Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Mobilitas Fisik

NAMA : Titin Wahyu Ningrum


NIM : 18010063

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2022
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan
(Ernawati, 2012). Teori Handerson mempunyai 14 kebutuhan dasar manusia
yaitu : bernafas secara normal, makan dan minum cukup, eliminasi, bergerak
dan mempertahankan posisi yang dikehendaki (mobilisasi), istirahat dan tidur,
memilih cara berpakaian, mempertahankan temperatur suhu tubuh dalam
rentang normal, menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, menghindari bahaya dari
lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain, beribidah menurut keyakinan,
menggali dan memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal (Hidayat, 2009).

Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan individu


untuk melakukan aktivitas sehari-hari berupa pergerakan sendi, sikap, gaya
berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas (DeLaune & Ladner, 2011).
Jika indivu mengalami keterbatasan pada gerakan fisik tubuh sehingga
mengganggu Aktivity Daily Living (ADL) maka individu tersebut mengalami
gangguan mobilitas fisik (Direja, Ade H.S, 2011).

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi,membuat naas dalam dan


menstmulasi kembali fungsi gastroiintestinzal normal,dorong untuk
menggerakan kaki dan tungkai bawah segera mungkin ,biasanya dalam
waktu12 jam.

Imobilisasi adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan mis mengalami trauma tulang
belakang,cedera otak berat disertai fraktur pada ekstermitas dan sebagiannya.
1.2 Etiologi

1. Gaya hidup.Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan


mobiltas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit/cedera.Proses penyalit dapat mempengaruhi fungsi system
tubuh.Sebagai contoh orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ektermitas bagian bawah.
3. Kebudayaan.Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.sebagai contoh orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat ,sebaliknya ada orang yang
mengalam gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya tertentu
dilarang untuk beraktifitas.
4. Tingkat energy .energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas.Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik,dibutuhkan energy yang
cukup.
5. Usia dan status perkembangan.Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas
pada tingkat usia yang berbeda.Hal ini dikarenakan kemampuan atau
kematangan fungsi alat gerakan sejalan dengan perkembangan usia.
1.3 TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan Gejala Mayor
Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas. Kemudian, untuk tanda dan
gejala mayor objektifnya, yaitu kekuatan otot menurun, dan rentang gerak
menurun.
2. Tanda dan gejala Minor
Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu nyeri
saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, dan merasa cemas saat
bergerak. Kemudian, untuk tanda dan gejala minor objektifnya, yaitu sendi
kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah.

1.4 PATOFISIOLOGI
Neuromuskular berupa sistem otot, skeletal, sendi, ligamen, tendon, kartilago,
dan saraf sangat mempengaruhi mobilisasi. Gerakan tulang diatur otot skeletal
karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagi
sistem pengungkit. Tipe kontraksi otot ada dua, yaitu isotonik dan isometrik.
Peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek pada kontraksi isotonik.
Selanjutnya, pada kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot
atau kerja otot tetapi tidak terjadi pemendekan atau gerakan aktif dari otot,
misalnya menganjurkan pasien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter
merupakan gerakan kombinasi antara kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik.
Perawat harus memperhatikan adanya peningkatan energi, seperti peningkatan
kecepatan pernapasan, fluktuasi irama jantung, dan tekanan darah yang
dikarenakan pada latihan isometrik pemakaian energi meningkat. Hal ini menjadi
kontraindikasi pada pasien yang memiliki penyakit seperti infark miokard atau
penyakit obstruksi paru kronik. Kepribadian dan suasana hati seseorang
digambarkan melalui postur dan gerakan otot yang tergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan kelompok
otot tergantung tonus otot dan aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan
otot yang melawan gravitasi. Tonus otot sendiri merupakan suatu keadaan
tegangan otot yang seimbang. Kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui
kerja otot dapat mempertahankan ketegangan. Immobilisasi menyebabkan
aktivitas dan tonus otot menjadi berkurang. Rangka pendukung tubuh yang terdiri
dari empat tipe tulang, seperti panjang, pendek, pipih, dan irreguler disebut
skeletal. Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel
darah merah (Potter dan Perry, 2012).
WOC

Mobilisasi

Kehilangan daya Tidak mampu Jaringan kulit Gastrointestinal


Ginjal
tahan otak beraktifitas tertekan

Rentensi Gangguan
Tirah baring yang Perubahan sistem
Penurunan otot metabolis
lama integumen

Anoreksia
Perubahan sistem Intoleransi Dikubitus
muskulokeletal aktivitas

Konstipasi
Gangguan sistem
Defisit metabolik
Gangguan
perawatan diri
mobilitas fisik
1.5 PENATALAKSANA

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah gangguan


mobilitas fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak. Latihan rentang
gerak yang dapat diberikan salah satunya yaitu dengan latihan Range of Motion
(ROM) yang merupakan latihan gerak sendi dimana pasien akan menggerakkan
masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara pasif maupun
aktif. Range of Motion (ROM) pasif diberikan pada pasien dengan kelemahan otot
lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dikarenakan
pasien tidak dapat melakukannya sendiri yang tentu saja pasien membutuhkan
bantuan dari perawat ataupun keluarga. Kemudian, untuk Range of Motion
(ROM) aktif sendiri merupakan latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Tujuan Range of Motion
(ROM) itu sendiri, yaitu mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,
memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan
bentuk (Potter & Perry, 2012).

Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan


mobilitas fisik, antara lain :

a. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti


memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims, posisi
trendelenburg, posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent, dan
posisi litotomi.
b. Ambulasi dini Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan yang lainnya.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari.Melakukan aktivitas sehari-hari
dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, dan kemampuan
sendi agar mudah bergerak, serta mingkatkan fungsi
kardiovaskular.
d. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif.

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan rotgen :menentukan Lokasi/Luasnya Fraktur/Trauma atau


jenis fraktur
2. Scan tulang,tomogram,CT scan/MRI:Memperlihatkan tingkat keparahan
fraktur,juga data mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Antiogram:Dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vascular
4. Hitung darah lengkap :Ht mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau
menurun(pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
multipel trauma)
5. Kreatin:trauma otot meningkat beban keratin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi:perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,tranfusi
multiple atau cedera hati

1.7 KONSEP KEPERAWATAN

1.1.1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin, tanggal
lahir, nomor register, usia, agama, alamat, status perkawinan,
pekerjaan, dan tanggal masuk rumah sakit.
b. Identitas Penanggungjawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji meliputi nama, umur,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
c. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Menjelaskan keluhan yang dirasakan oleh pasien

b. Riwayat kesehatan sekarang


Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa
ke RS

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sekarang.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Perlu dikaji adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit keturunan
seperti adanya riwayat jantung, hipertensi.yang tidak dapat diubah oleh
pasien.

d.Pemeriksaan fisik

focus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan teknik head
to toe yang diawali observasi klien dulu.

1.1.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neoromuskular dibuktikan


dengan mengeluh sulit menggerakkan tangan dan kaki,kekuatan
otot menurun,rentang gerak rom menurun,kondisi fisik tampak
lemah (D. 0054)
b. Resiko jatuh b.d kekuatan otot menurun (D.0143)
1.1.3. KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan mobilitas Tujuan Dukungan Mobilisasi
fisik berhubungan Setelah dlakukan tindakan (I.05173)
dengan gangguan keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi:
neoromuskular mobilitas meningkat dengan Kriteria -Identifikasi adanya
dibuktikan dengan Hasil: Mobilitas fisik L.05042 nyeri atau keluhan fisik
mengeluh sulit lain
menggerakkan tangan No Indikator SA ST -Identifikasi tolerasi
dan kaki,kekuatan 1 Pergerakan 2 5 fsik melakukan
otot menurun,rentang Ekstermitas ergerakan
gerak rom 2 Kekuatan otot 2 5 -Monitor frekuensi
menurun,kondisi fisik 3 Rentang gerak 2 5 jantung dan tekanan
tampak lemah ROM darah sebelum memulai
(D. 0054) mobilisasi
-Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik:
-Fasiltasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis,pagar,tempat
tidur)
- Fasiltasi melakukan
pergerakan,jika perlu
-libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi:
-Jelaskan tujuan dan
rosedur
-anjurkan melakukan
mobilisasi dini
-ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan(mis duduk d
tempat tidur,duduk di
sisi tempat tidur,pindah
dari temat tidur k kursi)

Resiko jatuh Tujuan Pencegahan jatuh


berhubungan dengan Setelah dlakukan tindakan I.14540
kekuatan otot keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi:
menurun (D.0143) tingkat jatuh menurun dengan Kriteria Identifikasi faktor
Hasil: Tingkat jatuh (L.14138) lingkungan yang
Kriteria hasil: meningkatkan risiko
No Indikator SA ST jatuh mis:Lantai
1. Jatuh saat 1 5 licin,penerangan
dikamar kurang.
mandi Teraeputik
Gunakan alat bantu saat
berjalan
Edukasi
Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak
licin
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/494747059/LP-REVISI-1-
GANGGUAN_MOBFIS_DEVIA

Haswita,Reni Sulistyowati.2017.Kebutuhan Dasar


Manusia.Jakarta:CV.Trans Info Media.

https://Pustaka.poltekkes-pdg.ac.id

Anda mungkin juga menyukai