1, Maret 2021
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrument tes high order thinking skills (HOTS)
matematika SMA kelas X. Penelitian ini merupakan penelitian pengembanganan instrumen dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Mardapi, yang terdiri dari dua
tahap yakni tahap perancangan (menyusun spesifikasi tes, menulis soal, dan menelaah soal) dan
tahap uji coba (melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, dan merakit tes). Subjek ujicoba
diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan dari 25 butir tes yang
diujicobakan terdapat 20 butir tes yang memenuhi standar kualitas tes HOTS. Semua butir tes yang
diujicobakan dinyatakan valid. Reliabilitas tes sebesar 0,803 dengan kategori sangat tinggi. Tingkat
kesukaran dengan kategori sedang sebanyak 14 butir tes dan 9 butir tes dengan kategori sukar.
Berdasarkan analisis menggunakan item respon butir diperoleh siswa dengan kemampuan rendah
mampu menjawab tes matematika berbasis HOTS dengan benar sebanyak 19,19%, siswa dengan
kemampuan sedang mampu menjawab tes matematika berbasis HOTS dengan benar sebanyak
63,51%. Sedangkan siswa dengan kemampuan tinggi mampu menjawab tes matematika berbasis
HOTS sebanyak 92,75%. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen tes yang dikembangkan
telah memenuhi kategori instrumen tes HOTS yang berkualitas, sehingga instrumen tes yang
dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan HOTS matematika siswa. Instrumen
tes yang dihasilkan dapat dijadikan contoh bagi guru dalam membuat soal berbasis HOTS.
Abstract
This research aims to develop the test instrument of high order thinking of Mathematic on High School
class X. This is instrument development research based on development steps proposed by Mardapi,
consists two steps, namely the design step (compile test specifications, write a question, and review
the question) and the trial step (trial, analize, and assemble test). The Sampling mehod in this
research is purposive sampling. The result showed that of 25 items tested, 20 items test comply the
HOTS quality standards test. All items valid. The test realibility is 0,803 with very high category. There
are 14 test items with medium difficulty level, and 9 test items with hard difficulty level. Based on
analysis using respon item, the result showed students with low competency can answer HOTS
based math test correctly ammounted to 19,19%, students with intermediary competency can answer
HOTS based math test ammounted to 63,51%. While the students with high competency can answer
the HOTS based math test ammounted to 92,75%. The results showed that the test instruments
developed have met the category of quality HOTS test instruments, so that the test instruments
developed can be used to measure students' hots math abilities. The resulting test instruments can be
used as an example for teachers in creating HOTS-based questions.
pembelajaran seperti metode problem merupakan hal yang sangat penting untuk
solving (Saputra, 2016). Pada level HOTS, dilakukan oleh semua guru, termasuk guru
siswa tidak hanya dituntut untuk matematika, karena HOTS harus dimiliki
menghafal konsep yang diberikan, akan oleh generasi emas Indonesia.
tetapi siswa mampu mengapilkasikan Mengacu kepada taksonomi Bloom
konsep tersebut dalam menyelesaikan yang telah disempurkan oleh Anderson &
masalah yang disajikan. . Dalam Krathwohl (2001), dimensi proses berpikir
Kemendikbud 2017 dipaparkan bahwa terdiri atas kemampuan: mengetahui
kemampuan berpikir tingkat tinggi (knowing-C1), memahami (understanding-
termasuk kemampuan untuk memecahkan C2), menerapkan (aplying-C3),
masalah (problem solving), keterampilan menganalisis (analyzing-C4),
berpikir kritis (critical thinking), berpikir mengevaluasi (evaluating-C5), dan
kreatif (creative thinking), kemampuan mengkreasi (creating-C6). Dimensi
berargumen (reasoning), dan kemampuan berpikir C1 dan C2 dikelompokkan ke
mengambil keputusan (decision making). dalam level kognitif 1 (Low Order Thinking
King, Goodson, dan Rohani (2004) Skills/LOTS), C3 pada level kognitif 2
menyebutkan keterampilan yang termasuk (Middle Order Thinking Skills/MOTS), dan
dalam HOTS atau keterampilan berpikir C4 sampai C6 pada level kognitif 3 (High
tingkat tinggi adalah berpikir kritis, logis, Order Thinking Skills/HOTS).
reflektif, metakognitif, dan kreatif.” Pada Menganalisis (C4) yaitu kemampuan
level HOTS, siswa tidak hanya dituntut memisahkan konsep ke dalam beberapa
untuk menghafal konsep yang diberikan, komponen dan menghubungkan satu
akan tetapi siswa mampu sama lain untuk memperoleh pemahaman
mengaplikasikan konsep tersebut dalam atas konsep secara utuh, mengevaluasi
menyelesaikan masalah yang disajikan. (C5) yaitu kemampua menetapkan derajat
Widana (2017) mengatakan bahwa sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau
HOTS adalah kegiatan berpikir yang patokan tertentu, dan mencipta (C6) yaitu
menuntut adanya transfer antar konsep, kemampuan memadukan unsur-unsur
pemrosesan informasi, pengaitan menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh
berbagai informasi yang berbeda, dan luas, atau membuat sesuatu yang
pemanfaatan informasi untuk pemecahan orisinil.
masalah, dan pengkajian informasi secara Dalam praktek pelaksanaan
kritis. Segala kegiatan berpikir dalam kegiatan pembelajaran tidak akan terlepas
kategori HOTS ini, yakni transfer antar dari proses penilaian. Yong dan Sam
konsep, pemrosesan informasi, (2008) mengemukakan bahwa penilaian
keterkaitan berbagai informasi berbeda, memainkan peran utama dalam
pemanfaatan informasi untuk pemecahan pendidikan matematika. Hasil penilaian
masalah, dan pengkajian informasi secara juga mampu memotivasi peserta didik
kritis akan memungkinkan dihasilkan ide- untuk meningkatkan prestasinya.
ide baru yang lebih segar, dan produk Penilaian hasil belajar yang diharapkan
baru yang lebih baik. Sehingga, merupakan bentuk penilaian yang dapat
pengembangan HOTS dilakukan dengan membantu peserta didik untuk
tujuan untuk mencetak generasi meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
pembangun bangsa, bukan generasi yang tinggi (Higher Order Thinking
membebani bangsa. Dengan HOTS, Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi
peserta didik tidak hanya memiliki dapat mendorong peserta didik untuk
pengetahuan hanya sebatas memahami berpikir secara luas dan mendalam
konsep yang ada, namun mampu tentang materi pelajaran. Penilaian yang
mengait-ngaitkan informasi yang satu mengadopsi praktik HOTS merupakan
dengan yang lain, menganalis kondisi salah satu langkah yang dilakukan untuk
yang ada dengan informasi yang dimiliki, meningkatkan kualitas pendidikan yang
mengkaji kekuatan dan kekurangannya memiliki standar internasional. Penilaian
dan memunculkan ide baru yang berbasis HOTS merupakan bentuk
bermanfaat bagi kehidupan yang lebih penilaian yang mendukung pendidikan di
baik. Karena itu, pengembangan HOTS abad 21. Penyajian soal-soal HOTS dalam
Penilaian dapat melatih peserta didik itu pertanyaan yang melatih keterampilan
untuk mengasah kemampuan dan berpikir tingkat tinggi siswa cenderung
keterampilannya sesuai dengan tuntutan tidak ada (Kusuma, dkk: 2017). Hal
kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui tersebut menyebabkan kurang terasahnya
penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
keterampilan berpikir kritis (creative Kurang terlatihnya kemampuan berpikir
thinking and doing), kreativitas (creativity) tingkat tingginya siswa juga dapat dilihat
dan rasa percaya diri (learning self dari hasil PISA tahun 2018 untuk
reliance), akan dibangun melalui kegiatan kemampuan matematika siswa Indonesia
latihan menyelesaikan berbagai memperoleh skor 379 dengan peringkat
permasalahan nyata dalam kehidupan ke 72 dari 78 negara yang berpartisipasi.
sehari-hari (problem-solving). Minimnya pengetahuan guru tentang
Pelaksanaan penilaian tidak terlepas pengembangan instrumen tes yang
dari instrumen penilaian yang dibuat berbasis HOTS menjadi salah satu
dalam bentuk soal-soal baik untuk menguji penyebab bahwa masih banyaknya guru
kemampuan kognitif, afektif, maupun yang memberikan soal yang hanya
psikomotor. Instrumen merupakan alat sekedar mengukur pemahaman tingkat
bantu yang digunakan dalam rendah peserta didik. Rendahnya
mengumpulkan data atau informasi kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
(Arikunto, 2002). Instrumen berfungsi juga dapat dilhat dari urgensi penelitian
untuk mendapatkan data yang diperlukan yang dilakukan oleh Soeharto dan
ketika siswa telah melewati proses Rosmaiyadi (2018) yakni kemampuan
pembelajaran sampai akhir. Kualitas berpikir siswa yang masih berada di
instrumen penilaian berpengaruh Tingkat Lower Order Thinking Skills
langsung terhadap tingkat keakuratan (LOTS) menjadi perhatian karena menjadi
status pencapaian hasil belajar peserta hambatan bagi siswa dalam memahami
didik. Instrumen tes yang berbasis HOTS materi fisika diajarkan oleh guru.
mencakup dimensi kognitif yang tinggi Permasalahan tersebut dapat diatasi
yaitu C4 (menganalisis), C5 dengan melakukan pengembangan
(mengevaluasi), dan C6 (menciptakan). instrumen tes yang berbasis HOTS.
Adapun karakteristik soal-soal HOTS Instrumen tes HOTS yang dikembangkan
adalah mengukur kemampuan tingkat merupakan instrumen tes yang valid dan
tinggi, berbasis permasalahan reliabel. Hasil penelitian yang dilakukan
kontekstual, menggunakan bentuk soal oleh Hardiani (2017) yang menngatakan
beragam, dan penyusunan menggunakan bahwa proses penilaian hasil belajar siswa
Taksonomi Bloom yang berada dalam memerlukan instrumen yang harus
kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi dipersiapkan dan diperhatikan terlebih
(Kemendikbud 2017). Conklin (2012) dahulu, agar tujuan pembelajaran dapat
menyatakan bahwa karakteristik HOTS tercapai secara optimal. Pengaplikasian
yaitu “characteristics of higher-order pengembangan instrumen tes HOTS ini
thinking skills: higher-order thinking skills mampu mengembangkan kemampuan
encompass both critical thinking and berpikir tingkat tinggi peserta didik, serta
creative thinking”. Maksudnya, memberikan contoh soal bentuk HOTS
karakteristik kemampuan berpikir tingkat kepada guru.
tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir Tujuan penelitian ini adalah untuk
kreatif. mengembangkan instrument tes high
Namun pada kenyataannya masih order thinking skills (HOTS) matematika
banyak guru yang membuat instrumen tes SMA kelas X.
yang hanya mengukur kemampuan tingkat
rendah siswa yaitu dimensi kognitif C1 METODE
(mengetahui) dan C2 (memahami). Penelitian ini merupakan penelitian
Permasalah yang terjadi di sekolah adalah research and development (R&D).
pertanyaan yang digunakan dalam Langkah-langkah pengembangan yang
penilaian kognitif cenderung menguji lebih dilakukan dalam penelitian ini diadaptasi
banyak pada aspek mengingat, sementara dari prosedur pengembangan yang
Hasil analisis efektivitas option diperoleh nomor 1 (option A dan D), 8 (option A,
bahwa terdapat tiga soal yang memiliki B, dan E), dan 18 (option D dan E).
option tidak efektif, yakni butir soal
ang 7 at
1 Baik
17 0,633 Valid 0,5 Sed 50% 0, Sang Efektif Diterima
ang 8 at
2 Baik
18 0,366 Valid 0,7 Sed 45,01 0, Baik Tidak Ditolak
ang 71% 4 Efektif (D
3 dan E)
19 0,370 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
3
20 0,379 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1
22 0,391 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1
23 0,408 Valid 0,4 Sed 52,49 0, Baik Efektif Diterima
ang 77% 5
0
24 0,333 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1
25 0,372 Valid 0,3 Suk 54,98 0, Baik Efektif Diterima
ar 29% 4
1