Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

BAB II
PENGUKURAN
2.1 Tujuan percobaan

1. Praktikan trampil menggunakan berbagai alat ukur


2. Praktikan mampu mengelolah data hasil pengukuran dengan metode statistik

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Mistar baja
2.2.2 Bahan

1. Benda silinder bertingkat


2. Benda silinder variasi

2.3 Prosedur percobaan

1. Mengenal alat ukur yang akan di gunakan


2. Ukur benda kerja yang disediakan dengan menggunakan alat ukur yang tersedia
(harus dengan petunjuk asisten)
3. Pengukuran harus diukur oleh setiap praktikan pada posisi yang sama dan dilakukan
berulang-ulang sesuai dengan petunjuk asisten
4. Setiap hasil pengukuran dapat diisi pada table penuntun praktikum yang tersedia
5. Setelah selesai mengukur benda kerja kembalikan peralatan pengukur pada posisi
semula

2.4 Landasan teori

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran pokok dengan besaran standar.


Pengukuran merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam ilmu eksakta oleh
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

karena itu setiap ilmuan harus mengetahui nama alat dan fungsinya serta dapat
menganalisa data hasil pengukuran pada suatu ekperimen untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang lebih akurat. Mistar baja, jangka sorong, mikrometer, memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda, ketelitian mikrometer lebih baik jika dibandingkan dengan
jangka sorong dan mistar baja.

Adapun kesalahan dari jumlah pengukurann dapat diperkirakan tergantung


kerabangan atau random. Nilai rata-rata (x) diperoleh dengan membandingkan jumlah
hasil pengukuran ( Σ x ) dengan banyaknya pengukuran (n).

Namun dari sekian banyak pengukuran ternyata memiliki sustu angka yang
berbeda untuk menentukan hasil pengukuran suatu pengukuran defaiasi pengukuran
sebagai berikut :


s= [
∑(x−x)²
n−1
¿]¿

2.5 Syarat dari besaran standar

1. Dapat terdefinisikan secara fisik


2. Jelas dan tidak berubah dengan waktu
3. Dapat digunakan sebagai pembanding

2.6 Faktor-faktor yang membuat proses suatu pengukuran di nyatakan akurat atau
tidak akurat

1. Alat yang digunakan


2. Benda kerA
3. Posisi pengukuran
4. Keadaan lingkungan
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

5. Faktor pengoperasian (pengukuran)

2.7 Jenis pengukuran berdasarkan dimensi benda kerja

1. Pengukuran sudut
2. Pengukuran profil
3. Pengukuran kedataran
4. Pengukuran ulir
5. Pengukuran roda gigi
6. Pengukuran kekasaran permukaan
7. Dan lain – lain

2.8 Alat-alat yang digunakan pada saat pengukuran

2.8.1 Jangka sorong

Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang digunakan untukbmengukur
panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Skala terkecil dari jangka sorong
adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala
terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah :

Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm

Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti Jangka sorong juga
terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius
(vernier) yang terdapat pada rahang geser.Jangka sorong dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin
maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

Mistar sorong termasuk alat ukur langsung dan dengan mudah dan cepat
memperoleh hasil pengukuran. Mistar sorong (Venier Caliper) disebut sebagai “Vernier”
karena pada umumnya memiliki penunjuk ukuran berbantuk Vernier atau berskala, dalam
perkembangnya Mistar sorong ini dibuat pula penunjuk skala digital dan Jam (dial)
namun tetap saja namanya adalah Vernier Caliper. Alat ukur yang termasuk alat ukur
presisi ialah ditandai dengan adanya skala Nonius, dimana skala nonius akan memperjelas
pembacaan skala ukur hingga ketelitian yang sangat kecil. Untuk Mistar sorong biasanya
dapat mencapai 0,02 dan 0,05 untuk satuan millimeter dan 1/128” hingga 1/1000” untuk
satuan inchi. Sebagaimana alat ukur pada umumnya Mistar sorong memiliki komponen-
komponen utama antara lain, sensor, pengubah dan penunjuk ukuran, serta memiliki
kapasitas ukur dan ketelitian pengukuran.

Gambar: 2.1 Jangka Sorong

a. Kapasitas ukur
Skala ukur dari mistar sorong (vernier Caliper) terdiri atas dua skala ukuran yakni
skala utama, yaitu skala ukur yang memiliki harga ukur standar dalam satuan millimeter
atau satuan inchi. Skala ukur ini ditempatkan pada batang ukur atau disebut sebagai
batang tetap. Selain harga ukur ini batang tetap memiliki kapasitas ukur yaitu ukuran
terpanjang yang dapat ditunjukan dalam proses pengukuran. Mistar sorong memiliki
kapasitas ukur yang berbeda-beda dari ukuran kecil atau biasa 150 mm hingga 600 mm,
namun demikian kapasitas ukur ini pun masih tetap dibatasi karena disamping menjadi
tidak praktis juga semakin panjang skala ukur maka akan semakin besar peluang
penyimpangannya dalam penunjukan harga ukur.

b. Ketelitian Mistar Sorong (Vernier Caliper)


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

Semua alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda- beda, yang dimaksud dengan
ketelitian ialah kemampuan suatu alat ukur untuk menunjukkan harga ukur terkecil dalam
proses pengukuran. Mistar sorong biasa sebagaimana kita lihat pada gambar di bawah,
memiliki tiga fungsi pengukuran, yakni pengukuran pada ukuran luar, pengukuran pada
ukuran dalam dan pengukuran pada ukuran kedalaman, semua bagian dari fungsi-fungsi

tersebut menggunakan skala ukur yang sama dalam pembacaannya, dimana pada mistar 
sorong jenis ini memilki satuan dalam millimeter dan satuan dalam Inchi.
Angka ketelitian dari mistar sorong sering dicantumkan pada mistar sorong
tersebut, misalnya untuk satuan millimeter ; 0,02 ; 0,05 dan untuk satuan Inchi ; 1/28 dan
1/1000 Inchi, ini menunjukkan bahwa jarak ukur satu bagian atau satu divisi skala nonius
ini memiliki harga ukur sesuai dengan angka ketelitiannya. Oleh karena itu jika mistar
sorong itu tidak mencantumkan angka ketelitiannya maka kita harus menghitungnya,
karena jika tidak diketahui maka kita tidak dapat membaca mistar sorong tersebut. Angka
ketelitian mistar sorong itu dapat mudah diketahui Karena ketelitian mistar sorong itu
ialah selisih bagian dari skala ukur dengan bagian dari skala Nonius. Untuk menghitung
ketelitian mistar sorong itu dapat digunakan formula sebagai berikut:

Gambar: 2.2 Mengukur Panjang Skala Nonius (Panjang Skala Nonius 39 mm)

Pada Gambar di atas diperlihatkan contoh pengukuran skala Nonius dimana garis
0 skala nonius ditentukan segaris dengan garis 0 dari skala ukur, garis terakhir skala
nonius yang berangka 20 berada pada garis ke 39 artinya panjang skala nonius ini ialah 39
mm. Tanda penah menunjukkan bahwa skala Nonius ini dibagi menjadi 20 divisi,
sehingga jarak ukur setiap divisinya adalah 39 : 20 = 39/20 mm.
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

2.8.2 Mikrometer Sekrup


Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan
satuan ukur yang memiliki 0.01 mm Satu micrometer sekrup adalah secara luas
digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat
dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot.

Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrology, studi dari


pengukuran,Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkanpada
aplikasi berikut :
1. Mikrometer Luar
Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan,
blok-blok dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam
Mikrometer dalam digunakan untuk menguukur garis tengah dari lubang
suatu benda.
3. Mikrometer kedalaman 
Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-
langkah dan slot-slot.Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu
mekanismesekrup titik nada. Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-
mikrometeradalah pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara
normal, orang bisa menggunakan keuntungan mekanis sekrupuntuk menekan
material, memberi satu pengukuran yang tidak akurat. Dengan caramemasang satu
tangkai yang roda bergigi searah keinginan pada satu tenaga putaran tertentu.

Mikrometer sekrup ada dua jenis jika melihat fungsinya mengacu juga pada tingkat
ketelitian mikrometer yaitu inside mirometer dan out side mikrometer. Cara membacanya
sama , mikrometer adalah alat ukur presisi dapat mengukut sampai 0,01 mm. Hasil
pengukuran dengan mikrometer sekrup pada skala tetap, dan skala putar.
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

Gambar: 2.3 Mikrometer Sekrup

2.8.3 Mistar baja


Mistar baja yaitu alat yang terbuat dari baja tahan karat. Permukaan dan bagian
sisinya rata dan halus, di atasnya terdapat guratan-guratan usuran, ada yang dalam
satuan inchi, centimeter dan ada pula yang gabungan inchi dan
centimeter/milimeter.Mistar baja di gunakan untuk mengukur panjang, lebar, dan tebal
benda.Selain itu,mistar baja juga di gunakan untuk mengukur kerataan kepala silinder. Skala
terkecil mistar baja adalah 1 mm yang mempunyai ketelitian 0,5 mm.

Gambar: 2.4 Mistar Baja

2.9 Jenis-jenis kesalahan dalam pengukuran


Secara konvensional kesalahan dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu kesalahan
besar (gross error), kesalahan sistematik (systematic error) dan kesalahan acak
(random/accidental error).

Adapun kesalahan dari jumlah pengukurann dapat diperkirakan tergantung


kerabangan atau random. Nilai rata-rata (x) diperoleh dengan membandingkan jumlah
hasil pengukuran ( Σ x ) dengan banyaknya pengukuran (n).
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

2.10 Jenis-jenis pengukuran


2.10.1 Pengukuran langsung
Pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan
nilai hasil pengukuran secara langsung.Pengukuran langsungdapatdilakukan pada kondisi
yang sama atau pada kondisi yang berbeda. Pada pengukuran langsung pada kondisi
sama, seluruh pengukuran dilakukan oleh pengukur yang sama, alat yang sama, dan

keadaan lingkungan yang sama. Sedangkan pengukuran langsung pada kondisi yang tidak
sama, terjadi apabila pada waktu pengukuran terjadi pergantian pengukur, alat, atau
terjadi perubahan keadaan lingkungan. Contohnya yaitu mengukur panjang dengan pita
ukur dan mengukur sudut dengan theodolit.

2.10.2 Pengukuran tak langsung


Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan apabila nilai hasil
ukuran tidak mungkin di dapatkan langsung. Nilai hasil ukuran yang dicari didapatkan
berdasarkan hubungan fungsional tertentu dari beberapa hasil pengukuran langsung contohnya
adalah mengukur tinggi berdasarkan hasil pengukuran sudut dan jarak.

2.10.3 Pengukuran dengan kalibrasi batas


Pengukuran dengan kalibrasi batas adalah pengukuran yang tidak menentukan
suatu dimensi tersebut terdapat di dalam atau di luar daerah toleransi.

2.11 Jenis jenis alat ukur


2.11.1 Penggaris Siku
Penggaris siku merupakan penggaris dan alat pengukur sudut 90°, alat ini terdiri
dari blok dan dan untuk mengukur panjang. Selain itu mistar siku juga berfungsi untuk
melihat kerataan pada benda kerja.
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

Gambar: 2.5 Penggaris Siku

2.11.2 Penggores baja

Penggores baja berfungsi sebagai penggaris pada benda kerja. Pada saat
penggoresan benda kerja diletakan pada tempat yang rata agar mendapatkan hasil yang
tepat.

Gambar: 2.6 Penggores Baja

2.11.3 Dial test indicator


Bentuk alat ukur ini mempunyai ketelitian yang sangat tinggi, sehingga alat ukur
ini juga dipergunakan untuk mengukur kelurusan sebuah benda kerja pada specimen
tertentu, ingin mengetahui tegak lurus atau tidaknya suatu benda kerja yang terdapat pada
material (mesin perkakas), menetukan kelurusan, dan lain sebagainya.
Alat ukur ini mempunyai tingkat ketelitian sampai 0,02 mm (skala yang terdapat
di dalamnya) karena memiliki jarum petunjuk sehingga disebut juga jaukur. Disamping
mencapai ketelitian 0,02 mm kadang-kadang sampai 0,05 mm (tergantung jenis dial
indicator yang digunakan).
Jika pemasangan Dial test indicator tidak sejajar dengan permukaan bidang ukur
atau pemasangannya mempunyai posisi yang miring, maka akan terjadi kesalahan ukur
yang disebut: kesalahan cosinus.Kesalahan cosines adalah kesalahan yang terjadi akibat
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

posisi pemasangan sensor yang miring (tidak simetris).Kesalahan cosines dihitung dengan
persamaan:
T = M cos θ

Gambar: 2.7 Dial Indikator


2.11.4 Busur derajat
Untuk menggambar dan mengukur besar sudut digunakan sebuah alat yang
dinamakan busur derajat.Busur derajat adalah alat pengukur yang menggunakan derajat
sebagai satuan.Busur derajat biasanya berbentuk setengah lingkaran besarnya 180°. Pada
busur derajat terdapat dua deretan angka yaitu pada bagian atas dan bagian bawah.
Pada bagian atas, dari ke kiri ke kanan tertulis angka 0, 10, 20, sampai 180,
sedangkan di bagian bawah dari ke kiri ke kanan tertulis angka 180, 170, 160, sampai 0.
Perpotongan antara garis horizontal dan garis vertical disebut pusat busur.

Gambar: 2.8 Busur Derajat

2.11.5 Bore gauge


Bore gauge atau juga dikenal dengan Cylinder Gauge ialah alat ukur yang
dipakai guna mengukur diameter silinder. di bagian atas terdapat dial gauge dan di bagian
bawahnya terdapat measuring point yang bisa bergerak bebas. Dial gauge yang terletak di
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

bagian atas bisa dilepas caranya yaitu longgarkan securing position dial gaugenya.
Sedangkan ujung batang pengukur (measuring point) akan bergerak bila ditekan dan
jarum pada dial gauge antara 0-2 mm akan bergerak dari harga standarnya.

Di sisi lain terdapat replacement rod yang panjangnya beragam tergantung pada
kebutuhan, yang dilengkapi dengan replacement securing thread merupakan semacam
mur pengikat yang berfungsi untuk mengunci supaya replacement rod dan washernya
tidak lepas ketika bore gauge digunakan.

Gamabar: 2.9 Bore Gauge

2.11.6 Meteran

Meteran juga dikenal sebagai pita ukur. Meter ialah alat ukur panjang yang bisa
digulung, dengan panjang 25 – 50 meter. Fungsi dari meter ini seperti penggaris, namun
meteran berdimensi lebih panjang serta terbuat dari bahan yang lebih yang fleksibel dari
pada penggaris supaya dapat digulung serta mudah dibawa ke mana-mana.
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

Gambar: 2.10 Meteran

2.11.7 Roll meter

Roll meter adalah alat ukur panjang yg digunakan dalam skalah yg lebih besar
dibandingkan dengan meteran. Hal ini dikarenakan rool meter sering digunkan untuk
mengukur panjang jalan bangunan dan lain-lain yg bersifat skalanya lebih besar.

>

Gambar: 2.11 Roll Meter

2.11.8 Penggaris Segitiga


Umumnya digunakan buat membuat garis tegak lurus serta miring.
Tidak heranbila setelah itu, perlengkapan ini acapkali diperlukan oleh para perancang
busana serta arsitek. Ada dalam 2 demensi sudut, ialah segitiga dengan sudut 450 – 450
serta 600 – 300
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

Gambar: 2.12 Penggaris Segitiga


LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

2.12 Tabel hasil pengukuran


2.12.1 Tabel pengamatan silinder bervariasi
a. Mistar Baja
Hasil pengamatan
No
D1 (mm) D2 (mm) D3 (mm) L1 (mm) L2 (mm) L3 (mm)
1 18 12,5 8,5 23 19 8
2 18 12 8,5 23 19 8
3 18 12,5 8,5 23 19 8
4 18 12 8 23 19 8,5
5 18 12,5 8 23 19 8,5

b. Jangka Sorong
Hasil pengamatan
No
D1 (mm) D2 (mm) D3 (mm) L1 (mm) L2 (mm) L3 (mm)
1 18,65 12 8 22,75 19,75 8,2
2 18,7 12 8 22,7 19,75 8,1
3 18,65 12 8,5 22,75 19,75 8,15
4 18,65 12 8,1 22,75 19,75 8
5 18,7 12 8,1 22,7 19,7 8,1

c. Mikrometer Sekrup
Hasil pengamatan
No
D1 (mm) D2 (mm) D3 (mm) L1 (mm) L2 (mm) L3 (mm)
1 18,63 12,1 8,4 22,70 19,70 8,15
2 18,63 12,2 8,6 22,69 19,71 8,14
3 18,60 12 8,6 22,69 19,71 8,14
4 18,63 12,2 8,5 22,70 19,70 8,15
5 18,62 12,2 8,5 22,68 19,71 8,15
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
PENGUKURAN

2.12.2 Tabel pengamatan silinder bertingkat

a. Jangka Sorong
Hasil pengamatan
No
D1 (mm) D2 (mm) D3 (mm) L1 (mm) L2 (mm) L3 (mm)
1 18,65 14,75 9,6 18,65 16,5 9,8
2 18,6 14,75 9,6 18,7 16,55 9,85
3 18,6 14,7 9,65 18,7 16,55 9,8
4 18,6 14,75 9,6 18,7 16,5 9,8
5 18,65 14,75 9,65 18,7 16,55 9,85

b. Mistar Baja
Hasil pengamatan
No
D1 (mm) D2 (mm) D3 (mm) L1 (mm) L2 (mm) L3 (mm)
1 19 15 10 19,5 17,5 10,5
2 19 15,5 10,5 19 17 10,5
3 19 15,5 10,5 19,5 17 10,5
4 19 15,5 10 19,5 17,5 10,5
5 19,5 15 10 19,5 17,5 10,5

Anda mungkin juga menyukai