Anda di halaman 1dari 17

Modul 14 Asuransi Syari’ah

AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH

Tujuan Umum Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pelaporan Keuangan Asuransi Syari’ah

Tujuan Khusus Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuransi Syari’ah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dasar Asuransi Syari’ah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan keunggulan Asuransi Syari’ah
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
untuk transaksi dalam akad Asuransi Syari’ah

I. Pendahuluan
Asuransi Konvensional haram karena :
Paham pengelolaan asuransi
1. Asuransi barat menganut paham transfer risiko (risk transfer) dari peserta asuransi
kepada perusahaan asuransi. Mengalihkan kemadharatan kepada orang lain, tanpa
ada akad saling menolong. Ada unsur gharar. Dalam Syari’ah Islam sebaiknya
digunakan akad tabarru’ (berbuat kebaikan). Falsafahnya adalah berbagi risiko (risk
sharing).
Kontrak atau akad
2. Asuransi Barat melaksanakan kontrak jual beli diantara peserta asuransi dengan
perusahaan asuransi. (pembelian risiko oleh perusahaan asuransi dari peserta, dan
pembelian hak penguasaan dana oleh perusahaan asuransi untuk diambil
keuntungannya selama periode kebijakan). Terdapat ketidakjelasan persoalan
besarnya premi yang dibayar karena tergantung kepada usia. Ada unsur gharar
Pemutusan kontrak dan Premi
3. Asuransi barat mengasumsikan pengunduran diri peserta asuransi sebelum
waktunya sebagai pemutusan kontrak dan premi yang sudah dibayarkan dianggap
Modul 14 Asuransi Syari’ah

hangus.(tidak dikembalikan kepada peserta asuransi). Ada unsur ketidakadilan dan


gharar.
Pembayaran klaim
4. Asuransi barat membayar klaim dari rekening perusahaan. Akan menimbulkan
pemanfaatan unsur judi karena mengambil keuntungan dari ketidakpastian kepada
perusahaan asuransi.
Kepemilikan dana
5. Asuransi barat menganggap dana yang terkumpul dari nasabah (premi) sebagai
milik perusahaan.(ada transfer kepemilikan selama periode kebijakan). Karena
dianggap jual beli risiko, maka ada unsur gharar.
Investasi Dana
6. Asuransi barat menggunakan paham nilai waktu dari uang (setiap penambahan
waktu uang juga harus bertambah) dan suku bunga untuk mengukur nilai
keuntungannya. Ada unsur riba
Keuntungan
7. Asuransi barat mengambil keuntungan seluruhnya untuk perusahaan asuransi. Ada
unsur ketidakadilan dan ketidakjelasan (gharar) dalam hal saling membagi
kemanfaatan dari dana. Float yaitu keuntungan tertanggung (perusahaan asuransi)
dari investasi dana premi sampai terjadi pembayaran klaim kepada penanggung.
Penanggung bisa mendapatkan keuntungan atau kerugian dari harga perubahan
float dan suku bunga dan deviden dia atas float. Beberapa orang beranggapan
dengan demikian bahwa asuransi adalah suatu bentuk taruhan yang berlaku selama
periode kebijakan. Ada unsur taruhan/judi dan berjual beli surat berharga (polis
asuransi) yang tidak ada harta pendukungnya (underlaying assets) sehingga
menimbulkan ketidakjelasan

II. Pengertian Asuransi Syari’ah


a. Definisi Asuransi Syariah
Dalam rangka menyongsong masa depan dan upaya mengantisipasi kemungkinan
terjadinya resiko dalam kehidupan ekonomi yang akan dihadapi, perlu dipersiapkan
Modul 14 Asuransi Syari’ah

sejumlah dana tertentu sejak dini. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
dana tersebut dapat dilakukan melalui asuransi; Asuransi merupakan persoalan
baru yang masih banyak dipertanyakan; apakah status hukum maupun cara
aktifitasnya sejalan dengan prinsip-prinsip syari’ah; bahwa oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan dan menjawab pertanyaan masyarakat, Dewan Syariah
Nasional menetapkan fatwa tentang asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip
Syariah untuk dijadikan pedoman oleh pihak-pihak yang memerlukannya.
Asuransi Syariah adalah asuransi berdasarkan prinsip syariah dengan usaha
tolong-menolong (ta’awuni) dan saling melindungi (takafuli) diantara para Peserta
melalui pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru’) yang dikelola sesuai prinsip
syariah untuk menghadapi risiko tertentu. Berikut beberapa definisi dalam asuransi
syariah sebagai berikut:
 Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta
hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah.
 Akad Tabarru’ adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu
Peserta kepada Dana Tabarru’ untuk tujuan tolong-menolong diantara para
Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.
 Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada
Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru’ dan/atau
Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan
imbalan berupa ujrah (fee).
 Akad Mudharabah adalah akad untuk memberikan bagi hasil atas investasi
Dana Tabarru’.
 Kontribusi adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh Peserta kepada
Perusahaan yang sebagian akan dialokasikan sebagai iuran Tabarru’ dan
sebagian lainnya sebagai fee (ujrah) untuk Perusahaan.
 Iuran Dana Tabarru’ adalah sebagian dari kontribusi yang dibayarkan oleh
Peserta yang kemudian dimasukkan kedalam Kumpulan Dana Tabarru’
dengan Akad Tabarru’.
Modul 14 Asuransi Syari’ah

 Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para
Peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan Akad Tabarru’ yang
disepakati.
 Surplus/Defisit Underwriting adalah selisih lebih/kurang dari total
kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’ setelah dikurangi pembayaran
santunan/klaim, kontribusi reasuransi, dan cadangan teknis, dalam satu
periode tertentu

b. Asuransi syariah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:


1. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah
(suap), barang haram dan maksiat. Akad yang dilakukan antara peserta dengan
perusahaan terdiri atas akad tijarah dan / atau akad tabarru'. Akad tijarah yang
digunakan adalah akad mudharabah. Sedangkan akad tabarru’ adalah hibah.
Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
a. hak & kewajiban peserta dan perusahaan;
b. cara dan waktu pembayaran premi;
c. jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang
disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan
2. Akad Tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.
Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis). Jenis
akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru' bila pihak yang tertahan
haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban
pihak yang belum menunaikan kewajibannya. Jenis akad tabarru' tidak dapat
diubah menjadi jenis akad tijarah.
3. Akad Tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan
kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Dalam
akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak
sebagai pengelola dana hibah.
Modul 14 Asuransi Syari’ah

4. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah dana


kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru'. .
Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel
morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur
riba dalam penghitungannya. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah
dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.
Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat diinvestasikan
5. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Klaim dibayarkan berdasarkan
akad yang disepakati pada awal perjanjian. Klaim dapat berbeda dalam jumlah,
sesuai dengan premi yang dibayarkan. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya
merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk
memenuhinya.
6. Investasi Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari
dana yang terkumpul. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah. Asuransi
syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang
berlandaskan prinsip syari'ah,
7. Pengelolaan Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu
lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah. Perusahaan Asuransi Syariah
memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad
tijarah (mudharabah). Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari
pengelolaan dana akad tabarru’ (hibah)

III. Prinsip Dasar Asuransi Syari’ah


1. Asuransi syari’ah harus dibangun atas dasar ta’awun (kerjasama/tolong
menolong), saling menjamin (takaful), tidak berorientasi bisnis atau keuntungan
materi semata.
2. Asuransi syari’ah tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau mudharabah
Modul 14 Asuransi Syari’ah

3. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu harap
hukumnya ditarik kembali.
4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut mumlah yang telah ditentukan,
harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah.
Kemudian dari uang yang terkumupul itu diambilah sejumlah uang guna
membantu orang yang sangat memerlukan.
5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan seujumlah kecil uangnya dengan
tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah.
Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin
yang diberikan oleh jamaah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut aturan
syar’i

IV.Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

V. Keunggulan Asuransi Syari’ah


Modul 14 Asuransi Syari’ah

1) Transparansi Pengelolaan Dana Peserta Asuransi syariah dengan perjanjian di


awal yang jelas dan transparan serta aqad yang sesuai syariah, dana tabarru’ akan
dikelola secara profesional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi syar’i
dengan berlandaskan prinsip syariah.
2) Pengelolaan Dana Peserta secara Islami dengan menghindarkan Riba (Bunga),
Maisir (Judi) dan Gharar (Ketidakjelasan).
Asuransi Syariah menghindarkan dari fungsi asuransi konvensional yang
mengandung Riba (Bunga) Maisir (Judi) dan Gharar (Ketidakjelasan). Dana Tabarru’
akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya
musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi
syariah, dapat mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan
prinsip – prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan
untuk berasuransi syari’ah.
3) Adanya Alokasi dan Distribusi Surplus Underwriting
a. Apabila terjadi Surplus Underwriting, maka Peserta sepakat untuk
mengalokasikan Surplus Underwriting sebagai berikut:
• 50 % untuk Kumpulan Dana Tabarru’;
• 20 % untuk Peserta yang memenuhi kriteria;
• 30 % untuk Perusahaan sebagai operator.
b. Surplus Underwriting akan didistribusikan kepada Peserta paling lambat 90
hari kalender setelah perhitungan selesai dilakukan.
c. Pembagian dari hasil Surplus Underwriting hanya diberikan kepada Peserta
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• Peserta tidak pernah mengajukan klaim pada tahun perhitungan
surplus/defisit underwriting.
• Tidak sedang mengajukan klaim pada tanggal perhitungan surplus/defisit
underwriting.
d. Apabila jumlah Surplus Underwriting yang akan didistribusikan kepada setiap
Peserta lebih kecil dari Rp50.000,- maka Surplus Underwriting tersebut
dimasukkan kedalam kumpulan Dana Tabarru’.
Modul 14 Asuransi Syari’ah

VI.Perlakuan Akuntansi Asuransi Syari’ah


6.1. Pengakuan Dan Pengukuran
Pengakuan Awal :
 Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam dana
peserta.
 Dana tabarru’ yang diterima tidak diakui sebagai pendapatan, karena entitas
pengelola tidak berhak untuk menggunakan dana tersebut untuk keperluannya,
tetapi hanya mengelola dana sebagai wakil para perserta.
 Selain dari kontribusi peserta, tambahan dana tabarru’ juga berasal dari hasil
investasi dan akumulasi cadangan surplus underwriting dana tabarru’. Investasi
oleh entitas pengelola dilakukan (dalam kedudukan sebagai entitas pengelola)
antara lain, sebagai wakil peserta (wakalah) atau pengelola dana (mudharabah atau
mudharabah musytarakah).
 Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai:
a) dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau mudharabah
musytarakah;
b) kewajiban jika menggunakan akad wakalah.

 Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang menggunakan akad
wakalah bil ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan penyaluran
tersebut dalam laporan perubahan dana investasi terikat.
 Perlakuan akuntansi untuk investasi dengan menggunakan akad mudharabah, atau
mudharabah musytarakah, mengacu kepada PSAK yang relevan.
 Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba
rugi dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’.

Pengukuran Setelah Pengakuan Awal


Surplus dan Défisit Underwriting Dana Tabarru
 Penetapan besaran pembagian surplus underwriting dana tabaru tergantung
kepada peserta secara kolektif, regulator atau kebijakan manajemen.
Modul 14 Asuransi Syari’ah

a) seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’;


b) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’ dan sebagian lainnya didistribusikan
kepada peserta;
c) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, sebagian didistribusikan kepada
peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola.
 Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta dan
bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada entitas
pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan perubahan dana
tabarru’.
 Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui sebagai
pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban dalam neraca.
 Jika terjadi defisit underwriting dana tabarru’, maka entitas pengelola wajib
menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk pinjaman (qardh). Pengembalian
qardh tersebut kepada entitas pengelola berasal dari surplus dana tabarru’ yang
akan datang.
 Pinjaman qard dalam neraca dan pendapatan dalam laporan surplus defisit
underwriting dana tabaru diakui pada saat entitas asuransi menyalurkan dana
talangan sebesar jumlah yang disalurkan

Penyisihan Teknis (Technical Provision)


 Penyisihan teknis untuk asuransi syariah terdiri dari:
a) Penyisihan kontribusi yaitu jumlah untuk memenuhi klaim yang terkait
dengan kontribusi yang timbul pada periode berjalan atau periode
mendatang (penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak).
b) Klaim yang masih dalam proses yaitu jumlah penyisihan atas ekspektasi
klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode berjalan
yang akan dibayar pada periode mendatang. Penyisihan tersebut termasuk
beban penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi kewajiban
reasuransi.
Modul 14 Asuransi Syari’ah

c) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan yaitu jumlah penyisihan atas
klaim yang telah terjadi tetapi tidak dilaporkan sampai dengan akhir periode
berjalan. Penyisihan tersebut termasuk beban penanganan dikurangi beban
klaim yang menjadi kewajiban reasuransi.
 Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban dalam
laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’.
 Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
a) Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak dihitung menggunakan
metode yang berlaku dalam industri perasuransian.
b) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar jumlah estimasi klaim yang
masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah estimasian tersebut harus
mencukupi untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan dilaporkan
sampai dengan akhir periode pelaporan, setelah mengurangkan bagian
reasuransi dan bagian klaim yang telah dibayarkan.
c) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar jumlah estimasi
klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal neraca
berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan klaim paling
kini yang dilaporkan dan metode statistik.

Cadangan Dana Tabarru’


 Cadangan dana tabarru’ digunakan untuk:
a) menutup defisit yang kemungkinan akan terjadi di periode mendatang; dan
b) tujuan memitigasi dampak risiko kerugian yang luar biasa yang terjadi pada
periode mendatang untuk jenis asuransi (class of business) yang
menunjukkan derajat volatilitas klaim yang tinggi.
 Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang
dianggap mencerminkan kehatihatian (deemed prudent) agar mencapai tujuan
pembentukannya yang bersumber dari surplus underwriting dana tabarru’.
Modul 14 Asuransi Syari’ah

 Pada akhir periode pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk mencapai saldo
cadangan dana tabarru’ yang dibutuhkan diperlakukan sebagai penyesuaian
atas surplus underwriting dana tabarru’.

6.2. Penyajian
 Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta
disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepada peserta” dan bagian surplus yang didistribusikan kepada
entitas pengelola disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting
dana tabarru’ yang didistribusikan kepada pengelola” dalam laporan perubahan
dana tabarru’.
 Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban dalam neraca.
 Dana tabarru disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari kewajiban dan
ekuitas dalam neraca (laporan posisi keuangan)
 Cadangan dana tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan perubahan dana
tabarru’.

Jurnal Transaksi Terkait Dana Peserta


1.       Kontribusi/premi

•        Penerbitan polis (Asuransi Jiwa)


Dr. Piutang kontribusi XXX
        Cr. Penerimaan kontribusi XXX
Dr. Kenaikan KMPMD/cadangan tabaruu’ XXX

        Cr. KMPMD (kewajibana manfaat polis masa XXX


depan)

•       Penerbitan polis (Asuransi Kerugian)


Dr. Piutang kontribusi XXX
       Cr. Penerimaan kontribusi XXX
Modul 14 Asuransi Syari’ah

       Penerimaan pembayaran
Dr. Kas XXX
 Cr. Piutang kontribusi XXX

•       Contoh-1 : PT Aksyar 09 ikut salah satu produk asuransi di PT SEBI Insurance Co. Polis
diterbitkan dengan nilai kontribusi/premi sebesar Rp 1.000 dengan ujroh sebesar 10%.
Akturia menghitung pencadangan kontribusi tabarru’ sebesar Rp 350. PT Aksyar09
melakukan pembayaran premi secara transfer bank.

Jurnal
Dr. Piutang kontribusi 1.000
      Cr. Penerimaan kontribusi 1.000
Dr. Kenaikan KMPMD 350
       Cr. KMPMD 350
Dr. Kas 1.000
      Cr. Piutang kontribusi 1.000

2.       Tabarru’
•       Jurnal
  Penerbitan polis
Dr. Beban ujroh XXX
      Cr. Utang ujroh pengelola XXX

  Pembayaran ujroh
Dr. Utang ujroh pengelola XXX
         Cr. Kas/bank XXX

•       Contoh: PT Aksyar 09 ikut salah satu produk asuransi di PT SEBI Insurance Co. Polis
diterbitkan dengan nilai kontribusi/premi sebesar Rp 1.000 dengan ujroh sebesar
10%
Jurnal :
Dr. Beban ujroh 100
       Cr. Utang ujroh pengelola 100

4.       Kontribusi Reasuransi/premireas uransi
Jurnal :
Modul 14 Asuransi Syari’ah

Dr. Kontribusi reasuransi XXX


       Cr. Utang reasuransi XXX
Dr. Utang reasuransi XXX
       Cr. Kas/Bank XXX

•       Contoh : PT SEBI Insurance melakukan kerjasama treaty dengan Reindo Syariah


sebesar 30% OR (own retention) dan 70% quote share. Selama triwulan pertama
telah tercatat jumlah kontribusi yang diterima sebesar Rp 100 juta, sedangkan
besaran ujroh dibayar adalah 40% dari kontribusi.
•       Perhitungan:
–      Kontribusi: 100 juta
–      Ujroh = 40% x 100 juta = 40 juta
–      OR = 30% x (100 juta – 40 juta) = 18 juta
–      Quota Share/Kontribusi reasuransi = 70% x 60 juta = 42 juta

Dr. Kontribusi reasuransi 42.000.000


       Cr. Utang reasuransi 42.000.000
Dr. Utang reasuransi 42.000.000
       Cr. Kas/Bank 42.000.000

5. Ujroh Reasuransi Diterima/pendapatan ujroh reas


Jurnal :
Dr. Piutang ujroh reasuransi
      Cr. Ujroh reasuransi diterima
Dr. Kas/Bank
      Cr. Piutang ujroh reasuransi

•        Contoh : PT SEBI Insurance melakukan kerjasama treaty dengan Reindo Syariah sebesar
30% OR (own retention) dan 70% quote share. Selama triwulan pertama telah tercatat
jumlah kontribusi yang diterima sebesar Rp 100 juta, sedangkan besaran ujroh dibayar
adalah 40% dari kontribusi. Sedangkan ujroh reasuransi sebesar 15% dari kontribusi
reasuransi. 15% hanya benchmarking aja, tdk ditetapkan oleh reas.
•       Perhitungan
–      Quota Share/Kontribusi reasuransi = 70% x 60 juta = 42 juta
–      Ujroh reasuransi = 15% x 42 juta = 6,3 juta

Jurnal :
Dr. Piutang ujroh reasuransi 6.300.000
      Cr. Ujroh reasuransi diterima 6.300.000
Dr. Kas/Bank 6.300.000
      Cr. Piutang ujroh reasuransi 6.300.000
Modul 14 Asuransi Syari’ah

Yg 42 juta adal 70% dari ujroh yg dibayar untk QS, sdngkan yg 15% (6,3 jt) bukan
dikurangi dari 42 juta, tetapi dihitung dari total ujroh dr dana peserta yg dialokasikan
oleh perusahaan asuransi. Krn perusahaan melakukan reasurnsi dr dana yg ia peroleh

6.       Surplus Operasi Reasuransi


Jurnal :
Dr. Piutang surplus reasuransi XXX
      Cr. Surplus reasuransi XXX
Dr. Kas/Bank XXX
      Cr. Piutang surplus reasuransi XXX

7.       Penyisihan teknik / Cadangan Teknik (Technical Provision)


Jurnal :
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak
Dr. Kenaikan (penurunan) kontribusi yang belum menjadi XXX
hak/Beban KYBMP
Cr. Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak/KYBMP XXX

Penyisihan klaim yang masih dalam proses


Dr. Kenaikan (penurunan) klaim yang masih dalam XXX
proses/Beban EKRS
Cr. Penyisihan klaim yang masih dalam proses/EKRS XXX

8.       Bagi hasil investasi / Bagi Hasil Dana Peserta


Jurnal :
Dr. Bagian bagi hasil untuk pengelola XXX
Cr. Kas/Utang Basil u pengelola XXX

Contoh-2

Pada tgl 10 Nopember 2019 PT ASURANSI SYARIAH menerima akad pertanggungan jiwa
(polis) dari Nn. Dinda (nasabah) untuk masa 10 tahun. Premi yang harus dibayar oleh
Modul 14 Asuransi Syari’ah

nasabah Rp 100.000,00 ,- tiap bulan dan sudah termasuk dana tabarru 2% dengan skema
mudharabah dan nisbah 70:30. Biaya administrasi sebesar Rp 20.000,00,-

Jurnal pada saat penandatangan akad Kas 20.000 pendapatan administrasi


Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit
10/11 Kas 20.000,00
Pendapatan 20.000,00
Administrasi
Kas 100.000,00
DST-Tab. Mudharabah 98.000.000,00
Dana Tabarru 2.000,00

Setiap tgl 10 akan dibuat jurnal


Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit
10/12 Kas 100.000,00
DST-Tab. Mudharabah 98.000.000,00
Dana Tabarru 2.000,00

Misal : Pada tgl 10 Juni 2025 Nn. Dinda mengundurkan diri sebagai nasabah PT ASURANSI
SYARIAH dan Nn. Dinda diberikan nisbah sebesar Rp 350.000,00,-

Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit


10/6/2025 DST-Tab. Mudharabah 6.566.000,00
Bagi Hasil Mudharabah 350.000,00
Klaim (Beban Klaim) 6.916.000,00
Perhitungan :
Premi bulan Nopember – Desember 2019 : 98.000,00 x 2= 196.000,00
Premi tahun 2020-2024 : 5 x 12 x 98.000,00 = 5.880.000,00
Premi bulan Januari-Juni 2025 : = 490.000,00
6.566.000,00

Misal : Pada tgl 15 Juni 2025 PT ASURANSI SYARIAH memenuhi klaim Nn.Dinda

Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit


15/6/2025 Klaim (Beban Klaim) 6.916.000,00
Modul 14 Asuransi Syari’ah

Kas 6.916.000,00

Misal : Pada tgl 25 September 2024 Nn. Dinda mengalami musibah (meninggal dunia),
maka PT ASURANSI SYARIAH akan memberikan pertanggungan dan mencatat kedalam
jurnal

Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit


25/9/2024 DST-Tab. Mudharabah 5.782.000,00
Dana Tabarru 6.100.000,00
Bagi Hasil Mudharabah 250.000,00
(Misal)
Klaim (Beban Klaim 12.132.000,00

Perhitungan :
Premi bulan Nopember – Desember 2019 : 98.000,00 x 2= 196.000,00
Premi tahun 2020-2023 : 4 x 12 x 98.000,00 = 4.704.000,00
Premi bulan Januari-September 2024 : = 882.000,00
5.782.000,00
Dana Tabarru
Oktober – Desember 2024 : 100.000,00 x 3 = 300.000,00
Tahun 2025-2028 = 4.800.000,00
Januari – Oktober 2029 = 1.000.000,00
6.100.000,00

 Misal : Pada tgl 5 Oktober 2013 PT ASURANSI SYARIAH membayar klaim oleh
keluarga Nn. Dinda

Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit


5/10/2024 Klaim (Beban Klaim) 12.132.000,00
Modul 14 Asuransi Syari’ah

Kas 12.132.000,00

Apabila akad pertanggungan sampai 10 tahun berakhir dan tidak ada klaim dari nasabah
selama masa pertanggungan maka pada akhir akad tgl 10 Oktober 2029 akan
dicatat/dijurnal

Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit


10/10/2029 DST-Tab. Mudharabah 11.760.000,00
Bagi Hasil Mudharabah 860.000,00
Kewajiban Segera 12.620.000,00
Perhitungan :
Tabungan : 98.000,00 x 12 bulan x 10 thn = 11.760.000,00
Bagi Hasil (dimisalkan) = 860.000,00
5.782.000,00

20 Misal: tgl 15 Oktober 2018 perusahaan mengembalikan iuran pertanggungan,


maka akan dicatat/dijurnal

Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit


15/10/2029 Kewajiban Segera 12.620.000,00
Kas 12.620.000,00

Anda mungkin juga menyukai