Anda di halaman 1dari 13

TUGAS P3K CEDERA OLAHRAGA

TENTANG LUKA LECET

Dosen Pembimbing :

NS.HILMA YESSI S.KEP,M.KEP

Disusun Oleh:

Rio aprizal pratama( 19334120 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................ i

PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka ...................................................................


B. Jenis Luka ............................................................................
C. Macam-macam Luka dan Penanganannya ..........................
D. Proses Penyembuhan Luka (Secara Umum) ........................
E. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ..................

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................


BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka
Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya
sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan
penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu
baik panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan,
gigitan hewan, sengatan listrik maupun penyebab lainnya.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :


1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Pendarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

B. Jenis Luka
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka
a. Luka Bersih (Clean Wounds)
Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi yang mana luka
tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi
pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria tidak terjadi.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
Jenis luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi.

c. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)


Luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna.

d. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)


Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya mikroorganisme pada
luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis
ini akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.

2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka


 Stadium I : Luka Supersial (Non-Blanching Erithema). Luka
jenis ini adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
 Stadium II : Luka “Partial Thickness”. Luka jenis ini adalah
hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas
dari dermis merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis
seperti halnya abrasi, blister atau lubangnya yang dangkal.
 Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah
hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis
jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan di sekitarnya.
 Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka
yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi / kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka
a. Luka Akut
Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka
akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang diperkirakan. Contoh : Luka sayat, luka bakar,
luka tusuk. Luka operasi dapat dianggap sebagai luka akut yang
dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin grafting.

b. Luka Kronis
Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam
proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan,
tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul
kembali. Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous,
luka bakar dll.

C. Macam-macam Luka dan Penanganannya


1. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi
dibanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di
ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.
Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah
membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan
bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak
memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh
diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini
adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari
penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan
menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu
dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.
2. Vulnus Punctum (Luka tusuk)
Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, yang harus di
ingat maka kita harus curiga adanya bakteri clostridium tetani dalam
logam tersebut.
Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka
tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa
mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh
darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita
lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2,
kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun
dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.

3. Vulnus Contussum (Luka memar)


Luka kontussum adalah luka memar, tentunya jangan diurut
ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh
darah semakin lebar saja.
Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres
dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh
darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.

4. Vulnus Insivum (Luka sayat)


Luka sayat adalah jenis luka yang disebabkan karena sayatan dari
benda tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebagainya. Jenis luka ini
biasanya tipis.
Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan
dan memberikan desinfektan.

5. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)


Jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus
segera dikeluarkan tembakanya.
Cara penanganan : Jangan langsung mengeluarkan pelurunya,
namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2,
berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya
seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan
pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah
mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan
disekitar peluru.

6. Vulnus combustion (Luka bakar)


Luka bakar adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara
kulit dengan zat panas seperti air panas(air mendidih), api, dll.
Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah
alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak
tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya. Bila
terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah
perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka
jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada
pasien luka bakar.

7. Luka gigitan
Luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti
serangga, ular, dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang
dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang berbahaya.
Cara penanganan : Mengeluarkan racun yang sempat masuk ke
dalam tubuh korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang
sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka tersebut.
Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan
bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian
mukosa mulutnya. Sambil menekan agar racunnya keluar juga dapat
dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari gigitan, ini
bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh
yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang
lebih maju untuk perawatan lanjut.
8. Laserasi atau Luka Parut
Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak
permukaan kulit, misalnya karena jatuh saat berlari.
Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada
perdarahan dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang
mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih.
Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka
dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih.
Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing (kerikil, kayu, atau
benda lain) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah
sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon
iodine atau kasa anti-infeksi.

9. Terpotong atau Teriris


Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan
oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup
banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah arteri yang putus terpotong.
Cara penanganan : Menangani perdarahan terlebih dahulu yakni
dilakukan dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan
menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila ada pembuluh nadi
yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet.
Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang
saputangan pada bagian antara luka dan jantung secara melingkar,
kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat
pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang.
Tujuan cara ini untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka.
Setelah itu, luka ditutup dan dirujuk kerumah sakit. Pembebatan
torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat
lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi
kemudian ditutup kasa steril.
D. Proses Penyembuhan Luka (Secara Umum)
Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus
dilakukan adalah tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk
membuat luka menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi pada luka
dan mencegah terjadinya infeksi. Proses penyembuhan mencakup beberapa
fase, yaitu :
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang
terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang
hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area
luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan
dimulainya proses penyembuhan. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai
dengan eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang
berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase Proliferatif
Fase proliferatif adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka
dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada
proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan
produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi
jaringan.
Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka
merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang
cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan
hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini merupakan proses
terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet
dan makrofag (growth factors). Sejumlah sel dan pembuluh darah baru
yang tertanam didalam jarigan baru disebut sebagai jaringan “granulasi”.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan
kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat
oleh berbagai growth faktor yang dibetntuk oleh markofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah
menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai
meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen
bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari
jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah
perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan
keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan.
Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau
hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan
kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan
kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan
aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi
setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat
tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta
luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat
dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik
(diabetes melitus).

E. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


1. Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan
penyembuhan jaringan.
2. Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat
juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga
akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun
kedalaman luka.
3. Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda Asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah),
yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(Pus).
6. Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai
darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini
dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi
akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
7. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nuri tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan
 Steroid : Menurunkan mekanisme peradangan normal
tubuh terhadap cedera.
 Antikoagulan : Mengakibatkan pendarahan.
 Antibiotik : Efektif diberikan segera sebelum pembedahan
untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan
setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat
koagulasi intravaskular.
DAFTAR PUSTAKA
ID Medis Website kesehatan

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan


Bedah. Jakarta: EGC.

www.fkep.unpad.ac.id/2007/07/perawatan-luka/

Penyakit Tetanus – penyebab, Gejala, dan Pengobatan | Mediskus.com

Soeparman, 1990 , Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai