitasnya.

B. SARAN
Bagi penulis selanjutnya, dibutuhkan waktu serta kesabaran serta keahlian dalam
memberikan asuhan yang berkesiambungan.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta ; PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo
Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama
APN, (2014). Buku Acuan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta
Gilbert, Elizabeth Stepp. 2011. Manual of High Risk Pregnancy and Delivery. Fifth
edition. Elsevier, Mosby
Indriyani, D. (2013). Aplikasi konsep dan teori keperawatan maternitas postpartum
dengan kematian janin. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Lowdermilk, Perry, Cashion, dan Alden. 2012. Maternity and Women‘s Health Care.
Elsevier, Mosby
Marmi.2012.Asuhan Kebidanan pada persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Medika.
Purwoastuti & Walyani. (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

17

Anda mungkin juga menyukai