Halaman ini berisi artikel tentang tokoh Mahabharata. Untuk artikel tentang raja India yang bernama
sama, lihat Ghatotkacha.
Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghaṭotkaca (घटोत्कच) secara Kediaman Kerajaan Rakshasa
harfiah bermakna "kepala gundul [yang seperti] kendi".[1] Ras Rakshasa
Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ghaṭaṁ (घटं) yang Ayah Bimasena
berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkaca (उत्कच) yang
Ibu Hidimbi (Arimbi)
bu d b ( b)
Istri Ahilawati
berarti "gundul".[2] Nama ini diberikan kepadanya karena Versi wayang:
sewaktu lahir kepalanya yang gundul mirip dengan buli-buli Pergiwa
atau kendi. Suryawati
Sumpani
Kelahiran Anak Barbarika
Versi wayang:
Menurut versi Mahabharata, Gatotkaca adalah putra Sasikirana
Bimasena dari keluarga Pandawa yang lahir dari seorang Suryakaca
rakshasa perempuan bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri Jayasumpena
merupakan raksasa penguasa sebuah hutan; tinggal bersama
kakaknya yang bernama Hidimba (dalam pewayangan
Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar
penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa).
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih
bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun, tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan
senjata apa pun. Arjuna (adik Bimasena) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong
keponakannya itu. Pada saat yang sama Suryatmaja/Karna, yang kelak menjadi panglima Kerajaan Hastina
juga sedang bertapa mencari senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan
kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari
kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Lalu Arjuna mengejar Karna untuk merebut
senjata Konta, sehingga pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri bersama senjata Konta,
sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Sarung pusaka Konta
terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Saat dipakai
untuk memotong, kayu mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna yang ikut serta
menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Ia
juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.
Raja Pringgandani
Gatotkaca versi Jawa adalah manusia setengah raksasa, tetapi bukan raksasa hutan. Ibunya adalah putri
Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tremboko tewas di tangan Pandu ayah para Pandawa akibat
adu domba yang dilancarkan Sangkuni. Ia kemudian digantikan oleh anak sulungnya yang bernama
Arimba. Arimba sendiri tewas di tangan Bimasena pada saat para Pandawa membangun Kerajaan Amarta.
Takhta Pringgadani kemudian dipegang oleh Arimbi yang telah diperistri Bima. Suksesi kepemimpinan
kelak diserahkan kepada putra mereka setelah dewasa.
Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan
Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai patih dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu.
Sangkuni dari Kerajaan Hastina datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya
menjadi miliknya, bukan milik Gatotkaca. Akibat hasutan tersebut, Brajadenta memberontak untuk merebut
takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca
bertarung menghadapi Brajadenta. Kedua raksasa tersebut tewas bersama. Roh mereka menyusup masing-
masing ke dalam kedua telapak tangan Gatotkaca, sehingga menambah kesaktian keponakan mereka
tersebut. Setelah peristiwa itu, Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, dengan gelar Patih
Prabakiswa.
Kematian
Versi Mahabharata
Kematian Gatotkaca terdapat dalam jilid ketujuh kitab Mahabharata yang berjudul Dronaparwa, pada
bagian Ghattotkacabadhaparwa. Ia dikisahkan gugur dalam perang di Kurukshetra pada malam hari ke-14.
Perang besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Mahabharata
mengisahkan, sebagai seorang raksasa, Gatotkaca memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari.
Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena
senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa saat mereka dalam perjalanan menuju
perkemahan mereka.
Pertempuran berlanjut; semakin malam, kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Banyak prajurit Korawa
yang dibunuhnya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya.
Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra
Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi,
kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.
Duryodana, pemimpin Korawa merasa ngeri
melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa
g gg j p p
Indra yang bernama Vasavishakti (menurut pewayangan Jawa, disebut senjata Konta) untuk membunuh
Versi
Jawa
Ketika perang Baratayuda meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para Korawa pada hari ke-13.
Pada hari ke-14, Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala
Jayadrata, ipar Duryodana. Akhirnya Duryodana memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa pada
malam itu juga, meskipun hal itu melanggar peraturan perang. Setelah tahu bahwa para Korawa
melancarkan serangan malam, pihak Pandawa mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca sengaja
dipilih karena Kotang Antrakusuma yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang benderang.
Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa yang bernama Lembusa. Sementara itu dua pamannya,
yaitu Brajalamadan dan Brajawikalpa, tewas di tangan musuh mereka, masing-masing bernama Lembusura
dan Lembusana.
Gatotkaca berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia menciptakan kembaran dirinya
sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk Batara Surya, Karna
berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah Gatotkaca. Gatotkaca
mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul
menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah
ditetapkan malam itu. Gatotkaca yang pasrah terhadap takdirnya berpesan supaya mayatnya bisa digunakan
untuk membunuh musuh Kalabendana setuju kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata
untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju, kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata
Konta. Pusaka itu melebur dengan sarungnya, yaitu kayu mastaba yang masih tersimpan di dalam perut
Gatotkaca. Setelah Gatotkaca gugur, arwah Kalabendana melemparkan jenazahnya ke arah Karna. Karna
berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkeping-keping akibat tertimpa
tubuh Gatotkaca. Pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa
yang berada di sekitarnya.
Dalam wayang Jawa, ia dikenal sebagai "Gatotkoco" dengan ketenaran superhero dan
terkenal dengan julukan "Satria otot kawat balung wesi".
Untuk orang Bali, Gatotkaca dipuja sebagai dewa dan secara populer digambarkan dalam
karya seni dan patung, seperti Patung Satria Gatotkaca di persimpangan jalan utama Kuta
di Bali.
Gatotkaca telah sering digambarkan dalam budaya populer Indonesia seperti musik,
permainan, komik dan film.
Film aksi pahlawan super Satria Dewa: Gatotkaca (2020), bagian dari serial Jagat Satria
Dewa.
Gatotkaca versi Jawa ditampilkan sebagai pahlawan yang dapat dimainkan di game
Mobile Legends: Bang Bang.
Gatotkaca merupakan sinetron SCTV pada Minggu, 21 Agustus-13 Nopember 2005
pukul 19:00-20:00 WIB berjumlah 13 episode diproduksi MD Entertainment.
Gatotkaca merupakan sinetron MNCTV pada Rabu, 17 Maret 2010 pukul 18:00-19:00
WIB diproduksi Lunar Jaya Films dan MNC Pictures.
Gatotkaca merupakan sinetron ANTV pada Sabtu, 11 Pebruari–Minggu, 2 April 2017
pukul 8:45-9:45 WIB diproduksi Lunar Jaya Films, Verona Pictures dan ANTV Pictures.
Galeri
Lihat pula
Bima
Bharatayuddha
Referensi
1. Datta, Amaresh (2006-01-01). "The Encyclopaedia of Indian Literature (Volume Two) (Devraj
to Jyoti)". ISBN 978-81-260-1194-0.
2. "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 January 2007. Diakses tanggal
3 December 2006.
Pranala luar
(Inggris) Mahabharata jilid ketujuh atau Dronaparwa, bagian Ghatotkachabadhaparwa (htt
p://www.sacred-texts.com/hin/m07/m07171.htm)
(Indonesia) Gatotkaca sebagai konsep superhero (http://jtoku.com/superhero/gatotkaca)
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/20120114125926/http://www.jtoku.com/superhero/g
atotkaca) 2012-01-14 di Wayback Machine.
Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.