Bqa Nggak Sekadar Ngampus
Bqa Nggak Sekadar Ngampus
mobi
Kampus Pertama
Kampus Kedua
Kampus Ketiga
Kampus Keempat
Hal-hal besar tak bisa dicapai oleh mereka yang hanya sanggup
mengikuti kebiasaan dan pendapat umum. -Jack Kerouac, novelis
Separuhnya Lagi...
Ketika satu pintu menuju kebahagiaan tertutup, maka pintu lainnya akan
terbuka: tapi sering kali kita melihat pintu yang tertutup itu terlalu
lama sehingga kita tidak melihat pintu lain sudah terbuka bagi kita.
(Helen Keller)
Wasalam!
KAMPUS PERTAMA
Lalu apa gunanya sekolah dan universitas kalau kita akhirnya hanya
memproduksi beo-beo seperti para doktor pertanian yang tidak mampu
membuat "Jambu Indonesia" atau "Durian Indonesia", tetapi hanya
membuat segala hasil-hasil pertanian serba Bangkok? Mengapa orang-
orang berteriak-teriak seperti kebakaran jenggot ketika sejumlah
oknum tak bermoral menjajakan gelar seperti pedagang kaki lima
menjual obat sakit ginjal seharga RplOO,00 di ping-gir jalan? Tidakkah
sekolah dan universitas juga hanya mampu melahirkan sarjana-sarjana,
bahkan belakangan juga doktor, yang bisanya cuma menjiplak karya
orang lain? Bukankah kita telah lama tahu bahwa sebagian sarjana kita
tidak pernah menghasilkan karya tulis serius setelah diwisuda (bahkan
juga para doktor dan profesor hanya sesekali menulis di media cetak
untuk dapat disebut "pakar").
Ya, semua yang ditulis Andrias Harefa ini benar adanya. Kalau begitu,
untuk apa kuliah? Itulah pertanyaan berikutnya yang dapat membuat
panas kupingmu.
Sebagian kita pergi mendaftar ke perguruan tinggi (PT) karena terbawa
arus. Semua teman di bangku SMA daftar kuliah; gengsi, dong, kalau
tidak kuliah. Lalu, mendaftarlah kita ke PT tertentu tanpa tujuan jelas:
yang penting keren dan sama seperti yang lain.
Sebagian ada juga yang mendaftar karena sadar akan pentingnya masa
depan. Mereka sudah menyiapkan sejak bangku SMA: "Mau jadi apa
diriku di masa depan?" Sebagian yang lain lagi, kuliah untuk mencari
jodoh. Jarang sekali yang kuliah dengan tujuan semulia tulisan Romo
Mangun ini, "Manusia pegawai, manusia yang serba bergantung harus
diubah menjadi manusia swasta. Manusia merdeka. Nah, ini bisa lewat
pendidikan, bisa juga lewat sentuhan-sentuhan lain yang mungkin lebih
ampuh."
Namun sayangnya, ujar Romo Mangun, pendidikan kita juga sudah
tenggelam dalam sistem yang tidak baik. "... Ternyata pendidikan
tenggelam dalam power system. Sekolah bukan tempat menghafal, maka
harus ada counter-education. Kalau tidak, bangsa kita akan terus
merosot menjadi bangsa kuli babu lagi atau panda-panda dalam sirkus.
Jadi, soalnya sekarang adalah bagaimana kita menyusun suatu ma-
syarakat di mana orang-orang kita sungguh menjadi manusia merdeka,
manusia yang tuan-tuan dan puan-puan sejati, "
Nah, lho, ternyata perguruan tinggi yang kamu
masuki bukanlah tempat yang baik bagi persemaian cita-citamu.
Perguruan tinggi yang kini kamu masuki, bisa jadi menyulap kamu
menjadi "kuli babu" atau "panda-panda dalam sirkus".
Kalau sudah begini, apakah kamu harus keluar dari perguruan tinggi?
Nanti dulu, masih ada yang bisa kamu lakukan. Setidaknya, kamu bisa
mengandalkan dirimu sendiri. Itulah yang paling mungkin kamu lakukan.
Kalau memang perguruan tinggimu itu tidak memungkinkan, kamu bisa
mendisiplinkan dirimu sendiri. Jadikan saja kuliahmu itu sebagai
pendorong semangat, misalnya dengan kuliah kamu menyandang predikat
baru: Mahasiswa. Atas gelar mahasiswa itu, kamu bisa berjuang untuk
terus-menerus membuktikan kehebatan menjadi mahasiswa -bukan
hanya demonstrasi turun ke jalan. Lebih dari itu, kamu bisa menempa
diri menjadi apa yang kamu inginkan.
Menjadi mahasiswa berarti menempati posisi tertentu yang berbeda
dari yang sebelumnya. Ada banyak julukan bagi mahasiswa, seperti
"bukan pelajar lagi", agent of social change (agen perubahan sosial),
"tukang demonstrasi", dan sebagainya. Sejumlah julukan itu menuntut
tindakan tertentu. Maksudnya, julukan-julukan itu "memaksa" kamu
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Marilah kita lihat kondisi mahasiswa!
Tentu saja, pengembangan fisik sudah selesai sampai di sini. Tubuh kita
tak akan lagi berubah menjadi sesuatu yang lain. Yang akan terus
mengembang adalah diri ini: kesadaran kita yang saat ini kerap merasa
minder, iri, dan tak percaya diri. Jadi, rasa tak pede itu akan berubah
menjadi percaya diri, rasa susah akan berubah menjadi bahagia, karena
kata Mullashadra, "Al-nafs jismaniyyah al-huduts ruhaniyyah al-baqa
(jiwa bermula secara material dan berkelanggengan secara spiritual)."
Diri kamu itu adalah jiwa murni yang saat ini masih tergadai oleh
kebiasaan banyak orang. Jiwa kamu harus dimurnikan melalui
pengetahuan,
pencerahan, dan arah bagaimana mesti mewujudkan diri itu-sehingga
kamu akan mengalami perubahan sesuai dengan pengetahuan yang kamu
dapatkan.
Jadi, mengapa kamu kuliah? Mungkin, jawabannya adalah karena kamu
harus menjadi manusia.
Biar kamu tambah yakin sebagai manusianya dan kuliahmu tidak sia-sia,
bacalah surat dari Cyborg. Kamu bisa memahami tujuan kamu kuliah dan
hidup dari surat ini.
KAMPUS KEDUA
Di Terminal Bus
Andaikan kamu ada di terminal bus. Kamu berdiri di antara jajaran bus-
bus yang sedang ngetem. Beberapa kondektur sibuk menyapa calon
penumpang, bertanya arah, dan menawarkan busnya agar dinaiki.
Sebagian calon penumpang itu menolak, sebagian lagi berdiri. Kamu ada
di sana, di antara bus-bus itu. Matamu kosong memandang papan nama
yang berjejer di atas bus-bus yang juga diam.
"Mau ke mana, Dek?" Seorang kondektur atau calo menyapamu.
Saat itu, kamu gelagapan, tak membayangkan tiba-tiba ada seseorang
yang menyapamu. Seluruh pandangan matamu runtuh dan kini dialihkan
kepada orang asing itu.
Siapakah dia? pikirmu. Apakah aku mengenalnya? Apakah pada wajahnya
ada yang mirip dengan salah seorang teman, kerabat, atau guruku di
sekolah? Tak ada. Tapi, siapa dia dan mau apa dia berada di dekat-ku?
Saat itu, kamu bertanya-tanya.
"Mau ke mana, Dek? Ke Jakarta atau ke Yogyakarta? Ayo, naik bus
saya, itu yang di sana!"
O ... rupanya orang itu kondektur. Tapi, kamu masih juga diam dan tetap
diam. Padahal, kondektur atau calo itu sudah kesal karena
pertanyaannya tak juga dijawab.
"Budek kali, ya?"
Kamu masih juga diam. Soalnya, kau masih belum memutuskan hendak ke
mana. Kamu tiba-tiba saja ada di terminal bus antarkota antarprovinsi
ini, tanpa niat tanpa rencana. Semuanya terjadi begitu saja.
Suatu pagi, kamu bangun dari tidur dan tiba-tiba saja berada di tengah-
tengah bus yang hendak berangkat ke tujuannya masing-masing. Tiba-
tiba pula, kamu harus menjadi salah seorang penumpang pada salah satu
bus itu.
"Hei ... kalau mau melamun, jangan di sini!" Salah seorang kodektur itu
(entah calo) meneriakimu. Kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun
rupanya. Bentakan itu cukup menggema di dadamu. Kamu ketakutan.
Wajahmu mendadak menciut. Seluruh sendimu gemetar tak alang
kepalang. Matamu langsung mencermati bus-bus itu dan berhenti pada
bus yang paling bagus.
"Sa ... sa ... saya mau naik bus itu," katamu sambil berlari menaiki bus
paling menterang yang kebetulan hendak berangkat.
"Ayo, tariiik ...!" Kondektur berteriak.
Bus melaju dan kamu berada di salah satu bangkunya, memandang kaca
jendela dengan tatapan kosong atau penuh ketakutan menyelidik orang
yang tadi membentak. Siapa tahu, ia masih ada dan mengikutimu,
begitulah pikiranmu. Bus terus melaju. Kamu menarik napas lega karena
pastilah si pembentak tadi tertinggal di terminal, menghirup asap busmu
yang lumayan hitam.
Bus melaju kencang. Kamu masih juga belum
paham kenapa tiba-tiba ada di dalamnya. Tetapi, kantukmu tiba-tiba
terbit tanpa terduga. Matamu berat, apalagi AC mobil tidak terlalu
kencang. AC terasa cukup lembut mengusap-usap matamu. Kamu pun
terlelap. Badanmu terguncang-guncang oleh laju bus, tapi kamu diam
saja. Sesekali, bus mengerem mendadak. Meskipun kepalamu terlempar
ke kiri ke kanan kadang-kadang ke depan (ke bagian belakang kursi di
depanmu)kamu masih saja tidur.
"Dek ... Dek ...!" Ada suara yang memanggilmu. Tangan suara itu menjawil
pundakmu. Kamu membuka mata dan sekali lagi kamu kaget. Ternyata,
kamu ada di dalam bus. Di hadapanmu, berdiri seorang lelaki dengan
karcis di tangan. Lagi-lagi, kamu harus berhadapan dengan kondektur.
"Mau ke mana, Dek?" Pertanyaan ini lagi yang harus kamu dengar. "Mau
ke mana?" Kondektur itu mengulanginya.
Kamu tak bisa menjawab pertanyaan yang satu ini. Sejak tadi,
pertanyaan ini susah kamu temukan jawabannya. Tadi, kamu bisa
menemukan jawaban karena harus menghindar dari ancaman. Kini, kamu
tak bisa menunjuk benda lain karena berada di dalam bus. Jadi, tak bisa
kamu bilang, "Mau ke kursi samping." Kalaupun menjawab itu, kamu tetap
dikejar pertanyaan yang sama, "Mau ke mana, Dek?"
Kamu gelagapan. Kamu harus segera menjawab agar kondektur bisa
menentukan harga pas yang harus kamu bayar. "Memangnya, bus ini mau
ke mana?" Akhirnya, kamu temukan juga jawaban yang
dapat memperlambat waktu. Tapi, terus terang, jawaban ini membuat
kondektur itu kaget. Dalam kepalanya berputar suara, Gendeng banget!
Kok, malah balik bertanya?
"Bus ini hendak ke Jawa!"
"Mak!"
Kamu langsung berdiri. Kamu tak mengira bahwa bus ini akan
membawamu ke Jawa. Itu tujuan yang terlalu jauh dari rumahmu. Kamu
tak siap untuk hidup di Jawa. Bahasa, tradisi, dan lagian, apa pula yang
hendak kamu lakukan di sana.
"Nggak, saya nggak mau ke Jawa .... Bisakah saya turun di sini?"
Huuuh ... jawabanmu pertanyaan melulu. Lihat, deh, kondektur itu
melotot.
"Ini jalan tol, Bung! Kamu tak bisa sembarangan turun. Lagian, kamu
sudah naik bus ini tiga perempat perjalanan. Setengah jam lagi, kamu
juga sudah sampai .... Ayo, bayar! Saya nggak mau tahu!"
Kamu terpaksa mengeluarkan uang. Untung di dompetmu ada sejumlah
uang. Coba kalau tak ada, niscaya kamu akan digebuki oleh kondektur
melotot itu.
Kondektur berlalu dan kamu termangu.
Setengah jam lagi aku akan sampai di Jawa dan aku akan turun dari bus
ini di terminal yang tak kukenali sedikit pun, begitulah pikiranmu
berbicara. Sementara itu, uang di dompetmu sudah habis. Semuanya
telah kamu berikan buat ongkos. Bagaimana aku bisa kembali lagi? Apa
yang harus
Situasimu sekarang ini persis seperti cerita tadi. Tiba-tiba, kamu tamat
SMA. Tanpa sadar, kamu menerima ijazah terburuk sepanjang sejarah
peradaban manusia. Tiba-tiba pula, kamu harus segera mendaftarkan
diri ke perguruan tinggi.
Sebenarnya, kamu tak mau mendaftar untuk sekolah lagi. Tapi, semua
teman di kelasmu ribut membicarakan perguruan tinggi tertentu, belum
lagi ibu bapakmu yang memaksa agar kamu jadi dokter atau profesi yang
lainnya. Pokoknya, kamu harus kuliah!
Ke mana?
Tak jelas benar jawabanmu. Semuanya terjadi begitu cepat dan
mendesak. Perasaan, baru kemarin kamu mendaftar masuk SMA ini,
main basket, dan bergabung dengan cewek-cowok teman termanis
sekolahmu.
Kenapa semuanya cepat berakhir dan harus berujung pada "pemaksaan":
harus kuliah dan meninggalkan kota kelahiran? Kenapa? Tak ada yang
menjawab kebimbanganmu itu karena semua temanmu sedang sibuk
memilih kota mana dan PT mana yang akan mereka masuki. Sementara,
ibu bapakmu siap dengan bentakan dan ancamannya,
"Pokoknya harus! Kalau tidak ...!"
Akhirnya, kamu menuruti bentakan ibu bapakmu itu untuk masuk PT
tertentu tanpa sadar akan tujuan-nya.
"Mau ke mana, sih?"
"Kuliah!" Kamu bisa menjawabnya dengan satu kata ini. Tapi, kuliah
bukanlah tujuan. Kuliah adalah jenis aktivitas yang sama dengan
"sekolah", "makan", "bersantai", dan seterusnya. Jadi, "kuliah" tak bisa
dijadikan jawaban untuk pertanyaan, "Mau ke mana?"
Nah, sebelum terlambat, sebelum perjalananmu berakhir, lebih baik
segera rumuskan tujuanmu kuliah. Kalau sudah telat, bisa berabe. Kamu
yang telat sadar akan celaka. Kamu akan terlempar di terminal
pemberhentian sana tanpa kejelasan kemampuan, tanpa kejelasan tujuan
lanjutan.
Hidup ini memang tidak mudah. Kalau merasa berat, pasti kamu berniat
untuk lari. Lari saja kalau bisa. Karena di mana pun kamu hidup, kamu
akan tetap dimuati oleh beban-beban dan tanggung jawab yang sama.
Coba saja!
Alternatif lain, misalnya, kamu mau bunuh diri?
Bunuh diri saja kalau berani sebab di kubur sana akan ada siksa kubur
yang menunggu erangan dan teriak-anmu belum lagi di neraka sana. Jadi,
majulah terus! Selesaikan tugasmu! Karena sudah kadung menjadi
manusia, buktikanlah bahwa kamu memang manusia.
Segeralah buat petamu, sebelum nasi menjadi basi. Kalau nasi berubah
jadi bubur, sih, masih enak; tinggal kasih serpihan daging ayam, telur,
dan bawang. Kamu bisa menyantapnya menjadi bubur ayam.
Kalau nasi sudah basi, pastilah nasi itu akan dibuang, lalu menjadi
sampah. Nasi sudah basi itu terjadi ketika semangatmu sudah kendor
dan keberanianmu sudah tumpul. Kalau sudah begini; percaya, deh, kamu
tak bakal bisa melangkah walaupun satu senti. Kamu merasa didesak
oleh banyak hal, mau ke kanan pikiranmu bilang ke kiri; mau ke kiri,
masalah yang di belakang juga belum beres. Makanya, segeralah
bergerak!
Biar mudah merumuskan peta perjalananmu, kamu bisa mengutip petuah
Aa Gym ini.
Mulailah dari diri sendiri Mulailah sekarang juga Mulailah dari yang
sederhana
So, mulailah sekarang juga!
Kalau kamu sudah semester tengah, tak mengapa. Maksud saya, tak ada
yang terlambat untuk membuat peta perjalanan. Better late than never,
begitu kata orang Inggris. Mendingan telat daripada terlambat (ini, sih,
sama saja), mending telat daripada tidak sama sekali. Lagi pula, ada
banyak orang besar yang mulainya telat; tapi karena kesungguhannya
yang sangat, dia bisa menyusul orang-orang yang sudah duluan melaju.
Untuk kamu yang telat, ada satu rahasia khusus. Orang-orang yang
sudah di depan duluan, biasanya lupa diri dan merasa lebih hebat
ketimbang kamu. Inilah titik kelemahan mereka. Begitu mereka lupa diri,
mereka jadi tidak terkontrol; saat itulah, kamu bisa menyusulnya
dengan sekali gas: WUUUSSS ... WUUUSSS ....
Orang yang belakangan bergerak mempunyai keuntungan juga. Misalnya,
kamu bisa belajar dari kegagalan orang yang sudah duluan. Kamu bisa
MENGENALI MAKSUD
penguapan. Jadi, pada kata "mengalir" ada arah yang dipakai pedoman
oleh air.
Bila hidup tanpa tujuan, kamu akan ditelan oleh tipuan gerak. Seakan-
akan kamu bergerak, melakukan banyak aktivitas, padahal kamu tidak
melakukan apa-apa. Mahasiswa biasanya sangat
sibuk dengan ikut kegiatan ini dan itu, tanpa tujuan yang jelas dan
semuanya itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
Ini persis seperti tikus di dalam roda. Ia berlari kencang sampai
berkeringat. Tapi kenyataannya, ia tetap saja berada di tempat yang
sama. Hanya rasa capek dan mata nanar, selebihnya kamu tak dapat apa-
apa. Sialnya, saat kamu menyadari itu, waktu sudah berkurang. Kamu
semakin tua.
Sukses adalah perjalanan. Kamu tak bisa tiba-tiba menjadi sukses
ketika tiba di suatu tempat tertentu tanpa melakukan perjalanan. Untuk
dapat melakukan perjalanan, tentu saja kamu butuh menentukan dulu
titik akhirnya, tujuannya. Perlu diingat, kamu tidak mungkin memenuhi
maksud dan
mengembangkan potensimu bila tidak tahu ke arah mana kamu
seharusnya menuju. Kamu perlu memperjelas tujuanmu kuliah. Dengan
kata lain, kamu perlu menemukan impianmu sendiri.
Impian-impian Mahasiswa
Sebagian mahasiswa hidup tanpa impian. Kuliah hanya sekadar kuliah.
Bagi yang tak punya impian, kehidupannya tampak menyenangkantak ada
kerut di kening, tak ada masalah sama sekali. Pergi kuliah tanpa
persiapan, pulang kuliah pun tanpa beban. Semuanya berjalan begitu
enteng, tanpa ada apa-apa.
Bila termasuk golongan ini, segeralah bayangkan apa jadinya kamu 5
tahun ke depan. Bayangkanlah kamu pulang ke rumah dengan gelar
sarjana dan apa yang dapat kamu buktikan kepada orangtuamu? Kalau
belum juga mempan, bayangkanlah ada banyak anak miskin yang tidak
bisa sekolah sama sekali karena tak ada uang walaupun Rpl.000,00;
sedangkan kamu-untuk kuliah-menghabiskan sekian juta rupiah. Kalau
masih juga belum mempan, saya yang bingung: memangnya kamu sudah
tidak punya hati nurani?
Sebagian mahasiswa-yang lainnya memiliki impian akan mendapatkan
jodoh seperti kisah Cinderella. Mereka berharap dapat menemukan
pangeran yang sudi mencintai dirinya melalui sepatu yang tertinggal.
Bagi yang pria, mereka ingin
menemukan putri yang ditemani peri penuh mukjizat yang mau menjadi
pasangannya dengan satu kali pertemuan.
Sebagian yang lain kuliah dengan tujuan yang labil. Mereka mungkin
punya idealisme tertentu un-tuk menjadi orang yang berguna bagi nusa
bangsa, agama, dan mertua. Namun, karena tujuannya terlalu lebar,
mereka jadi kerepotan menentukan apa yang harus dilakukannya dan
mana kegiatan ekstra yang harus dimasukinya. Akhirnya, ia mendaftar
menjadi anggota semua ekskul sehingga semua waktunya habis untuk
mengunjungi semua kegiatan ekskul itu.
Sebagian kecil ada juga yang kuliah dengan tujuan atau mimpi yang
begitu kuat. Mereka memiliki tujuan yang jelas dan karenanya
menempuh perjalanan kuliah dengan cara-cara yang efektif dan efisien.
Namun, di tengah mahasiswa lain yang lebih banyak "tanpa-tujuan", yang
sebagian kecil ini bisa saja terbawa arus.
Maka, sebaiknya kamu segera merumuskan impian secara jelas. Tanpa
impian yang jelas, kamu akan seperti zombie (mayat hidup). Dengan
impian tertentu, kamu tahu apa yang mesti kamu korbankan dan apa
yang mesti kamu perjuangkan.
Impian adalah awal dari segalanya. Semua yang kita miliki bermula dari
mimpi, dari keinginan, "Kalau saja saya Tak pernah dibayangkan bahwa
ada manusia tanpa mimpi seperti ini. Maka bermimpilah, rumuskan mana
keinginanmu yang paling kuat. Biar kamu tambah yakin dalam
merumuskan mimpi,
berikut ini adalah uraian mengenai beberapa manfaat mimpi.
Pernahkah ada orang sukses yang tidak didahului oleh mimpi atau
keinginan? Tak pernah. Kita semua membutuhkan sesuatu yang akan kita
tuju. Apa yang kita tuju, itulah impian. Impian dengan demikian dapat
berfungsi sebagai kompas. Ia memberi kita arah ke mana kita akan
melangkah. Melalui impian itu, kita bisa melangkah dan mengukur
seberapa jauh kemajuan yang telah kita capai, atau seberapa mundur
kita dari impian itu. Tanpa impian, apa yang kita tuju itu mustahil bisa
bergerak.
Kalau bermimpi ingin menjadi penyanyi, kamu akan lebih memilih latihan
vokal ketimbang menonton film. Kalau bermimpi menjadi bintang film,
niscaya kamu akan memilih latihan akting ketimbang menonton realiti
gosip di teve.
Ini jelas menunjukkan bahwa melalui mimpi yang kuat, kamu bisa
menentukan pilihan kamu. Jadi, bila kamu begitu plinplan, gampang
Ini sebenarnya sudah jelas. Impian yang kamu upayakan dengan sangat
sungguh-sungguh, niscaya akan menyusun masa depanmu. Masa depan
kamu memang bergantung pada mimpi yang kamu perjuangkan.
Tanpa mimpi, kamu tak akan bisa bergerak. Ini berarti, kamu akan
menetap pada masa sekarang.
Padahal, waktu terus berubah. Orangtua yang selama ini memberi kamu
beasiswa, suatu ketika akan meninggal dunia. Kamu harus hidup
sendirian, menanggung beban hidup dengan cara kamu sendiri. Dalam
situasi seperti ini, apakah kamu akan tetap tidak bermimpi bagi masa
depanmu?
Bila kamu kebingungan menangkap makna mimpi, baiklah akan diperjelas.
Mimpi adalah keinginan yang kuat, niat yang menjadi dasar dari
tindakan, atau tindakan yang terarah.
Niat sendiri dalam bahasa Latin adalah intention atau melenturkan diri
menuju. Kamu ada di sini dan ingin melenturkan diri menuju masa depan
yang kamu tuju, itulah mimpi.
Kamu harus mencoba mulai merumuskan niatmu kuliah. Pertanyaan untuk
kamu adalah mau dilenturkan ke mana dirimu saat ini? Kamulah yang
memilih dan menentukan, apakah kamu mau menjadi seseorang yang
berharga di masa depan atau tidak menjadi apa-apa?
Biasanya, mimpi dihadang oleh pikiran "kemustahilan". Mustahillah kamu
bisa menjadi seperti dia; kamu, kan, dari kampung. Buang jauh-jauh
pikiran seperti ini! Tak ada yang tak mungkin bagi orang yang berusaha.
Ketidakmungkinan adalah perampok impian.
Cara membuat impian sangatlah sederhana. Gunakan imajinasimu, lalu
bayangkanlah dirimu pada lima tahun ke depan: Apa yang sedang kamu
lakukan pada lima tahun ke depan itu? Bagaimana kehidupanmu dan
penghargaan orang terhadap
kamu? Dari bayangan masa depan itu, kembalilah ke masa sekarang. Apa
yang perlu kamu lakukan agar mampu mencapai masa depan yang
menyenangkan?
Sesekali, cobalah berdiam sejenak. Tarik napas dengan tenang dan
bayangkanlah masa depanmu dengan jujur. Kalau tidak terbiasa
melakukan meditasi, kamu bisa melakukannya dengan menjawab tiga
pertanyaan ini.
Apakah yang ingin kamu miliki (to have) dalam
1. hidup?
Bila telah memilikinya, apa yang ingin kamu
2. lakukan (do) dalam hidupmu?
Ingin menjadi manusia seperti apa kamu kelak
3. (be)?
Misalnya, kamu bisa menjawab bahwa kamu ingin memiliki banyak uang
dalam hidup ini. Setelah punya uang, kamu mau apa? Kamu mau membeli
banyak barang mewah. Setelah itu, apa lagi? Membahagiakan kedua
orangtuamu. Terus apa lagi? .... Setelah semua apalagi itu kamu jawab,
kini jawablah pertanyaan terakhir, Ingin menjadi manusia seperti apa
kamu kelak?
Membuat Komitmen
Setelah terumuskan apa yang menjadi mimpi kamu dalam kuliah ini,
cobalah merumuskannya dalam bentuk kata-kata. Mimpi dalam imajinasi
akan mudah hilang. Namun bila diwujudkan dalam kata-kata tertulis,
kamu bisa melihatnya kapan saja.
Sekarang, cobalah membuat komitmen atas mimpi kamu itu. Misalnya
seperti berikut ini.
Saya membuat komitmen ini untuk menjadi bahagia di masa depan. Saya
sadar bahwa kebahagiaan itu merupakan proses, tidak datang begitu
saja. Saya akan menemukan impian saya dan berbuat sebisa saya untuk
..........
..........
Walaupun banyak rintangan, perampok, atau orang yang melecehkan diri
saya untuk menyusun mimpi melalui kuliah yang baik; saya akan
melakukan apa pun untuk mewujudkan mimpi ini. Saya akan menjadi
bahagia.
bukan ujian yang membutuhkan nilai besar. Ini adalah ujian kejujuran
kamu tentang diri kamu sendiri. Kamu bisa saja menuliskan jawaban yang
bagus-bagus; tapi percayalah, menipu diri itu lebih merugikan bagi diri
kamu sendiri.
A. MASA LALU SAYA. Tidak ada impian yang tumbuh dari kepasifanmu.
Ia tumbuh dari kehidupanmu sendiri. Pada dirimu terdapat sejumlah
potensi yang menjadi modal untuk menumbuhkan impian. Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut buat melihat bagaimana kamu telah
dipersiapkan.
1. Apa sajakah bakat terbesar saya?
(a) _
(b) _
(c) _
2. Apakah kekuatan karakter saya yang terbesar?
1. Apa sajakah modal hidup yang saya miliki sekarang? (termasuk waktu,
uang, sumber daya manusia, peluang, dan sebagainya)
(a) _
(b) _
(c) _
(d)
_
2. Keadaan apa sajakah yang sekarang ini dapat saya ubah secara positif
agar saya dapat memiliki banyak modal hidup atau memiliki peluang yang
besar?
3. Apakah yang saya miliki saat ini ada yang unik? Misalnya, tempat
tinggal, tempat saya dalam sejarah, tempat saya sekarang kuliah, orang-
orang yang saya kenal.
Mimpi adalah apa yang kamu lihat dari diri kamu di masa depan. Untuk
bisa merumuskan mimpi, kamu
harus melihat apa yang kamu miliki sekarang. Cara kamu memandang
sesuatu (diri, masa depan, masa kini, peluang, tantangan, dan lain-lain)
dapat disebut sebagai paradigma.
Cara kamu memandang, bisa menentukan pada apa yang kamu lakukan
(sikap-sikap dan perilaku kamu) dan apa yang kamu lakukan membuahkan
hasil akhir yang kamu dapatkan dalam hidup. Oleh karena itu, kalau kamu
mau melakukan perubahan, tak cukup hanya mengubah sikap, perilaku,
Sikap
Hanya impian tidak akan cukup. Sesungguhnya, sikap kamu itu bukanlah
sekadar penyumbang yang diperlukan dalam perjalanan. Lebih dari itu,
sikap kamu adalah faktor utama yang menentukan apakah kamu akan
berhasil menghidupkan impian.
Sikap itulah yang menentukan seberapa jauh jarak yang sanggup kamu
tempuh dalam perjalanan bahagia. Sekali lagi, sikaplah yang menentukan;
bukan intelegensi, bakat, pendidikan, kekayaan, kemampuan teknis,
peluang, atau kerja keras.
Kalau tidak memiliki sikap yang baik, kamu tidak akan pernah menikmati
kesuksesan dan kebahagiaan. Sikap itulah kualitas utama. Ini ada
catatan mengenai sikap itu.
- Sebuah impian tanpa sikap yang positif menghasilkan seorang pemimpi
semata.
- Sikap yang positif tanpa impian menghasilkan seorang yang
menyenangkan, tetapi tidak sanggup meraih kemajuan.
- Sebuah impian dengan sikap positif menghasilkan seorang yang
potensial dan kemungkinannya tak terbatas.
Sikap adalah bagaimana mental kamu memandang dan menerima suatu
peristiwa. Kamu bisa langsung merasa putus asa ketika mengalami suatu
kegagalan atau sebaliknya, merasa mendapatkan tantangan. "Masa, sih,
yang lain bisa; gue nggak
bisa!" Inilah sikap.
Ketahuilah bahwa kalau memiliki intelegensi, talenta, pendidikan,
pengetahuan teknis, peluang, uang, dan etos kerja yang kuat, tapi tidak
Kamu harus percaya pada diri sendiri bahwa kamu bisa melakukan
sesuatu. Serentak juga, selain harus percaya pada diri sendiri; kamu
harus
mencoba melakukan sesuatu, ada kalanya gagal dan ada kalanya berhasil.
Kamu harus percaya pada diri sendiri karena hanya kamu yang bisa
menolong diri kamu. Selain kamu, tidak ada. Orang lain hanya
menambahkan sedikit rasa percaya dirimu. Selebihnya, ada dalam diri
kamu. Percayalah, kamu diciptakan oleh Allah dengan potensi yang besar
untuk tujuan tertentu yang bermanfaat, bukan untuk sesuatu yang sia-
sia.
dan menulis buku. Hasilnya sebuah buku filsafat yang dijadikan sebagai
mas kawin pernikahannya.
Kalau hidup ini dikaitkan dengan rencana Allah dan kebaikan-Nya,
semuanya sudah diatur oleh Allah. Jadi, dalam setiap peristiwa sesulit
apa pun Allah memberikan tanda yang Ia tinggalkan bagi kesuksesan
kita. Maka, sesulit apa pun, pastilah ada tanda-tanda yang menceritakan
peluang bagi keberhasilan kamu. Dengan cara ini, kamu jadi luar biasa,
susah untuk dipatahkan oleh satu-dua kesulitan. Kamu justru
menggunakan kesulitan sebagai pelecut bagi penemuan kepribadianmu.
Hasrat Memberi
Ketabahan
Ketabahan adalah syarat utama dalam setiap usaha. Siti Hajar dalam
Kisah Ibrahim adalah contoh manusia tabah dan ulet dalam kehidupan
manusia. Di tengah padang pasir yang gersang, ia terus bolak-balik
berlarian antara Shafa dan Marwa demi mencari setetes air bagi
anaknya. Ia terus berlari walaupun berkali-kali tak juga menemukan air
itu. Akhirnya, ia berhasil dan menemukan mata air abadi: air zam-zam.
Tak ada yang mudah, yang dapat diraih begitu saja. Untuk meraih apa
yang kamu inginkan dibutuhkan kesabaran. Tanpa ketabahan dan
kesabaran, apa pun akan menjadi setengah matang.
Ketabahan dan keuletan disandarkan pada keyakinan bahwa segala
sesuatu akan tumbuh sesuai dengan waktunya, tak ada yang bisa diburu-
buru dan tak ada pula yang diperlambat. Bila waktunya tiba, matahari
pasti akan terbit, demikian pun kesempatanmu dalam meraih
kesuksesan.
Upaya mempercepat dapat dilakukan, namun tetap saja kamu harus
memiliki ketabahan untuk menempuh segala risikonya. Ketabahan itulah
yang dimiliki oleh orang-orang besar karena tak ada satu pun tokoh di
dunia ini yang besar tanpa ketabahan.
Kita ini hidup di sebuah dunia yang tidak sempurna. Tak pernah kebaikan
langsung berbalas kebaikan. Tak bisa kita membayangkan ada balasan
sempurna atas tindakan dan kebaikan kita.
Sekarang, pilihlah dua hal ini: Apakah akan menghabiskan banyak waktu
dan energi untuk memperjuangkan apa yang seharusnya atau apakah
kamu akan memilih apa yang mungkin?
Bila kamu memilih apa yang ada di sekitarmu agar sesuai dengan apa
maumu, ini sesuatu yang mustahil. Dunia ini tidak sempurna sebagaimana
yang kamu inginkan. Ingat, tidak semua yang kamu inginkan itu bisa
terjadi secara sempurna. Tak ada gading yang tak retak. Pasti, deh, ada
yang retak. Ketika memaksakan bahwa gading itu seharusnya tak retak,
kamu akan dibebani kekecewaan terus-menerus. Waktumu akan habis
dan kamu hanya mengejar hal yang tidak mungkin.
Oleh karena itu, bergeraklah pada apa yang
mungkin saja. Bergeraklah berdasarkan kenyataan yang kamu temui
saja. Keinginan akan kesempurnaan merupakan hal wajar dan wajib
dimiliki semua orang. Namun, bila belum juga ditemukan, bukan berarti
kita putus asa. Kita bisa menunggunya dan memperjuangkannya agar
kelak bisa kita wujudkan dengan usaha sendiri.
Menuntut orang lain menghargai kamu karena kamu pikir itu hakmu akan
membuatmu pusing dan kehabisan waktu. Mending, kamu mulai bergerak
berdasarkan tanggung jawab atas diri sendiri saja dulu, tidak usah
meminta orang lain memenuhi hakmu.
Bila ada yang melanggar hakmu, biarkan saja asal bukan kamu. Tugasmu
adalah memperjuangkan tanggung jawab pada hidupmu. Kelak, ketika
orang lain menyadari kebodohannya karena menyumbat hakmu, ia akan
segera memberikan hakmu itu. Namun, bila kamu begitu serius menyoal
dan menyalahkan orang lain, waktumu habis untuk orang lain. Kamu
seperti lilin, ia meleleh sampai habis demi orang lain.
Kalau ingin menempuh perjalanan yang jauh dan cepat, ringankanlah
beban kamu. Tinggalkanlah segala iri, kecemburuan, ketidakrelaan,
memaafkan, sikap mementingkan diri sendiri, dan ketakutan.
Fokus pada hak-hak yang tidak kamu dapatkan dari orang lain di dunia
yang tidak sempurna ini-bisa membuat kamu dipenuhi kebencian,
amarah, dan kepahitan. Emosi-emosi merusak ini akan membuat kamu
bersikap negatif. Lagi pula, ketika kamu
begitu peduli pada bagaimana orang lain memperlakukan kamu; saat itu,
kamu lebih sering menengok ke belakang ketimbang ke depan. Saat itu
pula, kamu tak mungkin meraih kemajuan karena kemajuan ada di depan
sana.
Di kampus, pastilah ada banyak masalah yang muncul dari sikap orang
lain atau sistem yang tak peduli pada hak kamu. Terhadap soal ini, kamu
bisa menggugat hakmu, merasa diabaikan, marah-marah, atau
mengamuk. Atau, kamu bisa menanyakan untuk sekadar mengingatkan.
Perkara kemudian dia memenuhi hakmu atau tidak, itu urusan dia.
Selanjutnya, kamu kembali pada tanggung jawabmu saja. Apakah dengan
cara ini tidak melemparkan kamu pada sikap acuh tak acuh dan hanya
mementingkan diri sendiri?
Bila melakukan kewajibanmu saja, kamu justru sedang peduli pada nasib
dirimu. Dengan cara ini, kamu tidak sempat mengganggu orang lain.
Mementingkan diri sendiri? Mungkin ya, tapi ada masanya kamu masuk
ke dalam dirimu dan ada kalanya kamu memberi kepada orang lain.
Memenuhi kewajibanmu dalam banyak hal dapat berarti memenuhi hak-
hak orang lain. Sementara meminta hak terlalu banyak, berarti merasa
diri hebat dan harus dihormati. Pilih saja, mana yang kamu sukai!
seperti dia. Ya, kamu baca lagi, deh, pesan dari Muthahhari itu. Kalau
berdekatan dan mencintai mineral, kamu akan menjadi mineral.
Begitupun kalau kamu berdekatan dengan orang-orang yang berprestasi,
kamu pun akan berprestasi terinspirasi dan terdorong untuk mengecap
pengalaman yang sama. Sebaliknya, bila berdekatan dengan orang-orang
yang putus asa, kamu pun akan berputus asa.
Di kampus, tentu saja ada banyak pilihan orang (dosen atau mahasiswa)
yang dapat kamu jadikan sahabat. Kamu bisa memilih orang yang penuh
semangat dan kebahagiaan atau orang-orang yang menghabiskan waktu
dengan nongkrong di pinggir jalan dan terus-menerus menuntut hak dari
orang lain. Pilihlah orang yang dapat menularimu sikap hidup positif.
Mengobrollah dengannya, mintalah nasihat, dan bertindaklah seperti ia
melakukan tindakan.
Kamu itu seperti paku yang mulanya tak bisa menarik besi lain. Namun,
begitu terus-menerus berdekatan dengan magnet, paku besi itu akan
menjadi seperti magnet: mampu menarik besi sebagaimana magnet
menarik besi-besi.
Jadikanlah Saat Sekarang yang Membahagiakan
Seorang lelaki sedang menangis mengaduh-aduh karena sakit yang
dideritanya. Melihat itu, Rabi 'ah Al-Adawiyah (salah seorang sufi
perempuan) bertanya pada lelaki itu, "Kenapa Anda menangis?"
Lelaki itu berkata, "Sudah tiga hari ini saya menderita sakit gigi yang
luar biasa!"
Rabi'ah tertawa dan berkata, "Tidakkah kau malu, sakitmu itu hanya 3
hari. Dibandingkan dengan saat sehatmu, tentu belum seberapa.
Berbahagialah ketika sakit karena saat ini kamu jadi tahu betapa
pentingnya gigimu itu."
Rabi'ah mengajari kita bagaimana cara berbahagia, yaitu dengan
bersyukur. Ia bilang, bila dibandingkan dengan waktu sehat, tentu waktu
sakit kita sangatlah sedikit. Maka, bersyukurlah ketika kamu sakit.
Saat sakit, kamu jadi memahami bahwa tubuhmu itu begitu penting dan
harus dirawat. Bila tidak ada sakit, bisa jadi gigimu itu langsung
menghilang begitu saja karena aus. Untung saja ada mekanisme rasa
2. Orang lain
Siapakah orang yang paling positif yang kamu kenal? Tuliskan namanya
di bawah ini. Buatlah janji untuk berjumpa dengannya dan tanyakan
apa yang dilakukannya agar tetap bersikap positif.
3. Stres.
4. Humor.
5. Pernyataan sikap.
Tuliskan pernyataan sikap positif bagi diri sendiri yang menyatakan niat
kamu untuk menjadi individu yang positif.
Kehidupan ini bukan geladi resik. Kamu hanya diberi kesempatan satu
kali. Kalau tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, kamu tidak bisa
berbuat apa pun untuk mendapatkan kembali waktu yang telah lewat.
Kamu bisa saja mengulang sebuah mata kuliah yang sebelumnya tidak
lulus. Namun, itu berarti, kamu membuang-buang waktu yang seharusnya
dapat kamu manfaatkan untuk melakukan hal lain.
Sekali lagi, kehidupan ini bukanlah geladi resik yang membolehkan kamu
bersantai. Kamu harus tampil hari ini, bukan besok. Saat ini pun, kamu
tampil dengan kondisimu. Bila tidak menyeriusinya sekarang, kamu akan
Kalau tiba-tiba virus merasa hebat itu hadir, segeralah bergaul, bermain
ke universitas lain. Lihat dan cermati bagaimana kepintaran mereka.
Lihat dan cermati bagaimana mereka memiliki prestasi yang luar bisa
(Bagaimana dengan kamu?). Padahal, mereka juga sama dengan kamu,
berasal dari desa yang mungkin saja sama. Bedanya, mereka memilih
untuk menjadi climbers; sedangkan kamu cukup berkemah saja.
Terakhir adalah jenis manusia climbers. Manusia jenis ini adalah
manusia yang tidak pernah merasa besar kepala. Ia belum berhenti
melakukan pencarian bila belum mencapai apa yang dicita-citakannya.
Tentu saja, ia harus melakukan perjalanan yang melelahkan.
Saat quitters dan champers sedang berleha-
leha, seorang climbers justru sedang bersusah payah melakukan banyak
latihan. Biar saja, Aristoteles pernah bilang, "Akar dari pencarian itu
pahit, tapi buahnya manis." Mulanya pahit, namun akhirnya akan manis.
Semua kenikmatan quitters dan champers itu akan segera musnah
ketika si Climbers ini mencapai puncak cita-citanya. Bahkan, quitters
dan champers akan menjadi pemuja climbers.
Apakah kamu seorang quitters? Atau seorang champers? Mudah-
mudahan, kamu menjadi climbers!
Begitu mencapai puncak kesuksesan, kamu harus bersyukur.
Bersyukurlah karena usahamu selama ini mengorbankan waktu, tenaga,
konsentrasi, dan memeras otak; tidak sia-sia.
Syukur itulah yang harus kamu lakukan. Syukur adalah mengambil sisi
positif dari apa pun yang kamu terima atau selalu melihat peluang dari
kondisi apa pun. Karena kalau dipecah, kata syukur itu mengandung
pesan tersendiri.
Kejujuran, itulah yang kamu butuhkan. Kita tak bisa menetapkan sasaran
karena orang lain menginginkan sasaran itu. Semua orang memiliki
jalannya sendiri-sendiri karena semua orang memiliki bakat dan
kemampuan yang berbeda.
Nah, setelah siap melakukan perjalanan, kamu harus memeriksa medan
atau rute yang hendak kamu tempuh. Coba selidiki sejumlah halangan
yang akan menghadang di depan sana, kemudian apa keuntungan yang
bisa dipetik dari setiap tahap perjalananmu itu.
Pengetahuan akan medan sangat dibutuhkan agar kamu bisa melintasinya
dengan penuh keyakinan. Pengetahuan akan medan harus bersifat agak
men-detail, tidak hanya permukaannya atau gambaran besarnya.
Kamu harus menemukan pos-pos perjalanan yang mungkin kamu tempuh
untuk sampai pada sasaran. Misalnya, untuk sampai ke titik E; kamu
harus melalui pos A, B, C, D, barulah sampai di E. Membaginya menjadi
bagian-bagian perjalanan membuat kamu dapat mengukur kemampuanmu
dan waktu yang dibutuhkan.
Setelah mengenali medan yang akan kamu lintasi, kamu harus membuat
rencana perjalanan. Dari titik A; kamu harus ke titik B, C, D, dan E.
Buatlah rencana konkret apa yang akan kamu lakukan pada masing-
masing tahap perjalanan. Kamu harus menyiapkan segala sesuatu yang
memungkinkan kamu dapat melalui semua titik itu.
Kini, realisasikanlah dalam bentuk tindakan nyata secara segera dan
tentu saja bertahap. Ingat, rencana yang baik adalah yang dikerjakan,
bukan melulu dipikirkan. Hidup butuh makan sepiring nasi nyata, bukan
sepiring gagasan mengenai nasi. Jadi, lakukanlah segera dan jangan
terburu-buru.
Nah, sekarang kamu bisa memulai perjalanan. Ayo, mulai perjalanan
menuju dirimu!
KAMPUS KETIGA
Bila hendak pergi ke suatu tempat yang jauh, apa saja yang harus kita
siapkan? Pakaian, makanan, uang, dan apa lagi? Semua benda yang bisa
menolong kamu menyelesaikan perjalanan harus dibawa.
Namun, karena perjalanan ini menuju diri kamu di masa depan, karena
perjalanan ini menuju kebahagiaan dirimu sendiri; tentulah yang dibawa
selama perjalanan bukanlah benda-benda fisik. Yang harus kamu bawa
adalah niat, semangat pantang menyerah, dan ketabahan.
Rasulullah pernah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghiffari.
"Wahai Abu Dzar, perbaharuilah perahumu karena lautan itu sangat
dalam. Carilah perbekalan yang lengkap karena perjalanan itu sangat
jauh. Kurangilah beban karena rintangan itu amatlah sulit untuk diatasi.
Ikhlaslah dalam beramal karena yang menilai baik dan buruk adalah Zat
Yang Maha Melihat."
Kamu sudah baca? Ingatlah, lautan yang akan kita arungi sangatlah
dalam. Jadi, kita harus memperbaiki perahu. Perahu itu adalah diri kita,
seluruh kepribadian kita.
Perjalanan yang kamu lalui juga akan memakan waktu yang panjang. Jadi,
kamu harus memiliki banyak bekal. Bekalnya adalah pengetahuan. Beban
yang harus kamu kurangi adalah keinginan yang
berlebihan, rasa sombong, dan rendah diri. Sisanya, kamu harus ikhlas
menemani saya di halaman-halaman berikut ini.
Pengetahuan adalah bekal yang harus kamu bawa. Ke mana kamu hendak
menuju? Ini pengetahuan yang pertama. Apa dan bagaimana situasi
selama perjalanan? Ini yang kedua.
Karena kamu sedang kuliah, pengetahuan tentang kehidupan selama
kuliah sangatlah penting (pengetahuan kedua). Bila tidak tahu sedikit
pun mengenai apa dan bagaimana kehidupan selama kuliah, kamu akan
kehilangan arah: tersesat.
So, sebelum berangkat, ada baiknya kamu diam sejenak untuk
melengkapi dirimu dengan tekad yang benar dan pengetahuan yang
memadai. Nabi Yunus adalah seorang pejalan yang sangat terburu-buru.
Kamu tentu tahu kisah lanjutannya. Kapal yang ia tumpangi mengalami
kekacauan. Emosi dan masalah Nabi Yunus rupanya menyebar dan
Kebiasaanmu, Harimaumu
Nya. Kalau kita beriman bahwa Allah adalah sumber seluruh alam dan
kehidupan ini, alam dan kehidupan pun dikenai hukum yang sama: ia ada
sebagaimana kita memandangnya.
Kalau hidup ini dipandang sebagai rahmat, ia akan memberi rahmat
kepada kita; demikian pun sebaliknya. Syaikh Naqsabandi, mursyid
utama Tarekat Naqsabandiyah, memiliki cara pandang yang unik
terhadap diri manusia. Menurut Syaikh yang satu ini, semua manusia
adalah pemahat; patungnya adalah diri sendiri.
Syaikh Naqsabandi memang menamai dirinya sebagai pemahat karena
bagi Syaikh, begitu manusia dilahirkan dalam bayangannya kita ini
seperti kayu pahatan yang belum selesai bentuknya. Sudah ada
bayangan bentuk, namun belum utuh sempurna, belum indah dan menarik.
Sadar tak sadar, seluruh tindakan kamu adalah kerja pemahatan. Salah
sedikit saja, kayu diri itu akan tak berbentuk atau patah. Namun, kalau
pekerjaan kamu sesuai dengan aturan Ilahiah, pekerjaan itu akan
memahat tubuh kamu menjadi seperti rupa Ilahi.
Sayangnya, kamu lupa pada kerja pemahatan ini. Akibatnya, rupa kamu
menjadi rupa yang bukan-bukan. Bila kamu menemukan diri ini penuh
nafsu dan amarah; jangan-jangan, itulah bentuk yang dihasilkan dari
pekerjaan memahat kamu sehari-hari.
Wah, bahaya sekali bila kamu sering lupa pada konsekuensi tindakan
sebagai pahatan bagi diri. Karena semakin seenaknya kamu bertindak,
semakin buruk pula rupa kayu diri kamu. Bahkan, mungkin saja, rupa
kamu tidak lagi berbentuk apa pun, selain kayu jelek yang hanya layak
untuk kayu bakar.
Ya, makanya, kamu mesti merumuskan blue print rupa pahatan diri kamu.
Merumuskan blue print membuat seluruh tindakan kamu sedikit demi
sedikit membuat kayu diri berbentuk sesuai dengan citra Ilahi.
Sebaliknya, tanpa blue print yang disadari, kamu akan menjelma menjadi
sekadar kayu bakar.
Orang bijak melakukan penciptaan dalam dua kali: penciptaan pertama
dalam rencana dan penciptaan yang kedua dalam tindakan. Rencana itu
kemudian dijadikan sebagai tujuan akhir dari
Jagalah Tubuhmu
dokter hanya bisa bertanya, "Sakit apa?" So, kamulah yang tahu kapan
saatnya istirahat dan kapan saatnya menjalankan program!
Tubuh itu seperti kendaraan yang akan membawa kamu ke tempat
tujuanmu. Buatlah kendaraanmu itu tanpa masalah, jangan sampai ia
mogok. Bisa saja kamu sangat cerdas; namun bila tubuhmu mogok
(otakmu misalnya rusak), kamu akan kehilangan kecerdasan itu. Bisa saja
kamu punya niat membantu orang; namun bila tubuhmu rusak, semuanya
tinggal isapan jempol belaka.
Ada banyak mahasiswa yang sangat serius mengejar target impian,
sampai-sampai ia membiarkan matanya jadi minus dan punggungnya jadi
beng-kok. Itu bukan cara yang baik. Buat apa kamu berhasil bila kamu
sakit-sakitan.
Bisa saja 10 tahun ke depan kamu menjadi orang yang sesuai dengan
impianmu, namun kamu tidak bisa menikmatinya. Karena saat itu, kamu
sedang berjuang menghadapi tubuhmu yang sedang mogok (sakit tipes,
batuk-batuk, atau penyakit akibat kelelahan lainnya).
Bila dapat mengendalikan tubuhmu sesuai program, kamu akan bisa
meningkatkan satu kecerdasan dalam dirimu, yaitu kecerdasan fisik.
KAMARMU, KERAJAANMU
bebas lagi, coba (yang ini cukup dibayangkan) kamu potong ibu jarimu
itu-pisahkan dari telapak tangan. Lalu, lihatlah, apakah ia bisa bergerak-
gerak? Tentu saja, ia menjadi bangkai: diam dan membusuk tak lama
lagi.
Kamu dapat menyimpulkan, dari eksperimen ini, bahwa kebebasan
membutuhkan ikatan. Jempol bisa bebas bergerak justru karena ia
terikat pada tempatnya. Ketika tanpa ikatan dengan telapak tangan,
jempol justru tidak bisa bergerak sama sekali. Kalau begitu, kebebasan
justru ditemukan dalam ikatan.
Kamu merasa bebas kalau kamu memiliki aturan. Tanpa aturan sama
sekali, kamu bahkan tak bisa disebut bebas.
Kalau begitu, tunda dulu rasa senangmu. Kamu tidak boleh langsung
merasa bebas sebebas-bebasnya. Kamu harus membuat ritual yang sama
dengan bintang liar yang mendapat tempat baru. Pertama, kamu harus
mengenali kamarmu. Coba teliti, pintu kamarmu, pintu jendela, periksa
juga air untuk mandi; lalu ukurlah luas kamarmu dan buatlah rencana
penataan kamar (di mana kamu akan menaruh komputer, rak buku,
tempat tidur, baju kotor, dan lain-lain).
Kedua, setelah itu, keluarlah! Cermati tetangga-tetangga kamarmu.
Kalau perlu, mengobrollah untuk mengenali karakter tetangga-tetangga
barumu. Kini, kamu bergantung pada mereka. Kamu
menjadi bagian dari mereka. Bahkan, dapat dikatakan, kini merekalah
keluargamu.
Kemukakan siapa kamu dengan cara yang benar tidak terlalu sombong,
juga tidak terlalu merendah. Kalau terlalu sombong, kamu akan dijauhi,
bahkan dibenci oleh tetangga-tetangga barumu. Sebaliknya, kalau
terlalu merendah; kamu akan diinjak, dihina, dan menjadi anak bawang.
Ingat, kini kamulah yang mengendalikan seluruh kehidupanmu. Kamu kini
menjadi raja bagi dirimu sendiri. Kenali tetangga barumu. Buatlah dirimu
nyaman. Buatlah catatan kecil di buku harianmu mengenai karakter dan
kesan pertamamu pada tetangga barumu itu.
Ketiga, keluarlah dari asramamu dan lihat daerah sekelilingmu.
Seterusnya kamu tentukan sendiri langkah yang harus kamu lakukan.
Batas Nyaman
Tapi yang paling penting dari semua itu adalah kamu harus membuat
ritual garis batas nyaman. Kalau binatang melakukannya dengan
mengencingi wilayah tempat tinggalnya, kamu tentu tidak harus begitu.
Binatang memang mengandalkan hidung untuk mengenali suatu tempat;
kalau dia mencium aroma yang sama dengan dirinya, dia akan segera
mengenali bahwa itu tempat tinggalnya. Makanya, binatang memberi
tanda tempat tinggalnya dengan air kencing, air liur, dan kotorannya.
Jadi, fungsi pertama dari air kencing bagi bi-
natang adalah sebagai ciri bagi dirinya bahwa itu adalah tempat
tinggalnya. Kamu tidak mesti sejorok itu. Kamu tetap harus memiliki
kamar yang bersih seperti kamar hotel. Kamu cukup memberi tanda
gambar atau kata-kata di pintu kamarmu. Tuliskan siapa dirimu di pintu
itu, melalui cara ini kamu tidak keliru masuk kamar. Asal kamu tahu,
kamar asrama pastilah kamar dengan bentuk, ukuran, dan warna pintu
yang sama.
Fungsi kedua dari air kencing bagi binatang adalah tanda bagi binatang
lain bahwa tempat dengan bau kencing seperti ini telah dikuasai.
Binatang lain tak boleh sembarangan memasuki batas wilayah bau
kencing itu, kalau nekat melampaui batas itu pastilah si pemilik wilayah
akan menerkamnya.
Nah, kamu pun harus membuat tanda yang sama agar orang lain tidak
seenaknya masuk ke kamar kamu. Kamulah binatang liar yang siap
menerkam siapa pun yang melanggar batas nyaman kamarmu. Tentu saja
tidak usah dengan air kencing, yang kamu butuh-kan adalah ketegasan
dan keadilan.
Kamu harus tegas mengatur waktu kapan saatnya orang lain boleh
bertamu ke kamarmu, kapan saatnya mereka harus hengkang dan balik
ke kamarnya masing-masing. Kamu harus berani mengatakan pada
mereka, "Maaf, ya, saya harus tidur lebih awal. Kalau bisa, saya ingin
sendirian"; atau "Bisa nggak, mengetuk pintu duluan!"; atau "Wah,
Keadilan yang dimaksud adalah bila kamar kamu ingin dihargai orang,
kamu pun harus menghargai kamar temanmu. Biasanya, kamu membuat
standar ganda: pada orang lain kamu membuat aturan ideal, pada dirimu
sendiri kamu memilih aturan yang sembarangan.
Kalau kamu melakukan kekonyolan seperti ini, ketegasan kamu tidak
bakal dihargai. Mereka akan bilang (langsung atau hanya dalam hati),
"Alaaah ... kamu juga kemarin seenaknya menggunakan kamar saya,
nggak tahu waktu ...!" Kalau sudah begini, kamu benar-benar kehilangan
kewibawaan. Kerajaan kamar kecilmu tidak lagi berdaulat, sebagai raja
kamu hanya raja boneka.
Ihwal raja boneka, kamu pasti pernah dengar siasat kompeni Belanda
untuk menundukkan raja-raja di negeri ini. Mulanya, mereka pedagang
ada orang-orang yang masih berpikiran sehat, mereka tidak rela dijajah;
mereka memberontak. Orang-orang itu di antaranya adalah si Jampang
atau si Pitung.
Nah, kamarmu adalah pelabuhan kecil itu. Kamu rajanya dan ada banyak
orang model kompeni
Belanda yang ditolong, namun secara licik balik menguasai. Kalau bisa
mengatasi seluruh rayuan dan manipulasinya, kamu akan merdeka. Bila
tidak bisa, kamu akan menjadi raja boneka. Atau, kamu akan
memberontak seperti si Pitung. Nah, lho, masa kamu dianggap ekstremis
dan pembuat kerusuhan di kamarmu sendiri.
Kamu pasti akan bilang, "Ah ... terlalu didramatisasi. Masa ada
mahasiswa yang bertindak seperti kompeni Belanda, orang lain juga tahu
batas." Kamu boleh saja tidak percaya, namun kamu akan membuktikan
sendiri bagaimana repotnya bila kamarmu sudah dimonopoli oleh orang
lain.
Asal kamu tahu saja, harimau saja tahu betapa pentingnya wilayah dan
waktu privat (pribadi). Karena itu, harimau yang baru dipindahkan dari
hutan langsung mengencingi wilayahnya agar orang lain tak bisa
sembarangan keluar-masuk. Harimau, binatang apa pun, juga kamu,
memiliki saat-saat untuk sendirian. Kamu tidak bisa betah bila kamarmu
terus-menerus dipenuhi orang lain.
Tidak percaya? Coba jawab pertanyaan ini: Apakah kamu pernah merasa
sedih? Bila ya, saat merasa sedih, apakah kamu membutuhkan tempat
untuk menyendiri, tempat kamu akan menangis sepuasnya? Saat sedih,
kamu tak butuh siapa pun, hanya butuh dirimu sendiri. Baru setelah bisa
menangis sepuasnya, kamu membutuhkan teman mengobrol: curhat.
Pertanyaan kedua: Pernahkah kamu merasa capek dan membutuhkan
ketenangan untuk beristirahat?
Ya, so pasti kamu juga manusia. Saat butuh waktu istirahat, kamu pun
butuh tempat istirahat yang membuat kamu merasa nyaman tanpa
Kini, kamu harus mengenali ruang kuliahmu. Tempatnya, sih, tidak ada
bedanya dengan ruang kelas di SMA dulu. Ada ruang terbuka, di
tengahnya ada kursi berjejer, papan tulis di bagian depan, serta podium
dan kursi (yang sama dengan yang kamu duduki) khusus untuk dosenmu.
Semuanya sama, tidak ada yang istimewa. Bedanya hanya pada
peraturan dan kebebasan.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu harus masuk kelas dengan seragam yang
rapi, yang sama dengan teman-temanmu yang lainnya. Kini, saat kuliah,
kamu boleh menggunakan pakaian apa pun, asal rapi dan sopan.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu diajari dan diberi simpulan dari teori-teori,
dipaksa menghafal teori dan istilah. Kini, saat kuliah, kamu dididik
menyelidiki alasan yang melandasi lahirnya suatu teori dan kamu tidak
harus menghafal bila merasa tidak perlu.
Dulu, sewaktu di SMA, kamu diasuh oleh guru di sekolah. Apa pun
aktivitasmu (bolos, membuat kerusuhan, atau lainnya) pasti akan
dilaporkan kepada orang-tuamu. Kini, saat kuliah, tak ada yang
mengatur. Kamu bisa masuk atau bolos kuliah sesuai dengan keinginan
kamu. Dosenmu juga tidak berhubungan dengan kedua ortumu.
Dulu, sewaktu di SMA, gurumu begitu aktif berbicara di depan kelas,
menerangkan segala
sesuatu sampai detail. Saat kuliah, kamu akan menemukan dosen yang
hanya mengemukakan sejumlah kata kunci-konsep-konsep inti saja-
sisanya kamu sendirilah yang harus mengembangkannya.
Tak ada absensi yang akan dilaporkan ke rumahmu. Pihak perguruan
tinggi hanya akan menyurati orang-tuamu bila kamu terlibat masalah
besar (tindak pidana atau kematian).
Bila kamu bolos dari kuliah, itu bukan masalah perguruan tinggi, itu
masalahmu sendiri. Kamu dianggap sudah dewasa. Karena itu, kamu
diberi kebebasan untuk memilih masuk atau bolos kuliah. Tak ada yang
memaksa kamu karena ibu bapakmu juga tidak tahu.
Uthlubul ilma walaw bishin, itulah bunyi salah satu Hadis Nabi yang
cukup terkenal. Carilah ilmu sampai ke Negeri Cina, begitu umumnya
orang memaknai hadis ini. Baiklah, kita mulai mengupas hadis ini.
Hadis ini berisi dua pesan. Perintah "mencari" ini pesan pertama dan
"sampai ke Negeri Cina" adalah pesan kedua. Sepintas, hadis ini seperti
menyatakan: Bahkan bila ilmu itu ada di Negeri Cina sekalipun, kamu
harus mengejarnya,
mendapatkannya.
Hadis ini begitu bersemangat. Jauhnya jarak bukan alasan untuk
membiarkan ilmu menjadi mubazir. Ilmu ada untuk kamu kuasai. Jadi,
kuasailah ilmu walaupun letaknya sangatlah jauh, walaupun harus
menyeberangi lautan dan gunung.
Jadi, hal pertama yang hendak disampaikan melalui hadis ini adalah
bahwa manusia memiliki kewajiban untuk mencari dan menemukan ilmu,
tanpa kecuali. Kuliah adalah salah satu cara pencarian itu. Kuliah, dengan
demikian, pertama kali harus didasarkan pada niat untuk "mencari" dan
"menemukan". Ini sengaja ditekankan karena kita sering menjadi
tawanan kebiasaan "ingin dilayani" atau "bergantung pada orang lain".
Kita sering bergantung pada orang lain. Kita memiliki semangat karena
ada orang lain yang memompanya. Kamu akan rajin kuliah bila dosennya
cantik dan menyenangkan, atau ia sangat galak dan ketat. Namun, bila
dosennya biasa-biasa saja, kamu akan menyepelekannya. Lihatlah,
betapa cara kita hidup sangat ditentukan oleh orang lain! Ini dapat
kamu buktikan sendiri.
Coba, deh, sesekali kamu amati perilakumu dan perilaku temanmu saat
sudah berkumpul di kelas, lalu sang dosen tidak datang. Apakah yang
kamu rasa-kan: (a) kamu merasa kesal atau (b) merasa se-nang? Apakah
yang kamu lakukan: (a) berdiskusi atau membaca buku atau (b)
menghabiskan waktu untuk nongkrong?
Bila jawaban kedua pertanyaan itu "b", kamu telah kehilangan semangat
thalab. Kamu bukanlah "pencari" ilmu. Kamu hanya penerima, penunggu,
dan penggerutu. Kamu bergerak bukan karena dirimu sendiri. Kamu
bergerak karena orang lain.
Maka, terimalah nasib bahwa keberhasilanmu bergantung pada orang
lain. Begitu sendirian, kamu benar-benar tidak berdaya.
Menjadi mahasiswa adalah menjadi thalab, menjadi pencari dan penemu
yang tangguh. Pencari memiliki niat yang kuat dari dalam dirinya. Ia tak
peduli pada kondisi yang dihadapinya. Ia akan mencari sampai ke Negeri
Cina sekalipun. Ia akan terus mencari ilmu walaupun dosennya tidak ada
dan terus tidak ada. Mungkin, ia akan bertanya kepada seniornya,
membaca buku, atau menuliskan hasil bacaan. Ketidakhadiran dosen di
ruang kuliah tidak akan membuatnya senang, tidak akan membuatnya
berhenti mencari ilmu. Ilmu ada di mana-mana, bukan hanya dari mulut
dosen. Jadi, tidak ada dosen bukanlah akhir dari segalanya.
Hal kedua dari hadis itu adalah kata Cina. Makna umumnya sudah
dikemukakan bahwa Cina menunjuk daerah terjauh. Jadi, perintah
menuntut ilmu tidak batal hanya karena jarak yang jauh. Dengan kata
lain, jarak yang jauh bukan alasan yang menggugurkan kemestian
mencari ilmu. Namun, kata Cina ternyata memiliki makna yang lain dan ini
yang lebih penting.
Dalam khazanah sufistik, kata Cina tidak hanya kata untuk negeri yang
jauh, namun juga sebuah kata sandi. Cina dalam bahasa Arab ditulis shyn
(shad, ya, dan nun). Bila diurai dengan rumus abajadun, akan berjumlah
150. Angka 150 ini merujuk pada huruf qaf dan nun, membentuk kata
qann.
Kata qann dalam bahasa Arab berarti "pengamatan, penelitian dengan
cermat". Jadi, makna dari hadis itu ialah carilah ilmu dengan cara
melakukan pengamatan atau penelitian yang cermat.
Kamu tidak bisa sambil lalu dalam mencari ilmu. Kamu tidak bisa
menerima begitu saja suatu ilmu. Mencari memang membutuhkan
pengamatan dan penelitian. Tanpa penelitian dan pengamatan; kamu
tidak disebut pencari, melainkan penunggu atau penggerutu.
Makna kedua dari qann adalah "fokus, pemusatan". Ini menghasilkan
makna lain dari hadis tadi, yaitu carilah ilmu sampai mencapai
pemusatan. Carilah ilmu sampai ke titik fokusnya. Carilah ilmu bukan
hanya permukaannya, masuklah ke inti terdalam dari suatu ilmu.
Wah, menarik juga, ya, permainan makna dari kata shyn. Kata ini
ternyata memberi tahu kita tentang bagaimana cara kita mencari ilmu.
Coba, deh, ucapkan keras-keras kalimat berikut ini!
- "Aku ingin mencari ilmu dengan sangat serius, jarak bukan halangan."
- "Aku adalah pencari ilmu, bukan penunggu. Sumber ilmu ada di mana-
mana. Ke mana sumber ilmu, ke sanalah aku berada."
- "Aku ingin memfokuskan perhatian secara teliti untuk mendapatkan
ilmu."
Dosenmu, Tambur yang Menunggu Tabuhan
Dosen kadang tampil menyebalkan-muncul sebentar, cas ... cis ... cus lalu
memberi tugas yang berat-berat. Dosen kadang begitu tidak peduli
apakah kamu paham atau tidak, bisa melakukan tugas itu atau tidak.
Pokoknya, dia tampil sedingin es.
Pada orang seperti itu, kamu tidak bisa diam saja. Kamu harus
menyerangnya. Kamu harus mencecarnya dengan pelbagai pertanyaan
yang membuat es di wajahnya itu segera mencair. Sosok dingin dan
tidak mau meraih dirimu itu akan semakin dingin dan menyusahkan bila
tidak segera dipecahkan.
Dosen memang berbeda dengan guru. Dosen lebih berjarak, sedangkan
guru kadang-kadang dapat bertindak seperti orangtua sendiri. Walaupun
ada juga, sih, dosen yang sangat dekat dan hangat. Namun, kedekatan
dengan dosen tidak bisa datang begitu saja.
Ibarat tambur, ia tak akan berbunyi, kecuali kamu menabuhnya
memukulnya keras-keras. Maka, bacalah buku sebanyak-banyaknya
sebelum masuk ruang perkuliahan. Ajukan bantahan atau pertanyaan
sebelum ia menguap dan memutuskan untuk meninggalkan kelasmu,
padahal baru 15 menit. Dan jangan biarkan ia merasa menang karena
menemukan mulut kamu menganga.
Di hadapan tambur, kamu diminta untuk mendemonstrasikan kelincahan
tanganmu dalam memukul secara berirama. Maksudnya, saat
mencecar dia (dengan sanggahan, pertanyaan, atau pendapat lain), kamu
tidak boleh melakukannya secara monoton. Harus berirama. Kadang-
kadang keras, kadang-kadang lembut, kadang-kadang cepat, bila perlu
lambat. Kamu harus tahu situasi. Artinya, kamu tidak boleh
mempermalukan dia dengan pertanyaan yang membuatnya gagap. Tapi,
kamu juga tidak boleh terus-menerus memberikan pertanyaan yang
membuat ia tidak berpikir sama sekali.
Strategi ini terlihat kejam. Tetapi, itulah satu-satunya cara agar ia
tidak meremehkan kamu. Tanpa perlawanan sedikit pun, mereka akan
tampil seadanya. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, justru
membantu dosen agar melakukan persiapan secara matang. Sebaliknya,
kalau didiamkan, ia akan masuk ke kelasmu tanpa persiapan sedikit pun.
Soalnya terletak pada "pengulangan". Ya, dosen itu bisa jadi selama
bertahun-tahun mengajar mata kuliah yang sama. Jadi, ia hafal di luar
kepala semua materi. Negatifnya, ia lupa untuk mengembangkan dirinya.
Ia menganggap tanpa persiapan saja sudah cukup.
Nah, kalau kamu memberikan seribu pertanyaan kepadanya, itu sama
dengan menolong dia dari kejumudan. Berikan pertanyaan dan dia akan
berpikir keras.
Satu kebiasaan lain yang harus kamu lakukan selama kuliah adalah
beranilah untuk mengajukan permintaan. Kalau kamu merasa tidak
paham, kemukakan permintaan kepada dosen atau
ruang kuliah.
tertentu. Saat itu, cara berpikir yang didasarkan kebiasaan umum telah
diganti.
Bagi de Bono, topi yang kita kenakan dalam berpikir itu tidaklah satu.
Jadi, ada banyak topi. Ini berarti, ketika berpikir, kita secara
bergantian menggunakan sejumlah topi dan tak pernah secara absolut
hanya satu topi.
Topi PUTIH
Carilah FAKTA, INFORMASI, dan TEORI sebanyak-banyaknya. Fakta
akan menunjukkan simpulannya sendiri.
Topi MERAH
Gunakan PERASAAN, PENGALAMAN, dan EMOSI kamu. untuk
menanggapi FAKTA yang telah tersaji.
Topi HITAM
Kini, bertanyalah, secara kritis. Carilah SISI NEGATIF dari FAKTA
tadi, sekaligus dari tanggapan Topi MERAH.
Topi KUNING
Cari alasan dan dukungan logis dari FAKTA yang kamu terima. Buat
alasan dari tanggapan emosi kamu, juga buat argumen dari penilaian
kritis kamu.
Topi HIJAU
Carilah alternatif lain, simpulan yang berbeda dari simpulan yang sudah
kamu dapatkan dari FAKTA-EAKTA.
Topi BIRU
Buatlah jalinan antara hasil dari topi yang satu dengan topi yang lain.
Kendalikan semuanya dengan baik agar menjadi, satu bangunan yang
utuh.
Topi EMAS
Merujuk pada TEORI atau PRINSIP.
Jadi, setiap informasi yang kamu terima dari bacaan (atau ceramah),
hendaklah diolah dengan ketujuh topi ini. Caranya, ujilah informasi itu
dengan sejumlah pertanyaan.
- Apa fakta dari pernyataan ini?
- Apakah saya bisa menerimanya begitu saja?
- Bagaimana perasaan saya bila pernyataan ini benar?
- Apa efek negatif bila pernyataan ini benar?
- Apa alasan logis dari pernyataan ini?
- Apakah hanya pernyataan ini yang benar?
- Adakah pernyataan lain?
- Apakah ada teori lain yang sama dengan pernyataan ini?
- Bagaimana saya bisa menstrukturkan pernyataan ini menjadi baru,
menjadi milik saya?
SIAPAKAH TEMANMU
Pernah dengar lagu Tombo Ati? Salah satu pesan dari lima obat hati
adalah bergaullah dengan orang-orang saleh. Kenapa begitu? Kalau kamu
bandingkan dengan empat obat hati yang lain, bergaul dengan orang
saleh adalah obat yang paling mudah dilakukan.
Bandingkanlah dengan obat hati dari Opick yang lainnya, yaitu membaca
Al-Quran dengan maknanya, berpuasa sunnah, mengerjakan shalat
malam, dan berzikir di malam hari secara khusyuk.
Membaca Al-Quran sangatlah berat, apalagi dengan maknanya segala.
Buktinya, jujur saja, deh, apakah Al-Quran yang ada di kamarmu itu
pernah dibaca? Berpuasa sunnah juga susah, selalu saja ada alasan untuk
tidak berpuasa. Yang ketiga dan keempat adalah yang paling susah-pada
malam yang dingin saat sedang asyik tidur atau menonton sepak bola,
kamu diminta shalat malam dan berzikir. Namun, obat berteman dengan
orang saleh sangatlah gampang. Apalagi, biasanya orang-orang yang
saleh adalah orang-orang yang lembut dan baik hati.
Kenapa berteman dengan orang saleh menjadi obat bagi hati?
Berteman dengan seseorang berarti terus-menerus bersama dengan dia,
saling membantu, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Melalui keakraban dalam waktu yang lama dengan seseorang, kamu akan
terpengaruh dan menjelma seperti dia.
Sewaktu SMP, tentu kamu pernah disuruh praktik fisika tentang induksi
magnetik. Teori ini mengatakan bahwa benda-benda tertentu dapat
dipengaruhi dengan cara tertentu sehingga ia menjadi bersifat seperti
magnet. Sifat magnet salah satunya adalah dapat menarik benda-benda
lain.
Pada praktikum itu, kamu diminta menggosok-gosokkan penggaris
plastikmu ke rambut kepala. "Gosokkan dalam gerak teratur!" begitu
perintah guru fisikamu. "Lalu, coba dekatkan permukaan penggaris
plastikmu pada serpihan kertas yang sudah tersedia sebelumnya."
Kamu pun mendekatkan penggaris itu dan ajaib, kertas-kertas itu
terangkat mengikuti gerak penggaris. Serpihan kertas itu seperti
menari-nari, tertarik oleh gerak penggaris plastikmu. Hal yang sama
kamu temukan pada besi. Bila besi digosokkan atau sering bersentuhan
Teman yang saleh, sepintas lalu, mirip dengan teman Yes Man. Keduanya
memiliki keinginan membuat orang lain bahagia. Perbedaannya, teman
saleh membahagiakan orang lain dengan ketulusannya. Ia seperti
matahari-ia menyinari karena ia memang bercahaya. Sementara teman
yang Yes Man, berusaha mengada-ada. Ia mau tampil sedemikian
menarik agar mendapatkan teman. Teman yang Yes Man adalah teman
yang sangat kesepian dan mereka bisa berubah menjadi teman saleh
dengan syarat ia mulai memedulikan dirinya.
Sementara, teman yang egois dan teman yang bukan teman, sama-sama
memiliki kemiripan tidak peduli pada orang lain. Mereka terkurung oleh
dirinya sendiri. Bedanya, teman yang egois membuat kerajaan sendiri
dengan dasar kesombongan bahwa dirinya tidak membutuhkan siapa pun.
Teman egois merasa sudah cukup sempurna dan orang lain hanya datang
untuk mengganggu.
Teman yang bukan teman juga mengurung dirinya karena rasa putus asa.
Rasa putus asa yang luar biasa membuatnya mendendam pada siapa pun
yang terlihat baik. Ia merasa tersinggung terhadap kesuksesan orang
lain. Karena itu, ia ingin mencelakakannya.
Temanmu adalah Modalmu
"Manusia merasa kesepian karena mereka membangun tembok dan
bukannya jembatan." (Anonim) Pepatah ini harus kamu baca dengan
saksama. Tembok pembatas akan membuat kamu kesepian. Sebaliknya,
jembatan akan membuat kamu memiliki banyak teman. Kamu memang
raja di kamarmu. Namun, jangan biarkan diri kamu menjadi raja yang
lalim. Kamu harus menjadi raja yang memiliki banyak teman, raja-raja
lain yang menguasai kerajaan kamar kecilnya.
Menolak mereka agar tidak membuat kamarmu jadi pasar tetap harus
dilakukan. Namun, lakukan dengan cara yang sopan. Soalnya, cara yang
kasar sama dengan membangun tembok penghalang antara kamu dan
temanmu, maka gunakan cara yang lembut.
Cara kamu memperlakukan teman dapat mengasah kecerdasan emosi
(EQ). Kecerdasan emosi ini adalah cara kamu mengelola emosi secara
tepat. Kalau kamu pemarah, pemalu, terlalu arogan, egois, atau terlalu
RENCANA TINDAKAN
-jalan mereka
-jalan saya
Berusaha untuk dipahami dengan mengutarakan ide-idemu.
-urun rembuk
Menciptakan kemungkinan dan ide-ide baru.
Selamat bersinergi!
Waktu Luang
Indeks Urgensi
Bila berada pada kuadran 3, kamu adalah orang yang berusaha keras
agar orang lain senang dan berusaha menanggapi semua keinginan
mereka. Orang pada kuadran ini sering menganggap kepentingan orang
lain sebagai sesuatu mendesak yang harus dikerjakan. Kalau ada teman
yang datang ke kamarnya, ia akan mengajak begadang. Saat itu, kamu
meninggalkan apa yang penting dan mendesak bagi dirimu sendiri. Kamu
takut mengecewakan orang lain. Bila berada di kuadran 3
ini, kamu akan menjelma sebagai orang plinplan. Satu waktu, kamu punya
rencana ini. Beberapa saat kemudian, kamu berubah pikiran karena
orang lain mengajak kamu melakukan rencana lain.
Ini kuadran yang paling bahaya. Kuadran ini diisi oleh orang yang
mengerjakan secara serius hal-hal yang sebenarnya tidak penting dan
tidak mendesak. Kamu berada di kuadran ini bila kamu terlalu banyak
tidur, terlalu banyak main game, terlalu banyak menonton teve (bahkan
film yang sudah kamu tonton sekalipun).
Inti kesalahan dari penghuni kuadran 1, 3, dan 4 adalah ketidakmampuan
membedakan mana yang penting dan mana yang mendesak. Begitu
Inti dari kuadran 2 adalah kamu tahu mana kegiatan yang penting dan
mana yang tidak penting. Mana kegiatan yang mendesak dan mana yang
biasa-biasa saja. Coba, deh, kenali kegiatan kamu. Bila melihat kuadran
tadi, kamu akan menemukan empat jenis pekerjaan, yaitu:
a. pekerjaan penting yang tidak mendesak;
b. pekerjaan tidak penting yang mendesak;
c. pekerjaan tidak penting yang tidak mendesak;
d. pekerjaan penting yang mendesak.
Sebaiknya, kamu dapat mengenalinya satu per satu. Orang yang berdiam
di kuadran 2 adalah orang yang sanggup memilih untuk mendahulukan
pekerjaan yang penting secara bertahap sehingga pekerjaan tidak
mendesak dirinya. Ia bisa leluasa mengerjakan suatu pekerjaan sesuai
waktu dan kepentingannya.
Kamu bisa menjadi manusia di kuadran 2 bila belajar menghentikan sifat
menunda-nunda, belajar berkata tidak pada ajakan orang lain, dan
berhenti bersifat malas-malasan. Soalnya, seluruh sikap kuadran 1, 3,
dan 4 ini memiliki efek yang cukup berbahaya bagi kamu.
Efek Kuadran 1
Kamu jadi gampang stres, sering mengalami kecemasan, kelelahan, dan
prestasi kamu biasa-biasa saja.
Efek Kuadran 3
Memiliki reputasi sebagai "tukang" menyenangkan orang lain, kurang
disiplin, dan disepelekan teman-temanmu.
Efek Kuadran 4
Kamu jadi kurang memiliki
tanggung jawab, memiliki rasa
bersalah ketika gagal, dan ke-
malasan yang tidak ketulung-
an.
Bila berada dalam kebiasaan kuadran 2, kamu akan menjadi orang yang
bisa mengendalikan dirimu sendiri. Kamu akan benar-benar menjadi raja
bagi dirimu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan
KAMPUS KEEMPAT
pilihan kamu sekarang inilah yang paling sesuai dengan apa yang kamu
inginkan atau sebaliknya.
berhasil. Sebaliknya, bila mundur satu langkah karena rasa iri, kamu
pasti mengalami kegagalan.
Istiqamahlah! Tetaplah pada jalanmu, pada tekad awalmu!
Ini ada beberapa tips yang bisa membantumu untuk tetap beristiqamah
dalam tujuan kuliahmu.
Tips 1: Menyemangati dan Memuji Diri Sendiri
Perlu kamu lakukan untuk memercayai diri sendiri. Saat kamu merasa
percaya diri dan yakin, akan lebih mungkin melihat hasil yang positif.
Jika belum percaya pada dirimu sendiri bahwa kamu adalah seorang
pejalan yang punya tujuan berharga, berpura-puralah bahwa kamu
adalah pejalan seperti Sinbad. Ia pejalan yang akan menemukan harta
karun di depan sana. Mengapa? Meragakan diri sendiri membuat kamu
takut mencoba.
Saat meramalkan kegagalan, besar kemungkinannya kamu menyerah
karena pikirmu kamu sudah mengetahui hasilnya. Sebaliknya, saat
meramalkan keberhasilan, kamu mungkin mengerahkan upaya terbaik
dan mencapai tujuan yang telah kamu tentukan.
Untuk melihat diri dalam keadaan terbaik, tulislah sepuluh hal positif
tentang dirimu. Pelajari daftar itu dan simpan di mana pun agar kamu
dapat melihatnya setiap hari. Sehingga setiap kali kamu melihatnya,
akan muncul dorongan rasa percaya diri. Setiap hari, katakan pada diri
sendiri bahwa kamu kreatif, pintar, dan punya potensi hebat. Memuji
diri sendiri dan sungguh-sungguh percaya bahwa kamu memiliki sesuatu
untuk dikatakan, akan mendorongmu terus melangkah.
Kemudian, teruslah menghibur diri sehingga kamu selalu termotivasi.
Dorong dan puji dirimu! Yakinlah akan dirimu! Itu akan membantumu.
Kumpulkan dan simpan sejumlah pujian yang pernah kamu dapatkan dari
orang lain. Bahkan, kamu dapat membuat sebuah daftar hal baik yang
dikatakan orang tentangmu dalam beberapa tahun ini. Misalnya, seorang
temanmu bilang, "Kamu yang terbaik! Denganmu aku merasa tenang!"
atau ibumu bilang, "Kamu anak terbaik yang pernah kumiliki." Tulislah
semuanya. Namai kumpulan ini sebagai "Antologi pujian atas diri" atau
apa saja. Saat kamu merasa kecewa atau ragu-ragu, ambil daftar ini dan
ingatkan dirimu betapa hebatnya kamu.
kepalamu, "Nanti sajalah ... kamu, kan, masih capek!" atau "Nantilah ...
semua orang juga begitu!" dan lainnya. Pokoknya, di kepalamu itu seperti
ada hantu yang terus menjagamu tetap berada pada lingkaran
kenyamanan.
Hantu yang terus membuatmu kaku itu bagi Caryn disebut "anjing
penjaga". Begitu kamu memulai sesuatu, anjing penjaga itu melompat
naik turun dan menggonggong. Ada saja yang ia perhatikan. Menurutnya,
pekerjaan awalmu kurang meyakinkanlah, membosankanlah, atau sebagai
tindakan bodoh-pokoknya serbasalah.
Ia bahkan mengancam menggigitmu dan menghalangi langkahmu. "Anjing
pengawas yang menjengkelkan dan anjing pemburu yang kelelahan dan
lambat. Anjing pengawas menginginkan semuanya rapi, teratur,
terlindungi, dan dapat dipertahankan. Anjing pemburu yang kelelahan
hanya ingin berguling-guling dan di-sayangi. Siapa yang dapat
menyalahkan mereka? Keduanya hanya menginginkan kenyamanan dan
keamanan."w
Caryn bilang, kamu harus segera mengatasi anjing itu, kecuali kamu
sudah dengan tepat menerapkan pepatah, "Anjing menggonggong,
kafilah berlalu". Tugas anjing memang meng-
gonggong, tugas kamu sebagai kafilah, ya ... berlalu saja.
Selamat mencoba!
Kepustakaan