Anda di halaman 1dari 9

EKRANISASI NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

KE DALAM FILM (PENDEKATAN STRUKTURAL)


Musyafir, Gazali Lembah dan Nurhaya Kangiden
shafirafpleng@gmail.com

Abstract
The problem of this research is novel ecranization of Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck to
the movie that include varying shrink, addition and changes. This research aims to describe the
novel ecranization of Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck by Hamka into the movie of
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck by Sunil Soraya. This research is expected to provide
understanding for reader and writer about novel ecranization of Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck to the movie Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck which includes varying shrinkage,
additions and changes. The method used in this research was descriptive method using literature
study approach. Sources of data from this research were the script or the novel text of the
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ship and scene film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Data collection technigues are done by reading novels, watching movies and taking scene on film.
The data analysis technique used a flow model proposed by Miles and Huberman. The results show
that there were 82 aspects of sharinkage, 64 aspects of addition, and 38 aspects of varied changes
that occurred after the novel ecranization process into the movie.
Keywords: Ekranization, Novel, Film, Structural Approach.

Fenomena mengenai novel yang Cinta (2008), Dalam Mihrab Cinta (2010),
difilmkan kini semakin mencuat di kalangan Di Bawah Lindungan Ka’bah (2011),
masyarakat. Hal ini menimbulkan rasa Perempuan Berkalung Sorban (2009), 5Cm
penasaran pembaca, apakah novel yang (2012), 99 Cahaya di langit Eropa (2013),
difilmkan akan sama dengan isi novelnya Perahu Kertas (2012), Surat Kecil untuk
atau tidak. Fenomena ini terjadi karena Tuhan (2011), Laskar Pelangi (2008), Negeri
kesuksesan sebuah novel yang berhasil Lima Menara (2012), Ketika Cinta Bertasbih
diminati oleh masyarakat luas dan biasanya (2009), Sang Pemimpi (2010), dan lain
mengalami cetak ulang hingga berkali-kali, sebagainya. Terbukti film-film tersebut
sehingga membuat produser film tertarik sukses seperti novelnya. Namun demikian,
untuk melayarputihkan novel tersebut dengan ada karya sastra lebih laris ketika sudah
berbagai tujuan, yaitu merealisasikan imaji difilmkan, hal tersebut dikarenakan setelah
pembaca hingga ingin mengulang kesuksesan melihat filmnya, pembaca menjadi penasaran
dari novel tersebut. terhadap penggambaran tokoh dan alur dalam
Perubahan bentuk dari karya sastra novelnya.
novel ke dalam bentuk film dikenal dengan Pada tahun 2013, dunia perfilman
istilah adaptasi. Proses adaptasi ini Indonesia sukses menghadirkan film adaptasi
memunculkan istilah ekranisasi. Eneste yang diambil dari salah satu novel best seller
(1991: 60-61) dalam bukunya yang berjudul karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Novel dan Film, mendefinisikan ekranisasi atau lebih dikenal dengan nama Hamka,
sebagai pelayarputihan atau pemindahan atau yakni Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
pengangkatan sebuah novel ke dalam film (selanjutnya dibaca TKVDW). Film tersebut
(ecran dalam bahasa Perancis berarti layar). disutradarai oleh Sunil Soraya yang bekerja
Sebagai contoh beberapa film Indonesia yang di bawah naungan Rumah Produksi Soraya
diadaptasi dari novel antaralain: Ayat-ayat Intercine Films. Dalam proses adaptasi

76
77 Bahasantodea, Volume 5 Nomor 2, April 2017 Hlm 76-84 ISSN: 2302-2000

tersebut, Sunil Soraya berhasil meringkas sastra sebagai unsur estetika dalam dunia
cerita dari novel yang terdiri dari 264 karya sastra antara lain: alur, penokohan,
halaman ke dalam film dengan durasi 2 jam sudut pandang, gaya bahasa, tema dan
45 menit. Penggarapan naskah dilakukan amanat.
oleh Imam Tantowi, Donny Dhirgantoro, Analisis struktural bertujuan
Riheam Junianti, serta sutradara film ini memaparkan secermat mungkin fungsi dan
sendiri, Sunil Soraya. Film TKVDW menjadi keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra
film termahal yang pernah diproduksi oleh yang secara bersama menghasilkan sebuah
Soraya Intercine Film dan merupakan film kemenyeluruhan (Nurgiyantoro, 2000: 37),
terlaris sepanjang tahun 2013, pada tahun dengan menggunakan pendekatan strukktural
2014 film TKVDW masuk dalam nominasi maka proses ekranisasi dari novel TKVDW
Movie Of The Year, selain itu juga masuk menjadi film TKVDW dapat diketahui, sebab
dalam kategori Film Terpuji. Kesuksesan pendekatan struktuaral merupakan salah satu
film TKVDW telah menunjukkan pendekatan kajian kesusastraan yang
keberhasilan Sunil Soraya melakukan menitikberatkan pada hubungan antara unsur
ekranisasi pada novel TKVDW. Hal inilah pembangun karya sastra. Oleh sebab itu,
yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai ekranisasi yang terjadi
penelitian tentang ekranisasi novel TKVDW pada novel TKVDW karya Hamka ke film
karya Hamka ke film TKVDW karya Sunil TKVDW karya sutradara Sunil Soraya ini
Soraya. Memang, Alur cerita yang menjadi perlu untuk dilakukan.
ditampilkan baik di dalam novel TKVDW
maupun film TKVDW, secara garis besar METODE
menceritakan hal yang sama, yakni mengenai
kisah percintaan yang sangat problematik Jenis Penelitian
antara tokoh Zainuddin dan Hayati. Namun Penelitian ini bersifat kualitatif, metode
demikian sebagai sebuah karya adaptasi, yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tentunya ditemukan beberapa perbedaan yang metode deskriptif dengan menggunakan
terjadi pada unsur intrinsik dalam novel pendekatan studi pustaka. Metode deskriptif
TKVDW ketika telah diadaptasi kedalam adalah metode yang menggambarkan atau
bentuk film dengan judul yang sama. Secara melukiskan suatu objek dengan tujuan agar
garis besar, perubahan yang terjadi di dalam pembacanya turut memahami dan merasakan
proses adaptasi novel TKVDW terdapat pada seperti apa yang dialami penulisnya. Studi
unsur instrinsik novel. Sehingga dalam pustaka merupakan langkah awal dalam
penelitian ini, fokus penelitian lebih metode pengumpulan data. Studi pustaka
ditekankan pada perubahan unsur interinsik merupakan metode pengumpulan data yang
tersebut. diarahkan kepada pencarian data dan
Karena itulah, penelitian ini dilakukan informasi melalui dokumen-dokumen, baik
untuk mengupas perubahan-perubahan yang dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
terjadi pada unsur-unsur intrinsik dari novel dokumen elektronik yang dapat mendukung
TKVDW setelah diadaptasi menjadi film dalam proses penulisan.”Hasil penelitian juga
TKVDW dengan menggunakan teori akan semakin kredibel apabila didukung foto-
ekranisasi dengan pendekatan sruktural. foto atau karya tulis akademik dan seni yang
Eneste (1991: 61-66) menyebutkan bahwa telah ada.”(Sugiyono,2005: 83). Penelitian ini
proses ekranisasi akan menimbulkan proses berlatar empiris karena sumber data dalam
penciutan, penambahan dan perubahan penelitian ini berupa novel TKVDW dan film
bervariasi. Menurut Ratna (2004: 91-94) TKVDW yang berdasarkan pada penemuan
Struktur yang membangun sebuah karya
Musyafir, dkk. Ekranisasi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Ke Dalam Film ……………………………….…78

dan pengamatan yang telah dilakukan oleh Penyajian Data, 4) Verifikasi/Penarikan


peneliti. Kesimpulan.

Jenis dan Sumber Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Sumber data dalam penelitian ini
adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Hasil penelitian mengenai ekranisasi
Wijck karya Hamka yang diterbitkan oleh novel TKVDW karya Hamka ke dalam film
Balai Pustaka, sebanyak 264 halaman dan TKVDW karya sutradara Sunil Soraya.
film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
yang diproduksi oleh Soraya Intercine Films maka penelitian ini memperoleh hasil berupa
Tahun 19 Desember 2013. Film tersebut ekranisasi novel TKVDW karya Hamka ke
disutradarai oleh Sunil Soraya. Durasi film dalam film TKVDW karya sutradara Sunil
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah Soraya yang meliputi penciutan, penambahan
2 jam 45 menit. serta perubahan bervariasi. Untuk hasil
penelitian mengenai perbandingan alur,
Teknik Pengumpulan Data tokoh, serta latar pada novel TKVDW ke
Adapun langkah-langkah pengumpulan dalam film TKVDW, ditemukan tiga aspek
data sebagai berikut: (1) penulis kategori ekranisasi. Ketiga aspek tersebut
mengumpulkan data-data unsur intrinsik adalah aspek penciutan, penambahan, serta
melalui pendekatan struktural dari novel dan perubahan bervariasi.
film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. 1. Penciutan
Pemerolehan data dilakukan dengan cara Mengenai hasil penelitian terhadap
membaca novel dan menonton film alur, untuk kategori aspek penciutan alur
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck secara terdapat 29 penciutan yang terjadi. Kedua
berulang-ulang. (2) dalam proses menonton puluh sembilan penciutan tersebut, terdapat
film, dilakukan juga teknik capturing scene pada alur awal sebanyak 8 penciutan, pada
untuk mendapatkan bagian-bagian adegan, alur tengah sebanyak 20 penciutan dan pada
dalam hal ini proses ekranisasi novel tahap akhir sebanyak 1 penciutan. Berikut
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ke film pembahasan mengenai aspek penciutan yang
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.. (3) terjadi pada alur novel TKVDW setelah
teknik catat, yaitu mencatat poin-poin diadaptasi ke dalam film dengan judul yang
penting dalam ekranisasi meliputi penciutan, sama. Pada awal alur novel TKVDW,
penambahan dan perunahan bervariasi yang terdapat delapan penciutan yang terjadi.
terjadi pada film Tenggelamnya Kapal Van Kategori penciutan meliputi A1 001, A1 002,
Der Wijck. sampai pada A1 008. Dalam menentukan
kriteria elemen penciutan alur, digunakan
Teknik Analisis Data satuan peristiwa yang kemudian ditulis
Proses analisis data dimulai dengan dengan simbol A1 001 dan seterusnya. A1
menelaah seluruh data yang tersedia, setelah merupakan satuan untuk menyebutkan
dibaca, dipelajari dan ditelaah (Moleong, penciutan alur pada novel, sedangkan angka
2010:247). Adapun cara yang dilakukan oleh 001 untuk menyebutkan urutan peristiwa
peneliti untuk menganalisis data adalah yang terjadi pada alur. Adapun contoh data
analisis data yang menggunakan model alir A1 001 yang termasuk dalam kategori
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman penciutan alur terlihat pada kutipan berikut
(dalam Sugiyono 2009: 92). Analisis ini ini.
mencakup empat tahap yaitu: 1) Seorang anak muda bergelar
Pengumpulan Data, 2) Reduksi Data, 3) Pendekar Sultan, kemenakan Datuk
79 Bahasantodea, Volume 5 Nomor 2, April 2017 Hlm 76-84 ISSN: 2302-2000

Mantari labih, adalah Pendekar Sikap zalim Datuk Mantari Labih


Sultan kepala waris yang tunggal dari membuat Pendekar Sultan menjadi marah
harta peningglan ibunya, karena dia kepadanya, karena semua harta peninggalan
tak bersaudara perempuan. (Hamka, ibunya seolah-olah hanyalah milik Datuk
4: 2015). Mantari Labih saja. Selanjutnya mengenai
Pada Suatu hari, malang akan timbul, hasil penelitian pada kategori aspek
terjadilah pertengkaran di antara penciutan terhadap latar terdapat empah
mamak dengan kemenakan. (Hamka, puluh penciutan latar yang terjadi. Empah
5:2015). puluh penciutan tersebut meliputi, latar
Peristiwa 001 yang berisikan cerita tempat sebanyak 23 penciutan, pada latar
mengenai kisah Pendekar Sultan serta waktu sebanyak 17 penciutan sedangkan
pertikaian yang terjadi antara Datuk Mantari pada latar sosial tidak ditemukan adanya
Labih dengan Pendekar Sultan, tidak penciutan yang terjadi.
ditampilkan di dalam film. Penghilangan Aspek penciutan latar tempat pada
adegan ini bisa saja dikarenakan adegan novel TKVDW sebanyak dua puluh tiga
tersebut dianggap oleh sutradara tidak terlalu penciut, salah satu penciutan latar tempat
memiliki prioritas tinggi terhadap jalannya terdapat pada data L1 005 penciutan latar
alur cerita di dalam film. tempat terlihat pada kutipan berikut ini.
Selanjutnya mengenai hasil penelitian Peluit kapal berbunyi, pengantar
pada kategori aspek penciutan terhadap tokoh turun, air mata Mak Base masih
terdapat tiga belas penciutan tokoh yang membasahi pipinya. Dan tidak berapa
terjadi. sepuluh penciutan tersebut meliputi, lama kemudian, rengganglah kapal
Pendekar Sultan, Datuk Mantari Labih, dari pelabuhan mengkasar, hanya
Kismo, Daeng Manippi, Daeng Habibah, lenso (saputangan) saja yang tak
Datuk Padungka Emas, Kakek Hayati, Sersan berhenti dikibarkan orang, baik dari
Pensiunan, Seorang Opas, Daeng Masiga, darat atau dari laut. (Hamka, 20:
Sutan mudo, Sep Kantor dan Juru Rawat II. 2015).
Kategori aspek penciutan tokoh ini dilihat Data di atas menunjukkan latar tempat
dari tidak ditampilkannya beberapa tokoh di Pelabuhan Mengkasar yang tidak
yang ada di dalam novel ke dalam film. ditampilkan dalam film, pada saat itu di
Aspek penciutan tokoh dimulai dengan ceritakan perpisahan antara Mak Base dengan
penghilangan tokoh Pendekar Sultan dan Zainuddin yang hendak menuju tanah asal
Datuk Mantari Labih yang tertera pada data kelahiran ayahnya.
(T1 001 dan T1 002). Berikut kutipan
pertengkaran antara Pendekar Sultan dengan 2. Penambahan
Datuk mantari Labih. Mengenai hasil penelitian terhadap
“Apa? ... Engkau katakan saya alur, untuk kategori aspek penambahan alur
Zalim?” kata Datuk Mantari Labih terdapat 23 penambahan yang terjadi. Kedua
sambil melompat ke muka, dan puluh tiga penambahan tersebut, terdapat
menyentak kerisnya, tiba sekali di pada alur awal sebanyak 3 penambahan, pada
hadapan Pendekar Sultan. Malang alur tengah sebanyak 18 penambahan dan
akan timbul, sebelum dia sempat pada tahap akhir sebanyak 2 penambahan.
mempermainkan keris, pisau belati Berikut dapat dilihat pada potongan scene di
Pendekar Sultan sudah lebih dahulu bwah ini contoh aspek penambahan alur pada
tertancap di lambung kirinya, film TKVDW.
mengenai jantungnya. (Hamka,
5:2015).
Musyafir, dkk. Ekranisasi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Ke Dalam Film ……………………………….…80

Adegan di atas merupakan penambahan


tokoh pada film yang tidak terdapat pada
novel. Adegan di atas menceritakan tentang
Zainuddin yang sedang berjalan-jalan di
sekitar wilayah Batipuh yang ditemani oleh
Mak Ipih.
Selanjutnya mengenai hasil penelitian
pada kategori aspek penambahan terhadap
latar terdapat dua puluh empat penambahan
Gambar 1 Adegan di atas menggambarkan latar yang terjadi. dua puluh empat
bungkusan uang yang disodorkan Zainuddin penambahan tersebut meliputi, latar tempat
pada Mande Jamilah. (Film TKVDW, sebanyak 18 penambahan, pada latar waktu
00.05.06: 2013). sebanyak 6 penambahan sedangkan pada
Adegan di atas menunjukkan adanya latar sosial tidak ditemukan adanya
penambahan alur pada film, adegan tersebut penambahan yang terjadi.
terjadi pada awal film ketika Zainuddin tiba Salah satu penambahan latar tempat
di Batipuh yang ingin tinggal di rumah terdapat pada data L2 005 penambahan latar
Mande Jamilah. tempat terlihat pada potongan scene berikut
Selanjutnya mengenai hasil penelitian ini.
pada kategori aspek penambahan terhadap
tokoh terdapat tujuh belas penambahan tokoh
yang terjadi. Tujuh belas penambahan tokoh
tersebut meliputi, Mak Ipih, Sekumpulan
Pemuda, Laras, Sutan Makmur, Engku
Labay, Mak Etek, Sofyan, Hendrick, Maria,
Rusli, Iskandar, Haji Kasim, Anak Haji
Kasim, Susilo, Pegawai Bank, Musli dan
Syawal. Kategori aspek penambahan tokoh
ini dilihat dari scene yang ditampilkan di Gambar 3 Adegan Zainuddin dan Muluk
dalam film. pergi ketukang gunting rambut. (Film
Aspek penambahan tokoh dimulai TKVDW, 00.31.38: 2013).
dengan tokoh Mak Ipih yang merupakan
suami dari Mande Jamilah, data tersebut Data di atas menunjukkan penambahan
tertera pada data T2 004. Berikut potongan latar tempat di depan Barbershop yang tidak
scene pada film. di ditemukan di dalam novel, adegan tersebut
menceritakan bahwa Zainuddin yang di
temani oleh Muluk ingin menggunting
rambutnya, karena ia ingin tampil menawan
di hadapan Hayati ketika nantinya bertemu di
tempat pacuan kuda di Padang Panjang.

3. Perubahan Bervariasi
Mengenai hasil penelitian terhadap alur
untuk kategori aspek perubahan bervariasi
Gambar 2 Adegan di atas menggambarkan alur terdapat 20 perubahan bervariasi yang
kemunculan tokoh Mak Ipih yang merupakan terjadi. Kesembilan belas perubahan
suami Mande Jamilah. (Film TKVDW, bervariasi tersebut, terdapat pada alur awal
00.05.58: 2013). sebanyak 3 perubahan bervariasi, pada alur
81 Bahasantodea, Volume 5 Nomor 2, April 2017 Hlm 76-84 ISSN: 2302-2000

tengah sebanyak 12 perubahan bervariasi dan utama dalam film adalah media visual. Pada
pada tahap akhir sebanyak 5 perubahan saat adegan pembacaan surat di dalam film,
bervariasi. Berikut pembahasan mengenai tokoh Zainuddin digambarkan sedang
aspek perubahan bervariasi yang terjadi pada mengalami suasana hati yang sangat senang.
alur novel TKVDW ke dalam film TKVDW. Suasana hati tersebut semakin didramatisir
Perubahan bervariasi pada alur yang dengan dimunculkannya penampilan visual
pertama dimunculkan pada adegan yang sebuah pemandangan yang sangat indah dari
menunjukkan Zainuddin sedang membaca bukit tempat Zainuddin membaca surat.
surat dari Hayati di dalam surau. Data Selanjutnya mengenai hasil penelitian
tersebut terlihat pada kutipan dibawah ini. pada kategori aspek perubahan bervariasi
Sebelum anak-anak sekolah terhadap tokoh terdapat lima perubahana
berangkat ke sekolah, seorang anak bervariasi tokoh yang terjadi. kelima
kecil laki-laki datang ke muka surau perubahan bervariasi tersebut meliputi,
tempat Zainuddin tidur, membawa Zainuddin, Aziz, Teman Hayati, Ibu Muluk
payung yang dipinjamkannya dan Penagih Utang. Kategori aspek
kemarin. Dia hampiri anak itu, dan perubahan bervariasi tokoh pada film dapat
anak kecil itu pun berkata, “Kak Ati dilihat dari beberapa scene yang ditampilkan
berkirim salam, dan menyuruh di dalam film. Berikut pemaparan tokoh yang
menggembalikan paying ini,”sambil mengalami perubahan bervariasi.
memberikan ke tangan Zainuddin. Perubahan bervariasi pada T3 001
(Hamka, 30:2015). tokoh dimulai dengan tokoh Zainuddin.
Adegan tersebut terdapat pada bagian Tokoh Zainuddin yang juga sekaligus
5 dalam novel. Dari kutipan tersebut, dapat merupakan tokoh utama di dalam novel
diketahui bahwa Zainuddin menerima surat memiliki penggambaran fisik sebagai
dari Hayati yang dikirimkan oleh Ahmad pemuda yang sopan dan memiliki
kemudian surat itu, dibawanya ke surau. pengetahuan agama yang tinggi. Dalam
Berbeda halnya dengan di film. Di dalam berpakaian, Zainuddin selalu mengenakan
film tokoh Zainuddin diceritakan membaca sarung khas Bugis yang merupakan daerah
surat dari Hayati di sebuah bukit. Perubahan kelahiran Zainuddin.
bervariasi pada alur tersebut dapat dilihat dari Di dalam novel, selain diceritakan
potongan scene berikut ini. sebagai tokoh yang pandai menulis hikayat,
Zainuddin juga digambarkan sebagai sosok
pemuda yang menyukai seni, terutama seni
musik. Zainuddin pernah belajar alat musik
biola pada seorang sersan pensiunan.
Malam dia pergi kepada seorang
sersan pensiun di Guguk Malintang
mempelajari permainan biola. Kadang-
kadang diikutinya pula sersan itu
bermain di medan yang ramai-ramai.
Karena menurut keyakinanya adalah
Gambar 4 Adegan Zainuddin membaca surat musik itu menghaluskan perasaan.
dari Hayati. (Film TKVDW, 00.10.29: (Hamka, 83:2015).
2013). Selanjutnya mengenai hasil penelitian
Perbedaan bervariasi di atas pada kategori aspek perubahan bervariasi
dimungkinkan untuk menambah visual yang terhadap latar terdapat tiga belas peperubahan
disajikan di dalam film, mengingat media bervariasi latar yang terjadi. Ketiga belas
Musyafir, dkk. Ekranisasi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Ke Dalam Film ……………………………….…82

peperubahan bervariasi latar tersebut Eneste (1991: 61-66) juga mengatakan


meliputi, latar tempat sebanyak 10 perubahan pemindahan dari novel ke layar lebar atau
bervariasi, pada latar waktu sebanyak 2 film mau tidak mau akan menimbulkan
perubahan bervariasi sedangkan pada latar berbagai perubahan dalam film, perubahan
sosial terdapat 1 perubahan bervariasi yang tersebut di antaranya penciutan, penambahan
ditemukan di dalam film. dan perubahan bervariasi.
Salah satu perubahan bervariasi latar
tempat terdapat pada data L3 004  Penciutan
penambahan latar tempat terlihat pada Aspek penciutan pada alur ditemukan
kutipan serta potongan scene berikut ini. sebanyak dua puluh sembilan penciutan, pada
aspek tokoh ditemukan sebanyak sepuluh
penciutan, selanjutnya pada aspek latar
ditemukan sebanyak empat puluh penciutan.
Aspek penciutan terjadi dikarenakan adanya
keterbatasan teknik dari film yang tidak
memungkinkan semua unsur intrinsik pada
novel TKVDW dapat dimasukkan ke dalam
film TKVDW.
Dalam pembuat film dari proses
adaptasi, perlu melihat kejadian-kejadian
Gambar 5 Potongan scene di atas yang memiliki pengaruh kuat di dalam cerita,
memperlihatkan adegan Hayati bertemu ini adalah salah satu cara memilih bagian
Zainuddin di dekat sungai. (Film TKVDW, cerita dalam buku yang harus diprioritaskan.
00.14.21: 2013). Mengacu pada hal tersebut, maka bisa
Potongan scene di atas yang ada di dianalogikan bahwa penghilangan yang
dalam film menunjukkan Zainuddin bertemu dilakukan pada adegan tersebut dilihat dari
hayati di jalan dekat sungai, namun di dalam penting atau tidaknya adegan tersebut untuk
novel diceritakan bahwa Zainuddin datang disoroti lebih lanjut di dalam film.
dari sebuah lepau di tepi jalan dan hendak Ada beberapa kemungkinan mengapa
mendaki ke kampung tempat tinggal, ia dilakukan adanya penciutan atau
bertemu Hayati di tengah jalan. pemotongan. Pertama, dalam pemilihan
Dari hasil penelitian yang telah peristiwa ada beberapa adegan yang dirasa
disajikan di atas mengenai perbandingan alur, tidak penting untuk ditampilkan sehingga
tokoh, serta latar pada novel TKVDW ke sutradara menghilangkan beberapa adegan
dalam film TKVDW, ditemukan tiga aspek yang ada dalam film. Kedua, dalam
kategori ekranisasi. Ketiga aspek tersebut pemilihan tokoh pun terjadi hal yang sama.
adalah aspek penciutan, penambahan, serta Ada beberapa tokoh dalam novel yang tidak
perubahan bervariasi. ditampilkan dalam film. Film hanya
Secara umum penelitian ini menampilkan tokoh-tokoh yang dianggap
memberikan gambaran tentang penelitian penting saja karena keterbatasan teknis maka
deskriptif mengenai ekranisasi novel yang ditampilkan hanyalah tokoh yang
TKVDW ke dalam film TKVDW. Eneste memiliki pengaruh dalam jalannya cerita.
(1991: 60-61) dalam bukunya yang berjudul Ketiga, dalam hal latar juga biasanya tidak
Novel dan Film, mendefinisikan ekranisasi semua latar akan ditampilkan dalam film
sebagai pelayarputihan atau pemindahan atau karena kemungkinan besar jika semua latar
pengangkatan sebuah novel ke dalam film ditampilkan akan menjadi film yang memiliki
(ecran dalam bahasa Perancis berarti layar). durasi yang panjang.
83 Bahasantodea, Volume 5 Nomor 2, April 2017 Hlm 76-84 ISSN: 2302-2000

2. Penambahan Selain adanya penciutan dan


Aspek penambahan pada alur penambahan, dalam ekranisasi juga
ditemukan sebanyak dua puluh tiga memungkinkan terjadinya variasi-variasi
penambahan, pada tokoh sebanyak lima belas tertentu dalam film. Walaupun terjadi variasi-
penambahan, selanjutnya pada latar sebanyak variasi antara novel dan film, biasanya tema
dua puluh empat penambahan. Aspek atau amanat dalam novel masih tersampaikan
penambahan terjadi dikarenakan adanya setelah difilmkan. Menurut Eneste (1991:
penafsiran dan proses kreatif dari sutradara 66), novel bukanlah dalih atau alasan bagi
yang ikut dimasukkan selama pembuatan pembuat film, tetapi novel betul-betul hendak
film TKVDW. dipindahkan ke media lain yakni film. Karena
Penambahan biasanya dilakukan oleh perbedaan alat-alat yang digunakan,
penulis skenario atau sutradara karena terjadilah variasi-variasi tertentu di sana-sini.
mereka telah menafsirkan novel yang akan Di samping itu, dalam pemutaran film pun
mereka filmkan sehingga akan terjadi mempunyai waktu yang terbatas sehingga
penambahan di sana-sini. Penambahan penonton tidak bosan untuk tetap menikmati
misalnya terjadi pada alur, penokohan, latar sampai akhir, sehingga tidak semua hal atau
atau suasana. Banyak pula dalam proses persoalan yang ada dalam novel dapat
ekranisani, terdapat cerita atau adegan yang dipindahkan semua ke dalam film.
dalam novel tidak ditampilkan tetapi dalam
film ditampilkan. Di samping adanya KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
pengurangan tokoh, dalam ekranisasi juga
memungkinkan adanya penambahan tokoh Kesimpulan
yang dalam novel tidak dijumpai sama sekali Berdasarkan hasil penelitian dan
tetapi dalam film ditampilkan. Latar pun juga pembahasan yang dilakukan terhadap
tidak luput dari adanya penambahan, dalam ekranisasi novel TKVDW setelah diadaptasi
film sering kali dijumpai adanya latar yang ke dalam bentuk film TKVDW, dapat
ditampilkan tetapi dalam novel tidak disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
ditampilkan. Menurut Eneste (1991: 64-65), Pertama, pembahasan mengenai penciutan
penambahan dalam proses ekranisasi tentu yang paling dominan adalah penciutan pada
mempunyai alasan. Misalnya, dikatakan aspek latar sebanyak 40 penciutan yang
bahwa penambahan itu penting jika dilihat terjadi, pada aspek alur sebanyak 29
dari sudut filmis. Selain itu, penambahan penciutan, sedangkan pada aspek tokoh
dilakukan karena masih relevan dengan cerita terdapat 13 penciutan. Aspek penciutan
secara keseluruhan. terjadi dikarenakan adanya keterbatasan
teknik dari film yang tidak memungkinkan
3. Perubahan Bervariasi semua unsur intrinsik pada novel dapat
Aspek perubahan bervariasi pada alur dimasukkan ke dalam film. Kedua,
ditemukan sebanyak dua puluh perubahan pembahasan mengenai penambahan terdapat
bervariasi, pada tokoh sebanyak lima 23 penambahan pada aspek alur, pada aspek
perubahan bervariasi, selanjutnya pada latar tokoh terdapat 17 penambahan tokoh yang
sebanyak tiga belas perubahan bervariasi. terdapat pada film, sedangkan pada aspek
Aspek perubahan bervariasi terjadi latar sebanyak 24 penambahan. Aspek
dikarenakan adanya media yang berbeda penambahan terjadi dikarenakan adanya
antara novel dan film TKVDW, sehingga penafsiran dan proses kreatif dari sutradara
memungkinkan adanya penambahan yang ikut dimasukkan selama pembuatan
bervariasi yang dilakukan saat cerita dari film. Ketiga, pembahasan mengenai
novel diadaptasi ke dalam film. perubahan bervariasi, terdapat 20 perubahan
Musyafir, dkk. Ekranisasi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Ke Dalam Film ……………………………….…84

bervariasi pada aspek alur, pada aspek tokoh Ratna, Kutha Nyoman. 2004. Teori, Metode,
sebanyak 5 perubahan bervariasi yang dan Teknik Penelitian Sastra.
terdapat pada film, sedangkan pada aspek Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
latar sebanyak 13 perubahan bervariasi. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian
Aspek perubahan bervariasi terjadi Kualitatif. Bandung: ALFABETA, cv.
dikarenakan adanya media yang berbeda Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian
antara novel dan film, sehingga Kualitaif. Bandung: ALFABETA, cv.
memungkinkan adanya penambahan
bervariasi yang dilakukan saat cerita
diadaptasi ke dalam film.

Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah
diuraikan sebelumnya, dikemukakan
beberapa rekomendasi sebagai berikut.
Pertama, penelitian mengenai ekranisasi
novel TKVDW karya Hamka ke dalam film
TKVDW karya sutradara Sunil Soraya ini
baru membahas aspek intrinsik berupa alur,
penokohan dan latar, sehingga masih dapat
dilakukan penelitian pada aspek-aspek
intrinsik lain selain ketiga aspek tersebut.
Kedua, penelitian selanjutnya juga dapat
mengambil prespektif yang berbeda untuk
mengkaji karya sastra ini selain dari
perspektif sastra bandingan yang
menggunakan kajian ekranisasi. Sebagai
contoh dapat pula dilakukan penelitian
dengan mengambil prespektif pada aspek
sosial budaya novel dengan menggunakan
kajian sosiologi sastra. Penelitian lain juga
dapat dilakukan pada aspek psikologis para
tokoh yang ada di dalam novel dengan
menggunakan kajian psikologi sastra.

DAFTAR RUJUKAN

Eneste, P. 1991. Novel dan Film. Flores:


Nusa Indah.
Maleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
karya.
Nurgiyantoro, B. 2000. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai