Anda di halaman 1dari 20

‘‘Analisis landasan anatomis dan fisiologis latihan berdasarkan usia dan jenis kelamin’’

Nama Mata Kuliah : FISIOLOGI

Seksie/Kelas : 202020870187

Hari/Tanggal/Jam : KAMIS/ 26-5-2021/ 9.41-11.30

Nama mahasiswa: SIGIT PERDANA PUTRA

Nomor Induk Mahasiswa: 1307120112000001

Judul Tugas: Analisis landasan anatomis dan fisiologis latihan


berdasarkan usia dan jenis kelamin

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. Sayuti Syahara, M.s.

Jusuran

Pendidikan kepelatihan olahraga

Fakultas ilmu keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaiakan tugas individu. Tugas ini di susun dengan
maksud memberi informasi dan pengetahuan tentang ‘Analisis landasan anatomis dan
fisiologis latihan berdasarkan usia dan jenis kelamin’’guna menambah wawasan penulis.
Demi untuk mendapat informasi pengetahuan tersebut maka tugas ini di susun dan
dibuat selain sebagai pengetahuan serta informasi, tugas ini juga memenuhi tugas mata
kuliah‘‘Fisiologi Olahraga”
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundng pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjudnya.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi masyarakat umum dan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman sekarang peranan olahraga semakin penting, baik untuk peningkatan
prestasi, peningkatan kesehatan maupun pembinaan generasimuda. Untuk mencapai
prestasi istirahat dalam olahraga, ada berbagai faktor yang berperan untuk
meningkatkan prestasi olahraga. Sajoto (1995:2)
menyatakan faktor-faktor penentu pencapaian prestasi prima atlet dalam cabang
olahraga dapat diklasifikasikan menjadi empat (4) aspek yaitu; (1) Aspek Biologis yang
meliputi (a) Potensi atau kemampuan dasar tubuh terdiri dari kekuatan, kecepatan,
denyut nadi istirahat, koordinasi, tenaga, daya tahan otot, daya kerja jantung-paru,
status gizi, keseimbangan, ketepatan, dan kesehatan dalam olahraga, (b) Fungsi organ-
organ tubuh, (c) Postur dan struktur tubuh, (d) Gizi. (2) Aspek Psikologis meliputi :
intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi kerja otot dan saraf. (3) Aspek Lingkungan
meliputi: sosial, sarana dan prasarana, cuaca, keluarga. (4) Aspek Penunjang meliputi:
pelatih, program latihan, penghargaan, dana, organisasi olahraga yang tertib. Olahraga
sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga metabolisme tubuh
menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih
efektif dan efisien. Olahraga merupakan keperluandalam kehidupan kita, apalagi bagi
yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk manfaat yang
mereka dapatkan dari latihan mereka: olahraga dapat meningkatkan kinerja,
BAB II
PEMBAHASAN

BAB 2
 Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh adalah persentase berat tubuh yang terdiri dari jaringan
nonlemak dan jaringan lemak. Menilai komposisi tubuh adalah langkah penting
dalam mengevaluasi status kesehatan seseorang (Sherwood, 2012). Komposisi
tubuh didefinisikan sebagai proporsi relatif dari jaringan lemak dan jaringan bebas
lemak dalam tubuh. Komposisi tubuh terdiri dari empat komponen utama, yaitu
jaringan lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass),
mineral tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Dua komponen
komposisi tubuh yang paling umum diukur adalah jaringan lemak tubuh total dan
jaringan bebas lemak (Williams, 2007).
Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Zat padat menyusun 40%
tubuh manusia seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material organik dan
non organic, 60% sisanya adalah cairan. Pembagian 60% dari komposisi cairan,
20% merupakancairan ekstraselular dan 40% nya adalah cairan intraselular
(Corwin, 2009).
Komposisi tubuh tersusun atas massa lemak (Fat Mass) dan massa non
lemak (Free Fat Mass). Komposisi tubuh seperti lemak, otot, cairan badan, kerangka
akan mengalami perubahan. Berat badan akan semakin meningkat karena energi dari
makanan akan ditimbun sebagai lemak cadangan (Storage Fat). Penurunan aktivitas
kerja fisik terjadi secara bersamaan dengan penimbunan lemak cadangan (Storage
Fat) dimana akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh (Sudibjo, 2012).
7
Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air,
dan otot dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk
mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan
informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan penyakit
(Arisman, 2011).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi tubuh
Komposisi tubuh, termasuk massa lemak tubuh dapat berubah dan berbeda
pada tiap individu. Komposisi tubuh terdiri dari empat komponen utama, yaitu
jaringan lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass),
mineral tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Dua komponen
komposisi tubuh yang paling umum diukur adalah jaringan lemak tubuh total dan
jaringan bebas lemak (Williams, 2007). Komposisi tubuh dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
 Usia
Pengaruh usia terhadap komposisi tubuh menyebabkan perubahan
komposisi massa bebas lemak. Pada massa lemak, persentasenya masih tetap
namun terjadi redistribusi dari lemak subkutan ke lemak Viseral (WHO, 2011).
Perubahan komposisi tubuh yang khas pada proses menua adalah penurunan FFM
dan peningkatan FM. Suatu penelitian yang dilakukan pada 813 orang dewasa
menemukan adanya kecenderungan perubahan FFM dan FM pada berbagai usia.
Peningkatan FM terjadi secara konsisten dari usia 25 sampai 65 tahun, yaitu 17%
menjadi 29% pada pria dan 29% menjadi 38% pada wanita. Perubahan FFM tidak
begitu nyata sampai usia pertengahan. Setelah usia 45 tahun, terjadi penurunan
8 FFM dari 62 kg menjadi 55 kg pada pria dan dari 48 kg menjadi 39 kg pada
wanita (Basu dan Nair, 2012)
 Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan komposisi tubuh yang kecil antara perempuan dan lakilaki
sebelum usia pubertas, namun pada usia pubertas perbedaan menjadi sangat
besar dimana perempuan memiliki lebih banyak deposit lemak, sedangkan pada
laki-laki terbentuk lebih banyak jaringan otot (Williams, 2007). Estrogen
menyebabkan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan.
Sebagai akibatnya, persentase lemak dalam jaringan subkutan pada tubuh wanita
dianggap lebih besar dibandingkan pada tubuh pria. Simpanan lemak terjadi pada
payudara, bokong dan pantat, yang merupakan karakteristik sosok feminism
(Setianingsih, 2012)
 Nutrisi
Nutrisi dapat mempengaruhi komposisi tubuh dalam jangka waktu singkat,
seperti pada saat kekurangan air dan kelaparan ataupun dalam jangka waktu lama,
seperti pada chronic overeating yang dapat meningkatkan simpanan lemak tubuh.
Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara
lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata
pada perempuan dibanding lelaki, sebaliknya tentang asupan makanan yang
berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih
banyak pada lelaki daripada perempuan (IDAI, 2009).9
 Aktivitas fisik
Gaya hidup Sedentary dan perkembangan teknologi, media elektronik
menjadi penyebab berkurangnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan
keluaran energi (Tiala, Tanudjaja dan Kalangi, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Adityawarman (2007), didapatkan bahwa
semakin tinggi aktivitas fisik maka persen lemak tubuh yang mewakili komposisi
tubuh semakin kecil.
 Massa Lemak Tubuh / Fat Mass (FM)
Lemak merupakan sumber nutrisi yang menyumbangkan 60% dari total
energi yang dibutuhkan pada saat beristirahat dan juga dibutuhkan dalam jumlah
lebih besar saat berolahraga. Massa lemak terdistribusi tidak merata dalam tubuh kita
bergantung pada jenis kelamin, hormonal, lingkunan, genetik, usia, etnis dan aktifitas
fisik. Lemak disimpan dari tubuh dan berasal dari makanan yang dikonsumsi yang
disebut dengan lemak cadangan. Lemak cadangan dapat terdistribusi di jaringan
bawah kulit sebagai lemak subkutan serta di sekitar alat-alat visceral yang terdapat
didalam rongga dada dan rongga perut sebagai lemak visceral (Sudibjo, 2012)
 Massa Non Lemak Tubuh / Fat Free Mass (FFM)
Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari tulang,
otot, organ dan cairan (Sudibjo, 2012). FFM tersusun dari jaringan tanpa lemak
dan biasanya digunakan sebagai penanda langsung untuk massa otot rangka. Pada
pasien dengan penyakit kronis, FFM yang rendah juga dikaitkan dengan
morbiditas dan mortalitas (Frassen dan Rutten, 2014). Salah satu penyusun massa
non lemak tubuh adalah massa otot. Sekitar 40% berat badan tubuh adalah otot
10
skelet, sedangkan 5-10% yang lain adalah otot polos dan otot jantung (Saryono,
2011).
 Massa Otot
 Definisi massa otot
Otot adalah transduser (mesin) biokimia utama yang mengubah energi
potensial (kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot, jaringan tunggal
terbesar di tubuh manusia, membentuk sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih
dari 40% pada orang dewasa muda, dan sedikit lebih kecil dari 30% pada usia
lanjut (Murray,2009). Masssa otot terdiri dari otot halus, otot rangka, dan air yang
terkandung dalam otot. Otot rangka yang paling terlihat adalah yang mengandung
sedikit lapisan lemak. Massa otot mengandung air dan protein. Pertambahan
massa otot bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena
pertambahan dari myofibril. Sehingga otot yang membesar akibat dari latihan
bukanlah karena bertambah banyaknya sel otot (hiperplasi) melainkan karena
bertambahnya volume otot (hipertropi) (Herman, 2010).
 Perbedaan massa otot laki – laki dan perempuan
Struktur anatomis baik morfologis maupun histologis terdapat perbedaan
antara laki laki dan wanita. Perbedaan tersebut mulai tampak jelas pada akhir usia
adolesen (remaja). Perbedaan terdapat pada struktur otot, dimana otot pada laki
laki lebih sedikit mengandung lemak sehingga demikian kemampuan otot pada
laki laki berpotensi memiliki kekuatan yang lebih besar dari wanita. Proporsi
lemak terhadap otot pada wanita adalah 18:35, sehingga kekuatan otot kurang dan
secara anatomi wanita lebih kecil 7-10% dari pada pria, sedangkan pada pria
11 proporsi lemak terhadap otot laki - laki adalah 18:42 sehingga kekuatan otot
maksimal dan secara anatomi pria lebih besar 7-10% dari pada wanita (Seftya,
2012).
Sampai pada 16 tahun rasio masa tumbuh antara wanita dan pria adalah
sama. Setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar sehingga rasio massa
tubuh secara umum menjadi lebih besar. Bertambahnya massa otot setelah
pubertas berpengaruh terhadap kekuatan otot. Laki – laki memilki kekuatan otot
yang lebih besar daripada perempuan. Perbedaan ini disebabkan karena pada laki
– laki ada pertambahan sekresi hormon testosteron. (Widya, 2012).
 Fungsi Otot
Menurut Saryono (2011) otot mempunyai beberapa fungsi utama di dalam
tubuh, yaitu :
1. Menghasilkan pergerakan
Pergerakan dihasilkan dari kontraksi otot skelet. Otot skelet bertanggung
jawab untuk semua pergerakan dan manipulasi. Pergerakan mengijinkan
seseorang untuk berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan eksternal.
Otot mengontrol pergerakan mata, ekspresi muka(skelet),
sirkulasi(jantung) dan pergerakan gas, cairan dan padat melalui organ(otot
polos).
2. Mempertahankan postur dan posisi tubuh
Otot skelet digunakan secara konstan untuk mempertahankan posisi
duduk, berdiri dan pergerakan postur. Perkembangan otot postur
berkompensasi melawan gaya gravitasi yang terus menerus. Kunci
12 perkembangan ketika bayi merupakan kemenangan awal melawan gaya
gravitasi. Kurva tulang belakang (spinal column) dibentuk oleh hubungan
yang saling mempengaruhi antara gaya gravitasi dan beban pada otot
skelet.
3. Stabilisasi persendian
Otot skelet menyediakan stabilitas sendi yang dinamis. Banyak sendi yang
lemah menjadi diperkuat dengan ligament dan jaringan konektif. Banyak
pula sendi yang permukaannya tidak saling berkomplemen, sehingga tidak
berkontribusi terhadap stabilitas.
4. Mendukung jaringan lunak
Otot memberikan bentuk dan melindungi jaringan yang lunak dari organ
dalam.
5. Mempertahankan suhu tubuh
Otot menghasilkan panas ketika berkontraksi. Panas yang dihasilkan
sangat penting untuk mempertahankan suhu tubuh normal. Otot skelet
menghasilkan banyak panas karena ini menunjukkan 40% massa tubuh.
Kelebihan panas harus dilepaskan untuk mempertahankan suhu tubuh
(Saryono, 2011).
 Faktor yang mempengaruhi massa otot
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi massa otot seseorang, antara lain
aktivitas fisik, jenis kelamin, usia dan diet.
 Aktivitas fisik
Dalam jangka panjang, kebiasaan olahraga juga dapat meningkatkan
tampilan fisik, yaitu massa otot yang lebih besar. Kebiasaan olahraga berpengaruh
terhadap peningkatan massa otot. Massa otot seringkali menjadi ukuran fisik yang
diharapkan oleh sebagian besar pria dewasa (Nuansa, 2014).
Massa otot akan bertampah apabila latihan fisik yang dilakukan benarbenar dilakukan
dengan sungguh-sungguh, terukur, teratur dan kontinyu. Program
latihan body building dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan massa otot dada, lengan, paha, dan betis. Peningkatan massa otot
tersebut disababkan karena adanya rangsangan dari luar berupa latihan dengan
menggunakan beban luar yaitu gym machine. Latihan ini dapat merangsang otototot
besar hingga dapat memperbesar massanya (Nasrulloh, 2012). Fungsi
metabolik antara serat otot merah dan putih pada manusia berbeda. Serat otot
merah/otot lambat/slow twitch mempunyai mioglobin lebih banyak (sebagai
penyimpan oksigen yang dibawah darah untuk sel yang bekerja) secara
biokimiawi lebih baik untuk kerja aerobik/ketahanan. Serat otot putih/otot
cepat/fast twitch mengandung banyak glikogen (karbohidrat) dan lebih baik dalam
kerja anaerobic, singkat dan tipe latihan intensif (Knechtle B, 2011). Hal ini dapat
mempengaruhi jumlah kandungan air pada tubuh seseorang dan persentase serat
otot tidak dapat dirubah, namun dengan latihan yang ekstensif dan spesifik dapat
meningkatkan kapabilitas dari serat-serat otot dan mengubah struktur biokimianya
(Wangko, 2014).
 Jenis kelamin
Laki-laki memiliki massa non lemak, massa mineral tulang dan otot lebih
besar dibandingkan perempuan. Perempuan memiliki lemak spesifik yang mulai
timbul sejak masa pubertas dan tersebar di daerah payudara, perut bagian bawah dan
sekitar alat genital sehingga berbeda dengan laki-laki, pola distribusi perempuan
memiliki ciri khas saat masa pubertas (Sudibjo, 2012).
 Usia
Efek usia signifikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan karena
terjadi proses pembentukan otot dan jaringan tubuh lain, sedangkan pada usia
dewasa massa otot mulai berkurang yang dapat disebabkan oleh penurunan
aktivitas fisik (Williams, 2007).
 Diet
Selain olahraga, pembentukan massa otot juga didukung oleh zat gizi
pembentuk otot, yaitu energi dan protein. Massa otot dipengaruhi oleh tingkat
kecukupan energi dan protein, yaitu tingkat kecukupan energi dan protein yang
defisit menyebabkan penurunan massa otot (Nuansa, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Famelia (2008), didapatkan bahwa dari
hasil pengukuran preparat jaringan otot dan pengamatan dengan fotomikrograf,
terlihat bahwa jumlah miofibril mengalami peningkatan yang signifikan antar
perlakuan seiring dengan penambahan dosis suplemen asam amino.
Suplementasi asam amino mempengaruhi massa otot melalui
perubahan sintesis protein, dengan peningkatan asupan protein akan
menyebabkan peningkatan keseimbangan protein arah positif yang
kemudian menyebabkan peningkatan sintesis protein. Peningkatan sintesis
protein secara perlahan akan menyebabkan hipertropi otot yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada komposisi tubuh (Setiowati, 2013).
 Hormonal
Rata-rata orang laki-laki sehat akan memproduksi 2 sampai 10 miligram
testosterone dalam setiap harinya. Efek dari hormon anabolik ini dapat menjaga
tubuh untuk mempertahankan protein, juga dapat membantu dalam pertumbuhan
otot, tulang dan kulit. Karakteristik androgenik dari testosteron adalah
berhubungan dengan sifat kelaki-lakian. Hormon ini akan berpengaruh menjadi
lebih agresif dan sex drive (Andiana, 2012). Testosterone mempunyai efek
androgenik dan merupakan hormon anabolik yang mendukung pertumbuhan otot
yang penting untuk pertumbuhan normal selama masa kanak-kanak dan awal
masa dewasa, khususnya pada laki-laki (Frederiksen, 2012).
 Remaja
 Definisi remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut Adolescence, berasal dari
bahasa latin Adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai
kematangan. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga
mampu bereproduksi (Sitompul, 2010).
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
Terjadi berbagai macam perubahan dalam periode transisi ini, baik perubahan
hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat
cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah
perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, perubahan
perilaku serta hubungan sosial dengan lingkungannya (Batubara, 2010).
Remaja adalah masa di mana terjadi gejolak yang menggelisahkan karena
dalam tubuh terjadi perubahan-perubahan hormonal. Perubahan hormonal ini
menyebabkan perilaku yang kadang tidak terduga pada para remaja, dan
menimbulkan ketidakmengertian pada orang-orang di sekelilingnya. Apalagi,
pada saat yang bersamaan, terjadi perubahan dari sisi morfologis, di mana mulai
nampak dimorfisme seksual (perbedaan antara laki-laki dan perempuan), yang
disebabkan oleh berfungsinya jenis-jenis hormon yang berbeda di antara kedua
jenis kelamin (Artaria, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah mereka yang
berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) adalah
antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja adalah anak usia 10-20
tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan
sebagai titik awal proses reproduksi (Mutfika, 2011).
 Tahapan remaja
Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja
menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensisitif terhadap bentuk tubuhnya dan
mencoba membandingkan dengan kehidupan sosialnya yaitu dengan teman-teman
sebaya. (Batubara, 2010).
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahapan. Tahapan
untuk mencapai kematangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1)
masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun; 2) masa remaja
pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun; 3) masa remaja lanjut (Late
adolescence): umur 17-20 tahun (Soetjiningsih, 2004 ; Kemenkes, 2011).
1) Masa remaja awal/dini (Early adolescence).
Karakteristik remaja awal yaitu mengalami pertumbuhan fisik dan seksual.
Tahapan perkembangan masa remaja awal pada proses pertumbuhan fisik kerap
kali membandingkan sesuatu dengan teman sebayanya dan sangat mementingkan
penerimaan oleh teman sebaya (Kurnianingsih, 2009). Perkembangan seksualnya
mengalami pematangan sehingga seringkali terangsang secara seksual.
Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar
testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan (Soetjiningsih,
2004). Rangkaian akibat perubahan somatik dan fisiologis ini meningkatkan
kecepatan kematangan seksual dari remaja awal (early adolescene)
(Kurnianingsih, 2009).
2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence)
Masa remaja pertengahan ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan
berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun
individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Belajar mengendalikan
impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan
tujuan yang ingin dicapai (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja pertengahan sudah mengalami pematangan fisik secara
penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak
perempuan sudah mengalami haid. Bentuk tubuh sudah terlihat dan sering remaja
merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka. Usaha untuk merubah citra tubuh
sesuai yang mereka inginkan sering ditemukan pada tahapan ini (Kurnianingsih,
2009).
Rata-rata kecepatan pertumbuhan pada masa remaja pertengahan anak
perempuan dengan puncak pertumbuhan cepat pada usia 11,5 tahun dengan
kecepatan tertinggi 8,3 cm pertahun dan kemudian melambat dan berhenti pada
usia 16 tahun. Rata-rata anak laki-laki pertumbuhan cepatnya mulai memuncak
pada usia 13,5 tahun dengan 9,5 cm pertahun, kemudian melambat dan berhenti
pada usia 18 tahun (Mutfika, 2011).
3) Masa remaja lanjut (Late adolescence)
Karakteristik pada tahap ini umumnya sudah merasa nyaman dengan nilai
dirinya (Kurnianingsih, 2009). Selama periode ini remaja berusaha memantapkan
tujuan dan mengembangkan Sense of Personal Identity. Keinginan yang kuat
untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang
dewasa (Muftika, 2011). Tahap terakhir perkembangan payudara, penis, dan
rambut kemaluan pada usia 17-18 tahun pada 95% pria dan wanita juga menjadi
ciri dalam tahapan ini (Soetjiningsih, 2004).
Kesimpulan secara umum pada ciri-ciri yang dimiliki remaja berdasarkan
uraian diatas adalah sebagai berikut : terjadi pematangan fisik-biologik,
meningkatnya empati sesamanya, meningkatnya keinginan untuk bebas dari
ketergantungan, suka mengganggu sesamanya, meningkatnya hubungan dengan
teman sebayanya, meningkatnya orientasi seksual, memasuki masa menahan
birahi, dan masa mencoba-coba aktifitas seksual (Kemenkes, 2011 ; Siswianti
2012).
 Perubahan fisik remaja
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Organ-organ yang terdapat padah tubuh manusia terbentuk
pada periode prenatal (dalam kandungan). Perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek, yaitu system saraf, otot-otot yang mempengaruhi perkembangan
kekuatan dan kemampuan motorik, kelenjar endokrin yang menyebabkan
munculnya pola-pola tingkah laku baru serta struktur fisik/tubuh, yang meliputi
tinggi, berat dan proporsi tubuh (Ramadan, 2013).
Berat badan (BB) juga sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan.
Berat badan remaja perempuan sebelum pacu tumbuh sekitar 2 kg pertahun, saat
masuk usia pacu tumbuh rata-rata kenaikan berat badan sekitar 3 – 3,5 kg
pertahun. Puncak peningkatan berat badan remaja perempuan pada usia 18 tahun
dengan peningkatan sebanyak 8 kg pertahun. Pacu tumbuh otot tertinggal 3-6
bulan dari pacu tumbuh berat badan (Soetjiningsih, 2004). Bagi anak laki-laki,
permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi badan dimulai rata-rata pada usia
12,8 tahun dan berakhir rata-rata pada usia 15,3 tahun, dengan puncaknya pada
empat belas tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah
dimulainya masa pubertas. Pertumbuhan mulai menurun dan berlangsung lambat
sampai usia dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode pertumbuhan yang
lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah
matang (Bangun, 2012).
Di Norwegia, menarche atau haid pertama, sekarang terjadi pada usia 13
tahun ke atas, dibandingkan dengan usia 17 tahun pada tahun 1840-an. Menarche
adalah sebuah peristiwa yang menandai masa pubertas, namun bukan satu –
satunya ciri yang muncul (Santrock, 2009). Perkembangan seks sekunder
diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi selama proses
pubertas. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid
seks. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya Breast Budding atau
tunas payudara pertumbuhan rambut pubis, meningkatnya aktivitas kelenjar
keringat, pertumbuhan rambut di lengan dan muka serta menarche pada anak
perempuan. Pubertas pada anak laki-laki ditandai dengan pertumbuhan penis,
perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka, terjadinya
peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat,
meningkatnya volume testis dan timbulnya jerawat (Batubara, 2010).
Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis tumbuh, sedangkan
kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan
petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan
suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring
dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah
atau Wet Dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak
pertumbuhan tinggi badan. Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh
timbulnya Breast Budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun,
kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada
usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan
mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarche terjadi pada fase
akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun (Batubara, 2010).
Antropometri
 Definisi antropometri
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran
komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang
bebas lemak. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam surveilan
kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi,
interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada
pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah
kurva pertumbuhan (growth chart) pada gambar terlampir, dilengkapi dengan alat
timbangan yang akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita pengukur (Narendra,
2006).
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti Man (orang) dan
Metron (ukur). Antropometri adalah studi tentang pengukuran individu manusia
untuk mengetahui variasi fisik manusia dan berkembang sebagai ilmu yang
mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis kelamin (Yagain et
al, 2012).
Antropometri meliputi penggunaan secara hati-hati dan teliti dari titik-titik
pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan
penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia
secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam,
circumference (putaran), curvatur (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan
kulit). Pada intinya pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan
maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik (Herawati, 2011).
 Tujuan antropometri
Tujuan antropometri menurut National Health and Nutrition Examination
Surveys (NHANES) adalah untuk mengumpulkan data pengukuran tubuh yang
berkualitas dengan menggunakan prosedur yang baku dan alat yang sudah
terkalibrasi dengan tepat (CDC, 2007).
Antropometri adalah pengukuran yang digunakan untuk menentukan
keadaan gizi seseorang yang digambarkan salah satunya melalui IMT. IMT adalah
cara yang sederhana untuk memantau status gizi. Status gizi optimal merupakan
cara untuk menghindari malnutrisi karena status gizi yang baik merupakan salah
satu dasar pembentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Indra dan
Wulandari, 2013).
 Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri antara lain untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan mengukur berat badan (BB), tinggi badan (TB) saat berdiri,
panjang tubuh (PB) saat berbaring (Arini, 2010). Indeks Massa Tubuh (IMT)
direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi
(Hartono, 2006). Berikut tabel klasifikasi berat badan berdasarkan IMT :
1 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT
Klasifikasi IMT
Underweight <18,50
Normal 18,5 – 24,9
Overweight 25,0-29,9
Obese >30,0
 Pengukuran ukuran-ukuran antropometris
a. Berat Badan (BB)
Pengukuran dilakukan menggunakan timbangan yang diukur dalam posisi
berdiri di atas timbangan badan tanpa sepatu dan pakaian yang minimum
dengan satuan kilogram (Kg) (CDC, 2007)
b. Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi dengan berdiri merupakan penilaian ukuran tinggi
badan yang maximal. Penilaian ini digunakan untuk anak di atas usia 2 tahun
atau lebih tua yang dapat berdiri tanpa membutuhkan bantuan. Pengukuran
dilakukan dalam posisi berdiri tegak (boleh bersandar), kaki rapat, kepala
dalam posisi dataran Frankfurt, dan menggunakan antropometer dengan
satuan centimeter (cm) salah satunya dapat diukur dengan menggunakan
pengukur tinggi badan MIC health scale. (CDC, 2007).
(CDC, 2015)
 Pengukuran Distribusi Massa Otot dengan BIA
Bioelectrical Impedance Analysis(BIA) berguna untuk memprediksi FatFree
Mass(FFM) di seluruh dan beberapa bagian tubuh (Ohta, 2016). Meskipun
dual energy X-ray absorptiometry(DXA), computed tomography dan magnetic
resonance imaging(MRI) dianggap sebagai metode referensi untuk
mengidentifikasi massa otot rangka di usia lanjut dan pasien dengan penyakit
kronis, akses instrumen ini mungkin terbatas dalam praktek klinis. Untuk alasan
ini, Bioelectrical Impedance Analysis(BIA) dapat berguna sebagai alat untuk
menilai massa otot rangka (Gonzales, 2017).
Metode non-invasif dan cepat, BIA(Bioelectrical Impedance Analysis)
adalah yang paling umum digunakan memperkirakan komposisi tubuh.
(CDC, 2007)
Dibandingkan dengan metode lain seperti hydrodensitometry, Magnetic
Resonance Imaging(MRI), dual-energy X-ray absorptiometry (DXA), BIA
mempunyai beberapa keunggulan, selain lebih terjangkau, teknik BIA aman,
cepat, membutuhkan sedikit keterampilan dari operator, mudah dibawa dan akurat
dalam menentukan massa otot dan massa lemak (Knechtle, 2011).
(Tanita Instruction Manual)
2.5 Hubungan Massa Otot dengan Kesehatan
Otot merupakan alat gerak aktif, dan gerakan tubuh hanya dapat terjadi
jika ada kontraksi (pemendekan ) otot . Kita dapat bergerak karena otot dan
persendian. Kekuatan kontraksi tergantung dari otot. Otot merupakan 40-45% dari
berat tubuh seseorang. Didalam tubuh kita terdapat 217 pasang otot rangka. Otot
terdiri dari empat macam komponen; Jaringan otot yang terdiri dari sel-sel otot,
Jaringan ikat, Saraf, Urat-urat darah. Hampir 50 % dari berat badan manusia
terdiri atas organ ini yang paling berperan adalah otot dan tulang serta sendi. Otot
yang dapat berkontraksi dengan demikian gerakan dapat terjadi. Pertambahan
massa otot bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena
pertambahan dari myofibril. Sehingga otot yang membesar akibat dari latihan
bukanlah karena bertambah banyaknya sel otot (hiperplasi) melainkan karena
bertambah nya volume otot (hipertropi) (Herman, 2010).
Kekuatan otot adalah kekuatan untuk mengatasi atau melawan beban saat
menjalankan aktivitas. Kekuatan otot pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya: ukuran diameter otot, ukuran ketegangan pada saat kontraksi,
banyaknya motor unit, tipe kontraksi otot, tipe serabut otot, simpanan dan suplai
darah, keceptan kontraksi, motivasi orang yang bersangkutan (Setiawan, 2014).

PENUTUP
Otot merupakan alat gerak aktif, dan gerakan tubuh hanya dapat terjadi
jika ada kontraksi (pemendekan ) otot . Kita dapat bergerak karena otot dan
persendian. Kekuatan kontraksi tergantung dari otot. Otot merupakan 40-45% dari
berat tubuh seseorang. Didalam tubuh kita terdapat 217 pasang otot rangka. Otot
terdiri dari empat macam komponen; Jaringan otot yang terdiri dari sel-sel otot,
Jaringan ikat, Saraf, Urat-urat darah. Hampir 50 % dari berat badan manusia
terdiri atas organ ini yang paling berperan adalah otot dan tulang serta sendi. Otot
yang dapat berkontraksi dengan demikian gerakan dapat terjadi. Pertambahan
massa otot bukanlah disebabkan pertambahan jumlah sel otot melainkan karena
pertambahan dari myofibril. Sehingga otot yang membesar akibat dari latihan
bukanlah karena bertambah banyaknya sel otot (hiperplasi) melainkan karena
bertambah nya volume otot (hipertropi) (Herman, 2010).
Kekuatan otot adalah kekuatan untuk mengatasi atau melawan beban saat
menjalankan aktivitas. Kekuatan otot pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya: ukuran diameter otot, ukuran ketegangan pada saat kontraksi,
banyaknya motor unit, tipe kontraksi otot, tipe serabut otot, simpanan dan suplai
darah, keceptan kontraksi, motivasi orang yang bersangkutan

A. DAFTAR PUSTAKA
eprints.undip.ac.id › 46186 › 3
Aimetsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar llmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Arthur C Guyton, John E Hall . 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan
lrawati Setiawan . Jakarta: EGC
Astrand. 1970. Text Book of Work Physiology. New York : McGraw-Hill. Hal : 187 - 216.
Bafirman. 2007. Buku Ajar Fisiologi Olahraga. Padang: Fakultas llmu Keolahragaan UNP
Cooper, K. 1980. Aerobics. Jakarta : Gramedia. Hal : 12 - 44, 186 - 193.
Depdi kbud, 1 995, Tes Kesegaran Jasmani Indonesia, Jakarta, Pusat Kesegaran Jasmani.
Depkes. 2000. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Rajawali

Anda mungkin juga menyukai