Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

POST PARTUM NORMAL

Disusun oleh :

Nama : Dana Kristianti


Kelas : II.A ( semester III )
NIM : PO.71.20.3.19.007
Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Dosen : Ns. Indah Dewi Ridawati , S.Kep, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut


masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam
masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi
puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau
obatobatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu persalinan (Mohtar, 1998)

2. Anatomi Dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di

dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia

eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan

eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan

progesteron (Bobak, 2005).


1. Stuktur eksterna

a. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia

externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk

lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi

bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak

subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan

jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis

mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut

berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons

berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama


koitus.

c. Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung

yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan

mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah

bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis

tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius,

dan introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan

anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis

tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.

Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada

vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan

introitus vagina terbuka.

Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia

mayora. Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya

memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan

ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar

perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak

tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan,

nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf

yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan

seksual.

d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora,

merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut

yang , memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan

menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior

labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia

minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat

banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan

memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus

emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora

juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat

labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

e. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang

terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak

terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau

kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari

pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan

badan klitoris membesar.

Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu

substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan

berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam

bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap

sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan


persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap

suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti

perahu atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan

fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar

parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan

vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh

bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua

kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap

sisi orifisium vagina.

g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih

dan tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora

dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu

cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan

himen

h. Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara

introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan

perineum.

2. Struktur interna
a. Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan

di belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada

tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang

memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira

setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii

proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium

adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat

lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum

primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium

juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid

dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan, dan fungsi wanita normal.

b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini

memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar

dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini

kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi

merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba,

sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan

otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan

peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi

lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.

c. Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih,

cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal

memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba

padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan

tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang

merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan

istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan

korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian

bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus

menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan

persalinan.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :


1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah

ialah suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga

lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat

yang berongga, dan lapisan dalam padat yang

menghubungkan indometrium dengan miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut

otot polos yang membentang ke tiga arah. Serabut

longitudinal membentuk lapisan luar miometrium, paling

benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini

sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis

Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali

seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana

terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan

bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka

rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi

seluruh korpus uteri.

d. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat

melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina

berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan

progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus

menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari


mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon

seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau

bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina

dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas

lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus

mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.

3. Etiologi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah

cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

jalan lain, dengan bantuan.

1. Partus dibagi menjadi 4 kala :

a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan

berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat

berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12

jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan

interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada

pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua

kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga


kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh

putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala

dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu

belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan

sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10

menit. Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta.

Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar,

uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi

perdarahan.

d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi


karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama,

observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya

perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor

janin, dan faktor persalinan pervaginam.

a. Faktor Ibu

1) Paritas

Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah

kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar

rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah


kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan

telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn,

2003).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah

keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan

perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada

persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).

2) Meneran

Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran

bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah

terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar pada

saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang

(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara

lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

b. Faktor Janin

1) Berat Badan Bayi Baru lahir

Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari

4000 gram (Rayburn, 2001).

Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma

persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan

fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan

jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan

pada perineum (Rayburn, 2001).


2) Presentasi

Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan

sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul

ibu (Dorland,1998).

a) Presentasi Muka

Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin

memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada

waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika

sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara

glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian

terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).

b) Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian

(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka

yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah

daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan

penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah

adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,

merupakan diameter antero posterior kepala janin yang

terpanjang (Oxorn, 2003).

c) Presentasi Bokong

Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan

kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub


bawah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan

posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi

empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,

presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan

presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).

c. Faktor Persalinan Pervaginam

1) Vakum ekstrasi

Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan,

janin dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif

dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer,

2002).

2) Ekstrasi Cunam/Forsep

Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin

dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin

(Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu

karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri,

robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post

partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).

3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan

jalan melakukan pengurangan volume atau merubah struktur

organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang

yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi

tersebut (Syaifudin, 2002).


4) Persalinan Presipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung

sangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan

oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat,

atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya

rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya

proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005).

4. Patofisiologi

1. Adaptasi Fisiologi

a. Infolusi uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat

kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,

uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus

dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di

atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam.

Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di

pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.

Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat

sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu

setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu


setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu

keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan

progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus

selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon

menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung

jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang

terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran

uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

d. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap

penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca

partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah

intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan

bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh

darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca

partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak

teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin

secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah

plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,

dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir

karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum

dibagi menjadi 3 fase yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan

dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.

b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini

dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada

minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk

menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.

Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu

muda yang membutuhkan sumber informasi dan

penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik

c. Fase letting go / saling ketergantungan

Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.

Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang

baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali

dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian dan Analisis Data

Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai

berikut :

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?

2. Pola nutrisi dan metabolik

a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?

b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

3. Pola aktivitas setelah melahirkan

a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?

b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?

c. Apakah ibu tampak mengantuk ?

4. Pola eliminasi

a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?

b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

5. Neuro sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?

b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?

d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?


e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

6. Pola persepsi dan konsep diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan

penampilan tubuhnya saat ini ?

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

1) Pemeriksaan TTV

2) Pengkajian tanda-tanda anemia

3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

4) Pemeriksaan reflek

5) Kaji adanya varises

6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )

b. Payudara

1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

2) Kaji adanya abses

3) Kaji adanya nyeri tekan

4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti

5) Kaji pengeluaran ASI

c. Abdomen atau uterus

1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri

2) Kaji adnanya kontraksi uterus

3) Observasi ukuran kandung kemih


d. Vulva atau perineum

1) Observasi pengeluaran lokhea

2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi

3) Kaji adanya pembengkakan

4) Kaji adnya luka

5) Kaji adanya hemoroid


B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin

2. Kesiapan persalinan

C. Perencanaaan Keperawatan

No Dx.Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri melahirkan Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen 1. Untuk


keperawatan selama 1x24 jam Nyeri mengetahui
b.d pengeluaran diharapkan nyeri pada saat skala nyeri
melahirkan berkurang Observasi pada klien
janin Dengan kriteria hasil (SLKI) 2. Untuk
1. identifikasi mengetahui
skala nyeri tingkatan nyeri
Kriteria 1 2 3 4 2. identitfikasi pada klien
hasil skala nyeri non 3. Unyuk
verbal mengetahui
Keluhan 3. identitifikasi penyebab nyeri
nyeri faktor yang pada klien
memperberat 4. Untuk
Meringis dan menghilangkan
memperingan rasa nyeri pada
nyeri klien
5. Untuk mebuat
Terapeutik
suasan nyaman
4. Berikan teknik 6. Untuk
non mengurangi
farmakologis rasa nyeri pada
untuk klien
mengurangi 7. Untuk
rasa nyeri mempercepat
5. Kontrol proses
lingkungan penanganan
yang nyeri pada
memperberat klien
rasa nyeri
Edukasi

6. Ajarkan teknik
non
farmakologis
untuk
meredakan rasa
nyeri

Kolaborasi

7. Kolaborasi
pemberian
analgetik

No Dx.Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

2. Setelah dilakukan tindakan SIKI : Edukasi 1.Untuk


Kesiapan keperawatan selama 1x24 jam Persalinan mengetahui
diharapkan pada persalinan dapat sampai mana
persalinan berjalan dengan lancar Observasi pengetahuan ibu
Dengan kriteria hasil (SLKI) tentang
1. Identifikasi persalinan
pemahaman ibu
Kriteria hasil 1 2 3 4 tentang 2. Untuk
persalinan menambah
Koping terhadap pengetahuan
ketidaknyamanan Terapeutik pada ibu tenttang
persalinan persalinan
2. Sediakan materi
Memanfaatkan dan media 3.Untuk
teknik untuk pendidikan menambah
memfasilitasi kesehatan pengetahuan ibu
persalinan mengenai
Edukasi
kesiappan
3. Jelaskan persalinan
persiapan dan
4. untuk mebuat
tempat ibu merasa
persalinan tenang dan
4. Ajarkan teknik nyaman pada
relaksasi untuk saat menjelang
meredakan persalinan
kecemasan dsn
ketidaknyamana 5. agar ibu
nan persalinan mengetahui
5. Ajarkan ibu cara pemahaman akan
mengenali tanda-tanda
tanda-tanda persalinan
persalinan

Anda mungkin juga menyukai