Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

EKLAMSIA

Disusun Oleh :

ZUZELMAN
NIM : PO7120221098

PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES JAMBI
TAHUN 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Pre eklamsia dan eklampsia merupakan penyulit dalam proses persalinan
yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian pre eklampsia
merupakan faktor utama penyebab timbulnya eklampsia yang dapat mengancam hidup
ibu bersalin. Tingginya angka kematian bulin sebagai akibat perkembangan dari pre
eklampsia yang tidak terkontrol memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
tingginya angka kematian.
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus
pre eklampsia atau eklampsia ( Manuaba, 1998 ). Dari kasus tersebut
6 % terjadi pada semua persalinan, 12 % terjadi pada primi gravida. Masih tingginya
angka kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu
bersalin dan tingkat kesehatan masyarakat secara umum.
Dengan besarnya pengaruh pre eklampsia terhadap tingginya tingkat
kematian bulin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan
menanganikasus-kasus pre eklampsia. Perawatan pada bulin dengan preeklamsia
merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre eklampsia tersebut.

1.2 Tujuan

1) Mengetahui definisi dari eklampsia


2) Mengetahui etiologi eklampsia
3) Mengetahui bagaimana manifestasi klinis eklampsia
4) Mengetahui komplikasi yang bisa timbul dari eklampsia
5) Mengetahui penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang yang digunakan
6) Memahami pathway dari eklampsia
7) Memahami asuhan keperawatan eklampsia

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari eklampsia ?

2
2. Bagaimana etiologinya ?
3. Bagaimana manifestasi klinisnya ?
4. Apa  komplikasi yang  bisa timbul ?
5. Bagaimana  penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang yang digunakan
?
6. Bagaimana  pathway dari eklampsia ?
7. Bagaimana  asuhan keperawatan ntuk eklampsia ?

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri).
(Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia
memburuk menjadi kejang (helen varney;2007)
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi
yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan
kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2001)
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi
pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)

2.2 Epidemiologi
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah
satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di
Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan
menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % – 15 %. Antara
tahun 1991 – 1997 kira-kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat
adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini
mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu
dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil. Eklampsia di
Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban
besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu
berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni
42,2%-48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil.
Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju
disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal. Sebab
kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas. Berlawanan
dengan yang sering diduga, eklampsia tidak menyebabkan hipertensi menahun.
Ditemukan bahwa pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan

4
pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian/lebih, tidak lebih tinggi
daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia.

2.3 Klasifikasi Eklamsia


2.3.1 Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan :
1). Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini
paling sering terjadi),
a. kejadian 15% sampai 60 %
b. serangan terjadi dalam keadaan hamil
2). Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
a. Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
b. Saat sedang inpartu
c. Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
3). Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
a. Kejadian jarang
b. Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

2.4 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari eklampsia belum diketahui. Ada beberapa
teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga
kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
2. Peran faktor imunologis
3. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada pre-eklampsi/eklampsi.
4. Peran faktor genetik /familial

5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/


eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsi/eklampsi.
6. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

5
2.5 Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang
atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1.      Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
( pandangan kosong ), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke
kanan dan ke kiri.
2.      Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit, berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
3.      Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat
tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.Setelah
berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas, seperti mendengkur.
4.      Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang
antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma.

6
2.6 Patofisiologi

   2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1. Terhadap janin dan bayi.
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah
pecah sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan
sebagian plasenta dapat terlepas.
b. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.

c. Hemolisis

7
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas
membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin.
Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya
dibawah 100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus
secara berkala.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan
tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
d. Edema paru – paru
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,
peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi
endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan
kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang -  kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
i. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

8
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
b. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiograf

2.8 Diagnosa Banding


2.8.1 Diagnosa banding dari pre eklamsi ringan :
1)    Hipertensi kronik : adanya hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang
ditemukan pada kehamilan ≤ 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah
5 minggu pasca persalinan.
2)  Transient hipertention : timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita
yang tekanan darahnya normal dan tidak menpunyai gejala lain. Gejala ini
akan hilang setelah 10 hari pasca persalinan.
3)    Pemeriksaan penunjang : urine rutin / lengkap
2.8.2 Diagnosa banding dari pre eklamsi berat :
1)    Hipertensi kronik dan kehamilan
2)    Kehamilan dengan sindrom nefrotik
3)    Kehamilan dengan payah jantung
4)    Pemeriksaan penunjang Lab :
- Hb, Hct, AT
- urine lengkap
- asam urat darah
- fungsi hati
- fungsi ginjal
2.8.3 Diagnosa banding dari kehamilan yang disertai kejang- kejang :
1) Febrile convulsion ( panas + )
2) Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3) Tetanus( kejang tonik atau kaku kuduk )
4) Miningitis atau ensefalitis ( fungsi lumbal )
5) Tumor otak

2.9 Penatalaksanaan umum

9
2.9.1 Penanganan Kejang :
a. Beri obat anti konvulsan
b.Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan,
masker O2 dan tabung O2 )
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
2.9.2 Penanganan Umum :
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema
paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l. Dosis awal : beri MgSO 4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5
menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2%
(dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu
pemberian MgSO4
m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap
4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang
terakhir
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 /
menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >

10
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri
kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan
sampai pernafasan mulai lagi.

11
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1.      Data subyektif :
a.       Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi
pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,


pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau
eklampsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.

2.      Data Obyektif :

a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam


b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (
jika refleks + )
e. Pemeriksaan penunjang :

i. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
ii. Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),

12
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
iii. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
iv. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
v. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
vi. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
3.2  Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
3.2.1 Diagnosa Pre Op :
1.         Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan
dilakukan.
3.2.2 Diagnosa Post Op :
1.         Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang
2.         Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3.         Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3.3  Rencana Tindakan Keperawatan
3.3.1 Intervensi Pre Op :
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Cemas berhubungan Tujuan : Setelah 1.  Beritahu klien 1. Klien dapat
dengan prosedur dilakukan tentang prosedur mengetahui
invasif saat operasi tindakan pembedahan prosedur
SC akan dilakukan keperawatan 2. Beri kesempatan pembedahan
selama 3 x 24 jam pada klien untuk 2. Dapat meringankan
diharapkan mengungkapkan beban pikiran klien
masalah rasa cemasnya 3. Lingkungan yang
keperawatan 3. Ciptakan tenang dan nyaman
dapat teratasi suasana tenang dapat mengurangi
Kriteria Hasil : dan nyaman rasa cemas klien
a. Klien tidak
cemas lagi
b. Klien terlihat
tenang
c. Klien terlihat
rileks

13
3.3.2 Intervensi Post Op :

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Resiko cidera Tujuan: Setelah 1. Monitor tekanan 1. Tekanan diastole >
berhubungan dengan dilakukan tindakan darah tiap 4 jam 110 mmHg dan sistole
kejang berulang keperawatan selama 3 2. Kaji tingkat 160 atau lebih
x 24 jam diharapkan kesadaran pasien merupkan indikasi
masalah keperawatan 3.   Kaji adanya dari PIH
dapat teratasi tanda-tanda 2. Penurunan kesadaran
Kriteria Hasil : eklampsia sebagai indikasi
a. Kesadaran Compos (hiperaktif, reflek penurunan aliran
Metis , GCS : 15 ( 4- patella dalam, darah otak
5-6 ) penurunan nadi, 3. Gejala tersebut
b.  Tanda – tanda vital dan respirasi, nyeri merupakan
dalam batas normal epigastrium dan manifestasi dari
TD: 120/80 mmHg oliguria ) perubahan pada otak,
Suhu: 36 – 37 C 4. Kolaborasi dengan ginjal, jantung dan
Nadi: 60 – 80 x/mnt tim medis dalam paru yang mendahului
RR: 16 – 20 x/menit pemberian anti status kejang
hipertensi dan SM 4. Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan
darah dan SM untuk
mencegah terjadinya
kejang

Nyeri akut berhubungan Tujuan: Setelah 1. Kaji skala nyeri 1. Setiap skala nyeri
dengan agen cidera fisik dilakukan tindakan 2. Ajarkan teknik memiliki managemen
keperawatan selama 3 relaksasi yang berbeda
x 24 jam diharapkan 3. Ajarkan teknik 2. Relaksasi dapat
masalah keperawatan nafas dalam mengalihkan persepsi
dapat teratasi 4. Berikan posisi yang nyeri
Kriteria hasil : nyaman 3. Tekhnik nafas dalam
5. Kolaborasi dapat mengurangi rasa
a. Klien tidak pemberian nyeri

14
meringis analgetik 4. Posisi yang nyaman
b. Skala nyeri 2 – 3 dapat mengurangi
( 1 – 10 ) sensasi nyeri
c. Pasien 5. Terapi analgetik dapat
melaoporkan rasa membantu melokalisir
nyeri hilang atau nyeri
berkurang
Resiko infeksi Tujuan: Setelah 1. Monitor tanda – 1. Mengetahui keadaan
berhubungan dengan dilakukan tindakan tanda vital umum klien
prosedur invasif keperawatan selama 3 2. Kaji keadaan luka 2. Untuk mengetahui
x 24 jam diharapkan (kontinuitas dari tanda-tanda infeksi
masalah keperawatan kulit) terhadap 3. Meminimalkan
dapat teratasi adanya: edema, terjadinya kontaminasi
Kriteria Hasil : rubor, kalor, dolor, 4. Leukosit yang
a.  Menunjukkan fungsi laesa meningkat artinya
regenerasi jaringan 3. Anjurkan pasien sudah terjadi proses
dan mencapai untuk tidak infeksi
penyembuhan tepat memegang bagian 5. Obat antibiotik dapat
waktu yang luka membantu membunuh
b.   Pada area luka 4. Kolaborasi kuman
tampak bersih dan pemeriksaan
tidak kotor darah : leukosit
c.   Luka tidak 5. Kolaborasi
menunjukkan tanda- pemberian obat -
tanda infeksi obatan antibiotika
sesuai indikasi

15
BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau
masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo,
2000: 49).
Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan : Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang
terjadi sebelum persalinan, kejadian 150 % sampai 60 %, serangan terjadi dalam keadaan
hamil. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan, Kejadian sekitar 30 %
sampai 35 %, Saat sedang inpartu, Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
dan Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan, Kejadian jarang,
Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

4.2  Saran
Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini penulis telah menyelesaikan
semaksimal mungkin dengan hasil sesuai yang ada di hadapan para pembaca yang
budiman. Namun penulis sadar akan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak” yang
mana tidak ada manusia yang sempurna dan penulis menyadari akan hal itu. Sehingga
penulis memohon maaf yang sebesar – besarnya apabila terjadi kesalahan baik dalam
penyusunan maupun penulisan serta isi yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu,
penulis mohon saran yang bersifat membangun sehingga dapat terjadi perbaikan dalam
penyusunan asuhan keperawatan yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC


Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • LK Thalasemia
    LK Thalasemia
    Dokumen92 halaman
    LK Thalasemia
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • LP HMD 1
    LP HMD 1
    Dokumen14 halaman
    LP HMD 1
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • SOP Transfusi Darah
    SOP Transfusi Darah
    Dokumen3 halaman
    SOP Transfusi Darah
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • SOP Transfusi Darah
    SOP Transfusi Darah
    Dokumen3 halaman
    SOP Transfusi Darah
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia
    Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia
    Dokumen39 halaman
    Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • EKLAMSI
    EKLAMSI
    Dokumen8 halaman
    EKLAMSI
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat
  • LP KB Suntik
    LP KB Suntik
    Dokumen21 halaman
    LP KB Suntik
    Puskesmas Tasep Lintas
    Belum ada peringkat