Anda di halaman 1dari 11

Jurnal_ep Vol.11 No.

1, Maret 2021

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HIGHER ORDER THINKING


SKILLS (HOTS) MATEMATIKA SMA KELAS X

K.O. Litna1, N.M.S. Mertasari2, G. Sudirtha3


123
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: kameliaolga55@gmail.com1 , srimertasarimade@yahoo.co.id2 ,


gede.sudirtha@undiksha.ac.id3

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrument tes high order thinking skills (HOTS)
matematika SMA kelas X. Penelitian ini merupakan penelitian pengembanganan instrumen dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Mardapi, yang terdiri dari dua
tahap yakni tahap perancangan (menyusun spesifikasi tes, menulis soal, dan menelaah soal) dan
tahap uji coba (melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, dan merakit tes). Subjek ujicoba
diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan dari 25 butir tes yang
diujicobakan terdapat 20 butir tes yang memenuhi standar kualitas tes HOTS. Semua butir tes yang
diujicobakan dinyatakan valid. Reliabilitas tes sebesar 0,803 dengan kategori sangat tinggi. Tingkat
kesukaran dengan kategori sedang sebanyak 14 butir tes dan 9 butir tes dengan kategori sukar.
Berdasarkan analisis menggunakan item respon butir diperoleh siswa dengan kemampuan rendah
mampu menjawab tes matematika berbasis HOTS dengan benar sebanyak 19,19%, siswa dengan
kemampuan sedang mampu menjawab tes matematika berbasis HOTS dengan benar sebanyak
63,51%. Sedangkan siswa dengan kemampuan tinggi mampu menjawab tes matematika berbasis
HOTS sebanyak 92,75%. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen tes yang dikembangkan
telah memenuhi kategori instrumen tes HOTS yang berkualitas, sehingga instrumen tes yang
dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan HOTS matematika siswa. Instrumen
tes yang dihasilkan dapat dijadikan contoh bagi guru dalam membuat soal berbasis HOTS.

Kata kunci: HOTS; Instrumen Tes; Matematika Kelas X

Abstract
This research aims to develop the test instrument of high order thinking of Mathematic on High School
class X. This is instrument development research based on development steps proposed by Mardapi,
consists two steps, namely the design step (compile test specifications, write a question, and review
the question) and the trial step (trial, analize, and assemble test). The Sampling mehod in this
research is purposive sampling. The result showed that of 25 items tested, 20 items test comply the
HOTS quality standards test. All items valid. The test realibility is 0,803 with very high category. There
are 14 test items with medium difficulty level, and 9 test items with hard difficulty level. Based on
analysis using respon item, the result showed students with low competency can answer HOTS
based math test correctly ammounted to 19,19%, students with intermediary competency can answer
HOTS based math test ammounted to 63,51%. While the students with high competency can answer
the HOTS based math test ammounted to 92,75%. The results showed that the test instruments
developed have met the category of quality HOTS test instruments, so that the test instruments
developed can be used to measure students' hots math abilities. The resulting test instruments can be
used as an example for teachers in creating HOTS-based questions.

Keywords: HOTS; Test Instrument Development; Math Grade

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 10


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

PENDAHULUAN pelajaran di sekolah, termasuk


Pendidikan saat ini berada di masa matematika. Pendidikan di abad 21
pengetahuan (knowledge age) dengan seharusnya dapat memberikan
percepatan peningkatan pengetahuan pengalaman baru, ide-ide unik dan kreatif,
yang sangat cepat. Percepatan dan mengembangkan atti-tudes
peningkatan pengetahuan ini didukung kolaboratif sebagai modal pelajar untuk
oleh penerapan media dan teknologi menghadapi dunia kerja, bergaul dengan
digital yang disebut dengan information masyarakat, dan menjalani kehidupan
super highway (Gates, 1996). Di abad ke sehari-hari (Hamdi, dkk: 2018).
21, pendidikan sangatlah penting untuk Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
menghasilkan peserta didik yang memiliki khususnya pembelajaran matematika
keterampilan belajar dan berinovasi, dalam menghadapi abad 21 harus
keterampilan menggunakan teknologi dan diarahkan dengan baik sehingga mampu
media informasi, serta dapat bekerja, dan menghasilkan peserta didik yang berpikir
bertahan dengan menggunakan kritis (critical thinking), berkolaborasi, dan
kecakapan hidup (life skills). berkomunikasi dengan baik. Pembelajaran
Binkley (2012) mengatakan matematika erat kaitannya dengan
setidaknya ada empat yang harus dimiliki berbagai permasalah yang harus
oleh generasi abad 21, diantaranya dipecahkan oleh peserta didik.
adalah: ways of thinking, ways of working, Pembelajaran matematika memiliki
tools for working and skills for living in the prinsip yaitu matematika sebagai
world. Pertama: ways of thinking, cara pemecahan masalah, matematika
berfikir yaitu kemampuan berfikir yang sebagai penalaran matematika sebagai
harus dikuasai peserta didik untuk komunikasi dan matematika sebagai
menghadapi dunia abad 21 adalah kreatif, hubungan, (Suherman, 2013). Kajian
berfikir kritis, pemecahan masalah, pembelajaran matematika harus didesain
pengambilan keputusan dan pembelajar. lebih otentik agar memberi tantangan
Ways of working, kemampuan bekerja kepada peserta didik sehingga mampu
dengan dunia yang global dan dunia berkolaborasi menciptakan solusi dalam
digital, yakni communication and memecahkan masalah pelajaran.
collaboration. Generasi abad 21 dituntut Pemecahan masalah mengarah ke
mampu berkomunikasi dengan baik juga pertanyaan dan mencari jawaban oleh
berkolaborasi dan bekerja sama dengan peserta didik yang kemudian dapat dicari
individu maupun komunitas dan jaringan. solusi dalam konteks pembelajaran
Ketiga: Tools for working adalah menggunakan sumber daya informasi
kemampuan penguasaan terhadap yang tersedia (Trilling and Hood, 1999).
Information and communications Preferensi utama dari suatu sistem
technology (ICT) and information literacy. pendidikan di abad 21 ini yaitu dapat
Dan Keempat: Skills for living in the world, mendidik peserta didik tentang bagaimana
kemampuan untuk menjalani kehidupan di cara belajar dan mendorong siswa agar
abad 21, yaitu: Citizenship, life and career, mampu berpikir tingkat tinggi sehingga
personal and social responsibility. mampu menghadapi perubahan dunia.
Rotherham & Willingham (2009) Oleh karena itu, dalam menghadapi
mengatakan bahwa kesuksesan seorang tuntutan di abad 21 pembelajaran
peserta didik tergantung pada kecakapan hendaknya dilakukan dengan berorientasi
abad 21, sehingga peserta didik dituntut pada kegiatan yang mampu meningkatkan
agar mampu memiliki kecakapan tersebut. kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta
Kecakapan-kecakapan tersebut didik.
diantaranya adalah kecakapan Kemampuan berpikir tigkat tinggi
memecahkan masalah (problemsolving), atau yang sering disebut higher order
berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, thinking skills (HOTS) merupakan suatu
dan kecakapan berkomunikasi. Hal ini proses berpikir peserta didik pada level
sangat berpengaruh pada kurikulum kognitif yang lebih tinggi yang
pendidikan Indonesia dalam mengadopsi dikembangkan dari berbagai konsep dan
kompetensi abad 21 ke dalam materi metode kognitif dan taksonomi

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 11


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

pembelajaran seperti metode problem merupakan hal yang sangat penting untuk
solving (Saputra, 2016). Pada level HOTS, dilakukan oleh semua guru, termasuk guru
siswa tidak hanya dituntut untuk matematika, karena HOTS harus dimiliki
menghafal konsep yang diberikan, akan oleh generasi emas Indonesia.
tetapi siswa mampu mengapilkasikan Mengacu kepada taksonomi Bloom
konsep tersebut dalam menyelesaikan yang telah disempurkan oleh Anderson &
masalah yang disajikan. . Dalam Krathwohl (2001), dimensi proses berpikir
Kemendikbud 2017 dipaparkan bahwa terdiri atas kemampuan: mengetahui
kemampuan berpikir tingkat tinggi (knowing-C1), memahami (understanding-
termasuk kemampuan untuk memecahkan C2), menerapkan (aplying-C3),
masalah (problem solving), keterampilan menganalisis (analyzing-C4),
berpikir kritis (critical thinking), berpikir mengevaluasi (evaluating-C5), dan
kreatif (creative thinking), kemampuan mengkreasi (creating-C6). Dimensi
berargumen (reasoning), dan kemampuan berpikir C1 dan C2 dikelompokkan ke
mengambil keputusan (decision making). dalam level kognitif 1 (Low Order Thinking
King, Goodson, dan Rohani (2004) Skills/LOTS), C3 pada level kognitif 2
menyebutkan keterampilan yang termasuk (Middle Order Thinking Skills/MOTS), dan
dalam HOTS atau keterampilan berpikir C4 sampai C6 pada level kognitif 3 (High
tingkat tinggi adalah berpikir kritis, logis, Order Thinking Skills/HOTS).
reflektif, metakognitif, dan kreatif.” Pada Menganalisis (C4) yaitu kemampuan
level HOTS, siswa tidak hanya dituntut memisahkan konsep ke dalam beberapa
untuk menghafal konsep yang diberikan, komponen dan menghubungkan satu
akan tetapi siswa mampu sama lain untuk memperoleh pemahaman
mengaplikasikan konsep tersebut dalam atas konsep secara utuh, mengevaluasi
menyelesaikan masalah yang disajikan. (C5) yaitu kemampua menetapkan derajat
Widana (2017) mengatakan bahwa sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau
HOTS adalah kegiatan berpikir yang patokan tertentu, dan mencipta (C6) yaitu
menuntut adanya transfer antar konsep, kemampuan memadukan unsur-unsur
pemrosesan informasi, pengaitan menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh
berbagai informasi yang berbeda, dan luas, atau membuat sesuatu yang
pemanfaatan informasi untuk pemecahan orisinil.
masalah, dan pengkajian informasi secara Dalam praktek pelaksanaan
kritis. Segala kegiatan berpikir dalam kegiatan pembelajaran tidak akan terlepas
kategori HOTS ini, yakni transfer antar dari proses penilaian. Yong dan Sam
konsep, pemrosesan informasi, (2008) mengemukakan bahwa penilaian
keterkaitan berbagai informasi berbeda, memainkan peran utama dalam
pemanfaatan informasi untuk pemecahan pendidikan matematika. Hasil penilaian
masalah, dan pengkajian informasi secara juga mampu memotivasi peserta didik
kritis akan memungkinkan dihasilkan ide- untuk meningkatkan prestasinya.
ide baru yang lebih segar, dan produk Penilaian hasil belajar yang diharapkan
baru yang lebih baik. Sehingga, merupakan bentuk penilaian yang dapat
pengembangan HOTS dilakukan dengan membantu peserta didik untuk
tujuan untuk mencetak generasi meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
pembangun bangsa, bukan generasi yang tinggi (Higher Order Thinking
membebani bangsa. Dengan HOTS, Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi
peserta didik tidak hanya memiliki dapat mendorong peserta didik untuk
pengetahuan hanya sebatas memahami berpikir secara luas dan mendalam
konsep yang ada, namun mampu tentang materi pelajaran. Penilaian yang
mengait-ngaitkan informasi yang satu mengadopsi praktik HOTS merupakan
dengan yang lain, menganalis kondisi salah satu langkah yang dilakukan untuk
yang ada dengan informasi yang dimiliki, meningkatkan kualitas pendidikan yang
mengkaji kekuatan dan kekurangannya memiliki standar internasional. Penilaian
dan memunculkan ide baru yang berbasis HOTS merupakan bentuk
bermanfaat bagi kehidupan yang lebih penilaian yang mendukung pendidikan di
baik. Karena itu, pengembangan HOTS abad 21. Penyajian soal-soal HOTS dalam

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 12


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

Penilaian dapat melatih peserta didik itu pertanyaan yang melatih keterampilan
untuk mengasah kemampuan dan berpikir tingkat tinggi siswa cenderung
keterampilannya sesuai dengan tuntutan tidak ada (Kusuma, dkk: 2017). Hal
kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui tersebut menyebabkan kurang terasahnya
penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
keterampilan berpikir kritis (creative Kurang terlatihnya kemampuan berpikir
thinking and doing), kreativitas (creativity) tingkat tingginya siswa juga dapat dilihat
dan rasa percaya diri (learning self dari hasil PISA tahun 2018 untuk
reliance), akan dibangun melalui kegiatan kemampuan matematika siswa Indonesia
latihan menyelesaikan berbagai memperoleh skor 379 dengan peringkat
permasalahan nyata dalam kehidupan ke 72 dari 78 negara yang berpartisipasi.
sehari-hari (problem-solving). Minimnya pengetahuan guru tentang
Pelaksanaan penilaian tidak terlepas pengembangan instrumen tes yang
dari instrumen penilaian yang dibuat berbasis HOTS menjadi salah satu
dalam bentuk soal-soal baik untuk menguji penyebab bahwa masih banyaknya guru
kemampuan kognitif, afektif, maupun yang memberikan soal yang hanya
psikomotor. Instrumen merupakan alat sekedar mengukur pemahaman tingkat
bantu yang digunakan dalam rendah peserta didik. Rendahnya
mengumpulkan data atau informasi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
(Arikunto, 2002). Instrumen berfungsi juga dapat dilhat dari urgensi penelitian
untuk mendapatkan data yang diperlukan yang dilakukan oleh Soeharto dan
ketika siswa telah melewati proses Rosmaiyadi (2018) yakni kemampuan
pembelajaran sampai akhir. Kualitas berpikir siswa yang masih berada di
instrumen penilaian berpengaruh Tingkat Lower Order Thinking Skills
langsung terhadap tingkat keakuratan (LOTS) menjadi perhatian karena menjadi
status pencapaian hasil belajar peserta hambatan bagi siswa dalam memahami
didik. Instrumen tes yang berbasis HOTS materi fisika diajarkan oleh guru.
mencakup dimensi kognitif yang tinggi Permasalahan tersebut dapat diatasi
yaitu C4 (menganalisis), C5 dengan melakukan pengembangan
(mengevaluasi), dan C6 (menciptakan). instrumen tes yang berbasis HOTS.
Adapun karakteristik soal-soal HOTS Instrumen tes HOTS yang dikembangkan
adalah mengukur kemampuan tingkat merupakan instrumen tes yang valid dan
tinggi, berbasis permasalahan reliabel. Hasil penelitian yang dilakukan
kontekstual, menggunakan bentuk soal oleh Hardiani (2017) yang menngatakan
beragam, dan penyusunan menggunakan bahwa proses penilaian hasil belajar siswa
Taksonomi Bloom yang berada dalam memerlukan instrumen yang harus
kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi dipersiapkan dan diperhatikan terlebih
(Kemendikbud 2017). Conklin (2012) dahulu, agar tujuan pembelajaran dapat
menyatakan bahwa karakteristik HOTS tercapai secara optimal. Pengaplikasian
yaitu “characteristics of higher-order pengembangan instrumen tes HOTS ini
thinking skills: higher-order thinking skills mampu mengembangkan kemampuan
encompass both critical thinking and berpikir tingkat tinggi peserta didik, serta
creative thinking”. Maksudnya, memberikan contoh soal bentuk HOTS
karakteristik kemampuan berpikir tingkat kepada guru.
tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir Tujuan penelitian ini adalah untuk
kreatif. mengembangkan instrument tes high
Namun pada kenyataannya masih order thinking skills (HOTS) matematika
banyak guru yang membuat instrumen tes SMA kelas X.
yang hanya mengukur kemampuan tingkat
rendah siswa yaitu dimensi kognitif C1 METODE
(mengetahui) dan C2 (memahami). Penelitian ini merupakan penelitian
Permasalah yang terjadi di sekolah adalah research and development (R&D).
pertanyaan yang digunakan dalam Langkah-langkah pengembangan yang
penilaian kognitif cenderung menguji lebih dilakukan dalam penelitian ini diadaptasi
banyak pada aspek mengingat, sementara dari prosedur pengembangan yang

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 13


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

dikemukakan oleh Djemari Mardapi analisis kuantitatif. Teknik analisis yang


(2008), yaitu: 1) menyusun spesifikasi tes, dialkukan pada penelitian ini
2) menulis soal, 3) menelaah soal tes, 4) menggunakan rumus berikut.
melakukan ujicoba tes, 5)
menganalisis butir soal, 6) memperbaiki Validitas isi
tes, 7) merakit tes, 8) melaksanakan tes,
9) menafsir hasil tes. Langkah (1)
pengembangan yang dilakukan dalam
penelitian ini terbatas sampai pada Validitas butir
langkah merakit tes. Langkah-langkah
pengembangan tersebut dikelompokan
menjadi dua tahapan yakni tahap √ (2)
perancangan dan tahap ujicoba. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap perancangan Reliabilitas
adalah adalah menyusun spesifikasi tes,
menulis soal, dan menelaah soal tes. 1) ∑
Menyusun spesifikasi tes, mencakup ( )( ) (3)
beberapa proses kegiatan, yakni:
menentukan tujuan, menyusun kisi-kisi Tingkat kesukaran
tes, memilih bentuk tes, dan menentukan
panjang tes. 2) Menulis soal, Soal yang (4)
dibuat merupakan soal yang sesuai
dengan indikator-indikator pada kisi-kisi
Daya beda
yang telah dibuat. Penulisan soal yang
dilakukan harus sesuai dengan kriteria
HOTS. 3) Menelaah soal, menelaah soal (5)
tes yang telah disusun dilakukan guna
untuk memperbaiki soal yang dalam Metode pengumpulan data adalah
pembutannya masih ada kekurangan suatu prosedur yang menjelaskan cara
ataupun kesalahan. Soal yang dibuat akan perolehan data dalam suatu penelitan.
ditelaah para ahli/pakar dalam bidang Metode pengumpulan data yang
pendidikan matematika dan evaluasi. digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
Penelaahan ini dilakukan dengan studi dokumentasi, lembar validasi, dan
mempertimbangkan tiga aspek dalam tes. Bentuk tes yang digunakan
penyusunan tes yaitu: aspek materi, merupakan tes pilihan ganda berbasis
aspek konstruksi, dan aspek Bahasa (Heri HOTS.
Retnawati, 2016). Pada tahap uji coba
beberapa prosedur yang perlu dilakukan, HASIL DAN PEMBAHASAN
yakni: melakukan uji coba tes, Hasil pengembangan berupa
menganalisis butir soal, memperbaiki tes, pengembangan instrumen tes matematika
dan merakit tes. Uji coba tes yang berbasis HOTS. Langkah-langkah
dilakukan dalam penelitian ini dibedakan pengembangan yang dilakukan dalam
menjadi dua kelompok, yakni uji coba penelitian ini diadaptasi dari prosedur
pada kelompok kecil dan uji coba pada pengembangan yang dikemukakan oleh
kelompok besar. Djemari Mardapi, yang dikelompokan
Setelah dilakukan uji coba pada menjadi dua tahapan yakni tahap
kelompok kecil selanjutnya akan di cari perancangan dan tahap ujicoba. (1) Tahap
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, perancangan, hasil penelitian pada tahap
kefektifan option, dan daya beda. Jika soal perancangan berupa kisi-kisi instrumen
yang dibuat belum memenuhi kualitas tes matematika SMA Kelas X berbasis
yang diharapkan, berdasarkan hasil HOTS dan instrumen awal yang telah
ujicoba tersebut dilakukan perbaikan. ditelaah oleh para judges/pakar. Kisi-kisi
Setelah butir diperbaiki, selanjutnya butir- instrumen tes HOTS adalah suatu format
butir soal tersebut diujicobakan pada yang mencantumkan kriteria yang
kelompok besar kemudian dilakukan diperlukan dalam menyusun instrument

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 14


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

tes HOTS. Penyusunan Kisi-kisi instrumen Tahap ujicoba, ujicoba yang


tes HOTS dibuat dengan diawali dilakukan dalam penelitian ini dibedakan
menganalisis KD matematika SMA Kelas menjadi dua kelompok, yakni uji coba
X kurikulum 2013. KD yang digunakan pada kelompok kecil dan uji coba pada
merupakan KD yang memenuhi level kelompok besar. Butir tes yang telah
kognitif C4 (menganalisis), C5 dianalisis validitas isinya selanjutnya
(mengevaluasi), dan C6 (mencipta). KD diujicobakan pada subjek penelitian.
yang memenuhi syarat tersebut digunakan Dikarenakan situasi pandemi, untuk
sebagai pedoman untuk pengembangan mengurangi waktu berkumpul maka dari
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK). 28 butir tes yang dibuat, sebanyak 25 butir
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan tes yang diujicobakan. Uji coba ini
terkait kualitas KD pelajaran matematika dilakukan di kelas XI dari empat sekolah
kelas X ditinjau dari level HOTS terdapat negeri di Kabupaten Manggarai Timur,
dua KD yang memenuhi kriteria tersebut. yakni: SMA Negeri 2 Borong, SMA Negeri
Kedua KD tersebut sesuai dengan kriteria 7 Borong, SMA Negeri 5 Kota Komba, dan
Taksonomi Bloom Revisi berada pada SMA Negeri 7 Kota Komba. Banyaknya
level HOTS C4/K2, sehingga kedua KD subjek uji coba pada uji coba kelompok
tersebut termasuk memenuhi syarat untuk kecil adalah 125 siswa. Sedangkan subjek
dikembangkan dalam menyusun soal-soal uji coba pada kelompok besar sebanyak
HOTS. Mengacuh pada kedua KD yang 250 siswa. Subjek uji coba dipilih
memenuhi syarat, dibentuklah IPK yang mengunakan teknik purposive sampling
dikembangkan disesuaikan dengan kata yaitu pengambilan sampel dengan
kerja operasional pada masing-masing bantuan guru mata pelajaran matematika.
level Taksonomi Bloom Revisi, serta Setelah dilakukan ujicoba selanjutnya
memenuhi empat aspek yaitu: aspek adalah melakukan uji validitas butir tes,
materi, aspek konstruksi, aspek bahasa, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda,
dan kriteria HOTS. Dari hasil penelitian dan efektivitas option.
terdapat 2 indikator pada level proses Pada uji coba kelompok kecil
kognitif C4, 2 indikator pada level proses diperoleh validitas butir tes 25 butir tes
kognitif C5, 1 indikator pada level proses dinyatakan valid. Reliabilitas, pada ujicoba
kognitif C6. Berdasarkan indicator kelompok kecil diperoleh koefisien
tersebut, disusunlah soal-soal matematika reliabilitas sebesar termasuk
berbasis HOTS yang akan diujicobakan. kategori derajat reliabilitas tinggi. Tingkat
Selanjutnya, instrumen yang telah kesukaran butir tes diperoleh pada ujicoba
dibuat, ditelaah oleh judges/pakar. kelompok kecil adalah terdapat 18 soal
Banyaknya judges yang menelaah dengan kriteria sedang dan 7 soal dengan
instrumen dalam penelitian ini adalah 7 kriteria sukar. Daya beda, dari hasil
(tujuh) orang. Berdasarkan penilaian penelitian untuk daya beda butir tes pada
ketujuh pakar terdapat dua indicator yang kelompok kecil terdapat satu butir soal
perlu diperbaiki dan dua soal yang belum dengan daya pembeda yang kurang baik,
memenuhi kriteria HOTS sehingga kedua satu butir soal dengan daya pembeda
soal tersebut perlu diganti dengan soal cukup, 19 soal dengan daya pembeda
baru. Setelah dilakukan perbaikan, dinilai baik, dan 4 soal dengan daya pembeda
kembali pleh para pakar dan menunjukan sangat baik. Secara keseluruhan semua
hasil bahwa dari 28 butir tes yang dinilai butir memiliki option yang efektif. Secara
semuanya relevan. Hasil penilaian terperinci dapat dilihat pada tabel berikut.
tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus lawshe sehingga
diperoleh koefisien validitas isi soal
matematika berbasis HOTS adalah 1
dengan kriteria baik.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 15


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

Tabel 1. Ringkasan Hasil Validasi Soal Matematika Berbasis HOTS


No. Validitas Butir Tingkat Daya Beda Efektivitas Kesimpulan
Butir rtabel = 0,176 Kesukaran Option
Soal rhitung Kriteria TK Kriteria DB Kriteria
1 0,327 Valid 0,58 Sedang 0,41 Baik Efektif Diterima
2 0,365 Valid 0,58 Sedang 0,47 Baik Efektif Diterima
3 0,328 Valid 0,55 Sedang 0,41 Baik Efektif Diterima
4 0,382 Valid 0,59 Sedang 0,44 Baik Efektif Diterima
5 0,484 Valid 0,28 Sukar 0,71 Sangat Efektif Diterima
Baik
6 0,386 Valid 0,59 Sedang 0,47 Baik Efektif Diterima
7 0,381 Valid 0,42 Sedang 0,53 Baik Efektif Diterima
8 0,391 Valid 0,62 Sedang 0,47 Baik Efektif Diterima
9 0,536 Valid 0,28 Sukar 0,71 Sangat Efektif Diterima
Baik
10 0,228 Valid 0,55 Sedang 0,24 Cukup Efektif Ditolak
11 0,469 Valid 0,56 Sedang 0,56 Baik Efektif Diterima
12 0,334 Valid 0,58 Sedang 0,47 Baik Efektif Diterima
13 0,403 Valid 0,30 Sukar 0,50 Baik Efektif Diterima
14 0,522 Valid 0,58 Sedang 0,71 Sangat Efektif Diterima
Baik
15 0,343 Valid 0,50 Sedang 0,41 Baik Efektif Diterima
16 0,356 Valid 0,62 Sedang 0,41 Baik Efektif Diterima
17 0,410 Valid 0,33 Sedang 0,50 Baik Efektif Diterima
18 0,454 Valid 0,50 Sedang 0,56 Baik Efektif Diterima
19 0,355 Valid 0,29 Sukar 0,41 Baik Efektif Diterima
20 0,299 Valid 0,44 Sedang 0,41 Baik Efektif Diterima
21 0,246 Valid 0,50 Sedang 0,18 Kurang Efektif Ditolak
Baik
22 0,357 Valid 0,26 Sukar 0,41 Baik Efektif Diterima
23 0,349 Valid 0,47 Sedang 0,41 Baik Efektif Diterima
24 0,386 Valid 0,29 Sukar 0,47 Baik Efektif Diterima
25 0,562 Valid 0,26 Sukar 0,71 Sangat Efektif Diterima
Baik

Dari table 2, dapat disimpulkan keseluruhan menunjukan bahwa siswa


bahwa terdapat dua butir soal yang yang berkemampuan tinggi, mampu
ditolak, sehingga sebanyak 23 butir soal menjawab soal matematika berbasis
yang akan diujicobakan pada kelompok HOTS dengan benar sebanyak 92,75%.
besar. Hasil uji coba kelompok besar Untuk siswa yang berkemampuan
menunjukan bahwa 23 butir soal yang sedang, sebanyak 63,51%. Sedangkan
diujicobakan valid. Koefisien reliabilitas siswa yang berkemampuan rendah,
termasuk kategori derajat sebanyak 19,19%. Daya beda pada
reliabilitas sangat tinggi. Tingkat ujicoba kelompok besar yang diperoleh
kesukaran yang diperoleh terdapat 14 menunjukan 16 butir soal dengan daya
butir soal dengan kriteria sedang dan 9 pembeda yang baik dan 7 soal yang
soal dengan kriteria sukar. Selanjutnya, memiliki daya beda sangat baik. Dari
dengan koefisien tingkat kesukaran hasil tersebut diperoleh bahwa semua
yang diperoleh dilakukan analisis teori butir memiliki nilai daya beda diatas
respon butir satu parameter setiap butir 0,15. Hal ini menunjukan bahwa
tes. Dari hasil analisis menggunakan instrumen tes yang dikembangkan
teori respon butir satu parameter secara memiliki kualitas daya beda yang baik.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 16


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

Hasil analisis efektivitas option diperoleh nomor 1 (option A dan D), 8 (option A,
bahwa terdapat tiga soal yang memiliki B, dan E), dan 18 (option D dan E).
option tidak efektif, yakni butir soal

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji-t pada Mahasiswa dengan Motivasi Tinggi


No. Validitas Butir Tingkat IRT Daya Efektivitas Kesimpul
Butir rtabel = 0,138 Kesukaran Beda Option an
Soal rhitung Kriteri TK Krite D Kriteri
a ria B a
1 0,390 Valid 0,7 Sed 45,01 0, Baik Tidak Ditolak
ang 71% 5 Efektif (A
0 dan D)
2 0,539 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Sang Efektif Diterima
ar 29% 7 at
4 Baik
3 0,397 Valid 0,5 Sed 50% 0, Baik Efektif Diterima
ang 4
7
4 0,543 Valid 0,5 Sed 50% 0, Sang Efektif Diterima
ang 7 at
2 Baik
5 0,362 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
3
6 0,387 Valid 0,5 Sed 50% 0, Baik Efektif Diterima
ang 4
9
7 0,374 Valid 0,5 Sed 50% 0, Baik Efektif Diterima
ang 5
0
8 0,372 Valid 0,7 Sed 45,01 0, Baik Tidak Ditolak
ang 71% 4 Efektif (A, B
6 dan E)
9 0,390 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
3
11 0,543 Valid 0,5 Sed 50% 0, Sang Efektif Diterima
ang 7 at
1 Baik
12 0,508 Valid 0,5 Sed 50% 0, Sang Efektif Diterima
ang 7 at
1 Baik
13 0,362 Valid 0,5 Sed 50% 0, Baik Efektif Diterima
ang 4
7
14 0,386 Valid 0,3 Suk 0, Baik Efektif Diterima
ar 4
4
15 0,580 Valid 0,5 Sed 50% 0, Sang Efektif Diterima
ang 7 at
4 Baik
16 0,501 Valid 0,5 Sed 50% 0, Sang Efektif Diterima

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 17


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

ang 7 at
1 Baik
17 0,633 Valid 0,5 Sed 50% 0, Sang Efektif Diterima
ang 8 at
2 Baik
18 0,366 Valid 0,7 Sed 45,01 0, Baik Tidak Ditolak
ang 71% 4 Efektif (D
3 dan E)
19 0,370 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
3
20 0,379 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1
22 0,391 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1
23 0,408 Valid 0,4 Sed 52,49 0, Baik Efektif Diterima
ang 77% 5
0
24 0,333 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1
25 0,372 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa reliabilitas sebesar termasuk


dari 23 butir tes yang diujicobakan pada kategori derajat reliabilitas tinggi dan
kelompok besar, terdapat tiga butir tes pada ujicoba kelompok besar diperoleh
yang ditolak, sehingga 20 butir tes koefisien reliabilitas termasuk
matematika yang memenuhi kualitas kategori derajat reliabilitas sangat tinggi.
instrumen tes matematika berbasis Tingkat kesukaran yang diperoleh
HOTS. terdapat 14 soal berkategori sedang dan
9 soal berkategori sukar. Hasil analisis
PENUTUP menggunakan teori respon butir satu
Secara umum hasil penelitian ini parameter juga menunjukan bahwa
dapat disimpulkan bahwa dari 25 butir siswa yang berkemampuan tinggi,
tes matematika SMA kelas X yang mampu menjawab soal matematika
berbasis HOTS yang dikembangkan, berbasis HOTS dengan benar sebanyak
terdapat 20 butir tes yang diterima atau 92,75%. Untuk siswa yang
yang memenuhi standar kualitas berkemampuan sedang, sebanyak
instrumen tes HOTS yang baik. Semua 63,51%. Sedangkan siswa yang
butir tes memiliki validitas isi yang baik. berkemampuan rendah, sebanyak
Validitas butir tes yang diujicobakan baik 19,19%. Terdapat 16 butir soal dengan
pada ujicoba kelompok kecil maupun daya pembeda yang baik dan 7 soal
pada ujicoba kelompok besar yang memiliki daya beda sangat baik.
menunjukan semua butir tes valid. Sedangkan untuk efektivitas option
Reliabilitas instrumen tes matematika diperoleh bahwa terdapat tiga soal yang
SMA Kelas X berbasis HOTS memiliki option tidak efektif.
dinyatakan reliabel. Pada ujicoba Saran diajukan kepada guru
kelompok kecil diperoleh koefisien diharapkan kedepannya dalam

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 18


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

membuat tes matematika guru lebih (HOTS). Dirjen Pendidikan


menekankan pada tes yang berbasis Dasar dan Menengah.
HOTS. Bagi guru-guru yang ingin
Kusuma; Rosidin; Abdurrahman and
mengembangkan instrument HOTS
Suyatna. 2017. The
diharapkan terlebih dahulu melakukan
Development of Higher Order
uji validasi butir soal sebelum digunakan
Thinking Skill (Hots) Instrument
dan bila perlu menggunakan tahapan
Assessment In Physics Study.
pengembangan butir soal sesuai
IOSR Journal of Research &
dengan penelitian ini.
Method in Education.
(www.iosrjournals.org), diakses
DAFTAR RUJUKAN
pada tanggal 13 Februari 2021.
Anderson & Krathwohl. 2001. A
Mardapi, Djemari. 2008. Pengukuran,
Taxonomy For Learning,
Penilaian dan Evaluasi
Teaching, and Assessing; A
Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
revision of Bloom’s Taxonomy of
Medika
Education Objectives. New York:
Addison Wesley Lonman Inc.. Retnawati, Heri. 2016. Validitas,
Reliabilitas, dan Karakteristik
Anshari, H. 2017. Pengaruh Pendekatan
Butir. Yogyakarta: Parama
Realistik Terhadap Kemampuan
Publishing
Komunikasi Matematika
Komunikasi Matematika dan Self Rotherham, A. J., & Willingham, D.
Efficacy Siswa SMP Taman 2009. 21st century. Educational
Harapan Medan”. Tesis Program leadership, 67(1), 16-21.
Pascasarjana Universitas Negeri Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan
Medan. No 2,Volume 5. Diakses Mutu Pendidikan Menuju Era
tanggal 30 Maret 2020. Global: Penguatan Mutu
Binkley, M. 2012. Defining Twenty-First Pembelajaran dengan
Century Skills. London: Springer Penerapan HOTS (High Order
Thinking Skills). Bandung:
Conklin, W. 2012. Higher order thinking
SMILE’s Publishing.
skills to develop 21stcentury
learners. Huntington Beach, Soeharto & Rosmaiyadi. (2018). The
California: Shell Education. Analysis of students’ higher
order thinking skills (HOTS) in
Gates, Bill; Myhrvold, Nathan and
Wave and Optics Using IRT with
Rinearson, Peter. 1996. The
winstep Software. Journal of
Road Ahead, Penguin Books.
Educational Science and
ISBN 978-0-14-026040-3.
Technology.
Hamdi; Suganda; and Hayati. 2018. (http://dx.doi.org/10.26858/est.v1
Developing higher-order thinking i1.7001), diakses pada tanggal
skill (HOTS) test instrument 13 Februari 2021.
using Lombok local cultures as
Suherman, Erman. 2013.
contexts for junior secondary
EvaluasiPembelajaran
school mathematics. Research
Matematika. Bandung: JICA UPI
and Evaluation in Education
Journal Trilling, Bernie and Hood, Paul. 1999.
(http://journal.uny.ac.id/index.php Learsning, Technology, and
/reid), diakses pada tanggal 13 Education Reform In The
Februari 2021. Knowledge Age. (Online),
(https://www.wested.org/online_p
Kemendikbud. 2017. Modul Penyusunan
ubs/learning_technology.pdf.),
Soal Higher Order Thinking Skill
diakses tanggal 5 Maret 2020

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 19


Jurnal_ep Vol.11 No.1, Maret 2021

Widana, I Wayan. 2017. Modul Yong, H. T., & Sam, L. C. 2008.


Penyusunan Soal High Order Implementing school-based
Thinking Skill (HOTS). Jakarta: assessment: The mathematical
Direktorat Pembinaan Sma thinking assessment (MATA)
Direktorat Jenderal Pendidikan framework. In Innovation and
Dasar Dan Menengah Pedagogy Seminar, Institute of
Departemen Pendidikan Dan Teacher Education, Sarawak.
Kebudayaan.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 20

Anda mungkin juga menyukai