Anda di halaman 1dari 6

Nama :

Npm :

Prodi :

FINAL HUKUM LAUT

1. Jelaskan Pengertian Hukum Laut Nasional dan Hukum Laut Internasional ?


JAWAB :
 Pengertian Hukum Laut Nasional secara luas yaitu segala hal yang
meliputihukum yang berhubungan dengan laut. Hukum laut ini hanya
mencakup laut yang termasukRepublik Indonesia beserta dengan
warga-warganya sedangkan penegertian hukum laut internas ional
merupakan kaidah- kaidah atau as as -as as yang mengatur s egala hal
yang berhubungan dengan laut. Hukum ini mengatur persoalan mengenai batasan
wilayah atau Negara yang berhubungan dengan laut.
 Hukum laut internasional adalah seperangkat norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai,
yang terkurung oleh daratan dan atau organisasi maupun subyek hukum
internasional lainnya, yang mengatur mengenai kedaulatan negara atas laut,
yuridiksi negara dan hak-hak negara atas perairan tersebut. Hukum laut
internasional mempelajari tentang aspek-aspek hukum dilaut dan peristiwa-
peristiwa hukum yang terjadi di laut.

2. Apa yang dimaksud dengan Laut Wilayah dan Zona Tambahan ?


JAWAB :
 Laut territorial adalah wilayah kedaulatan suatu negara yang luasnya dihitung dari
garis pantai ke arah laut sepanjang 12 mil, mengelilingi seluruh garis pantainya.
 Zona tambahan adalah suatu jalur perairan yang berdekatan dengan batas jalur
maritim atau laut territorial, tidak termasuk kedaulatan negara pantai dapat
melaksanakan hak-hak pengawasan tertentu untuk mencegah pelanggaran
peraturan perundang-undangan saniter, bea cukai, fiskal, pajak dan imigrasi di
wilayah laut.

3. Sebutkan 4 Forum Penyelesaian Sengketa Hukum Laut Internasional!


JAWAB :
1) Mahkamah Internasional Hukum Laut (Intertasional Tribunal for the Law of the
Sea-ITILOS)
2) Mahkamah Internasional (International Court of Justice-ICJ)
3) Mahkamah Arbitrase (Arbitral Tribunal)
4) Mahkamah Arbitrase Khusus (Special Arbitral Tribunal)

4. Kemukakan pandangan anda terkait konvensi Den Haag 1930 dalam perkembangan
hukum laut internasional !
JAWAB :
Konvensi Den Haag adalah dua perjanjian internasional sebagai hasil perundingan yang
dilakukan dalam konferensi-konferensi perdamaian internasional di Den Haag,
Belanda: Konvensi Den Haag Pertama (1899) dan Konvensi Den Haag Kedua (1907).
Bersama Konvensi-konvensi Jenewa, Konvensi-konvensi Den Haag adalah sebagian dari
pernyataan-pernyataan formal pertama tentang hukum perang dan kejahatan
perang dalam batang tubuh Hukum Internasional yang baru berkembang pada waktu itu.
Konferensi internasional yang ketiga direncanakan untuk diadakan pada tahun 1914 dan
kemudian dijadwal ulang untuk tahun 1915. Namun, konferensi tersebut tidak pernah
terlaksana karena pecahnya Perang Dunia I. 

5. Kemukakan apa yang Anda ketahui tentang konferensi Jenewa tahun 1958 !
JAWAB :
Konvensi Jenewa adalah bagian dari Hukum Internasional yang juga dikenal sebagai
Hukum Kemanusiaan dalam Konflik Bersenjata. Tujuan konvensi ini adalah untuk
menjadi patokan standar dalam memperlakukan korban perang. Menurut konvensi
jenewa 1958 suatu negara bebas untuk melakukan explorasi atas kekayaan perikanan dan
sumberdaya alam hayati di laut. Namun meskipun demikian tyerdapat beberapa
pembatasan terhadap negara untuk melakukan explorasi yaitu bahwa negara harus
menghormati hak-hak kepentingan negara pantai yang berbatasan dengan laut bebas, dan
harus pula memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan pelestarian dan
perlindungan laut.

6. Apa yang Anda ketahui tentang hukum lingkungan laut internasional !


JAWAB :
Dalam perkembangannya hukum laut melewati beberapa konsepsi yaitu :
1.Konsepsi Cornelius van Bijnkerhoek 1702.
2.Konferensi Liga Bangsa-bangsa di Den Haag tahun 1930.
3.Konsepsi UNCLOS I I958.
4.Konsepsi UNCLOS II 1960.
5..Konsepsi UNCLOS III 1982 (Rudi, 2006 :2-8).

Konferensi PBB mengenai hukum laut yang pertama dan kedua (tahun 1958 dan 1960)
belum dapat menyelesaikan beberapa masalah, seperti : Lebar laut teritorial secara
tepat.Masalah lintas damai bagi kapal-kapal perang setiap waktu melintasi selat- selat
yang merupakan jalan raya maritim internasional dan yang seluruhnya merupakan
perairan laut territorial.Hal lintas dan terbang lintas dalam hubungannya dengan perairan
kepulauan.Masalah perlindungan dan konservasi spesies-spesies khusus untuk
kepentingan ilmiah atau fasilitas kepariwisataan.

Pada tahun 1973 diadakan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut
yang ke III, yang dikenal sebagai United Nations Conference on the Law of the Sea
(UNCLOS). Konferensi ini berakhir dengan pengesahan naskah akhir konvensi dan
penandatanganannya di Montego Bay, Jamaica pada tanggal 10 Desember 1982 oleh 119
negara dan mencakup hal-hal :

-Kodifikasi ketentuan-ketentuan hukum laut yang ada, misalnya kebebasan- kebebasan


dilaut lepas dan hak lintas damai dilaut territorial.
-Pengembangan hukum laut yang sudah ada, seperti ketentuan mengenai lebar laut
territorial menjadi maksimum 12 mil laut dan kriteria landas kontinen.
-Penciptaan aturan-aturan baru, seperti asas Negara kepulauan, zona ekonomi eksklusif
dan penambangan didasar laut internasional (Rudy, 2006:17-18).

7. Apa yang dimaksud dgn jalur laut dan garis lepas pantai ?
JAWAB :
 Jalur laut adalah Jalur yang digunakan sebagai media transportasi dan
Perhubungan baik dalam negeri maupun luar negeri melewati perairan.
 Garis lepas pantai adalah

8. Bagaimana pengaturan hukum mengenai keselamatan pelayaran dalam lintas layar di


wilayah perairan Indonesia?
JAWAB :
Ketentuan UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dapat dikenakan pada semua
kegiatan angkutan di perairan, pelabuhan, keselamatan dan keamanan pelayaran, serta
perlindungan lingkungan maritim di perairan Indonesia. Selain itu tidak hanya
perlindungan bagi kedalam saja yang diberikan uu ini tapi juga memberika perlindungan
keluar bagi semua kapal berbendera Indonesia yang berada di luar perairan Indonesia.
Bagi kapal asing yang berbendera negara asing akan dikenakan uu ini jika berlayar di
perairan Indonesia.
Pemerintah telah mengatur keselamatan dan keamanan sedemikian rupa dari segi
kelayakan kapal namun pemerintah juga mengatur pelayaran dari segi navigasi dimana
untuk menunjang keselamatan dan keamanan pelayaran pemerintah telah membangung
sarana-sarana navigasi agar pelayaran dapat berjalan dengan baik dan aman. Selaian itu
untuk menjamin keselamatan dan keamanan dalam pelayaran pemerintah melakukan
perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan sarana bantu
navigasi-pelayaran dan telekomunikasi-pelayaran sesuai dengan ketentuan internasional,
serta menetapkan alurpelayaran dan perairan pandu serta menetapkan zona keamanan dan
keselamatan.
9. Bagaimana pengaturan hukum nasional terkait Harta Karun di wilayah perairan
Indonesia?
JAWAB :
Pasal 4 ayat 1 UU 5 tahun 1992 mengatur, harta karun dalam laut menjadi barang milik
negara. BMKT berhak melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya layaknya
cagar budaya. Selanjutnya, pemerintah Indonesia mengeluarkan aturan khusus lewat
keputusan presiden Nomor 12 Tahun 2009 soal panitia Nasional Pengangkatan dan
Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam.

10. Bagaimana prinsip-prinsip penyelesaian sengketa hukum laut secara damai ?


JAWAB :
penjelasan mengenai prinsip-prinsip penyelesaian sengketa internasional adalah sebagai
berikut :
1) Prinsip Itikad Baik (Good Faith) : Prinsip itikad baik dapat dikatakan sebagai
prinsip fundamental (prinsip dasar) dan paling sentral dalam penyelesaian
sengketa antar negara. Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad
baik dari para pihak dalam menyelesaikan sengketanya.
2) Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan dalam Penyelesaian Sengketa : Prinsip
inilah yang melarang para pihak untuk menyelesaikan sengketanya dengan
menggunakan senjata (kekerasan). Prinsip ini termuat antara lain dalam Pasal 13
Bali Concord dan pembukaan (preamble) paragraf ke-4 Deklarasi Manila. Pasal
13 Bali Concord antara lain menyatakan: “In case of disputes on matters directly
affecting them, they shall refrain from the threat or use of force and shall at all
times settle such disputes among themselves through friendly negotiations.”
Selanjutnya dalam berbagai perjanjian internasional lainnya, prinsip ini
ditemukan dalam Pasal 5 Pakta Liga Negara-negara Arab 1945 (Pact ofthe
League of Arab States), Pasal 1 dan 2 the 1947 Inter-AmericanTreaty of
Reciprocal Assistance; dan lain-lain.
3) Prinsip Kebebasan Memilih Cara-Cara Penyelesaian Sengketa : Prinsip ini
termuat dalam Pasal 33 ayat 1 Piagam PBB dan Section 1 paragrap 3 dan 10
Deklarasi Manila dan paragrap ke-5 dari Friendly Relations Declaration.
Instrumen-instrumen hukum tersebut menegaskan bahwa penyerahan sengketa
dan prosedur penyelesaian sengketa atau cara-cara penyelesaian sengketa harus
didasarkan pada keinginan bebas para pihak. Kebebasan ini berlaku baik untuk
sengketa yang telah terjadi atau sengketa yang akan dating.
4) Prinsip Kebebasan Memilih Hukum yang akan Diterapkan terhadap Pokok
Sengketa : Prinsip fundamental ke empat yang sangat penting adalah prinsip
kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan
(bila sengketanya diselesaikan) oleh badan peradilan terhadap pokok sengketa.
Kebebasan para pihak untuk menentukan hukum ini termasuk kebebasan untuk
memilih kepatutan dan kelayakan (ex aequo et bono).
5) Prinsip Kesepakatan Para Pihak yang Bersengketa (Konsensus) : Prinsip inilah
yang menjadi dasar untuk pelaksanaan dari prinsip ke (3) dan (4) di atas. Prinsip-
prinsip kebebasan (3) dan (4) hanya akan bisa dilakukan atau direalisasi manakala
ada kesepakatan dari para pihak. Sebaliknya, prinsip kebebasan (3) dan (4) tidak
akan mungkin berjalan apabila sepakat hanya ada dari salah satu pihak saja atau
bahkan tidak ada kesepakatan sama sekali dari kedua belah pihak.
6) Prinsip Exhaustion of Local Remedies : Prinsip ini termuat dalam antara lain
Section 1 paragrap 10 Deklarasi Manila. Menurut prinsip ini, hukum kebiasaan
internasional menetapkan bahwa sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke
pengadilan internasional, maka langkah-langkah penyelesaian sengketa yang
tersedia atau diberikan oleh hukum nasional negara harus terlebih dahulu
ditempuh (exhausted).
7) Prinsip-prinsip hukum internasional tentang Kedaulatan, Kemerdekaan dan
Integritas Wilayah Negara-negara : Prinsip ini mensyaratkan negara-negara yang
bersengketa untuk terus menaati dan melaksanakan kewajiban-kewajiban
internasionalnya dalam berhubungan dengan satu sama lainnya berdasarkan
prinsip-prinsip fundamental integritas wilayah negara-negara.

Anda mungkin juga menyukai