Tugas I Hukum Perlindungan Konsumen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

TUGAS I HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Nama : Frans Richard Rhenald Napitupulu


NIM : 11000119120163

SOAL

Berdasarkan tujuan perlindungan konsumen dalam Pasal 3 Undang-Undang


Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, aplikasikanlah tujuan-tujuan
tersebut dalam bidang-bidang sebagai berikut:

1. Bidang Telekomunikasi
2. Bidang Kesehatan (BPJS Kesehatan/BPJS Ketenagakerjaan)
3. Bidang Kelistrikan (PLN)
4. Bidang Pendidikan

Berdasarkan bidang-bidang tersebut, apakah enam poin dalam pasal tersebut


sudah diaplikasikan oleh pelaku usaha?

PEMBAHASAN
I. Bidang Telekomunikasi
Pelaku usaha dalam bidang telekomunikasi telah berkembang pesat pada
satu dekade terakhir. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang signifikan terutama di bidang
telekomunikasi dan informasi yang mendukung meningkatnya permintaan
atas produk barang dan jasa di bidang telekomunikasi. Mengacu pada
data Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia tahun 2019,
disebutkan bahwa permasalahan utama sektor jasa telekomunikasi, di
antaranya adalah: berita bohong (hoax), Pesan singkat dengan konten
yang merugikan konsumen, dan belum meratanya pelayanan sinyal di
seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan tujuan perlindungan konsumen sebagaimana diatur dalam
Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan juga mengacu
pada permasalah yang sudah dibahas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pelaku usaha di bidang telekomunikasi telah berupaya untuk selalu
meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi dirinya. Hal ini dapat dilihat dengan maraknya iklan
tentang kesadaran masyarakat yang dewasa ini tidak hanya
digalangkan oleh pelaku usaha, melainkan influencer yang besar di
dunia informasi dan teknologi.
2. Para konsumen di bidang telekomunikasi telah diberikan pengertian
ataupun sosialisasi mengenai bahayanya akses negatif pemakaian
barang dan jasa. Hal ini belum menghasilkan dampak yang sedemikian
positif karena masih banyaknya kasus penipuan dan pencurian data
pribadi di bidang telekomunikasi.
3. Menariknya bisnis telekomunikasi adalah tersedianya akses pusat
pengaduan yang diharapkan dapat memberdayakan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut haknya sebagai konsumen.
Dalam hal itu, konsumen diberikan kesempatan oleh pelaku usaha
untuk mengadukan adanya kendala dalam pemakaian barang dan/atau
jasa.
4. Sistem perlindungan konsumen dalam bidang telekomunikasi sudah
terintegrasi dengan baik dan mampu menjamin kepastian hukum dan
kepastian informasi dan hal ini telah disusun dalam Pasal 17 Undang-
Undang Nomor 36 tahun 1996 tentang Telekomunikasi, disebutkan
bahwa penyelenggara jaringan telekomunikasi atau penyelenggara
jasa telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi
berdasarkan prinsip: perlakuan yang sama dan pelayanan sebaik-
baiknya bagi semua pengguna, peningkatan efisiensi dalam
penyelenggaraan telekomunikasi, dan pemenuhan standar pelayanan
serta standar penyediaan sarana dan prasarana.
5. Dalam bidang telekomunikasi, sikap jujur dan bertanggung jawab
pelaku usaha telah berjalan dengan baik dilihat dengan cepatnya
pengurusan keluhan pelanggan yang diiringi dengan inovasi di bidang
teknologi untuk memberikan pengalaman yang terbaik bagi konsumen.
6. Kualitas barang dan/atau jasa di bidang telekomunikasi telah
berkembang pesat seiringan dengan teknologi di bidang
telekomunikasi. Hal ini dilihat dengan pengembangan jaringan internet
yang selalu berkembang dan pada saat ini sudah menginisiasikan
penggunaan jaringan internet 5G.
II. Bidang Kesehatan (BPJS Kesehatan/BPJS Ketenagakerjaan)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan badan hukum publik yang
menyelenggarakan program jaminan sosial kesehatan nasional. Dengan
demikian, BPJS termasuk ke dalam definisi “pelaku usaha” sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dalam
pembahasan ini akan ditelaah apakah dari sudut pandang kesehatan, telah
terdapat jaminan kesehatan sosial atau tidak dan bagaimana
pemenuhannya terhadap tujuan-tujuan perlindungan konsumen.
Perlindungan konsumen di bidang kesehatan berjalan tidak baik dalam hal
perlindungan data konsumen yang berdasarkan data pada bulan Januari
2021, telah terjadi kebocoran data BPJS Kesehatan yang merugikan negara
sampai dengan Rp 600.000.000.000.000,00 (enam ratus triliun rupiah).
Kemudian, dari segi pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen masih banyak sekali
permasalahan yang disebabkan oleh minimnya sistem perlindungan
konsumen yang tidak mengandung kepastian hukum dan keterbukaan
informasi. Hal ini dapat dilihat pada sistem Rumah sakit mitra yang
merupakan layanan kesehatan yang tidak fleksibel dan cenderung
mempersulit konsumen di bidang kesehatan.
III. Bidang Kelistrikan (PLN)
Dari bidang kelistrikan, sebagai sebuah sektor yang dijalankan oleh
Perusahaan Listrik Negara, PT PLN (Persero) memiliki peran yang selalu
menjadi sorotan atas ketersediaan listrik dan pelayanannya oleh masyarakat
dikarenakan minimnya diferensiasi usaha di bidang kelistrikan. Dalam Pasal
29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
sendiri, telah diupayakan mengenai hak-hak konsumen yang merupakan
penjabaran dari hak-hak konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen.
Dengan mengacu pada hak-hak tersebut terdapat kekurangan aplikasi
terhadap tujuan perlindungan konsumen sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Hal ini dapat dilihat
dengan maraknya pemadaman listrik sepihak oleh PT PLN (Persero) yang
dalam hal ini tidak mencerminkan upayanya untuk menyediakan tenaga
listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan yang baik. Hal ini
diperparah dengan kurangnya sistem perlindungan konsumen yang
disediakan oleh PT PLN (Persero) yang mengandung unsur perlindungan
hukum bagi para konsumen.
IV. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, hubungan bisnisnya terdiri antara pelaku usaha
(lembaga pendidikan) dengan konsumen (peserta didik). Dalam kedudukan
lembaga pendidikan, terbagi lagi antara lembaga pendidikan formal dan non-
formal yang saling berkaitan satu sama lain dari segi kurikulum pendidikan.
Dalam bidang pendidikan, perlindungan konsumen merupakan aspek yang
jarang sekali diperhatikan namun dalam beberapa tahun belakang, telah
diupayakan untuk diperbaiki sesuai dengan perkembangan zaman.
Sehubungan dengan itu, pemerintah memiliki peran untuk mengintervensi
untuk membina dan mengawasi pelaksanaan standarisasi sehingga
pendidikan dapat diterapkan dengan baik dan benar. Hal ini dapat dilihat dari
upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan sebagaimana telah diatur dalam
standar dalam berbagai peraturan perundangan sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan;
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Ketersediaan sistem standar ini ditujukan untuk mencapai kualitas barang
dan/atau jasa yang ditawarkan oleh satuan pendidikan selaku pelaku usaha.
Namun, dalam praktik lapangan masih sering ditemukan kelemahan dalam
sistem dengan masifnya kegiatan belajar mengajar di bidang pendidikan
yang tidak diimbangi dengan digitalisasi pendidikan untuk mempermudah
pencapaian tujuan perlindungan konsumen yang belum berjalan dengan
efektif dewasa ini

Anda mungkin juga menyukai